ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

(GENERATIVE LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Oleh

CAHYO AGUS SETIAWAN

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang penting dalam pembela-jaran dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian dengan tujuan untuk menge-tahui: (1) Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, (2) Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitif awal siswa, (3) Perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemam-puan kognitif tinggi dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, dan (4) Perbedaan ke-mampuan berpikir kritis pada siswa dengan keke-mampuan kognitif rendah dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung.


(2)

Cahyo Agus Setiawan

ii

Penelitian dilakukan di SMAN 5 Bandar Lampung, menggunakan dua kelas yaitu kelas ekperimen (kelas XI IPA 3) dengan jumlah sampel 37 siswa dan kelas kon-trol (XI IPA 2) dengan sampel 33 siswa menggunakan desain faktorial. Pada awal penelitian diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebelum pembelajaran dan kemampuan kognitif siswa yang kemudian dikatego-rikan menjadi siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan kemampuan kognitif rendah. Setelah tiga kali pertemuan tatap muka dengan menggunakan pembelaja-ran generatif pada kelas eksperimen dan pembelajapembelaja-ran langsung (direct instruct-ttion) pada kelas kontrol, diberikan soal posttest untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran. Sehingga diperoleh data interaksi siswa dalam pembelajaran, kemampuan kognitif siswa, dan N-gain kemampuan berpikir krtis siswa yang kemudian diolah dengan analisis variansi dan uji perbandingan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan kemampuan berpikir kri-tis siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, (2) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitif awal siswa, (3) Ada perbedaan ke-mampuan berpikir kritis pada siswa dengan keke-mampuan kognitif tinggi dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, dan (4) Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemampuan kognitif rendah dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran lang-sung.

Kata kunci : kemampuan kognitif, model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, dan kemampuan berpikir kritis.


(3)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

(GENERATIVE LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Oleh

Cahyo Agus Setiawan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Nama Mahasiswa : Cahyo Agus Setiawan Nomor Pokok Mahasiswa : 0743022009

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Dr. Abdurrahman, M.Si.

NIP. 19580603 198303 1 002 NIP. 19681210 199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si. NIP 19570803 198603 1 004


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Cahyo Agus Setiawan

NPM : 0743022009

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Kampung Saptomulyo Kec. Kotagajah, Lampung Tengah

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 2 Februari 2012 Yang Menyatakan,

Cahyo Agus Setiawan NPM. 0743022009


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Saptomulyo, Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 11 Agustus 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Wardini dan Ibu Sujilah.

Jenjang pendidikan dimulai di Taman Kanak-kanak (TK) PGRI Saptomulyo Punggur, tahun 1994 dan diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Saptomulyo, diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kotagajah, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kotagajah, diselesaikan pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif menjadi asisten prak-tikum Fisika Dasar 1, Fisika Dasar 2, Mekanika, dan Eksperimen Fisika Sekolah. Penulis juga aktif di organisasi mahasiswa di lembaga UKMF FPPI sebagai GEMA FPPI tahun 2007/2008 dan anggota bidang pendidikan tahun 2008/2009, Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP sebagai staf ahli dinas pendidikan tahun

2009/2010, Dewan Perwakilan Mahasiswa FKIP sebagai ketua komisi III (kontrol kelembagaan) tahun 2010/2011, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan Dewan


(8)

viii

Perwakilan Mahasiswa Universitas Lampung sebagai ketua komisi I (kelemba-gaan) tahun 2011/2012. Selain organisasi kampus penulis juga menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia (IMAKIPSI) dan pada Desember 2009 penulis mengikuti Kongres IMAKIPSI ke-5. Penulis berkesempatan mengikuti perlombaan tingkat Nasional dan meraih juara harapan ke-2 Windows Movie Maker Competition 2010 untuk tema instructional video

dengan ketegori most promising video yang diselenggarakan oleh Putera Sam-poerna dan Microsoft Indonesia. Penulis juga menjadi staf pengajar di SMK Satu Nusa 3 Bandar Lampung mulai Januari 2012.

Tahun 2009, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pada tahun 2011 penulis melaksanakan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.


(9)

MOTTO:

...Alloh akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...

(Q.S. Al-Mujadilah : 11)

”Barang siapa yang menginginkan

hal-hal yang berhubungan dengan dunia

wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan

berba-hagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang

menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya.

(HR. Bukhari dan Muslim)

”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang

-orang yang belajar,

atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan

janganlah engkau menjadi orang yang ke-

5 maka kamu akan celaka”

(HR. Baehaqi)

Sekali seumur hidup untuk selamanya berikan yang terbaik

(Cahyo Agus Setiawan)


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus dan mendalam kepada: ☻ Bapak dan Mamak tercinta, dengan ketulusan doa, senyum, dan usaha keras

serta kasih sayang yang tak pernah putus, senantiasa memberikan semangat optimis untuk mewujudkan impian dan cita-cita demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.

☻ Adikku tersayang, Antika Aprilia, yang selalu memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis.

☻ Para pendidik yang kuhormati, yang telah mengajar dengan penuh kesabaran. ☻ Sahabat-sahabatku yang selalu tersenyum untukku.

☻ Keluarga besar pendidikan fisika angkatan 2007 ☻ Almamater tercinta.


(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih, karunia, dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Generatif (Generatif Learning) Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan sekaligus selaku Pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik dan sekaligus selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusu-nan skripsi ini.


(12)

xii

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Pembimbing II atas kesediaan dan ke-ikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs. Soegiarto selaku Kepala SMA N 5 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

8. Bapak Mohd. Najamuddin, S.Pd. selaku guru mitra dan murid-murid kelas XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4 SMA N 5 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA N 5 Bandar Lampung.

10.Teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Fisika angkatan 2007 non-Reguler (Anwar, Ana, Arif S, Arif H, Arum, Bayu, Eci, Dedo, Deo, Dian, Dwi, Duwi, Eda, Iza, Eka, Eko, Endang, Eria, Erla, Esti, Ferico, Istika, Ika, Jupri, Yogi, lina, Netty, Nela, Nopi, Nizom, Raden, Risna, Riski, Rianto, Ruslan, Rena, Rogandi, Syafri, Nani, Yuni, Sandi, Susanti, Fatma, Yudi,Yuli, dan Yevi). Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti.

11.Kakak tingkat 2006 dan 2005 serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.

12.Teman-teman PPL di SMA Negeri 5 Bandar Lampung (Fatma,Windi, Desi, Irma, Lingga, Olvrias, Nina, Rita, Adit, Mujahidin, Joko, dan Nuris). Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini dan kapanpun.


(13)

xiii

13.Teman-teman satu atap di Wisma Griya Ayu (mas Debi, Rudi Simbah, Depi, Fajar, Hari, Arnes, Eko, Agus, Yudi, bang Aldous, Bondan, Aziz, Rizal, Aldi, Deni, Indra, Pakde Andi, bang ejo’, Agung, dan Anung) atas keceriaan yang selalu dihadirkan dalam setiap suasana.

14.Tarbiyah yang telah mendidikku dan ukhuwah yang telah mendewasakanku,

Jazakumulloh Khairan Katsir. Semoga Alloh SWT meridhoi pertemuan ini dan semoga kita kembali bertemu di jannah-Nya.

15.Para Spirit Booster (para ustadz, para murobbi, para penulis buku dan trainer

motivasi) yang selalu menginduksikan semangat untuk menjadi yang lebih baik. Semoga dengan saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. 16.Teman-teman UKMF FPPI, BEM FKIP 2009/2010, DPM FKIP 2010/2011,

dan MPM/DPM Unila 2011/2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas yang kita lakukan dengan kebaikan dan menjadikan kita sebagai generasi penerus yang bertaqwa.

17.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala kekikhlasan, amal, dan ban-tuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Amin. Bandar Lampung, Februari 2012

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Generatif ... 10

2. Model Pembelajaran Langsung ... 19

3. Berpikir Kritis ... 21

4. Kemampuan Kognitif ... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 30

C. Hipotesis ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Populasi ... 35

B. Sampel ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Prosedur Penelitian ... 37


(15)

xv

F. Analisis Instrumen ... 37

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 39

G. Teknik Pengumpulsn Data ... 40

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 41

1. Menghitung skor Gain ... 42

2. Uji Normalitas ... 43

3. Analisis Variansi ... 44

4. Uji Perbandingan ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Uji Instrumen Penelitian ... 51

a. Uji Validitas Soal ... 52

b. Uji Reliabilitas Soal ... 52

2. Tahapan Penelitian ... 53

a. Kelas Eksperimen ... 53

b. Kelas Kontrol ... 55

3. Data Hasil Penelitian ... 57

4. Uji Hasil Penelitian ... 61

a. Hasil Uji Normalitas Interaksi Siswa, Kemampuan Kognitif Siswa, dan N- gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 61

b. Hasil Analisis Variansi ... 62

c. Hasil Uji Perbandingan ... 63

B. Pembahasan ... 64

1. Interaksi Siswa dalam pembelajaran ... 64

2. N- gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 65

3. Kemampuan Kognitif Siswa ... 66

4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 67

a. Hipotesis Pertama ... 68

b. Hipotesis Kedua ... 70

c. Hipotesis Ketiga ... 71

d. Hipotesis Keempat ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

C. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(16)

xvi LAMPIRAN

1. Silabus Pembelajaran Generatif ... 84

2. RPP Pembelajaran Generatif ... 87

3. LKK Pembelajaran Generatif ... 96

4. Silabus Pembelajaran Langsung ... 108

5. RPP Pembelajaran Langsung ... 111

6. LKK Pembelajaran Langsung ... 121

7. LP 2: Proses ... 131

8. LP 3: Psikomotor ... 134

9. LP 4: Format Pengamatan Perilaku Berkarakter ... 135

10.LP 5: Format Pengamatan Keterampilan Sosial ... 136

11.Kisi-kisi Pretest dan Posttest ... 137

12.LP 1: Soal Pretest dan Postest ... 145

13.Rubrikasi Penilaian Berpikir Kritis Siswa Kemampuan Kognitif Siswa ... 149

14.Lembar Observasi Interaksi Siswa Dalam pembelajaran Generatif ... 164

15.Lembar Observasi Interaksi Siswa Dalam pembelajaran Langsung ... 168

16.Rubrikasi Interaksi Siswa Dalam pembelajaran Generatif ... 172

17.Rubrikasi Interaksi Siswa Dalam pembelajaran Langsung... 175

18.Data Hasil Uji Soal ... 177

19.Data Penilaian Proses Untuk Kelas Eksperimen... 178

20.Data Penilaian Proses Untuk Kelas Kontrol ... 180

21.Data Penilaian Psikomotor Untuk Kelas Eksperimen... 182

22.Data Penilaian Psikomotor Untuk Kelas Kontrol ... 184

23.Data Pengamatan Perilaku Berkarakter Untuk Kelas Eksperimen ... 186

24.Data Pengamatan Perilaku Berkarakter Untuk Kelas Kontrol ... 188

25.Data Pengamatan Keterampilan Sosial Untuk Kelas Eksperimen .... 190

26.Data Pengamatan Keterampilan Sosial Untuk Kelas Kontrol ... 192

27.Data Pretest Kemampuan Kognitif Untuk Kelas Eksperimen ... 194

28.Data Pretest Kemampuan Kognitif Untuk Kelas Kontrol ... 196


(17)

xvii

30.Rekapitulasi N-gain Berpikir Kritis Pembelajaran Langsung ... 200

31.Interaksi Siswa Dalam Pemebelajaran Generatif ... 202

32.Interaksi Siswa Dalam Pemebelajaran Langsung ... 204

33.Uji Validitas Soal ... 206

34.Uji Reliabilitas Soal ... 208

35.Uji Normaliats Data Kelas Eksperimen ... 209

36.Uji Normaliats Data Kelas Kontrol ... 216

37.Hasil Analisis Varian ... 225

38.Hasil Uji Perbandingan ... 229

39.LP 1: Produk (yang telah dikerjakan siswa) ... 231

40.Surat Izin Penelitian ... 234

41.Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 235

42.Dokumentasi ... 236

43.Daftar Hadir Siswa Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ... 237

44.Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen ... 238

45.Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol ... 239

46.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 240

47.Daftar Hadir Seminar Hasil ... 242


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Implementasi Pembelajaran Generatif Menurut Osborn dan Wittrock... 17

2. Implementasi Pembelajaran Generatif yang Digunakan dalam Penelitian ... 18

3. Implementasi Pembelajaran Langsung Menurut Bruce dan Weil... 20

4. Sintaks Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 21

5. Rubrik Penilaian Berpikir Kritis ... 25

6. Desain Penelitian ... 36

7. Data Pretest Berpikir Kritis Tiap Indikator ... 41

8. Data Posttest Berpikir Kritis Tiap Indikator ... 41

9. Data Rekapitulasi N-Gain Berpikir Kritis ... 41

10. Hasil Uji Validitas Soal ... 52

11. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 52

12. Klasifikasi Interaksi Siswa dalam Pembelajaran Generatif dan Pembelajaran Langsung ... 60

13. Klasifikasi N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Akibat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ... 60

14. Kategori Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ... 60

15. Hasil Uji Normalitas Data Interaksi Siswa, Kemampuan Kognitif Siswa, dan N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 61

16. Hasil Analisis Variansi Interaksi Model Pembelajaran dengan Kemampuan Kognitif Siswa ... 63

17. Hasil Hasil Uji Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kemampuan Kognitif Tinggi Antara Pembelajaran Generatif dan Pembelajaran Langsung ... 64

18. Hasil Hasil Uji Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kemampuan Kognitif Rendah Antara Pembelajaran Generatif dan Pembelajaran Langsung ... 64


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 32 2. Paradigma Pemikiran ... 32 3. Diagram Persentase Interaksi Siswa dalam Pembelajaran

Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65 4. Diagram Persentase N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 66 5. Diagram Persentase Kemampuan Kognitif Siswa ... 66 6. Grafik Interaksi Antara Kemampuan Kognitif Awal Siswa dengan


(20)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF STUDENTS’ CRITICAL THINKING ABILITY

THROUGH THE APPLICATION OF GENERATIVE LEARNING MODEL WHICH IS REVIEWED FROM STUDENTS’

COGNITIVE ABILITY

By

CAHYO AGUS SETIAWAN

A critical thinking ability is an important ability in learning and also functions effectively in other aspects of life. Based on that statement, the researcher tried to

conduct a research with some purposes to know: (1) The differences of students’

critical thinking ability in the process of physics learning with the application of generative learning model and direct instruction model, (2) The interaction between learning model and students’ cognitive ability, (3) The differences of

students’ critical thinking ability and their high cognitive ability in the process of physics learning with the application of generative learning model and direct instruction model, and (4) The differences of students’ critical thinking ability and their low cognitive ability in the process of physics learning with the application of generative learning model and direct instruction model.

The research was conducted in SMA 5 Bandar Lampung and using two classes, they were experiment class (Class XI Science 3) with number of sample 37


(21)

Cahyo Agus Setiawan

ii

by used factorial design. In the beginning of research, students were given a pretest to know their critical thinking and cognitive ability in learning to be classified into high cognitive ability students and low cognitive ability students. After three times meetings with the application of generative learning model in the experiment class and direct instruction model in the control class, all samples were given a posttest to know their critical thinking ability after learning process. So, it is found the students’ interaction data in learning, students’ cognitive ability, and N-gain of students’ critical thinking ability which is then processed with variance analysis and ratio test.

The result of research shows that: (1) There are differences of students critical thinking ability in physics learning with the application of generative learning model and direct instruction model, (2) There is no interaction between learning

and students’ cognitive ability model, (3) There are differences between students’ critical thinking ability and students’ high cognitive ability in the process of physics learning with the application of generative learning model and direct instruction model, and (4) There are differences of students’ critical thinking ability in low cognitive ability students in the process of physics learning with the application of generative learning model and direct instruction model.

Keywords: cognitive ability, generative learning and direct instruction model, and critical thinking ability.


(22)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

(GENERATIVE LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

(Skripsi)

Oleh

Cahyo Agus Setiawan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(23)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 Faximile (0721) 704 624

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Cahyo Agus Setiawan Dosen PA : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. NPM : 0743022009 Pemb. I : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Jurusan : Pendidikan MIPA Pemb. II : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Program Studi : Pendidikan Fisika Penguji : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Judul Skripsi : ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIF LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

No. Kegiatan Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

1 Bimbingan I

2 Bimbingan II

3 Bimbingan III


(24)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 Faximile (0721) 704 624

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Cahyo Agus Setiawan Dosen PA : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. NPM : 0743022009 Pemb. I : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Jurusan : Pendidikan MIPA Pemb. II : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Program Studi : Pendidikan Fisika Penguji : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DILIHAT DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

No. Kegiatan Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

5 Bimbingan V

6 Bimbingan VI

7 Bimbingan VII


(25)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 Faximile (0721) 704 624

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Cahyo Agus Setiawan Dosen PA : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. NPM : 0743022009 Pemb. I : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Jurusan : Pendidikan MIPA Pemb. II : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Program Studi : Pendidikan Fisika Penguji : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DILIHAT DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

No. Kegiatan Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

9 Bimbingan IX

10 Bimbingan X

11 Bimbingan XI


(26)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 Faximile (0721) 704 624

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Cahyo Agus Setiawan Dosen PA : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. NPM : 0743022009 Pemb. I : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Jurusan : Pendidikan MIPA Pemb. II : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Program Studi : Pendidikan Fisika Penguji : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DILIHAT DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

No. Kegiatan Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

13 Bimbingan XIII

14 Bimbingan XIV

15 Bimbingan XV


(27)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 Faximile (0721) 704 624

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Cahyo Agus Setiawan Dosen PA : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. NPM : 0743022009 Pemb. I : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Jurusan : Pendidikan MIPA Pemb. II : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Program Studi : Pendidikan Fisika Penguji : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Judul Skripsi : ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIF LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

No. Kegiatan Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

17 Bimbingan XVII 18 Bimbingan

XVIII

19 Bimbingan XIX


(28)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704 624 Faximile (0721) 704 624

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Cahyo Agus Setiawan Dosen PA : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. NPM : 0743022009 Pemb. I : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Jurusan : Pendidikan MIPA Pemb. II : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Program Studi : Pendidikan Fisika Penguji : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Judul Skripsi : ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIF LEARNING) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

No. Kegiatan Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

21

Bimbingan XXI

22 Bimbingan XXII

23 Bimbingan XXIII

24 Bimbingan XXIV


(29)

(30)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membangun kepribadian dan kecerdasan bangsa. Karena pendidikan menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian serta kemampuan intelektuali-tas. Dengan proses pendidikan yang baik dan dikemas dalam proses pembela-jaran yang baik, efektif, efisien, serta menarik, maka akan dapat membentuk kepribadian dan kemampuan intelektualitas peserta didik secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan. Salah satu indikator keberha-silan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut terlihat dengan meningkatnya prestasi belajar siswa disertai dengan kepribadian dan kemampuan intelektua-litas yang baik. Kuncinya adalah pendidikan yang berkuaintelektua-litas, akan memben-tuk sumber daya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ialah memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, menumbuhkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Menunjukkan bahwa pentingnya pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir


(31)

2 peserta didik di setiap satuan pendidikan dari tingkat dasar maupun tingkat menengah. Muatan yang terkandung dalam bekal ilmu yang dimaksudkan tersebut terangkum dalam setiap mata pelajaran yang tersaji di sekolah.

Pembelajaran fisika sangat berkontribusi dalam mengembangkan ilmu penge-tahuan dan teknologi peserta didik di SMA/MA. Namun pada kenyataannya, pembelajaran fisika di sekolah masih terfokus pada penuntasan materi pelaja-ran yang sudah ditargetkan dalam setiap semester. Sehingga tingkat kepaham-an materi dkepaham-an kemampukepaham-an berpikir peserta didik tidak dikembkepaham-angkkepaham-an secara maksimal. Padahal salah satu kecakapan hidup (life skill) yang juga penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran adalah kemampuan berpikir. Di samping pengembangan fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan, pembentukan fitrah moral dan budipekerti, serta berpikir kritis sangat disarankan sebagai tujuan utama pendidikan sains.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Dalam berpikir kritis, seseorang mampu melakukan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau ber-dasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sa-ngat penting dalam melakukan setiap aktivitas kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.

Dalam proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan mengalami timbulnya pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri setiap menghadapi segala persoalan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya.


(32)

3 Sehingga siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan menjadi watak dan kepribadiannya dan terimplementasi dalam segala aspek kehidupannya. Oleh sebab itu berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.

Seiring dengan kemampuan berpikir kritis siswa, kemampuan kognitif siswa yang juga merupakan produk otak dapat dilihat dari keaktifan siswa dan ke-mandirian siswa maupun kemampuan siswa dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan kemam-puan kognitif siswa bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali ditemukan siswa yang mendapat nilai rendah dalam sejumlah mata pelajaran. Ada pula yang dapat nilai tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka masih kurang mampu menerapkan dengan baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dan situasi yang lain.

Gambaran anak-anak dalam mengikuti pelajaran mempunyai kecenderungan diantaranya: (1) Di ruang kelas siswa tenang mendengarkan guru, (2) Hampir semua siswa tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya kepada guru, (3) Sibuk menyalin apa yang diucapkan guru, (4) Apabila ditanya oleh guru tidak ada yang mau menjawab tetapi mereka menjawab bersamaan sehingga suaranya tidak jelas, dan (5) Siswa terkadang ribut sendiri waktu guru menyampaikan pembelajaran atau mengajar.

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan untuk secara lebih tepat mere-presentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Secara spesifik kemampuan kognitif meru-pakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang


(33)

4 berupa aktivitas mental seperti mengingat, menyimbolkan, mengategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. Perkembangan kognitif sendiri adalah perkembangan fungsi intelek atau proses proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.

Kemampuan kognitif berkaitan dengan pengetauan kemampuan berfikir dan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif juga erat hubungan-nya dengan prestasi belajar fisika. Tanpa kemampuan kognitif sulit dibayang-kan seorang siswa dapat berfikir, karena mustahil siswa tersebut dapat mema-hami materi-materi pelajaran fisika yang disajikan kepadanya. Upaya pengem-bangan kognitif secara terarah, baik oleh orang tua maupun guru sangat pen-ting.

Perlu kita sadari bersama bahwa pada umumnya siswa kurang berminat terha-dap pelajaran fisika di sekolah saat ini. Hal ini disebabkan karena dalam fisika siswa dituntut untuk dapat berpikir logis, rasional, kritis, cermat, efisien, dan efektif. Sedangkan sebagian besar guru fisika masih beranggapan bahwa guru adalah sumber ilmu yang serba tahu, sehingga siswa pun beranggapan demiki-an. Hal ini didukung dengan kebiasaan guru ketika dalam proses pembelaja-ran, seorang guru hanya menyampaikan instruksi-instruksi atau materi pembelajaran yang harus diikuti siswa sehingga kemampuan berpikir siswa tidak berkembang secara mandiri dan optimal. Pembelajaran seperti ini rata-rata dipakai oleh guru saat pembelajaran dikelas, dan disebut dengan


(34)

5 nyata bagi guru untuk merubah paradigma dan kebiasaan tersebut agar

kemampuan berpikir siswa dapat berkembang dengan baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut yang telah direncanakan dalam suatu pembe-lajaran khususnya pembepembe-lajaran fisika, guru harus memilih dan menetapkan model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik yang sesuai. Terdapat beberapa model pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kritis siswa sekaligus memberdayakan kemampuan kognitif siswa salah satunya adalah model pembelajaran generatif.

Pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang menyaji-kan langkah-langkah yang dapat digunamenyaji-kan guru untuk membimbing siswa dengan memperhatikan karakteristik kemampuan awal siswa. Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pe-ngetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Intisari dari pembelajaran generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melain-kan dengan aktif mengkonstruk atau membangun suatu interpretasi dari infor-masi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. Sehingga model pembela-jaran generatif diharapkan mampu melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan memberdayakan kemampuan kognitif siswa yang sudah ada.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka telah dilakukan penelitian un-tuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa jika ditinjau dari kemampuan kognitif awal siswa. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan judul “Analisis


(35)

Kemam-6 puan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Generatif (Generatif Learning) Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung?

2. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitif siswa?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dalam proses pembelajaran fisika dengan pe-nerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung? 4. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan

kemampuan kognitif rendah dalam proses pembelajaran fisika dengan pe-nerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung.


(36)

7 2. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitf siswa. 3. Perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemampuan

kognitif tinggi dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung.

4. Perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemampuan kognitif rendah dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis

siswa terhadap suatu materi belajar dalam proses pembelajaran fisika sekaligus membantu siswa dalam penguasaan konsep fisika

2. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembe-lajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir ktitis siswa yang sesuai dengan tingkatan kemampuan kognitif siswa.

3. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan ter-jun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang me-numbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.


(37)

8 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran generatif (generative learning) adalah model pembe-lajaran yang konstruktif yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah: (1) Orientasi, (2) Pengungkapan Ide, (3) Tantangan dan Restrukturisasi (4) Penerapan, dan (5) Melihat Kembali. Model pembelajaran ini diterapkan pada kelas eksperimen.

2. Model Pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan model pem-belajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengeta-huan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Orientasi, (2) Presentasi, (3) Latihan terstruktur, (4) Latihan terbimbing, dan (5) Latihan mandiri. Model pembelajaran ini diterapkan pada kelas kontrol.

3. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses kognitif untuk mem-peroleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan menge-valuasi. Dalam penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan adalah: (1) Memberikan penjelasan sederhana, (2) Mem-buat penjelasan lebih lanjut, dan (3) Menerapkan strategi dan taktik.


(38)

9 4. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan otak untuk mengenal dan

memahami materi pembelajaran atau informasi dengan tahapan-tahapan tertentu. Dalam penelitian ini tahapan yang diteliti adalah: (1) Tahapan mengetahui, (2) Tahapan memahami (3) Tahapan mengaplikasikan, dan (4) Tahapan menganalisis. Untuk kategori tingkatan kemampuan kognitif siswa dikelompokkan menjadi siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan kemampuan kognitif rendah berdasarkan nilai rata-rata kelas.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana dengan submateri hukum Hooke.

6. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.


(39)

II. KERANGKA TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning)

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dalam suatu pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menetapkan model, pendekat-an, strategi, metode, tehnik, dan taktik yang sesuai.

(Nasution 1991: 4) yang menyatakan bahwa:

Guru yang baik adalah guru yang dapat membimbing siswa sehingga ia menguasai bahan pelajaran sepenuhnya. Seorang guru harus mencari langkah-langkah, metode, mengajar, alat pengajaran, dan sumber pelajaran yang khusus.

Metode pembelajaran diarahkan sebagai cara-cara yang dapat digunakan dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan, dan strategi pembelajaran diacukan sebagai penataan cara-cara tertentu pula. Sehingga terwujud suatu urutan langkah prosedural yang dapat dipakai untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Secara profesional memang seorang guru diwajibkan menguasai langkah-langkah dalam membimbing siswanya. Dalam proses membimbing siswa seorang guru menggunakan metode dan strategi yang tepat agar tujuan


(40)

11 pembelajaran yang telah direncanakan dapat diwujudkan secara optimal de-ngan melihat kemampuan siswanya. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karekteristik kemampuan siswa dan karakteristik mata pelajaran akan menyajikan suguhan pelajaran yang sangat dimungkinkan sepenuhnya akan dikuasai oleh siswa.

Pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang menyaji-kan langkah-langkah yang menuntun seorang guru agar dapat membimbing siswa dengan memperhatikan karakteristik kemampuan awal siswa. Pembela-jaran generatif merupakan suatu model pembelaPembela-jaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengeta-huan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetapengeta-huan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang diha-dapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka pan-jang.

Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruk suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. Seperti yang di-kemukakan oleh Osborne dan Wittrock dalam Hulukati (2005) bahwa otak bukanlah suatu blank slate yang dengan pasif belajar dan mencatat informasi yang datang.


(41)

12 Menurut Osborne dan Wittrock dalam Sumarna (2009):

Model pembelajaran generatif ini dirumuskan ke dalam lima tahapan, yaitu:

1. Orientasi

2. Pengungkapan Ide

3. Tantangan dan Restrukturisasi 4. Penerapan

5. Melihat Kembali

Kelima tahap berikut merupakan tahapan model pembelajaran generatif dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Orientasi

Merupakan tahap memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep yang sedang dipelajari, dengan menghubungkan materi tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengungkapan Ide

Pada tahap ini guru dapat mengetahui ide atau konsep awal yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide mereka mengenai konsep yang akan dipelajari. Pengungkapan ide tidak hanya disampaikan dari siswa ke guru, tetapi juga antarsiswa. Pengkomunikasian gagasan ini dapat terjadi baik antara siswa dalam suatu kelompok maupun antarkelompok.

3. Tantangan dan Restrukturisasi

Pada tahap ini guru memunculkan kognitif konflik sehingga siswa dapat membandingkan pendapatnya dengan pendapat temannya, serta bisa me-ngupayakan pengungkapan kebenaran atau keunggulan pendapatnya. Pada tahap ini siswa menerima tantangan berupa permasalahan yang diberikan


(42)

13 oleh guru ataupun yang diajukan oleh salah satu siswa, kemudian melalui diskusi kelompok para siswa berusaha menyelesaikan permasalahan terse-but. Selanjutnya siswa menyajikan pekerjaannya untuk dibandingkan dengan pekerjaan dari kelompok lain. Setelah proses tersebut diharapkan siswa bisa memperoleh koneksi baru yang lebih dalam mengenai konsep yang bersangkutan.

4. Penerapan

Pada tahap ini siswa menerapkan konsep awal yang mereka miliki ditam-bah dengan konsep baru yang telah mereka peroleh. Siswa diberi kesem-patan untuk menguji ide alternatif yang mereka bangun untuk menyelesai-kan persoalan yang bervariasi.

5. Melihat Kembali

Siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan dari konsep yang dimilikinya, kemudian memilih cara atau konsep yang paling efektif dalam menyelesaikan persoalan. Siswa juga diharapkan dapat mengingat kembali konsep yang sudah dipelajari secara keseluruhan.

Strategi pembelajaran generatif mengajarkan metode-metode spesifik melaku-kan kerja mental menangani informasi baru. Contoh, siswa telah berhasil diajar untuk membuat pertanyaan-pertanyaan untuk diri mereka sendiri dan mengungkapkan dengan kata-kata sendiri apa yang telah mereka dengar, dinyatakan oleh King dalam Nur (2001).

Menurut Osborne dan Wittrock dalam Yulviana (2008) menjelaskan bahwa: Rencana praktis untuk meningkatkan pembelajaran generatif, yaitu: 1. Ajar para siswa belajar pemahaman.


(43)

14 2. Ajar tentang kesuksesan siswa di sekolah bermula dari suatu

kepercayaan pada diri sendiri, kemampuan-kemampuan mereka, dan usaha mereka.

3. Ajar para siswa untuk mengindahkan proses-proses tentang membangun maksud, instruksi, dan pokok materi.

4. Identifikasi model-model siswa, prasangka-prasangka, strategi pelajaran, sikap-sikap, dan kepercayaan-kepercayaan yang secara langsung relevan kepada pokok materi ketika sedang berusaha untuk mengajar mereka.

5. Ajar para siswa metacognitive atau strategi pengendalian diri karena bermanfaat untuk mengarahkan teori mereka sendiri dan proses-proses pemikiran efektif.

Dalam proses pembelajaran generatif di kelas sangat penting mengajarkan pemahaman kepada siswa. Baik pemahaman terhadap diri sendiri, terhadap materi belajar, terhadap teman, terhadap guru, maupun terhadap lingkungan sekitar belajar. Hal ini dimaksudkan sebagai tahap orientasi siswa pada proses pembelajaran generatif agar siswa mampu beradaptasi dengan baik. Proses ini didukung positif dengan usaha seorang guru untuk meyakinkan dan memberi-kan motivasi kepada siswanya bahwa kesuksesan itu tergantung pada diri sen-diri berdasarkan kemampuan yang mereka miliki serta usaha mereka untuk mencapai kesuksesan. Seperti yang tertulis dalam AlQur’an bahwa ”Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha merubahnya sendiri”.

Kemudian mengajarkan kepada siswa untuk mengindahkan proses-proses tentang membangun maksud, instruksi, dan pokok materi belajar. Sebuah pro-ses untuk mencapai hasil itu penting karena didalam propro-ses itu terdapat bela-jar. Guru harus mampu mengidentifikasi model-model siswa, prasangka-prasangka, strategi pelajaran, sikap-sikap, dan kepercayaan-kepercayaan yang secara langsung relevan kepada pokok materi ketika sedang berusaha untuk


(44)

15 mengajar mereka. Kemudian guru mengajarkan kepada para siswa tentang kemampuan metacognitive atau strategi pengendalian diri karena bermanfaat untuk mengarahkan teori mereka sendiri dan proses-proses pemikiran efektif.

Menurut Tyler dalam Hidayati (2008) menjelaskan bahwa: Peran utama guru dalam pembelajaran generatif, yaitu: a. Sebagai stimulator rasa ingin tahu

b. Membangkitkan dan menantang ide-ide siswa c. Sebagai narasumber

d. Sebagai senior co-investigator

Dalam proses pembelajaran generatif guru beperan sebagai stimulator rasa ingin tahu. Guru memberikan stimulasi-stimulasi sehingga siswa menjadi pe-nasaran terhadap materi belajar yang sedang dipelajari. Selanjutnya guru membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan memberikan sebuah tantangan berupa pemasalahan sehingga siswa memberikan ide-idenya menge-nai permasalahan tersebut. Siswa diminta untuk mempertahankan idenya dengan argumen-argumen dan membandingkan dengan ide dari siswa lain. Jika tidak ditemukan kesamaan pemahaman dalam pikiran siswa guru membe-rikan solusi dalam arti guru sebagai narasumber. Peran guru selanjutnya sebagai senior co-investigator.

Landasan teoritik dan empirik pembelajaran generatif memiliki landasan teo-ritik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori kons-truktivis ini menurut Nur dan Katu dalam Kholil (2008) diantaranya adalah sebagai berikut:


(45)

16 1. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika

konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru. 2. Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat,

yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sen-diri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.

3. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalih-kan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas ara-han dari mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya langsung saja diberikan tugas kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut dengan menerapkan scaffolding.

4. Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah terse-but, siswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru atau teman sebaya yang lebih mampu.


(46)

17 5. Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita

menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat in-formasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.

6. Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki ke-mampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.

7. Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas ter-selesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.

Implementasi pembelajaran generatif yang sesuai dengan skenario pembela-jaran generatif menurut Wittrock dalam Sumarna (2009) dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Implementasi Pembelajaran Generatif Menurut Osborn dan Wittrock

Tahapan Model Pembelajaran Generatif

menurut Osborn dan Wittrock

Implementasi Pembelajaran Generatif

A.Tahap Orientasi Siswa diberikan kesempatan untuk membangun kesan mengenai topik yang akan dibahas dengan pengalaman mereka sendiri

B.Tahap Pengungkapan Ide

Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapakan ide, pada tahap ini siswa menyadari terdapat

perbedaan diantara siswa mengenai bahasan tersebut. C.Tahapan Tantangan

dan Rekronstruksi

Guru menyiapkan suasana dimana siswa meninta membandingkan pendapatnya dengan pendapat siswa lain sehingga terjadi adu argumentasi.

Guru mengusulkan peragaan atau eksperimen untuk menguji kebenaran pendapat mereka.

D.Tahapan Penerapan Kegiatan dimana siswa diberikan kesempatan untuk menguji ide alternative untuk membangun

pengetahuan baru melalui eksperimen dalam


(47)

18

muncul konflik kognitif antara apa yang dimiliki, dilihat, dan diperagakan.

E. Tahap Melihat Kembali

Siswa diberi kesemmpatan untuk mengevaluasi kelemahan dari modul yang lama

Siswa diharapkan memberikan alasan tentang pengetahuan yang mereka temukan

Tabel 1 memaparkan tahapan-tahapan sintaks pembelajaran generatif menu-rut Osborn dan Wittrock. Berdasarkan tabel sintaks pemebelajaran generatif pada Tabel 1 maka peneliti membuat rancangan implementasi pembelajaran generatif yang akan dilakukan pada saat penelitian seperti pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Implementasi Pembelajaran Generatif yang digunakan dalam penelitian

Tahapan Model Pembelajaran Generatif

Implementasi Pembelajaran Generatif Pada Penelitian

A. Tahap Orientasi  Siswa diberikan kesempatan untuk

mengungkapkan topik dan memberikan ide/ gagasan tentang Hukum Hooke.

 Siswa diminta mengaitkan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari tentang Hukum Hooke.

B. Tahap Pengungkapan Ide

 Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk mencari alternatif jawaban dalam memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

 Guru menampung pendapat siswa dengan tidak membenarkan atau menyalahkannya. C. Tahapan Tantangan dan

Rekronstruksi

 Siswa dihadapkan pada permasalahan yang lebih menantang melalui serangkaian demostrasi sederhana

 Siswa diberi kesempatan untuk sharing idea

dengan siswa lain dengan bimbingan guru.  Guru memberikan arahan terhadap siswa D. Tahapan Penerapan  Siswa melakukan percobaan secara

berkelompok dengan alat dan bahan yang tersedia, selama siswa melakukan

percobaan, guru membimbing siswa sambil memberikan penilaian proses.

 Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis dan menginterpretasi data yang diperoleh sampai kesimpulan.  Siswa mempresentasikan hasil percobaan


(48)

19

dalam bentuk laporan sebagai alternatif pengembangan jawaban.

 Guru membantu siswa untuk

mengaplikasikan konsep dalam bentuk soal-soal latihan

 Siswa mengerjakan soal latihan dalam bentuk hitungan

E. Tahap Melihat Kembali  Guru melakukan tanya jawab untuk menjukkan kelemahan konsepsi awal dan penyelesaian masalah.

 Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan yang baru yang telah diperoleh dari hasil percobaan dan penjelasan guru.

 Siswa diharapkan mampu memberikan alasan tentang pengetahuan baru tersebut dari kata-katanya sendiri.

Sumber : Modifikasi dari Wittrock dalam Sumarna (2009)

2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Pembelajaran Langsung merupakan suatu model pembelajaran yang sebenar-nya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan di-latihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembela-jaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.

Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan


(49)

pela-20 tihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pe-latihan dan pemberian umpan balik tertentu, guru perlu selalu mencoba mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau kete-rampilan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil dalam Sudrajat (2011) dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Implementasi Pembelajaran Langsung Menurut Bruce dan Weil yang akan diterapkan dalam penelitian

Tahapan Pembelajaran Langsung Implementasi Pembelajaran Langsung

 Orientasi

Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru memberikan kerangka

pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan.

1)Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa 2)Mendiskusikan atau menginformasikan

tujuan pelajaran

3)Memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

4)Menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan

dilakukan selama pembelajaran 5)Menginformasikan kerangka pelajaran.

 Presentasi

Guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan

1)Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek

2)Pemberian contoh-contoh konsep 3)Pemodelan atau peragaan keterampilan

dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas 4)Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

 Latihan terstruktur

Guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan.

Memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan serta mengoreksi respon siswa.

 Latihan terbimbing

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.

1)Memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

2)Mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya.

 Latihan mandiri Siswa berlatih secara mandiri

Sumber : Modifikasi dari Sudrajat (2011)

Di lain pihak, menurut Slavin dalam Sudrajat (2011) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut:


(50)

21 Tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung yaitu :

 Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.

 Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat.

 Menyampaikan materi pelajaran.

 Melaksanakan bimbingan.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih.

 Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik.

 Memberikan latihan mandiri.

Berdasarkan tabel sintaks pemebelajaran langsung (direct instruction) pada Tabel 3 maka peneliti membuat rancangan implementasi pembelajaran lang-sung (direct instruction) yang akan dilakukan pada saat penelitian seperti pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Tabel Sintaks Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Fase-fase Kegiatan guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran ini, mempersiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap tentang Hukum Hooke

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari tentang Hukum Hooke.

Sumber : Modifikasi dari Nurman (2009)

3. Berpikir Kritis

Johnson (2009) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk memahami.


(51)

22 Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu me-nuju ke satu titik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Kemampuan dalam berpikir kritis memberi-kan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam me-nentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Achmad (2007) adalah:

1. Berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan.

2. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.

Johnson (2009) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menye-lidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.

Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Seperti yang dikemukakan oleh Anggelo dalam Achmad (2007), yakni:

Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir juga dilontarkan pula oleh Scriven dalam Achmad (2007: 3), yaitu:


(52)

23 Berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep,

mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.

Ada beberapa indikator berpikir kritis. Ennis dalam Aryati (2009: 24),

mengiden-tifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi:

 memfokuskan pertanyaan

 menganalisis pertanyaan dan bertanya

 menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas :

 mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

 mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan:

 mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi

 meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi

 membuat serta menentukan nilai pertimbangan 4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas:

 mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan serta dimensi

 mengidentifikasi asumsi

5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas:

 menentukan tindakan

 berinteraksi dengan orang lain

Berdasarkan penjelasan mengenai indikator kemampuan berpikir kritis menu-rut Ennis, maka dapat dibuat rubrik dengan pemberian skor 1 sampai skor 4. Skor 1 adalah skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi. Rubrik tersebut ditampilkan pada Tabel 5.


(53)

24 Tabel 5. Rubrik Penilaian Berpikir Kritis

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian

Memberikan Penjelasan Sederhana

1 Hanya memfokuskan pada pertanyaan 2 Memilih informasi relevan

3 Menganalisis argument

4 Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan Memberikan Penjelasan

Lebih Lanjut

1 Mendefinisikan istilah 2 Mendefinisikan asumsi 3 Mempertimbangkan definisi

4 Menemukan pola hubungan yang digunakan Menerapkan Strategi

dan Taktik

1 Menentukan tindakan

2 Menunjukkan pemecahan masalah

3 Memecahkan masalah menggunakan berbagai sumber

4 Ketepatan menggunakan tindakan Sumber : Modifikasi dari Ennis dalam Achmad (2007)

Selain indikator berpikir kritis, ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis.Zeidler, et al dalam Suprapto (2008: 9) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:

1. memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah

2. bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.

Wade dalam Achmad (2007: 5) juga mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:

(1) kegiatan merumuskan pertanyaan, (2) membatasi permasalahan,

(3) menguji data-data,

(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,

(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional, (6) menghindari penyederhanaan berlebihan,

(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas.


(54)

25 Pott dalam Techonly (2010: 22) menyatakan bahwa:

Ada tiga strategi spesifik untuk pembelajaran kemampuan berpikir kritis, yakni membangun kategori, menentukan masalah, dan men-ciptakan lingkungan yang mendukung (fisik dan intelektual).

Metode pembelajaran yang mempunyai karakteristik tersebut diantaranya pembelajaran generatif. Hal ini didasarkan pada proses pembelajaran pene-muan yang digambarkan Veermans dalam Techonly (2010: 22) yaitu:

Orientasi, menyusun hipotesis, menguji hipotesis, membuat kesim-pulan dan mengevaluasi (mengontrol). Rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran penemuan merupakan aktivitas dalam berpikir kritis.

Pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang berorientasi pa-da kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model pembelajaran gene-ratif, Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di benak mereka sendi-ri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Menurut Christensen dan Marthin dalam Sugiyarti (2005) bahwa strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi pembelajaran yang baru.

Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,


(55)

men-26 yimpulkan, dan mengevaluasi. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis ber-pikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.

4. Kemampuan Kognitif

Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pa-da penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat pa-dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui presepsi manusia terus-menerus mengadakan hu-bungan dengan lingkungannya. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif di-mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa yang lampau.

Pada prinsipnya mengingat adalah penarikan kembali informasi dalam bentuk kesan-kesan yang tersimpan dialam bawah sadar kedalam alam sadar yang pernah diperoleh sebelumnya. Berpikir adalah tingkah laku yang sering impli-cit dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan symbol-simbol (gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep) perlu diakui bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi dan berpikir itu sendiri mempunyai tingkatan.

Struktur dari original taksonomi Bloom (sudah revisi) menurut Anderson, L.W dan Krathwohl, D. R. dalam Amin Susilo (2008), yaitu:

Dimensi proses kognitif mencakup menghafal (remember), mema-hami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyse), mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).


(56)

27 Kelima tahap berikut merupakan tahapan model ranah kognitif dengan penje-lasan sebagai berikut:

1. Mengetahui, yang disebut C1

Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk

mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna,

tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kate-gori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali dan me-ngingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, meng-gambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, me-nandai, menamai.

Contoh: Sebutkan besaran-besaran yang termasuk besaran pokok dan besaran turunan!

2. Memahami (understand), yang disebut C2

Pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempu-nyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengi-ngat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas,mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeber-kan.


(57)

28 3. Mengaplikasikan (apply), yang disebut C3

Penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkai-tan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kate-gori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Katekate-gori ini men-cakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplemen-tasikan. Kata oprasionalnya melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi.

Contoh: Tentukan resultan gaya pada suatu benda jika benda diberi gaya sebesar 50 N ke arah kanan dan 20 N ke arah kiri!

4. Menganalisis (analyze), yang disebut C4

Analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, ngorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, me-nyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, memban-dingkan, mengintegrasikan.

Contoh : Besar kecepatan suatu partikel yang mengalami perlambatan konstan ternyata berubah dari 30 m/s menjadi 15 m/s setelah menempuh jarak sejauh 75 m. Setelah menempuh jarak berapa lagi partikel tersebut berhenti?


(58)

29 5. Mengevaluasi (evaluate), yang disebut C5

mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan stan-dar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kate-gori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu me-nyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan.

Contoh : Mengapa gerak parabola dapat dipandang dalam dua arah, yaitu arah vertikal (sumbu-y) yang merupakan gerak lurus berubah beraturan (GLBB), dan arah horizontal (sumbu-x) yang merupakan gerak lurus beraturan (GLB)?

6. Membuat (create), yang disebut C6

Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.

Berdasarkan penjelasan mengenai tahapan kemampuan kognitif dalam takso-nomi Bloom yang telah direvisi menurut Anderson, L.W dan Krathwohl, D. R., maka kemampuan kognitif siswa dalam proses belajar mengajar dikhusus-kan pada tahapan kemampuan memahami (C2), tahapan kemampuan


(59)

30 B. Kerangka Pemikiran

Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Penge-tahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil men-jawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disim-pan dalam memori jangka disim-panjang. Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Orientasi, (2) Pengungkapan Ide, (3) Tantangan dan Restrukturisasi, (4) Penerapan, dan (5) Melihat Kembali.

Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang sebenar-nya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Langkah–langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Menyampaikan tujuan dan mem-persiapkan siswa, (2) Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, (3) Membimbing pelatihan, (4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penera-pan.

Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses kognitif untuk memper-oleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, menge-nal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis yang akan


(60)

diguna-31 kan adalah: (1) Memberikan penjelasan sederhana, (2) Membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) Menerapkan strategi dan taktik.

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan otak untuk mengenal dan me-mahami materi pembelajaran atau informasi dengan tahapan-tahapan tertentu. Dalam penelitian ini tahapan yang diteliti adalah: (1) Tahapan mengetahui, (2) Tahapan memahami (3) Tahapan mengaplikasikan, dan (4) Tahapan menganalisis. Untuk kategori tingkatan kemampuan kognitif siswa dikelom-pokkan menjadi siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dan kemampuan kognitif rendah berdasarkan nilai rata-rata kelas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ( X ),variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa (Q), se-dangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa (Y). Penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung pada masing-masing kelas akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada masing-masing kelas tersebut. Ada faktor yang juga mempenga-ruhi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu kemampuan kognitif siswa.

Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui: (1) Perbedaan kemam-puan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan penera-pan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, (2) In-teraksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitif siswa, (3) Perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model


(61)

32 pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung, dan (4) Perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan kemampuan kognitif rendah dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran dapat dilihat dari skor N-Gain kelas eksperimen yaitu kelas pembelajaran generatif dan kelas kontrol yaitu kelas pembelajaran langsung (direct intsruction). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

= Pengaruh oleh variabel bebas = Pengaruh oleh variabel moderator

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran seperti berikut ini:

Gambar 2. Paradigma Pemikiran

X Y

RXY

Q RQ

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Penerapan Model Pembelajaran

Rendah Kemampuan Kognitif Siswa


(62)

33 Keterangan:

X : Penerapan model pembelajaran (variabel bebas) Q : Kemampuan kognitif siswa (variabel moderator)

Y : Kemampuan berpikir kritis siswa (variabel terikat)

RXY : Pengaruh model pembelajaran (X) terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa (Y)

RQ : Pengaruh kemampuan kognitif siswa (Q) pada proses peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa (Y) dengan penerapan model pembe-lajaran (X)

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka dapat hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Hipotesis Pertama O

H : Tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung.

1

H : Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pem-belajaran fisika dengan penerapan model pempem-belajaran generatif dan model pembelajaran langsung.

2. Hipotesis Kedua O

H : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitif siswa.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pem-belajaran fisika dengan penerapan model pempem-belajaran generatif dan model pembelajaran langsung. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran generatif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung.

2. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan kognitif awal siswa. Jika ditinjau dari kemampuan kognitif awal siswa maka kemampuan berpikir kritis siswa tidak bergantung pada model pem-belajaran yang digunakan.

3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan ke-mampuan kognitif tinggi dalam proses pembelajaran fisika dengan pene-rapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran langsung. Siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi pada pembelajaran generatif mempunyai kemampuan berpikir kritis lebih baik dibandingan dengan siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi pada


(2)

78 4. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan

ke-mampuan kognitif rendah dalam proses pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran lang-sung. Siswa yang memiliki kemampuan kognitif rendah pada pembela-jaran generatif mempunyai kemampuan berpikir kritis lebih baik diban-dingan dengan siswa yang memiliki kemampuan kognitif rendah pada pembelajaran langsung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran generatif dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Guru hendaknya benar-benar mengarahkan siswa untuk aktif pada pelak-sanaan fase rekonstruksi, penerapan, dan melihat kembali pemecahan masalah dalam pembelajaran generatif karena jika fase ini berjalan den-gan baik, pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya mampu menciptakan interaksi pembelajaran yang baik sehingga siswa berpartisi secara aktif. Dengan adanya interaksi yang baik maka kekritisan siswa dalam belajar akan meningkat dan lebih mudah menguasai materi yang disampaikan.


(3)

79 4. Guru hendaknya memberikan review kepada siswa di akhir pembelajaran

dengan teknik yang aktif dan menyenangkan serta menyajikan soal-soal review yang dapat mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dalam setiap penyelesaiannya.

5. Sebaiknya pelaksanaan praktikum dilakukan dengan alat dan bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar siswa sehingga siswa mampu menyiapkan sendiri alat dan bahan praktikum. Proses pembelajaran seca-ra pseca-raktik akan berjalan dengan lancar jika siswa-siswa telah menyiapkan alat dan bahan praktikum secara lengkap.

6. Sekolah harus mampu memberikan fasilitas dan peluang yang positif ba-gi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. [Network] diakses 10 Juni 2011 dari http://researchengines.com/ 1007arief3.html. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara.

Jakarta.

Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 darihttp://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana- strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hardiansyah. 2006. Jenis-Jenis Desain Penelitian Secara Umum Dan

Pendekatannya. Makalah. [Network] diakses 4 Juli 2011 dari

http://Te.Ugm.Ac.Id/~Risanuri/V01/Wp-Content/Uploads/2011/05/Final-Hardi-Dan-Kholis.Pdf.

Hidayati. 2008. Peran Utama Guru Dalam Pembelajaran Generatif. [Network] Diakses 3 Juni 2011 dari http:///Model –

Pembelajaran-Generatif.blogspot.com.

Hulukati, E. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi. [Network] diakses 3 Juni 2011 dari http :///Model –

Pembelajaran-Generatif.blogspot.com.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Kaifa. Bandung. Kholil, A. 2008. Pembelajaran Generatif (MPG). [Network] diakses 3 Juni 2011

dari http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.html.

Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta. Gramedia.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berfikir Kritis dan Pemahaman Konsep pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple


(5)

Nasution. 1991. Kurikulum dan pengajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta. ________. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT

Bumi Aksara. Jakarta.

Nur. 2001. Strategi Pembelajaran Generatif Dengan Metode-Metode Spesifik Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Network] diakses 3 Juni 2011 dari http:///Model –Pembelajaran-Generatif.blogspot.com.

Nurman. 2009. Model Pembelajaran Langsung. [Network] diakses 6 Juli 2011 dari http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom. Yogyakarta.

Rahayu, Sri. 2010. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom. Makalah. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. [Network] diakses 4 Juli 2011 dari http://rian.hilman.web.id/wp-content/uploads/2011/01/ranah-pengetahuan-menurut-bloom.doc.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta. Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Setyowati. 2011. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. [Network] diakses 21 November 2011 dari http://digilib.unnes.ac.id.

Suliyanto, Joko. 2011. Pengaruh Pembelajaran Konstruktif (Generatif Learning) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika Siswa. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. [Network] diakses 21 November 2011 dari http://digilib.unnes.ac.id.

Sudrajat, Ahmad. 2011. Model Pembelajran Langsung (Direct Instruction). [Network] diakses 6 Juli 2011 dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/.


(6)

_____________. 2011. Sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). [Network] diakses 6 Juli 2011 dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/sintaks-model-pembelajaran-langsung/.

Sugiyarti, Henik. 2005. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMPN I Tambakromo Kabupaten Pati Melalui

Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. [Network] diakses 15 Juni 2011 dari http://digilib.unnes.ac.id. Sumarna, H. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Madrasah Aliyah. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. [Network] diakses 3 Juni 2011 dari http:///Model –Pembelajaran-Generatif.blogspot.com.

Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Diakses 15 Juni 2011 dari

http://supraptojielwongsolo. wordpress.com /2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/.

Suryani, Lily. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IA-2 SMAN 7 Malang.Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. [Network] diakses 21 Nov 2011 dari http://fisika.um.ac.id/index.php/abstrak-skripsi-mahasiswa/291.

Susilo, Amin. 2008. Usaha Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa Melalui Sistem

Tutorial Dalam Proses Pembelajaran Matematika. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta. [Network] diakses 4 Juli 2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/1130/1/A410030139.pdf.

Techonly. 2010. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. [Network] diakses 15 Juni 2011 dari http://techonly13.wordpress.com.

Yulviana, R. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk

Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.[Network] diakses 3 Juni 2011 dari http:///Model – Pembelajaran-Generatif.blogspot.com.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah ( Prblem based learning) terhadap Kemampuan berpikir kritis siswa

7 19 180

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CORE DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA

12 128 489

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING)DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

2 14 78

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PEMBELAJARAN MODEL 4K MATERI GEOMETRI KELAS VIII DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA

21 118 377

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 5 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 3 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP.

0 2 49

Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Generative Learning pada Materi Hukum Newton

0 0 7