PENGARUH PEMBELAHAN SUBANG (CORM) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA DAN SUBANG DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

(1)

Nova Rina Firzayanti

ABSTRACT

THE EFFECT OF CORM’S FISSION ABOUT GROWTH AND PRODUCTION OF FLOWER AND CORM IN TWO CULTIVAR OF GLADIOL (Gladiolus hibridus L.)

By

NOVA RINA FIRZAYANTI

Gladiol is the one of fancy flower that already known in Indonesia and very popular and liked by people. Gladiol (Gladiolus hybridus L.) is the wan of ornamental plant that produce a potencial fancy flower to develop commercially because it has interesting appearance of flower also interesting colour. The main obstacle on developing of gladiol is to number of plant also the low production. Fission of corm is the one of way to break the domination of apical tip and sate

the seed’s heeded.

The purpose of the research are: (1) knowing effect of corm’s fission about growth and production of gladiol, (2) knowing the differences between growth and production on two cultivar of gladiol, (3) knowing whether each cultivar has a

different respons about corm’s fission. The research was held in Gunung Terang

district, Bandar Lampung started from December 2011 − April 2012.

This research did with used Group Random Design ( Rancangan Acak Kelompok) with treatment that arranged factorially 2 x 2 with four times repeatation. The

first factor was gladiol’s cultivar named Holland Putih and Holland Pink. The second factor was corm’s fission, fission corm and pure corm. The unit of research was groupped based on tuber’s weigh. The kind of Homogenity tested

with Bartlett tes, data’s Aditivition tested with Tukey and data analyze did with manner analyze that continued with BNT on level 5 %.

The result of research showed that : (1) treatment of pure corm produced floret as much as 11,98 bud (26,77 %); the weight of corm 26,42 g (26,42 %); the number of cormel 18,65 (56,94 %); weight of cormel 7,01 g (64,76 %) and dry weight off berangkasan 10,59 g (34,47 %) higher that treatment of fission corm, (2) Holland

Putih’s cultivar had the number of floret 12,62 bud (30,19 %); diametre of floret 10,05 cm (25 %); lenght of stalk 73,35 cm (30,03 %); diametre of corm 4,43 cm (23,79 %); the number of cormel 18,65 (86,27 %) and the weight of cormel 7,01g


(2)

Nova Rina Firzayanti produced the number of cormel and weight of cormel higher than fission corm

with each of that 56,94 % and 64,76 % while on Holland Pink’s cultivar, there

were no differences between number of cormel and weight of cormel between pure corm and fission corm.


(3)

Nova Rina Firzayanti

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAHAN SUBANG (CORM) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA DAN SUBANG

DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

Oleh

NOVA RINA FIRZAYANTI

Gladiol merupakan salah satu bunga potong yang sudah lama dikenal di Indonesia dan banyak disukai oleh masyarakat. Tanaman gladiol (Gladiolus hybridus L.) merupakan salah satu jenis tanaman hias penghasil bunga potong yang cukup potensial untuk dikembangkan secara komersial karena memiliki penampilan bunga serta warna yang menarik. Kendala utama dalam pengembangan bunga gladiol adalah perbanyakan tanaman serta produksi subang yang rendah. Pembelahan subang merupakan salah satu cara untuk memecah dominansi apikal/tunas pucuk dan menghemat kebutuhan bibit.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pembelahan subang terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol, (2) mengetahui perbedaan

pertumbuhan dan produksi kedua kultivar gladiol, (3) mengetahui apakah masing-masing kultivar memiliki respon yang berbeda terhadap pembelahan subang. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Bandar Lampung pada bulan Desember 2011 − April 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 2 x 2 dengan empat kali ulangan. Faktor pertama adalah kultivar gladiol yaitu Holland Putih dan Holland Pink. Faktor kedua adalah pembelahan subang yaitu subang belah (SB) dan subang utuh (SU). Satuan percobaan dikelompokkan berdasarkan bobot umbi. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, dan analisis data dilakukan dengan analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.


(4)

Nova Rina Firzayanti Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perlakuan subang utuh menghasilkan jumlah floret 11,98 kuntum (26,77%); bobot subang 26,42 g (26,42%); jumlah kormel 18,65 buah (56,94%); bobot kormel 7,01 g (64,76%) dan bobot kering berangkasan 10,59 g (34,47%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan subang belah, (2) Kultivar Holland Putih memiliki jumlah floret 12,62 kuntum (30,19%); diameter floret 10,05 cm (25%); panjang tangkai bunga 73,35 cm (30,03%); diameter subang 4,43 cm (23,79%); jumlah kormel 18,65 buah (86,27%) dan bobot kormel 7,01 g (55,35%) lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar Holland Pink, (3) Holland Putih dengan subang utuh menghasilkan jumlah kormel dan bobot kormel lebih tinggi dibandingkan dengan subang belah masing-masing 56,94% dan 64,76% , sementara pada kultivar Holland Pink tidak ada perbedaan jumlah kormel dan bobot kormel antara subang utuh dan subang belah.


(5)

PENGARUH PEMBELAHAN SUBANG (CORM) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA DAN SUBANG DUA

KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

(Skripsi)

Oleh

NOVA RINA FIRZAYANTI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

Nova Rina Firzayanti

PENGARUH PEMBELAHAN SUBANG (CORM) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA DAN SUBANG

DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

Oleh

NOVA RINA FIRZAYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tampilan bunga gladiol kultivar Holland Putih. ………..……... 13

2. Tampilan bunga gladiol kultivar Holland Pink. .……….……… 13

3. Tampilan subang Kultivar Holand Pink. …...………….. 17

4. Tampilan subang Kultivar Holland Putih. ... 18

5. Perlakuan pembelahan subang sebelum tanam. ………….………... 19

6. Tampilan tinggi tanaman kultivar Holland putih dan Holland pink. …... 25

7. Tampilan jumlah floret kultivar Holland putih dan Holland pink. ... 27

8. Tampilan diameter floret kultivar Holland putih dan Holland pink. ... 28

9. Tampilan panjang tangkai bunga kultivar Holland putih dan Holland pink. ……….…….. 29

10. Tampilan diameter subang kultivar Holland putih dan Holland pink. ... 30

11. Tampilan jumlah kormel kultivar Holland putih dan Holland pink. ... 32

12. Tampilan bobot kormel kultivar Holland putih dan Holland pink. ... 33


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Landasan Teori ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ... 5

1.5 Hipotesis ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol ... 7

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Gladiol ... 9

2.3 Media Tanam ... 10

2.4 Jenis Kultivar Gladiol ... 11

2.5 Pembelahan Subang ... 14

III. BAHAN DAN METODE ... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Alat dan Bahan ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 16

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 17

3.4.1 Persiapan Bibit ... 17

3.4.2 Perlakuan Subang Sebelum Tanam ... 18

3.4.3 Teknik Pembelahan Subang ... 18

3.4.4 Persiapan Media Tanam dan Penanaman ... 19


(9)

3.4.6 Pemeliharaan ... 20

3.5 Panen ... 20

3.6 Pengamatan ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil Penelitian ... 23

1. Tinggi Tanaman ... 25

2. Jumlah Floret ... 26

3. Diameter Floret ... 27

4. Panjang Tangkai Bunga ... 28

5. Dimeter Subang ... 29

6. Bobot subang ... 31

7. Jumlah Kormel ... 31

8. Bobot Kormel ... 33

9. Bobot kering berangkasan ... 34

4.2 Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(10)

Semua bunga esok hari

ada dalam benih hari ini...

Semua hasil esok hari

ada dalam pikiran hari ini...

Baik (good) adalah

musuhnya hebat (great).

Artinya, apabila kita ingin hebat

maka kita tidak boleh


(11)

Kemarin tidak berkuasa atas esok hari

Dan masa lalu tidak menentukan masa depan

Apapun yang terjadi di masa lalu

Terpisah dari hari ini dan masa depan

Sesedih apapun masa lalu

Jika tegas memutuskan untuk hidup

Mengutamakan yang baik dan menggembirakan

Maka esok hari akan lebih baik

Dan masa depan menjadi penuh harapan

Hari inilah yang menentukan apapun

Di masa depan

Maka hadapi hari ini

Dengan cara yang menjadikan


(12)

Nova Rina Firzayanti

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Tri Dewi Andalasari, M. Si. _____________

Sekretaris : Ir. Yohannes Cahya Ginting, M. P. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing: Sri Ramadiana, S. P., M. Si. _____________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP. 19610826 198702 1 001


(13)

Persembahan

Demi pertemuan dengan-Nya...

Demi kerinduan kepada utusan-Nya...

Demi bakti kepada orang tua...

Demi manfaat kepada sesama...

Untuk itulah skripsi ini ditulis...

Semoga niat ini tetap lurus.

Semoga menjadi ibadah.

Semoga menjadi amal jariyah.

Semoga bermanfaat.

Amin.


(14)

Nova Rina Firzayanti

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBELAHAN SUBANG (CORM) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA DAN SUBANG DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

Nama Mahasiswa : Nova Rina Firzayanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013047 Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Tri Dewi Andalasari, M. Si. Ir. Yohannes Cahya Ginting, M. P. NIP. 19660108 199010 2 001 NIP. 19590122 198606 1 001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M. P. NIP. 19641118 198902 1 002


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1 November 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Abu Hasan dan Ibu Mas Puah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Kampung Baru, lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis lulus Sekolah Lanjut Tingkat Pertama di SLTP N 22 Bandar Lampung dan tahun 2008 penulis lulus Sekolah Menengah Umum di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Pringsewu pada tahun 2011, melaksanakan Praktik Umum (PU) Gerai Bunga Lyora Nursery, bertepat di Taman Hutan Kota Way Halim Bandar Lampung.

Penulis pernah aktif dalam berbagai organisasi di kampus diantaranya sebagai anggota bidang HUMAS Program studi Agroteknologi pada tahun 2009, sekretaris bidang dana dan usaha (DANUS) Program Studi Agroteknologi pada tahun 2010.


(16)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasululloh Muhammad SAW. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih dalam bentuk doa Penulis haturkan kepada:

1. Ibu Ir. Tri Dewi Andalsari, M.Si., selaku Pembimbing Pertama atas ide, bimbingan, motivasi, saran, gagasan, kritik dan arahan penulisan skripsi; 2. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, motivasi, kritik dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini;

3. Ibu Sri Ramadiana, S.P.,M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada Penulis;

4. Kedua orangtua penulis, Bapak Abu Hasan dan Ibu Mas Puah atas semua pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan, motivasi, materi dan cinta kasih sayang, semoga Allah senantiasa melindungi, merahmati, dan memuliakan bapak dan ibu tercinta;

5. Bapak Ir. Sudiono, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini banyak memberi kemudahan kepada penulis;


(17)

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P , selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Pertanian;

7. Yunda Dian Agustina, SST. yang selalu memberikan motivasi, dukungan baik moral maupun material, nasehat, kasih sayang, kesabaran dan keihklasan dalam segala hal yang berkaitan dengan penulis. Semoga Allah senantiasa selalu merahmati dan memuliakan yunda;

8. Adikku Agung Sanjaya yang selalu memberikan kejutan akan sikapnya terhadap penulis, dukungan, serta kasih dan sayang. Semoga Allah selalu memberikan segala yang engkau butuhkan;

9. Ridho Hardiyan, S. P., sebagai pria yang selalu saya hormati, terimakasih atas perhatian, kasih sayang, kesabaran, dan nasehat baik materi, tenaga maupun pikiran yang selama ini diberikan kepada penulis;

10.Teman-teman satu penelitian dengan penulis: Rindang Adam Suri dan Dewansyah Sabtaki, atas kerjasamanya dan semangat yang diberikan. 11.Teman-teman: Tara, Anisa, Dewinta, Iam, Sevy, Nanang dan Indra, serta

kakak 2006 : Deny Satria, S.P., Poniran, S.P., Bambang Wijanarko, S.P., Roby Ahmad Hidayat, S.P., atas bantuannya saat pelaksanaan penelitian dan kebersamaan selama diperkuliahan.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Gladiol (Gladiolus hybridus L.) merupakan salah satu bunga potong yang sudah lama dikenal di Indonesia dan banyak disukai oleh masyarakat. Bunga gladiol berpenampilan dan warna yang menarik dan banyak digunakan dalam upacara kenegaraan. Bahkan pada masyarakat Bali, bunga ini merupakan sarana peralatan tradisional, agama dan keperluan ritual lainnya. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu. Bunga gladiol merupakan salah satu tanaman hias yang sebenarnya cukup mendapatkan perhatian yang serius dari pemerinah. Oleh karena itu bunga gladiol berpotensi untuk dikembangkan.

Konsumsi bunga dalam negeri cenderung meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, dan perkembangan industri pariwisata. Setiap tahunnya permintaan bunga meningkat tidak kurang dari 10% (Sutopo, 1989). Produksi per hektar bunga gladiol di tingkat petani baru mencapai 169.189 tangkai dan produksi bibit (subang) hanya 136.406 umbi (Ameriana et al., 1991).


(19)

2

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2011), produksi bunga potong gladiol pada tahun 2005 mencapai 14,512,619 tangkai, dan pada tahun 2010 menurun hingga 8,156,961 tangkai. Salah satu penyebab menurunnya produksi bunga gladiol karena ketersedian bibit yang tidak cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Perbanyakan gladiol dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan dengan cara generatif yaitu menggunakan biji sedangkan perbanyakan dengan cara vegetatif yaitu menggunakan subang (corm), anak subang (cormel), pembelahan subang (corm belah), dan kultur jaringan. Salah satu kendala dalam penanaman gladiol secara vegetatif, baik subang dan anak subang, gladiol hanya dapat menghasilkan satu tanaman jika tanpa perlakuan (Badriah, 1998).

Subang yang memiliki mata tunas lebih dari satu sangat menguntungkan bila dipakai sebagai bahan perbanyakan dengan cara pembelahan subang. Secara normal satu subang/umbi hanya dapat menghasilkan satu mata tunas dan

kebanyakan dari itu hanya akan didapatkan umbi bibitnya atau umbi produksinya hanya berkisar satu saja. Hal ini karena tunas umbinya bersifat dominansi apikal. Oleh karena itu pembelahan subang merupakan salah satu cara untuk memecah dominansi apikal subang tersebut. Menurut Soedjono (1989), pembelahan subang sebagai bibit ternyata dapat mendorong kecepatan tumbuh tunas, mekar bunga, dan meningkatkan jumlah umbi yang dibentuk.


(20)

3

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pembelahan subang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi gladiol?

2. Apakah masing-masing kultivar memiliki respons yang berbeda terhadap pembelahan subang?

3. Apakah jenis kultivar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh pembelahan subang terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol.

2. Mengetahui apakah masing-masing kultivar memiliki respons yang berbeda terhadap pembelahan subang?

3. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi kedua kultivar gladiol.

1.3 Landasan Teori

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, landasan teori yang digunakan sebagai berikut :

Gladiol merupakan tanaman yang mempunyai corm atau subang. Subang ini terjadi dari ruas tunas terbawah yang membengkak dan menghasilkan organ persedian makanan yang mampu berfungsi sebagai alat reproduksi.


(21)

4

Bagian yang membengkak ini dalam pembentukannya tertutup oleh bagian bawah dari daun yang mengering dan mengeras, serta bertindak sebagai penutup organ cadangan makanan. Mata tunas gladiol terletak pada dua sisi yang berlainan dari subang. Mata tunas terbesar terletak pada bagian paling atas dekat dengan sumbu pembungaan yang lama. Mata tunas ini tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan tunas berikutnya (Herlina, 1991).

Perbanyakan gladiol pada umumnya menggunakan subang. Keistimewaan dari gladiol ini yaitu memiliki mata tunas pada satu garis lurus. Setiap mata tunas akan menghasilkan subang baru dan satu malai bunga. Jumlah subang yang terbentuk nantinya tergantung kultivar dan faktor lingkungan. Bila satu subang bertunas semuanya kira-kira empat mata tunas maka akan menghasilkan malai yang pendek dan kuntum bunga yang kecil. Namun tidak semua mata tunas dalam satu umbi tersebut muncul, hanya satu sampai dua yang muncul tergantung kultiarnya. Mata tunas yang muncul bersifat dominansi terhadap mata tunas yang lain, sehingga mata tunas tersebut tidak mampu mucul.

Apabila subang dibelah, maka pada setiap belahan dari subang tersebut akan memacu tumbuhnya tunas baru. Menurut Herlina (1991), pembelahan subang akan menghilangkan dominansi salah satu mata tunas pucuk. Pengeratan dan pembelahan subang gladiol ini mampu meningkatkan jumlah tunas (Siregar dan Hartutiningsih, 1988).


(22)

5

Kultivar diartikan sebagai sekelompok tumbuhan yang telah dipilih/diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat dibedakan secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas ini jika

diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual. Pada masing-masing kultivar memiliki perbedaan karakteristik dalam kemampuan menyerap unsur hara yang tersedia dalam media tanam. Menurut Andalasari et.al, (2010) bahwa respons masing-masing kultivar itu berbeda-beda yang diakibatkan oleh perbedaan genetik dari kultivar yang digunakan. Sama halnya pada

penelitian Astuti (2004) bahwa perbedaan kultivar berpengaruh terhadap

peningkatan bobot basah subang, pertumbuhan jumlah subang, dan bobot kering berangkasan.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah diutarakan, maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2011), produksi bunga potong gladiol sejak tahun 2005 hingga saat ini mengalami penurunan hingga 50%. Salah satu penyebab menurunnya produksi bunga gladiol karena ketersedian bibit yang tidak cukup, baik kualitas maupun kuantitas.

Perbanyakan gladiol umumnya dengan menggunakan subang (Corm), namun apabila perbanyakan dengan subang hanya akan menghasilkan satu produksi bunga dan satu subang baru (umumnya tiap kultivar).


(23)

6

Oleh karena itu dilakukan perbanyakan dengan cara pembelahan subang, satu subang dibelah menjadi dua yang masing-masing belahan memiliki mata tunas. Diharapkan tiap belahan subang akan menghasilkan satu produksi bunga dan satu subang baru. Jadi dalam satu subang akan menghasilkan dua produksi bunga dan dua subang baru.

Tersedianya kultivar akan memberikan dampak yang cukup nyata dalam mempengaruhi produksi tanaman gladiol. Dalam penelitian ini digunakan kultivar Holland Putih dan Holland Pink. Kultivar Holland Pink secara genetik (visual) lebih besar dibandingkan dengan kultivar Holland Putih. Masing-masing kultivar memiliki respons yang berbeda pada tiap perlakuan. Tiap belahan pada masing-masing kultivar memiliki ukuran yang berbeda yang kaitanya dengan cadangan makanan pada awal pertumbuhan. Respons tiap kultivar terhadap pembelahan subang bisa kemungkinan tidak sama karena perbedaan secara genetik maupun fisik. Diduga kultivar yang ukuran subangnya lebih kecil kemungkinan responnya terhadap pembelahan tidak baik.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah diutarakan, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

1. Pembelahan subang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gladiol.

2. Respons kedua kultivar berbeda terhadap perlakuan pembelahan subang. 3. Terdapat kombinasi perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan dan


(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol

Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang. Gladiol termasuk famili Iridaceae yang dalam bahas Yunani “Iris” artinya pelangi. Gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda (Wilfret, 1980).

Gladiol merupakan tanaman yang mempunyai corm atau subang. Subang ini terjadi dari ruas tunas terbawah yang membengkak dan menghasilkan organ persendian makanan yang mampu berfungsi sebagai alat reproduksi. Bagian membengkak ini dalam pembentukannya tertutup oleh bagian bawah dari daun yang mengering dan mengeras, serta bertindak sebagai penutup organ cadangan makanan. Mata tunas gladiol terletak pada dua sisi yang berlainan dari subang. Mata tunas terbesar terletak pada bagian paling atas dekat dengan sumbu pembungaan yang lama. Mata tunas ini tumbuh lebih tinggi dari pada tunas berikutnya (Herlina, 1991).


(25)

8

Siklus hidup tanaman gladiol berlangsung selama 16-18 minggu. Pada umur 3-5 minggu setelah bibit ditanam, akan muncul tunas baru. Setelah berumur 7-9 minggu, tunas baru menjadi tanaman muda yang masih melekat diatas subang atau cormus yang lama. Masa berbunga terjadi saat tanaman berumur 12-14 minggu. Pada saat mencapai mur 16-18 minggu, tanaman gladiol membentuk cormus-cormus baru sebagai calon turunan (generasi) berikutnya, sedangkan cormus yang lama akan layu dan mati (Rukmana, 2000).

Gladiol dalam pertumbuhanya membentuk akar serabut, yang berfungsi sebagai alat penyerapan unsur-unsur hara didalam tanah. Pada saat terjadi pembentukan subang baru, muncullah akar tebal berdaging berdiameter kira-kira 0,7 cm, berwarna putih yang dikenal sebagai akar kontraktil. Akar kontraktil (contraktile root) ini berfungsi sebagai penyangga dan menempatkan subang baru pada lapisan tanah yang tepat.

Akar kontraktil ini mempunyai sejumlah rambut halus yang berfungsi sebagai penyerap air dan organ penyimpanan sementara karena mengandung banyak cairan dan makanan. Makin tua subang akan menunjukkan diameter akar tersebut makin kecil (Tjitrosoepomo, 1989). Tjitrosoepomo (1989) mengemukakan bahwa bunga gladiol termasuk kedalam bunga majemuk dan tergolong bunga kipas (rhipidium), bunga bercabang seling, semua percabangan terletak pada satu bidang, dan cabang tidak sama panjang, sehingga semua bunga pada bunga majemuk itu terdapat pada tempat yang sama tingginya.


(26)

9

Bunga gladiol membentuk bulir berbaris membuka ke satu arah, ada yang rapat dan ada yang jarang letaknya. Banyaknya bunga setiap batang antara 8-16 buah (Rismunandar, 1995).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Gladiol

Pada umumnya gladiol tumbuh di dataran tinggi sampai medium dengan suhu optimal antara 10-27o C, sedangkan menurut Wilfred (1980 dalam Larson 1980), tanaman gladiol mampu beradaptasi sampai suhu 40° C. Gladiol membutuhkan curah hujan rata-rata 2.000-2500 mm/tahun. Di Indonesia gladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Keadaan kurang optimal akan menyebabkan bunga mengering dan floret tidak terbentuk secara normal.

Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 700 − 1500 m dpl dan beriklim sejuk. Di Indonesia, sentra produksi bunga gladiol berada di daerah berhawa sejuk. Untuk daerah Jawa Barat terdapat di Parongpong (Bandung), Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa Tengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang), sedangkan di Jawa Timur berada di daerah Batu Malang (Rukmana, 2000).

Kekurangan cahaya terjadi pada waktu pembentukan daun ke lima, enam dan tujuh, yang menyebabkan kekeringan tampak pada kuncup bunga saja. Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10 – 25o C. Suhu udara rata-rata kurang dari 10o C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat,


(27)

10

jika berlangsung lama pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 27o C, kadang - kadang dapat

menyesuaikan diri sampai suhu udara 40o C, bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi.

2.3 Media Tanam

Salah satu faktor yang penting bagi tanaman adalah kondisi media yang akan ditempati oleh tanaman harus ideal yaitu subur secara fisik maupun kimia. Secara fisik, tanah harus mampu mensuplai air dan udara yang dibutuhkan tanaman. Dari segi kimia, tanaman harus mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang.

Gladiol sangat toleran pada berbagai keadaan tanah. Hampir setiap kisaran tanah, dari tanah yang ringan berpasir sampai tanah yang berat berlempung atau liat, gladiol dapat tumbuh dengan baik. Pada tanah berpasir dengan bahan organik kurang dari 1% pun gladiol bisa tumbuh dengan baik. Tanah yang berat dengan drainase buruk jika memungkinkan sebaiknya dihindari, karena akar gladiol mudah rusak pada tanah yang sangat basah (Herlina, 1991).

Hasil terbaik dengan produksi bunga yang prima akan didapat bila gladiol

ditanam pada tanah dengan drainase baik. Menurut Herlina (1991), struktur tanah yang baik memungkinkan keseimbangan air dan udara dalam tanah yang baik. Struktur tanah yang jelek akan mengakibatkan menurunnya persentase berbunga dan kualitas berbunga. Jika tanahnya subur, cukup dengan kelembapan, dan tekstur yang baik akan didapatkan produksi bunga yang baik.


(28)

11

Campuran beberapa bahan untuk media tanam akan menghasilkan struktur yang sesuai untuk pertumbuhan akar tanaman. Partikel-partikel media pasir

memperlihatkan ukuran yang lebih besar dan memiliki luas permukaan yang kecil (Hakim et al., 1986). Sutarto (1994) menambahkan bahwa pasir tidak

mengandung unsur hara dan mineral. Sekam padi yang dibakar hingga menjadi arang berwarna hitam yang berpotensi untuk dijadikan campuran media tanam. Sekam bakar merupakan limbah penggilingan padi yang dibakar, berisi zat-zat yang aktif bersifat bebas cendawan dan hama serta berdrainase baik (Nurhidayati, 1997).

2.4 Kultivar Gladiol

Standar mutu bunga gladiol potong di Indonesia tercantum dalam standar nasional indonesia SNI 01-4479-1998. Berdasarkan panjang tangkainya, bunga gladiol dikelompokkan dalam lima kelas yaitu super, panjang, medium, pendek dan mini. Klasifikasi standar mutu : (a) Kelas super : panjang tangkai > 95cm, (b) Kelas panjang : panjang tangkai 76 – 94 cm, (c) Kelas medium : panjang tangkai 61 – 75 cm, (d) Kelas pendek : panjang tangkai 51 – 60 cm dan (e) Kelas mini : panjang tangkai 30 – 50 cm.

Selain berdasarkan panjang tangkai, bunga gladiol dikelompokkan berdasarkan penampilan dan kondisi fisik lainnya sehingga terdapat bunga gladiol potong dengan mutu kelas AA, A, B dan C.


(29)

12

Tabel 1. Kelas mutu bunga potong gladiol berdasarkan penampilan dan kondisi fisik

Jenis Uji Kelas Mutu

AA A B C

1. Panjang tangkai (cm) >95 76–94 61–75 51–60 2. Jumlah floret per tangkai (minimum) 16 14 12 10

3. Keseragaman (%) 100 95 95 <95

4. Warna spesifik (%) 100 95 95 <95

5. Bebas hama/penyakit (%) 100 95 95 <95 6. Kelurusan tangkai lurus Lurus Sedang kurang 7. Jumlah floret dari mulai mekar 1–2 1–2 2–3 2–3

8. Kerusakan mekanis (%) 0 5 10 >10


(30)

13

Gambar 1. Tampilan bunga gladiol Kultivar Holland Putih


(31)

14

2.5 Pembelahan Subang

Subang yang bermata tunas lebih dari satu akan sangat menguntungkan jika dipakai sebagai bahan perbanyakan tanaman, dengan cara subang dibelah. Setiap subang minimal akan menghasilkan dua tanaman yang sama kuatnya.

Pembelahan subang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dibelah menjadi dua bagian : pembelahan tepat di tengah subang, dan menjadi tiga bagian ;bagian tengah, sisi kiri, dan sisi kanan(untuk subang yang berdiameter lebih dari 4 cm).

Menurut Herlina (1991), perbanyakan dengan menggunakan subang mempunyai keuntungan sebagai berikut :

1. Setiap subang bisa menghasilkan dua atau tiga subang bibit (bila dibelah dua atau tiga), yang berarti hemat bibit.

2. Setiap belahan subang dapat menghasilkan minimal satu tanaman dengan satu tangkai bunga.

3. Bila subang dibelah menjadi tiga bagian, maka belahan bagian tengah terkadang dapat menghasilkan dua tanaman dan membawa dua tangkai bunga pula.

4. Setiap belahan subang sebagai bibit dapat menghasilkan satu subang baru dengan sejumlah anak subang.

5. Subang yang sebelum ditanam sudah menunjukkan gejala sakit atau sedikit luka masih dapat digunakan sebagai bibit dengan cara membuang atau mengiris bagian luka, kemudian menutupnya dengan fungisida.


(32)

15

Menurut Rukmana (2000), kebutuhan bibit gladiol per satuan luas lahan ditentukan oleh jarak tanam dan macam (jenis) bibit. Umumnya bibit subang ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau populasi per hektar sebanyak 200.000 bibit subang. Kebutuhan bibit per satuan luas lahan 4 ton sehingga apabila dengan perlakuan subang belah dua maka kebutuhan bibit per satuan luas lahan hanya 2 ton subang.


(33)

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan April 2012. Ketinggian tempat Kelurahan Gunung Terang adalah 166 m dpl.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, koret, cutter, meteran, selang air, penggaris, jangka sorong, dan timbangan elektrik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi gladiol kultivar Holland Pink, kultivar Holland Putih, pupuk NPK 16:16:16, tanah, pupuk kandang kambing, arang sekam, fungisida, insektisida, dan air.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan secara faktorial, Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah kultivar gladiol yaitu kultivar Holand Pink (H1) dan kultivar Holand Putih (H2). Faktor kedua adalah pembelahan subang yaitu subang utuh (SU) dan subang dibelah (SB). Pengelompokan berdasarkan bobot subang.


(34)

17

Tabel 2. Pengelompokan bobot dan diameter subang gladiol

Kelompok Holland Pink Holland Putih

Bobot (g) Diameter (cm) Bobot (g) Diameter (cm)

1 66,5-80,1 5,8-7,2 35,5-76,0 4,7-6,8

2 41,1-60,7 5,4-6,3 29,2-34,1 4,4-5,1

3 32,3-39,5 4,6-5,3 26,7-29,1 4,2-4,8

4 21,5-31,4 4,0-4,8 20,4-26,6 3,9-4,6

Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett sedangkan aditivitas ragam diuji dengan uji Tukey. Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan bibit

Dua kultivar umbi gladiol Holland Pink dan Holland Putih yang didatangkan dari petani tanaman hias di Cipanas Jawa Barat.


(35)

18

Gambar 4. Tampilan subang Kultivar Holland Pink

3.4.2 Perlakuan subang sebelum tanam

Bobot 20 g merupakan bobot minimal untuk perlakuan pembelahan subang. Subang gladiol baik dibelah maupun yang tidak dibelah direndam ke dalam fungisida dan bakterisida dalam bentuk cair selama 30 menit, setelah itu dikeringanginkan.

3.4.3 Teknik pembelahan subang

Pembelahan subang dilakukan setelah masing-masing subang direndam dan dikeringanginkan. Subang dibelah berdasarkan pola mata tunas yang ada. Diupayakan belahan tidak melukai mata tunas. Subang dibelah menggunakan pisau/cuter yang tajam. Setiap belahan subang diberikan olesan fungisida Antracol yang berbentuk pasta. Setelah diberikan olesan pasta dikeringanginkan selama 24 jam.


(36)

19

Gambar 5. Perlakuan pembelahan subang sebelum tanam

3.4.4 Persiapan media tanam dan penanaman

Media tanam yang digunakan merupakan campuran dari tanah, pupuk kandang kambing dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Penanaman dilakukan setelah subang memiliki satu mata tunas berukuran 1 cm atau akar sudah berbentuk bintil-bintil.

3.4.5 Pemasangan ajir

Gladiol sangat rentan dengan terpaan angin sehingga tanaman menjadi rebah. Untuk menopang pertumbuhan tanaman gladiol perlu dipasang ajir. Ajir dipasang sedini mungkin pada saat penanaman atau satu minggu setelah penanaman untuk mengurangi resiko kerusakan pada akar.


(37)

20

3.4.6 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 5 g per tanaman pada setiap aplikasi. Aplikasi pupuk dilakukan tiga kali atau 15 gram/tanaman, yaitu pada fase vegetatif (minggu keempat setelah

penanaman), fase generatif (minggu kedelapan setelah tanam), dan fase pembesaran umbi (satu hari setelah panen bunga).

Penyiraman dilakukan pada saat kondisi media tanam kurang begitu lembab dengan pemberian penyiraman sebanyak 250 ml air per tanaman. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Pencegahan hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menyemprotkan Curacron 500 EC sebanyak 2ml/l dan Furadan 3G.

3.5 Panen

Tanaman gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam, tergantung pada kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bunga muncul. Pemanenan dilakukan pagi hari dan secara hati-hati dengan menyertakan 2-3 daun pada tangkai bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum empat daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih.


(38)

21

3.6 Pengamatan

Beberapa parameter pengamatan yang diukur untuk menguji keabsahan kerangka pemikiran dan hipotesis adalah =

1. Kecepatan muncul tunas (%)

Pengamatan kecepatan muncul tunas dilakukan dengan melihat tunas yang muncul setelah perlakuan pembelahan subang per satu minggu sekali. 2. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal umbi sampai dengan ujung daun tertinggi.

3. Kecepatan berbunga (%)

Pengamatan kecepatan berbunga dihitung mulai dari muncul tunas hingga berbunga. Dihitung dalam % kecepatan berbunga.

4. Jumlah floret (kuntum)

Pengamatan jumlah floret dilakukan pada saat bunga dipanen. Jumlah floret bunga dihitung dalam satuan kuntum, meliputi floret yang mekar sampai floret yang masih kuncup (dalam satu tangkai bunga).

5. Diameter floret (cm)

Pengamatan diameter floret dilakukan pada saat bunga mekar penuh dengan mengukur diameter segitiga mahkota

6. Panjang tangkai bunga (cm)

Pengamatan panjang tangkai dilakukan dengan mengukur mulai dari pangkal tangkai bunga yang berada di ketiak daun terakhir sampai ujung bunga terakhir yang terbentuk dalam satu floret. Pengamatan dilakukan pada saat bunga panen.


(39)

22

7. Diameter subang (cm)

Pengamatan diameter subang dilakukan dengan mengukur pada masing-masing diameter atau rata-rata subang yang terbentuk ditiap polibag.

8. Bobot subang (g)

Pengamatan bobot subang dilakukan dengan menimbang seluruh subang yang terbentuk disetiap subang pada saat panen subang.

9. Jumlah kormel (buah)

Pengamatan jumlah anak subang dilakukan dengan menghitung masing-masing atau rata-rata jumlah kormel yang terbentuk dari setiap subang yang di tanam. 10. Bobot kormel (g)

Pengamatan bobot anak subang dilakukan dengan menimbang seluruh anak subang (cormel) yang terbentuk dalam satu polibag pada saat panen anak subang. 11. Bobot kering berangkasan (g)

Pengamatan bobot kering berangkasan dengan menimbang tanaman terdiri dari sisa panen subang dan bunga yang diukur dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun.setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 70°C selama 72 jam. Bobot berangkasan diukur dalam satuan gram.


(40)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan subang utuh menghasilkan jumlah floret 11,98 kuntum (26,77%); bobot subang 26,42 g (26,42%); jumlah kormel 18,65 buah

(56,94%); bobot kormel 7,01 g (64,76%) dan bobot kering berangkasan 10,59 g (34,47%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan subang belah.

2. Kultivar Holland Putih memiliki jumlah floret 12,62 kuntum (30,19%); diameter floret 10,05 cm (25%); panjang tangkai bunga 73,35 cm (30,03%); diameter subang 4,43 cm (23,79%); jumlah kormel 18,65 buah (86,27%) dan bobot kormel 7,01 g (55,35%) lebih tinggi dibandingkan dengan Kultivar Holland Pink.

3. Holland Putih dengan subang utuh menghasilkan jumlah kormel dan bobot kormel lebih tinggi dibandingkan dengan subang belah masing-masing 56,94% dan 64,76% , sementara pada Kultivar Holland Pink tidak ada perbedaan


(41)

40

5.2 Saran

1. Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan untuk

melakukan penelitian 2−3 pembelahan subang dan berbagai kultivar lain.

2. Menambahkan variabel pengamatan mengenai pertumbuhan akar dan jumlah akar sehingga pengaruh ukuran subang dapat diketahui.


(42)

42

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M., M. Rahmat, T. Sutater, dan D. Komar. 1991. Analisis usaha tani bunga potong gladiol. Prosiding Seminar Tanaman Hias. hlm.131-138. Andalasari, T.D, Koeshendarto dan Febrinti. 2004. Pengaruh Kalsium Karbida

(CaC2) Terhadap Pematahan Dormansi Corm dan Pertumbuhan dua

Kultivar Gladiol. Jurnal Penelitian Terapan. Edisi Khusus, Volume IV a No 2, Mei 2004.

Andalasari, T.D. 2010. Respon pertumbuhan dan produksi bunga gladiol (Gladiolus hybridus L) terhadap pembelahan subang. Prosiding SN SMAP. Hal 215-219.

Andalasari, T.D. 2010. Usaha Perbanyakan Subang Gladiol dengan

Menggunakan Benzilladenin (BA). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Volume 11, No 1, Januari 2011.

Andalasari, T.D., dan F.J. Susanti. 2010. “Propagation of Corm Gladiol (Gladiolus hybridus L.) by using Benzyladenin (BA).” International Seminar on Horticulture to support Food Security 2010. Bandar Lampung June 22-23, 2010. A197-200.

Astuti, E.Y. 2004. Pengaruh Pembelahan Subang Pada Dua Kultivar Gladiol. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2011. Produksi Tanaman Hias Di Indonesia Periode 1997 - 2010.

Badriah, D.S. 1998. Botani dan Ekologi Gladiol. Dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaifullah dan S. Kusumo (Eds.). Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. p. 3-10.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2003. Varietas Unggul. http://www. kpel. or. id/ TTGP /komoditi/ GLADIOL. Diakses tanggal 2 Oktober 2011.


(43)

43

Mirawan, A., E. Murniati, dan S. Ilyas. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta. 117 hlm.

Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. 85 hlm. Rukmana, R. 2000. Gladiol: Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Kanisius.

Yogyakarta. 76 hlm.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Dialihbahasakan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Dengan Penyunting Sofiah Niksolohin. ITB. Bandung. 343 hlm.

Siregar, M. dan Hartutiningsih. 1988. ‘Pengaruh Pengeratan dan Pembelahan

Umbi’. Jurnal. Cipanas 13 Februari Pp. 103-107.

Soedjono, R. 1993. Pemasaran untuk Ekspor Bunga Potong Anggrek dan

Tanaman Hias. Direktorat Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Jendral Pertahanan Tanaman Pangan. Jakarta. 18 hlm.

Tjitosoepomo, G. 1989. “Mofologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta. 266 hlm. Wilfret, G. J. 1980. Gladiolus. Dalam: Larson, R.A., (Ed) Introduction to


(1)

3.6 Pengamatan

Beberapa parameter pengamatan yang diukur untuk menguji keabsahan kerangka pemikiran dan hipotesis adalah =

1. Kecepatan muncul tunas (%)

Pengamatan kecepatan muncul tunas dilakukan dengan melihat tunas yang muncul setelah perlakuan pembelahan subang per satu minggu sekali. 2. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal umbi sampai dengan ujung daun tertinggi.

3. Kecepatan berbunga (%)

Pengamatan kecepatan berbunga dihitung mulai dari muncul tunas hingga berbunga. Dihitung dalam % kecepatan berbunga.

4. Jumlah floret (kuntum)

Pengamatan jumlah floret dilakukan pada saat bunga dipanen. Jumlah floret bunga dihitung dalam satuan kuntum, meliputi floret yang mekar sampai floret yang masih kuncup (dalam satu tangkai bunga).

5. Diameter floret (cm)

Pengamatan diameter floret dilakukan pada saat bunga mekar penuh dengan mengukur diameter segitiga mahkota

6. Panjang tangkai bunga (cm)

Pengamatan panjang tangkai dilakukan dengan mengukur mulai dari pangkal tangkai bunga yang berada di ketiak daun terakhir sampai ujung bunga terakhir yang terbentuk dalam satu floret. Pengamatan dilakukan pada saat bunga panen.


(2)

8. Bobot subang (g)

Pengamatan bobot subang dilakukan dengan menimbang seluruh subang yang terbentuk disetiap subang pada saat panen subang.

9. Jumlah kormel (buah)

Pengamatan jumlah anak subang dilakukan dengan menghitung masing-masing atau rata-rata jumlah kormel yang terbentuk dari setiap subang yang di tanam. 10. Bobot kormel (g)

Pengamatan bobot anak subang dilakukan dengan menimbang seluruh anak subang (cormel) yang terbentuk dalam satu polibag pada saat panen anak subang. 11. Bobot kering berangkasan (g)

Pengamatan bobot kering berangkasan dengan menimbang tanaman terdiri dari sisa panen subang dan bunga yang diukur dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun.setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 70°C selama 72 jam. Bobot berangkasan diukur dalam satuan gram.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan subang utuh menghasilkan jumlah floret 11,98 kuntum (26,77%); bobot subang 26,42 g (26,42%); jumlah kormel 18,65 buah

(56,94%); bobot kormel 7,01 g (64,76%) dan bobot kering berangkasan 10,59 g (34,47%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan subang belah.

2. Kultivar Holland Putih memiliki jumlah floret 12,62 kuntum (30,19%); diameter floret 10,05 cm (25%); panjang tangkai bunga 73,35 cm (30,03%); diameter subang 4,43 cm (23,79%); jumlah kormel 18,65 buah (86,27%) dan bobot kormel 7,01 g (55,35%) lebih tinggi dibandingkan dengan Kultivar Holland Pink.

3. Holland Putih dengan subang utuh menghasilkan jumlah kormel dan bobot kormel lebih tinggi dibandingkan dengan subang belah masing-masing 56,94% dan 64,76% , sementara pada Kultivar Holland Pink tidak ada perbedaan


(4)

melakukan penelitian 2−3 pembelahan subang dan berbagai kultivar lain. 2. Menambahkan variabel pengamatan mengenai pertumbuhan akar dan jumlah

akar sehingga pengaruh ukuran subang dapat diketahui.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M., M. Rahmat, T. Sutater, dan D. Komar. 1991. Analisis usaha tani bunga potong gladiol. Prosiding Seminar Tanaman Hias. hlm.131-138. Andalasari, T.D, Koeshendarto dan Febrinti. 2004. Pengaruh Kalsium Karbida

(CaC2) Terhadap Pematahan Dormansi Corm dan Pertumbuhan dua

Kultivar Gladiol. Jurnal Penelitian Terapan. Edisi Khusus, Volume IV a No 2, Mei 2004.

Andalasari, T.D. 2010. Respon pertumbuhan dan produksi bunga gladiol (Gladiolus hybridus L) terhadap pembelahan subang. Prosiding SN SMAP. Hal 215-219.

Andalasari, T.D. 2010. Usaha Perbanyakan Subang Gladiol dengan

Menggunakan Benzilladenin (BA). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Volume 11, No 1, Januari 2011.

Andalasari, T.D., dan F.J. Susanti. 2010. “Propagation of Corm Gladiol (Gladiolus hybridus L.) by using Benzyladenin (BA).” International Seminar on Horticulture to support Food Security 2010. Bandar Lampung June 22-23, 2010. A197-200.

Astuti, E.Y. 2004. Pengaruh Pembelahan Subang Pada Dua Kultivar Gladiol. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2011. Produksi Tanaman Hias Di Indonesia Periode 1997 - 2010.

Badriah, D.S. 1998. Botani dan Ekologi Gladiol. Dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaifullah dan S. Kusumo (Eds.). Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. p. 3-10.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2003. Varietas Unggul. http://www. kpel. or. id/ TTGP /komoditi/ GLADIOL. Diakses tanggal 2 Oktober 2011.


(6)

Yogyakarta. 76 hlm.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Dialihbahasakan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Dengan Penyunting Sofiah Niksolohin. ITB. Bandung. 343 hlm.

Siregar, M. dan Hartutiningsih. 1988. ‘Pengaruh Pengeratan dan Pembelahan

Umbi’. Jurnal. Cipanas 13 Februari Pp. 103-107.

Soedjono, R. 1993. Pemasaran untuk Ekspor Bunga Potong Anggrek dan

Tanaman Hias. Direktorat Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Jendral Pertahanan Tanaman Pangan. Jakarta. 18 hlm.

Tjitosoepomo, G. 1989. “Mofologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta. 266 hlm. Wilfret, G. J. 1980. Gladiolus. Dalam: Larson, R.A., (Ed) Introduction to