PENGARUH GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF WEED TO GROWTH AND PRODUCTION ON TWO CULTIVAR OF GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

By

RIDHO HARDIYAN

The ornamental plant is the one of horticulture product that became popular nowadays. To increase the flower production and gladiol’s corm, it could be done by fulfill the plant’s nutrition with application of organic fertilizer and choase the cultivar that proper with environment.

This research has a function to : (1) compare the effect of cultivar of weed on growth and production of gladiol, (2) compare the respons of two cultivar of gladiol on each weed on growth and production, (3) knowing the differences the growth and production on two cultivar of gladiol.

This research has been done in Gunung Terang District, Bandar Lampung on Januari to July 2011. This research was arranged by using factorial treatment design 2x4. That arranged on split plot design that arranged on group random design. Level of weed’s placed on first plot on wide leaves weed (G1), norrow leaves weed (G2), mix weed (G3) and without weed (G4). The cultivar of gladiol were purple cultivar and Nabila Cultivar placed on tiller’s plot.

The result showed that : (1) purpel cultivar resulted that growth of corm’s weight higher that Nabila Cultivar, (2) cultivar and weed gave the real effect on cormels number variabel, cormels weight and corm’s weight, (3) clean treatment without weed resulted floret’s number, flower stem length and corm’s weight higher than weed treatment.


(2)

Ridho Hardiyan

ABSTRAK

PENGARUH GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

Oleh Ridho Hardiyan

Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat. Untuk meningkatkan produksi bunga dan subang gladiol, maka dapat dilakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman dengan pemberian pupuk organik dan pemilihan kultivar yang sesuai dengan lingkungan tumbuh.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan pengaruh jenis gulma pada pertumbuhan dan produksi gladiol, (2) membandingkan respons kedua kultivar gladiol pada masing-masing jenis gulma dalam pertumbuhan dan produksi, (3) mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi kedua kultivar gladiol.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Bandar Lampung pada bulan Januari-juli 2011. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan perlakuan faktorial 2x4, yang ditata dalam rancangan petak terbagi (split–plot design) yang diluluh dalam rancangan acak kelompok (RAK).

Taraf faktor gulma ditempatkan pada petak utama yaitu gulma berdaun lebar (G1), gulma berdaun sempit (G2), gulma campuran (G3), dan tanpa gulma (G4). kultivar gladiol yaitu Kultivar Ungu (KU) dan Kultivar Nabila (KN) ditempatkan pada petak anak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) kultivar ungu menghasilkan

pertumbuhan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar nabila, (2) kultivar dan gulma berpengaruh nyata pada variabel jumlah kormel, bobot kormel dan bobot subang, (3) perlakuan bersih tanpa gulma menghasilkan jumlah floret, panjang tangkai bunga dan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan gulma.


(3)

Ridho Hardiyan

PENGARUH GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

Oleh

RIDHO HARDIYAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

Ridho Hardiyan

Judul Skripsi : PENGARUH GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

Nama Mahasiswa : Ridho Hardiyan

No. Pokok Mahasiswa : 0714012060 Jurusan/Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. Dr. Ir. Maimun Barmawi,M.S. NIP. 196601081990102001 NIP. 195005151981032001

2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P NIP 196411181989021002


(5)

Ridho Hardiyan

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. _____________

Sekretaris : Dr. Ir. Maimun Barmawi,M.S. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Dad R. J. Sembodo, M. S. _____________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001


(6)

PENGARUH GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

(Skripsi)

OLEH RIDHO HARDIYAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tampilan bunga kultivar Ungu dan Nabila ... 15

2. Tampilan umbi kultivar Ungu ... 22

3. Tampilan umbi kultivar Nabila ... 22

4. Tampilan gulma pada tiap perlakuan pada gladiol umur enam minggu ... 27

5. Tampilan gulma pada tiap perlakuan pada gladiol umur 14 minggu ... 28

6. Tampilan floret pada kultivar Ungu dan Nabila ... 29

7. Diameter floret kultivar Ungu dan Nabila ... 30

8. Panjang tangkai kultivar Ungu dan Nabila ... 31

9. Tampilan gulma pada tiap perlakuan pada gladiol umur 20 minggu ... 32

10. Jumlah subang kultivar Ungu dan Nabila ... 34

11. Jumlah kormel kultivar Ungu dan Nabila ... 36

12. Denah tata letak percobaan ... 48

13. Jenis-jenis gulma daun lebar ... 71


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5 Hipotesis ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol ... 10

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Gladiol ... 11

2.3 Pengolahan Media Tanam ... 14

2.4 Jenis Gladiol ... 14

2.5 Standar Nasional Indonesia Bunga Gladiol ... 16

2.6 Biologi Gulma ... 17

2.7 Persaingan Gulma ... 18

III. BAHAN DAN METODE ... 20

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.3 Metode Penelitian ... 20

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.4.1 Persiapan Bahan Tanam ... 21


(9)

3.4.3 Penanaman Dan Pemasangan Ajir ... 23

3.4.4 Pemeliharaan ... 23

3.4.5 Panen ... 23

3.4.6 Pengamatan ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Penelitian ... 26

4.1.1 Jumlah Floret ... 29

4.1.2 Diameter Floret ... 30

4.1.3 Panjang Tangkai Bunga ... 30

4.1.4 Jumlah Subang ... 33

4.1.5 Diameter Subang ... 33

4.1.6 Bobot Subang ... 34

4.1.7 Jumlah Kormel ... 35

4.1.8 Bobot Kormel ... 36

4.1.9 Bobot Kering Brangkasan ... 37

4.1.10 Jenis Gulma Dominan ... 37

4.1.11 Bobot Kering Gulma ... 38

4.1.12 Analisis Tanah ... 39

4.2 Pembahasan ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(10)

Kalau kita dapat merasakan ketenangan dalam hidup ini ,

pasti dalam hidup ini terasa indah dan nyaman tetapi kita

harus selalu butuh pertolongan NYA....

Rentang waktu

terkadang membuat kita sadar bahwa kita hanya manusia

yang tak punya apa-apa selain jasad yang tak berguna dan

terkadang membuat kita sadar bahwa Tuhan tidak melihat

harta dan rupa

melainkan hati yang ada di dalam dada

dan amal jasad yang lata.

Walau Einstein berkata bahwa rentang waktu itu berbeda

tergantung dalam keadaan apa kita berada

Namun Tuhan telah berkata,


(11)

Tuhan selalu mencintai umat-Nya..

Maka dari itu jangan pernah berhenti bersyukur.

Karena mencintai adalah mempercayai,

Mencintai berarti memberikan harapan-harapan hati,

Menjaga kepercayaan sebagaimana menjaga nyawa

sendiri, karena dengan cinta hidup lebih

Berarti.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 07 Mei 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hardiyanto dan Ibu Sugiarti. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 4 Penengahan pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis lulus Sekolah Lanjut Tingkat Pertama di SLTP Wiyatama Bandar Lampung dan pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMK 2 Mei Bandara Lampung. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan pada tahun 2008 penulis diintegrasikan pada Program Studi Agroteknologi (AGT), Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kecamatan Way Tenong dan Kecamatan Air Hitam, Lampung Barat pada tahun 2010 dan pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Tanaman Buah dan Tanaman Sayur pada tahun 2011.


(13)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan ridho serta karunia-Nya Penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasululloh Muhammad SAW. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih dalam bentuk doa Penulis haturkan kepada:

1. Ibu Ir. Tri Dewi Andalsari, M.Si., selaku Pembimbing Pertama atas ide, bimbingan, motivasi, saran, gagasan, kritik dan arahan penulisan skripsi; 2. Ibu Dr. Ir. Maimun Barmawi,M.S., selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, motivasi, kritik dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini;

3. Bapak Ir. Dad R. J. Sembodo, M. S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada Penulis;

4. Kedua orangtua penulis, Bapak Harni dan Ibu Sugiarti atas semua

pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan, motivasi, materi dan cinta kasih sayang, semoga Allah senantiasa melindungi, merahmati, dan memuliakan bapak dan ibu tersayang;

5. Bapak Ir. Akari Edy, M. S., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini banyak memberi kemudahan kepada penulis;

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P , selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Pertanian;


(14)

7. Kakakku tersayang Ratna Handayani dan Edong atas kebersamaan dan dukungan serta semangat sehingga menjadi spirit bagi penulis untuk bangkit mempersembahkan yang terbaik;

8. Kedua keponakanku Adelia Yunistira dan Wahyu yang selalu memberikan kejutan akan sikapnya dan semangat terhadap penulis, serta kasih dan sayang. Semoga Allah menjadikan kalian menjadi anak yang berguna;

9. Dinda Nova Rina Firzayanti, S. P., tersayang terimakasih atas perhatian, kasih sayang, kesabaran, dan nasehat baik materi, tenaga maupun pikiran yang selama ini diberikan kepada penulis;

10. Saudara/i ku : Deni Satrya, S. P., Poniran, S. P., Susiwi Hayatina, S. P., Lia Kristianti, S. P., Prita Wulansari, S. P., Rahmi Nur Yanti, S. P., Robi Ahmad Hidayat, S. P., Bambang Wijarnako, S. P., Ahmad Komarudi, S.P., Echa Desta, S. P., Tambat, S. P., Bagus Prambudi, S. P., Anggi Stiawan, S. P., Enggalih, S. P., Yunita Ayu Saputri, S. P., Arum Jayanti, S. P., Dela Susiani, S. P., Idha Sulistia, S. P., Adhe Pravita N, S. P., atas bantuan serta saran yang diberikan keada penulis selama penulisan skripsi;

11. Teman-teman Hortikultura angkatan 2006 dan 2007 yang tidak disebutkan namanya atas persahabatan dan kerjasamanya selama ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak, Ibu, serta rekan-rekan semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari fungsi tanaman hias yang kini tidak hanya digunakan sebagai penghias rumah ataupun elemen pengisi taman saja tetapi telah berkembang sebagai komoditas ekspor. Tanaman hias yang banyak diekspor adalah tanaman hias bunga. Tanaman hias bunga yang diekspor tersebut dapat berbentuk tanaman hias bunga potong ataupun tanaman hias dalam pot, tergantung pada permintaan pasar.

Gladiol (Gladiolus hybridus L.) merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga yang pemanfaatannya sebagai bunga potong. Gladiol diproduksi sebagai bunga potong karena memiliki nilai ekonomi dan estetika. Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil. Hal ini dicirikan oleh bentuk daunnya yang menyerupai pedang. Sebagai bunga potong, gladiol memiliki kelebihan di antara jenis bunga potong lainnya. Salah satunya adalah kesegaran bunga gladiol dapat bertahan lama sekitar 5 − 10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.


(16)

2

Gladiol merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang potensial untuk dibudidayakan secara meluas, karena nilai estetikanya dan mampu menunjang peningkatan pendapatan petani. Produktivitas bunga potong dan bibit gladiol di tingkat petani masih rendah, yaitu baru mencapai 169.189 tangkai dan 36.405 subang/ha. Volume pemasaran di kota-kota besar telah mencapai 127.200 tangkai per minggu. Akhir-akhir ini permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10 % per tahun. Untuk memenuhi permintaan pasar, produktivitas gladiol, baik sebagai bunga potong maupun bibit perlu ditingkatkan melalui penyempurnaan teknik budidaya dan aspek pemasarannya.

Konsumsi bunga dalam negeri cenderung meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, dan perkembangan industri pariwisata. Setiap tahunnya permintaan bunga meningkat tidak kurang dari 10%. Produksi per hektar bunga gladiol di tingkat petani baru mencapai 169.189 tangkai dan produksi bibit (subang) hanya 136.406 umbi (Ameriana et al., 1991).

Tabel 1. Produksi Tanaman Hias Indonesia 2005-2009

No Komoditas Produksi bunga (Tangkai)

2005 2006 2007 2008 2009

1 Krisan 47,465,7 63,716,2 66,979,26 99,158,94 107,847,0

2 Mawar 60,719,517 40,394,2 59,492,69 39,131,60 60,191,36

3 Anggrek 7,902,403 10,703,4 9,484,393 15,430,04 16,205,94

4 Gladiol 14,512,619 11,195,4 11,271,38 8,524,252 9,775,500


(17)

3

Berbagai jenis bunga gladiol didatangkan dari luar negeri, mulai dari jenis yang berbunga kecil kurang menarik sampai hibrida moderen berbunga lebih besar yang beraneka bentuk dan warnanya (Herlina, 1991).

Menurut Rukmana (2000), bunga gladiol yang banyak disukai oleh konsumen adalah yang berwarna merah, merah muda, kuning, dan putih becorak serta berukuran besar. Masing-masing kultivar memiliki klasifikasi yang berbeda, dengan adanya perlakuan jenis gulma diharapkan memiliki respon yang berbeda terrhadap jenis gulma. Menurut Sukman dan Yakup (1995), persaingan gulma dengan tanaman pokok pada awal pertumbuhan akan menurunkan kuantitas hasil, sedangkan persaingan gulma dengan tanaman pokok menjelang panen akan berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Dalam tanah yang kaya akan nutrisi, kehilangan hasil akibat gulma cukup tinggi. Gulma juga membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak dan penyerapan pupuk jika ada akan lebih cepat.

Kemampuan bersaing suatu tanaman tergantung kepada kemampuan tanaman mengasimilasi CO2 dan menggunakan fotosintat untuk memperluas daun– daunnya atau meningkatkan ukurannya (Moenandir, 1993).

Menurut Riyanto (2006), masa kritis saat pertumbuhan (rentan) dimulai sejak fase perkecambahan sampai dengan fase pembentukan anakan. Sejak tanam sampai tanaman berumur 4 bulan harus diusahakan bebas dari gangguan gulma.

Budidaya tanaman gladiol di dataran rendah sering kali diikuti dengan

pertumbuhan gulma yang populasinya cukup banyak. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya (Sebayang, 2008).


(18)

4

Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns). Menurut hasil penelitian pengaruh yang

diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat.

Namun, secara akumulatif kerugian yang ditimbulkan sangat besar (Barus, 2003). Gulma dapat merugikan tanaman budidaya dan petani. Gulma merugikan

tanaman budidaya dalam hal persaingan akan unsur hara, air, dan cahaya

matahari. Bagi petani gulma dapat merugikan karena petani harus mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang

ditimbulkan oleh gulma, sehingga berakibat meningkatnya biaya produksi. Menurut Widaryanto et al. (2010) gulma yang bersaing dengan tanaman budidaya dapat menurunkanpertumbuhan dan produksinya, sehingga keberadaannya harus dikendalikan.

Kerugian yang ditimbulkan akibat keberadaan gulma pada lahan pertanian yaitu (1) menurunkan hasil produksi, (2) menurunkan mutu hasil, (3) mempersulit pengelolaan tanah dan mempertinggi biaya produksi, (4) menimbulkan zat beracun dari golongan fenol bagi tumbuhan lain, (5) mengurangi debit dan kualitas air (Triharso, 1994).

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah masing-masing kultivar berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi gladiol?


(19)

5

3. Apakah masing-masing kultivar memiliki respons yang berbeda terhadap jenis gulma?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Membandingkan pengaruh jenis gulma pada pertumbuhan dan produksi gladiol.

2. Membandingkan respons kedua kultivar gladiol pada masing-masing jenis gulma dalam pertumbuhan dan produksi.

3. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi kedua kultivar gladiol.

1.3 Landasan Teori

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, landasan teori yang digunakan penulis sebagi berikut:

Penyiangan gulma pada pertanaman gladiol penting karena gulma

dapat menutupi pertumbuhan anak subang sehingga pertumbuhan terhambat dan menyulitkan dalam pemanenan. Penyiangan biasa dilakukan sebelum pemberian pupuk N (saat berumur sekitar 25 hari setelah tanam) dan dilakukan tiga kali dalam satu siklus tanam.

Tanaman gladiol memerlukan pemupukan agar tanaman tumbuh cepat dan berproduksi dengan baik. Jumlah pupuk yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada tekstur tanah, keadaan lingkungan, curah hujan, pengairan, dan


(20)

6

kandungan hara di dalam tanah. Pada tanah berpasir, diperlukan pemupukan lebih sering terutama pada musim penghujan. Pemupukan dilakukan dua kali (umur 20 hari dan 45 hari setelah tanam).

Suplai unsur hara diberikan pada tanaman melalui pemupukan. Pemupukan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik padat maupun cair, merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami dibandingkan dengan bahan pembenah kimia. Meskipun pupuk organik mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi pupuk organik mengandung hara mikro yang cukup (Departemen Pertanian, 2003).

Menurut Novizan (2007), jika kondisi tanah baik, maka akar tanaman akan secara mudah berkembang sehingga dapat menyerap air dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang memungkinkan dipertahankannya kadar bahan organik tanah. Menurut Astuti (2007), salah satu pupuk yang dapat digunakan sebagai tambahan bahan organik dalam media tanam gladiol adalah pupuk kandang kambing. Bahan organik dapat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas, porositas, serta struktur tanah, daya tahan air, dan kapasitas tukar kation.

Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya karena

mengganggu tanaman budidaya yang ditanam. Selain itu, gulma juga dianggap tidak memiliki manfaat bagi kelangsungan hidup tanaman budidaya yang ditanam melainkan menimbulkan kerugian akibat kompetisi dalam hal unsur hara, air dan cahaya matahari dengan tanaman budidaya.


(21)

7

Namun, sesungguhnya keberadaan gulma di sepanjang siklus hidup tanaman budidaya tidak selalu berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Tanaman budidaya mengalami satu masa yang paling peka terhadap keberadaan gulma di sekitar lingkungan tumbuhnya.

Periode tersebut dikenal sebagai periode kritis yaitu pada periode tersebut tanaman budidaya mengalami masa yang paling peka terhadap lingkungan, terutama dalam kompetisi memperebutkan sarana ruang tumbuh, unsur hara, air, dan cahaya matahari.

1.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, untuk memberikan

penjelasan terhadap perumusan masalah dalam penelitian ini diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman gladiol, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari tanaman yang dibudidayakan tersebut, seperti kultivar dan umur tanaman. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi gladiol adalah gulma.

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya karena dapat mengganggu tanaman budidaya yang ditanam. Gulma terdiri atas beberapa jenis. Masing-masing jenis gulma tersebut memiliki kemampuan bersaing yang berbeda,


(22)

8

penghambat terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, dan penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda.

Berdasarkan ukuran daun, gulma dibedakan menjadi gulma daun lebar, gulma daun sempit dan gulma campuran. Gulma daun lebar pada umumnya termasuk ke dalam Dicotyledoneae, dengan daun lebar dan tulang daun berbentuk jala.

Gulma daun sempit terdiri atas gulma rumput dan gulma teki. Gulma rumput memiliki daun yang berbentuk garis dengan tepi daun rata. Gulma golongan teki memiliki batang berbentuk segitiga atau bulat dan biasanya tidak berongga. Gulma campuran terdiri atas gulma daun lebar dan gulma daun sempit.

Adanya persaingan antara gulma dan tanaman budidaya dapat mengurangi tanaman untuk berproduksi. Persaingan antara gulma dan tanaman budidaya antara lain dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, dan adanya zat allelopati yang dihasilkan oleh gulma yang dapat menimbulkan kerugian pada produksi, baik kualitas maupun kuantitas.

Kultivar adalah sekelompok tumbuhan yang telah dipilih/diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat dibedakan secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas ini jika diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual. Perbedaan kultivar dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, karena kemampuan bersaing dengan gulma yang berbeda.


(23)

9

Pada umumnya persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada awal siklus hidupnya mencapai 25 – 33% atau 1/4–1/3 dari umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan gladiol akan mengurangi kuantitas hasil panen, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panen. Waktu pemunculan gulma pada

pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman gladiol, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil panen, sedangkan gulma yang berkecambah (2 − 4) minggu setelah pemunculan pertanaman sedikit pengaruhnya.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat respons atau pengaruh yang berbeda pada masing-masing kultivar gladiol.

2. Jenis gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol. 3. Terdapat kombinasi perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan dan


(24)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol

Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan hati, dan cinta. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang lebar menyerupai pedang (Wilfret, 1980).

Tanaman ini sangat toleran pada berbagai struktur tanah, dari tanah yang ringan berpasir dengan berbahan organik rendah sampai tanah yang berat berlempung atau liat. Penanaman gladiol harus diusahakan pada lahan yang bukan bekas pertanaman gladiol atau keluarga dekatnya, seperti iris, ixia, freesia dan

monbretia. Gladiol biasanya dimanfaatkan sebagai bunga potong. Bunga gladiol bisa bertahan hingga ±6 hari. Selain sebagai bunga potong, bunga gladiol juga terlihat cantik bila ditanam di taman bunga depan rumah.

Gladiol termasuk bunga yang mudah kehilangan air, maka teknik pemanenan gladiol yang akan dijadikan bunga potong harus menggunakan teknik yang benar. Dalam memotong tangkai bunga harus menggunakan pisau yang tajam dan steril. Memotongnya harus miring sehingga permukaan batang bawah luas, jadi akan lebih mudah dan leluasa untuk menyerap air dalam vas.


(25)

11

Waktu pemanenannya juga harus tepat, yaitu sebelum matahari terbit atau menjelang petang. Selain itu diperhatikan juga banyaknya kuntum bunga yang mekar. Panen sebaiknya dilakukan ketika kuntum pertama dan kedua telah menunjukkan warnanya, akan tetapi belum mekar. Bila pemanenan dilakukan setelah mekar maka bunga akan rusak pada saat pengangkutan. Menurut Tjitrosoepomo (1998), bila dipanen terlalu awal maka bunga tidak dapat mekar sempurna. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5–10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.

Siklus hidup tanaman gladiol berlangsung selama 16–18 minggu. Pada umur 3–5 minggu setelah bibit ditanam, akan muncul tunas baru. Setelah berumur 7–9 minggu, tunas baru menjadi tanaman muda yang masih melekat di atas subang atau cormus yang lama. Masa berbunga terjadi saat tanaman berumur 12–14 minggu. Pada saat mencapai mur 16–18 minggu, tanaman gladiol membentuk cormus-cormus baru sebagai calon turunan (generasi) berikutnya, sedangkan cormus yang lama akan layu dan mati (Rukmana, 2000).


(26)

12

Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Klas : Angiospermae

Subklas : Monocotyledoneae

Ordo : Iridales

Famili : Iridaceae

Genus : Gladiolus

Spesies : Gladiolus hybridus L.

Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari Afrika Selatan dan

menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5–10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.

Siklus hidup tanaman gladiol berlangsung selama 16–18 minggu. Pada umur 3–5 minggu setelah bibit ditanam, akan muncul tunas baru. Setelah berumur 7–9 minggu, tunas baru menjadi tanaman muda yang masih melekat di atas subang atau cormus yang lama. Masa berbunga terjadi saat tanaman berumur 12–14 minggu. Pada saat mencapai mur 16–18 minggu, tanaman gladiol membentuk cormus-cormus baru sebagai calon turunan (generasi) berikutnya, sedangkan cormus yang lama akan layu dan mati (Rukmana, 2000).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Gladiol

2.2.1 Iklim

Menurut Wilfred (1980 dikutip olehLarson 1980) gladiol membutuhkan curah hujan rata-rata 2.000 − 2500 mm/tahun. Di Indonesia gladiol dapat ditanam


(27)

13

sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Keadaan kurang optimal akan menyebabkan bunga

mengering dan floret tidak terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadi pada waktu pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringan tampak pada kuncup bunga saja.

Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10–250 C. Suhu udara rata-rata kurang dari 100 C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat dan jika berlangsung lama pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 27 derajat C (Rukmana, 2000). Suhu lingkungan berperan sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman selain itu, suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim. Menurut Wilfret (1980) yang dikutip oleh Herlina (1989) waktu terbentuknya primordia bunga lebih banyak ditentukan oleh sifat pertumbuhan kultivar, waktu panen subang, kematangan subang, dan kematangan subang bibit.

2.2.2 Ketinggian Tempat

Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 500 − 1500 m dpl dan beriklim sejuk. Di Indonesia sentra produksi bunga gladiol berada di daerah berhawa sejuk. Untuk daerah Jawa Barat terdapat di Parongpong (Bandung), Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa tengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur berada di daerah Batu Malang (Rukmana, 2000).


(28)

14

2.3 Pengolahan Media Tanam

2.3.1 Persiapan

Lahan yang akan ditanami gladiol perlu diukur pH tanahnya. Bila sesuai dengan pH tanah yang ditentukan, lakukan pengukuran luas lahan yang akan ditanami. Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur di atas tanah yang memiliki pH 5,5–5,9. Kemudian analisis jenis tanah, apa bila lahan tersebut sebelumnya pernah ditanami gladiol sebaiknya tanah didiamkan minimal selama satu tahun.

2.3.2 Media Tanam

Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah Andosol dan Latosol yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik.

2.4 Jenis Gladiol

Di samping sebagai bunga potong, tanaman gladiol juga digunakan sebagai tanaman hias taman. Bunganya yang bervariasi dalam warna, bentuk, dan ukuran menjadi daya tarik sendiri pada tanaman ini. Kultivar gladiol yang dibudidayakan oleh petani saat ini merupakan kultivar-kultivar introduksi dari Belanda yang sudah berlangsung puluhan tahun (Badriah, 1995) dan silangan dalam negeri. Berbagai kultivar didatangkan mulai dari yang berbunga kecil dan kurang menarik sampai dengan hibrida berbunga besar yang beraneka bentuk dan warnanya.


(29)

15

Ungu Nabila Gambar 1. Tampilan bunga Kultivar Ungu dan Nabila

Keunggulan kultivar Ungu dibandingkan dengan kultivar gladiol yang

dibudidayakan oleh petani terletak pada warna bunga, penampilan bunga pada tangkai bunga, ketebalan daun mahkota bunga, serta sesuai standar mutu bunga potong gladiol nasional maupun internasional.

Warna bunga kultivar Ungu sangat menarik, yaitu bunga merah cerah dengan variasi pada lidah berwarna merah tua pada bagian pangkal sampai tengah, kemudian kuning cerah, dan tepi merah cerah. Variasi seperti ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanam di Indonesia.


(30)

16

Susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak, dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern, sehingga penampilan bunga secara keseluruhan sangat indah.

Kultivar Nabila termasuk dalam komoditas gladiol yang dipasarkan pada tahun 2003, merupakan hasil persilangan antara Holand Merah (GC 68) dengan White Frendship (GC 31). Kultivar ini memiliki jumlah floret 10 –19 kuntum per tangkai dengan lama kesegaran bunga mencapai 3 hari. Kultivar ini memiliki tinggi tanaman 100 cm dengan diameter bunga mekar 9 − 11,7 cm. Umur mulai berbunga60 hari setelah tanam dan memiliki variasi warna, yaitu warna lidah bungamerah pucat 41A+49A+kuning 4D bergaris merah di tengah, warna mahkota bunga atasmerah pucat 41A+49C bergaris putih di tengah, warna mahkota bunga bawahmerah pucat 41A+49A+kuning 4D bergaris putih di tengah.

2.5 Standar Nasional Indonesia bunga gladiol

Standar mutu bunga gladiol potong di Indonesia tercantum dalam standar nasional indonesia SNI 01-4479-1998. Berdasarkan panjang tangkainya, bunga gladiol dikelompokan dalam lima kelas yaitu super, panjang, medium, pendek dan mini. Tabel 2. Panjang tangkai bunga potong gladiol untuk masing-masing kelas

Kelas Pajang tangkai (cm)

Super >95

Panjang 76–94

Pendek 61–75

Medium 51–60


(31)

17

Tabel 3. Kelas mutu bunga potong gladiol berdasarkan penampilan dan kondisi fisik

Jenis Uji Kelas Mutu

AA A B C

1. Panjang tangkai (cm) >95 76–94 61–75 51–60 2. Jumlah floret per tangkai (minimum) 16 14 12 10

3. Keseragaman (%) 100 95 95 <95

4. Warna spesifik (%) 100 95 95 <95

5. Bebas hama/penyakit (%) 100 95 95 <95

6. Kelurusan tangkai lurus lurus sedang kurang

7. Jumlah floret dari mulai mekar 1–2 1–2 2–3 2–3

8. Kerusakan mekanis (%) 0 5 10 >10

9. Benda asing/kotoran (%) 0 2 2 3

Sumber : Badriah (2010)

2.6 Biologi Gulma

Sifat gulma yaitu kompetitif (mempunyai daya saing tinggi), persisten (tahan lama), perneceous (bersifat perusak).

a. Kompetitif

- Pertumbuhan cepat (sebelum tanam) - Kompetitif kuat (tanaman muda) - Kerapatan gulma banyak

- Alelopatik

- Komoditas terganggu b. Persisten

- Produksi biji melimpah

- Biji tetap (viable) berdaya tahan hidup walau dalam kondisi buruk - Adanya dormansi biji


(32)

18

- Cara berkembang biak lebih efektif c. Perneceous

- Merusak, melukai, mematikan(alelopati), baik terhadap manusia maupun hewan

- Menimbulkan kerugian-kerugian

Sifat khusus gulma :

a. Memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi b. Berkembang biak awal sekali dan lebih efisien c. Mempunyai daya adaptasi cepat dan efisien d. Mempunyai dormansi yang bervariasi

e. Mempunyai daya saing tinggi dan kemampuan bertahan kuat/lama f. Dapat mengeluarkan senyawa beracun

g. Tergolong C4, efisien terhadap cahaya h. Mempunyai biji yang kecil dan ringan i. Mudah melakukkan penyerbukan silang

j. Dapat tumbuh dengan cepat walau dari bagian kecil

k. Dapat menguarangi hasil tanaman budidaya walau populasi kecil

2.7 Persaingan gulma

Menurut Barus (2003), untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan ruang tumbuh, gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman, maka gulma dapat menimbulkan kerugian akibat bersaing dengan tanaman antara lain, pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama, penurunan dan kualitas hasil produksi tanaman, produksi kerja terganggu,


(33)

19

gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit, dan biaya pengendalian gulma sangat mahal.

Keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada tanaman budidaya akan

menurunkan hasil panen. Penurunan hasil panen oleh gulma disebabkan adanya kompetisi yang terjadi antara gulma dengan tanaman budidaya. Daya kompetisi gulma dikarenakan gulma mempunyai sifat tumbuh dengan cepat, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap faktor lingkungan, daya perkembangbiakannya besar baik secara generatif maupun vegetatif, dan biji sangat mudah disebarkan (Utami, 2004).


(34)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gunung Terang, gang Swadaya VI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, koret, arit, garu, tali plastik, meteran, selang air, penggaris, jangka sorong, timbangan elektrik, gelas ukur, pinset, sarung tangan karet, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah umbi gladiol kultivar Ungu dan kultivar Nabila, tanah, pupuk kandang kambing, arang sekam, fungisida berbahan aktif mancozeb 80% dan insektisida berbahan aktif profenofos 500 g/f.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan perlakuan faktorial 2x4, yang ditata dalam rancangan petak terbagi (split–plot design) yang diluluh dalam rancangan acak kelompok (RAK).


(35)

21

Taraf faktor gulma ditempatkan pada petak utama yaitu gulma berdaun lebar (G1), gulma teki dan rumput (G2), gulma campuran (G3), dan tanpa gulma (G4). Kultivar gladiol yaitu Ungu (KU) dan Nabila (KN) ditempatkan pada petak anak. Pengelompokan dilakukan berdasarkan bobot umbi yaitu kecil (K1), sedang (K2), besar (K3), dan jumbo (K4) yang terbagi atas kelompok kultivar Ungu, yaitu kecil dengan bobot 27,0 − 30,7 g, sedang dengan bobot 31,0 − 41,5 g, besar dengan bobot 42,8 − 461 g, dan jumbo dengan bobot 47,8 − 60,3 g. Kelompok kultivar Nabila, yaitu kecil dengan bobot 32,0 − 40,0 g, sedang dengan bobot 41,0 − 46,0 g, besar dengan bobot 49,8 − 57,7 g, dan jumbo dengan bobot 78,9 − 131,5 g.

Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett sedangkan aditivitas model diuji dengan uji Tukey. Apabila data memenuhi asumsi, data dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan bahan tanam

Dua kultivar umbi gladiol yaitu kultivar Nabila dan Ungu didatangkan dari petani tanaman hias di Balai Penelitian Tanaman Hias di Cipanas, Jawa Barat. Umbi gladiol tersebut kemudian direndam larutan fungisida berbahan aktif mancozeb 80% konsentrasi 2g/250ml dan insektisida berbahan aktif profenofos konsentrasi 2ml/250ml selama 10 menit. Setelah itu umbi dikeringanginkan.


(36)

22

Gambar 2. Tampilan umbi Kultivar Ungu

Gambar 3. Tampilan umbi Kultivar Nabila

3.4.2 Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang, arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Total lahan yang digunakan adalah 6,6m x 2m. Lahan tersebut kemudian dicangkul dan dibuat 4 bedengan dengan ukuran 1,2m x 2m, kemudian setiap bedengan dibagi menjadi 4 bagian.


(37)

23

3.4.3 Penanaman dan pemasangan ajir

Setiap lubang tanam ditanam 1 umbi gladiol dengan kedalaman + 5 cm. Setelah umbi ditanam, dilakukan pemasangan ajir. Pemasanagan ajir berfungsi untuk menopang pertumbuhan tanaman gladiol karena gladiol rentan terhadap terpaan angin yang akan mengakibatkan tanaman rebah, tangkai bunga bengkok, dan floret bunga mudah terkena percikan air dari tanah. Ajir sebaiknya dipasang sedini mungkin pada saat penanaman atau satu minggu setelah penanaman untuk mengurangi risiko kerusakan pada akar.

3.4.5 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan terdiri atas penyiraman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan pada sore hari dan setiap anak petak mendapatkan volume siram 2 liter. Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan, sedangkan pemupukan dilakukan 9 hst (hari setelah tanam), menggunakan pupuk NPK mutiara dosis 15 g/tanaman.

3.4.6 Panen

Tanaman gladiol berbunga pada umur 12-14 minggu setelah tanam, tergantung pada kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bunga muncul. Pemanenan dilakukan pagi hari dan secara hati-hati dengan menyertakan (2 – 3) daun pada tangkai bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih.


(38)

24

3.4.7 Pengamatan

Pada penelitian ini, variabel pengamatan yang diamati antara lain:

1. Jumlah floret (kuntum). Pengamatan jumlah floret dilakukan pada saat bunga dipanen. Jumlah floret yang dihitung meliputi floret yang mekar sampai floret yang masih kuncup (dalam satu tangkai bunga).

2. Diameter floret (cm). Pengamatan diameter floret dilakukan pada saat bunga mekar penuh dengan menggunakan mistar pengukur panjang dengan ketelitian 1 mm.

3. Panjang tangkai bunga (cm). Pengamatan panjang tangkai dilakukan dengan mengukur mulai dari pangkal tangkai bunga yang berada diketiak daun terakhir sampai ujung bunga terakhir yang terbentuk dalam satu floret. Pengamatan dilakukan pada saat panen bunga.

4. Jumlah subang (umbi). Pengamatan jumlah umbi dilakukan dengan

menghitung rata-rata jumlah umbi yang terbentuk dalam setiap tanaman pada saat panen umbi.

5. Jumlah kormel. Pengamatan jumlah kormel dilakukan dengan menghitung masing-masing atau rata-rata jumlah kormel yang terbentuk dalam setiap tanaman pada saat panen kormel.

6. Diameter subang (cm). Pengamatan diameter umbi dilakukan dengan

mengukur pada masing-masing atau rata-rata umbi yang terbentuk dalam tiap tanaman.

7. Bobot subang (gram). Pengamatan bobot umbi dilakukan dengan menimbang seluruh umbi yang terbentuk pada setiap tanaman saat panen umbi.


(39)

25

8. Bobot kormel (gram). Pengamatan bobot anak umbi dilakukan dengan menghitung penimbangan seluruh kormel yang terbentuk dalam setiap tanaman pada saat panen kormel.

9. Bobot kering berangkasan (gram). Pengamatan bobot kering berangkasan tanaman terdiri atas sisa panen umbi dan bunga yang diukur dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun. Setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 70°C selama 72 jam.

10.Jenis gulma dominan. Pengamatan jenis gulma dilakukan dengan

mengidentifikasi nama-nama gulma yang tumbuh di sekitar lahan tanaman gladiol.

11.Bobot kering gulma (gram). Pengamatan bobot kering gulma dilakukan setelah gulma dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 70°C selama 24 jam sampai bobot kering konstan.


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Varietas Ungu menghasilkan pertumbuhan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas Nabila.

2. Varietas dan gulma berpengaruh nyata pada variabel jumlah kormel, bobot kormel dan bobot subang.

3. Perlakuan bersih tanpa gulma menghasilkan jumlah floret, panjang tangkai bunga dan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan gulma.

5.2 Saran

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan untuk menambahkan variabel pengamatan tentang kerapatan gulma serta naungan.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M., M. Rahmat, T. Sutater, dan D. Komar. 1991. Analisis usaha tani bunga potong gladiol. Prosiding Seminar Tanaman Hias. hlm.131-138.

Anonim. 2009. Pemeliharaan Tanaman Bunga Gladiol. Artikel: tanggal 6 Desember 2009. http://www.agromaret.com/artikel/830/pemeliharaan_ tanaman_bunga_gladiol. Diakses tanggal 6 Februari 2011.

Astuti, Y. 2007. Pengaruh Jenis Bahan Organik Pada Produksi Tiga Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L.). Skripsi Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 70 hlm

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2008.

Produksi Tanaman Hias Di Indonesia Periode 2003 - 2008. Diakses tanggal 10 Mei 2011

Badriah, D.S. 1995. Botani dan Ekologi Gladiol. Dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaifullah dan S. Kusumo (Eds.). Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakata. p. 3-10.

Badriah, D.S. 2010. Gladiol Merah Balithi. Iptek Kortikultura. Badan Litbang Hortikultura. 9 hlm.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2003. Varietas Unggul.

http://www.kpel.or.id/TTGP/komoditi/GLADIOL. Diakses tanggal 23 januari 2011

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. PT Kanisius. Yogyakarta. 103 hlm

Daulika, C. 2005. Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Kultivar Gladiol Hibrida(Gladiolus hybridus Hort.) Skripsi Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm

Department Pertanian. 2003. Pertanian Organik.

http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/buku/pedoman/pedoman non kimia. Herlina, D. 1991. Gladiol. Penerbit Swadaya. Jakarta. 18 hlm.


(42)

Herlina, D. 1989. Deskripsi 20 Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L.) Introduksi. Jurnal Hortikultura Volume 13, No 2, Januari 1990. Balai Penelitian Hortikultura Solok. Malang. 4 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Gulma dengan Tanaman Budidaya. Ilmu Gulma Buku III. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 101 hlm.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm

Periode kritis gulma. 2010. Gulma dan Kompetisi Tanaman.

Diterbitkan di: September 17, 2010 Diperbarui: Oktober 05, 2010 http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2052650-periode-kritis-gulma/

Riyanto, H. 2006. Penggunaan Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Perkebunan Tebu Lhan Kering. PT Gunung Madu Plantations. Tidak dipublikasikan. 13 hlm.

Rukmana, R. 2000. Gladiol: Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. PT Kanisius. Yogyakarta. 76 hlm.

Sembodo, D.R.J, 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali Press. Jakarta. 157 hlm.

Tjitrosoedirdjo, S.,I.H. Utomo, & J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolaan Gulma di Pekerbunan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 201 hlm.

Triharsono. 1994. Dasar-dasat Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 362 hlm.

Tjitosoepomo, G. 1998. Mofologi Tumbuhan. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. 266 hlm.

Utama, . 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Biomasa Vol VI.No.II.54-58 hlm.

Widaryanto E., Soetopo L., dan Judhanto. 2010. Periode Kritis Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L.) Akibat Persaingan Dengan Gulma. Prosiding konferensi XIII HIGI : 25-33 hlm.

Wilfret, G. J. 1980. Gladiolus. Dalam: Larson, R.A., (Ed) Introduction to Floriculture. New York- London: Acad Press. Inc. p. 143-157.


(1)

23

3.4.3 Penanaman dan pemasangan ajir

Setiap lubang tanam ditanam 1 umbi gladiol dengan kedalaman + 5 cm. Setelah umbi ditanam, dilakukan pemasangan ajir. Pemasanagan ajir berfungsi untuk menopang pertumbuhan tanaman gladiol karena gladiol rentan terhadap terpaan angin yang akan mengakibatkan tanaman rebah, tangkai bunga bengkok, dan floret bunga mudah terkena percikan air dari tanah. Ajir sebaiknya dipasang sedini mungkin pada saat penanaman atau satu minggu setelah penanaman untuk mengurangi risiko kerusakan pada akar.

3.4.5 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan terdiri atas penyiraman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan pada sore hari dan setiap anak petak mendapatkan volume siram 2 liter. Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan, sedangkan pemupukan dilakukan 9 hst (hari setelah tanam), menggunakan pupuk NPK mutiara dosis 15 g/tanaman.

3.4.6 Panen

Tanaman gladiol berbunga pada umur 12-14 minggu setelah tanam, tergantung pada kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bunga muncul. Pemanenan dilakukan pagi hari dan secara hati-hati dengan menyertakan (2 – 3) daun pada tangkai bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih.


(2)

24

3.4.7 Pengamatan

Pada penelitian ini, variabel pengamatan yang diamati antara lain:

1. Jumlah floret (kuntum). Pengamatan jumlah floret dilakukan pada saat bunga dipanen. Jumlah floret yang dihitung meliputi floret yang mekar sampai floret yang masih kuncup (dalam satu tangkai bunga).

2. Diameter floret (cm). Pengamatan diameter floret dilakukan pada saat bunga mekar penuh dengan menggunakan mistar pengukur panjang dengan ketelitian 1 mm.

3. Panjang tangkai bunga (cm). Pengamatan panjang tangkai dilakukan dengan mengukur mulai dari pangkal tangkai bunga yang berada diketiak daun terakhir sampai ujung bunga terakhir yang terbentuk dalam satu floret. Pengamatan dilakukan pada saat panen bunga.

4. Jumlah subang (umbi). Pengamatan jumlah umbi dilakukan dengan

menghitung rata-rata jumlah umbi yang terbentuk dalam setiap tanaman pada saat panen umbi.

5. Jumlah kormel. Pengamatan jumlah kormel dilakukan dengan menghitung masing-masing atau rata-rata jumlah kormel yang terbentuk dalam setiap tanaman pada saat panen kormel.

6. Diameter subang (cm). Pengamatan diameter umbi dilakukan dengan

mengukur pada masing-masing atau rata-rata umbi yang terbentuk dalam tiap tanaman.

7. Bobot subang (gram). Pengamatan bobot umbi dilakukan dengan menimbang seluruh umbi yang terbentuk pada setiap tanaman saat panen umbi.


(3)

25

8. Bobot kormel (gram). Pengamatan bobot anak umbi dilakukan dengan menghitung penimbangan seluruh kormel yang terbentuk dalam setiap tanaman pada saat panen kormel.

9. Bobot kering berangkasan (gram). Pengamatan bobot kering berangkasan tanaman terdiri atas sisa panen umbi dan bunga yang diukur dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun. Setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 70°C selama 72 jam.

10.Jenis gulma dominan. Pengamatan jenis gulma dilakukan dengan

mengidentifikasi nama-nama gulma yang tumbuh di sekitar lahan tanaman gladiol.

11.Bobot kering gulma (gram). Pengamatan bobot kering gulma dilakukan setelah gulma dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 70°C selama 24 jam sampai bobot kering konstan.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Varietas Ungu menghasilkan pertumbuhan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas Nabila.

2. Varietas dan gulma berpengaruh nyata pada variabel jumlah kormel, bobot kormel dan bobot subang.

3. Perlakuan bersih tanpa gulma menghasilkan jumlah floret, panjang tangkai bunga dan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan gulma.

5.2 Saran

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan untuk menambahkan variabel pengamatan tentang kerapatan gulma serta naungan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M., M. Rahmat, T. Sutater, dan D. Komar. 1991. Analisis usaha tani bunga potong gladiol. Prosiding Seminar Tanaman Hias. hlm.131-138.

Anonim. 2009. Pemeliharaan Tanaman Bunga Gladiol. Artikel: tanggal 6 Desember 2009. http://www.agromaret.com/artikel/830/pemeliharaan_ tanaman_bunga_gladiol. Diakses tanggal 6 Februari 2011.

Astuti, Y. 2007. Pengaruh Jenis Bahan Organik Pada Produksi Tiga Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L.). Skripsi Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 70 hlm

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Hias Di Indonesia Periode 2003 - 2008. Diakses tanggal 10 Mei 2011

Badriah, D.S. 1995. Botani dan Ekologi Gladiol. Dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaifullah dan S. Kusumo (Eds.). Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakata. p. 3-10.

Badriah, D.S. 2010. Gladiol Merah Balithi. Iptek Kortikultura. Badan Litbang Hortikultura. 9 hlm.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2003. Varietas Unggul.

http://www.kpel.or.id/TTGP/komoditi/GLADIOL. Diakses tanggal 23 januari 2011

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. PT Kanisius. Yogyakarta. 103 hlm

Daulika, C. 2005. Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Kultivar Gladiol Hibrida(Gladiolus hybridus Hort.) Skripsi Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm

Department Pertanian. 2003. Pertanian Organik.

http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/buku/pedoman/pedoman non kimia. Herlina, D. 1991. Gladiol. Penerbit Swadaya. Jakarta. 18 hlm.


(6)

Herlina, D. 1989. Deskripsi 20 Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L.) Introduksi. Jurnal Hortikultura Volume 13, No 2, Januari 1990. Balai Penelitian Hortikultura Solok. Malang. 4 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Gulma dengan Tanaman Budidaya. Ilmu Gulma Buku III. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 101 hlm.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm

Periode kritis gulma. 2010. Gulma dan Kompetisi Tanaman.

Diterbitkan di: September 17, 2010 Diperbarui: Oktober 05, 2010 http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2052650-periode-kritis-gulma/

Riyanto, H. 2006. Penggunaan Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Perkebunan Tebu Lhan Kering. PT Gunung Madu Plantations. Tidak dipublikasikan. 13 hlm.

Rukmana, R. 2000. Gladiol: Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. PT Kanisius. Yogyakarta. 76 hlm.

Sembodo, D.R.J, 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali Press. Jakarta. 157 hlm.

Tjitrosoedirdjo, S.,I.H. Utomo, & J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolaan Gulma di Pekerbunan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 201 hlm.

Triharsono. 1994. Dasar-dasat Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 362 hlm.

Tjitosoepomo, G. 1998. Mofologi Tumbuhan. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. 266 hlm.

Utama, . 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Biomasa Vol VI.No.II.54-58 hlm.

Widaryanto E., Soetopo L., dan Judhanto. 2010. Periode Kritis Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L.) Akibat Persaingan Dengan Gulma. Prosiding konferensi XIII HIGI : 25-33 hlm.

Wilfret, G. J. 1980. Gladiolus. Dalam: Larson, R.A., (Ed) Introduction to Floriculture. New York- London: Acad Press. Inc. p. 143-157.