3.  Persepsi  Orang  tua  Terhadap  Kesempatan  Pendidikan  Tinggi  Bagi Anak Perempuan
Persepsi  adalah  suatu  aktivitas  jiwa  untuk  mengadakan  hubungan dengan  stimulus  atau  rangsangan  melalui  proses  pengindra.  Hasil  dari  proses
ini  berupa  tanggapan  langsung  untuk  memahami  informasi  yang  disampaikan oleh stimulus tersebut. Persepsi merupakan suatu proses yang dipelajari melalui
interaksi dengan kehidupan sekitarnya. Persepsi dapat tumbuh dan berkembang karena  adanya  interaksi  dan  belajar  dengan  orang  lain.  Persepsi  seseorang
merupakan hasil pembentukan pengalaman. Seperti  yang  dinyatakan  oleh  Bapak  Widodo  50  tahun  yang
mempunyai  pekerjaan  sebagai  pedagang  nasi  goreng  yang  memberikan kesempatan  pendidikan  tinggi  kepada  kedua  anak  laki-laki  dan  satu  anak
perempuannya dengan alasan bahwa pendidikan itu penting bagi seorang anak maka  perlulah  anak  itu  dibekali  pendidikan  agar  bisa  bersaing  dengan  jaman
yang semakin modern ini, seperti yang diutarakan sebagai berikut :
“ saya  memberikan  pendidikan  sampai  keperguruan  tinggi  kepada  anak- anak  saya  agar    dengan  pendidikan  tinggi  yang    dimiliki  maka  anak-anak
saya akan bersaing pada jaman sekarang ini, dan dengan pendidikan tinggi yang  saya  berikan  maka  saya  berharap  mereka  akan  memperoleh  masa
depan yang cerah”
Pendapat    Bapak  Widodo  yang  melihat  bahwa  dengan  mempunyai pendidikan  tinggi  dan  kemudian  dengan  keahlian  yang  dimiliki  bisa  menjadi
seorang pegawai atau pengusaha, diharapkan dengan diberikannya kesempatan pendidikan  tinggi  bagi  anak-anaknya  baik  anak  laki-laki  maupun  anak
perempuan akan mendapatkan masa depan yang cerah seperti yang diharapkan Bapak Widodo.
Persepsi  atau  pandangan  orang  tua  yang  dulu  beranggapan  bahwa pendidikan  itu  tidak  penting  bagi  seorang  anak  perempuan  itu  sekarang
perlahan–lahan  sudah  mulai  berubah.  Sekarang  para  orang  tua  mulai memberikan kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan salah
satunya adalah dalam hal pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh  Ibu  Sarti yang  memiliki  tiga  anak,  dua  laki-laki  dan  satu  perempuan,  Ibu  Sarti
memberikan kesempatan yang diungkapkan sebagai berikut : “
Anak  lanang  lan  anak  wedok  iku  duwe  hak  sing  padha,  yen  anak lanangku  kuliah  yo  anak  wedokku  tak  kuliahke  ben  ora  ana  sing  ngeroso
dibedakake,  opo  meneh  kerjoku  yo  cukup  mapan  lan  gajiku  sing  tetep angger wulan dadine kanggo opo duwitku nek ora kanggo sekolah-sekolah
anak-anakku, lan nek dipikir ilmu iku ora bakal ilang” .
Artinya  :  anak  laki-laki  dan  anak  perempuan  itu  memiliki  hak  yang  sama, jika anak laki-laki saya kuliah maka anak perempuan saya juga harus kuliah
biar tidak  merasa  dibedakan, apalagi  saya memiliki pekerjaan  yang mapan dan mendapatkan gaji yang tetap tiap bulannya mendapatkan gaji yang tetap
jadi  buat  apa  uang  saya  kalau  bukan  untuk  sekolah  anak-anakku,  kalau dipikir ilmu itu tidak akan hilang.
Setelah  melihat  beberapa  pandangan  atau  persepsi  orang  tua  di  desa Kedungsono  tentang  kesempatan  pendidikan  tinggi  bagi  anak-anaknya  maka
dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian dari orang tua sekarang memandang bahwa  pendidikan  tinggi  itu  penting  bagi  seorang  anak  baik  anak  laki-laki
maupun anak  perempuan tanpa harus ada pembedaan. Apalagi ditambah saran dan  prasarana  untuk  pendidikan  tinggi  seperti  sudah  ada  dan  semakin  maju
tempat  kuliah  yang  dekat  tempat  tinggal  maka  akan  hal  tersebut  akan menambah  kesempatan  bagi  seorang  anak  untuk  memperoleh  pendidikan
tinggi,  karena  dengan  tempat  kuliah  yang  dekat  maka  biaya  yang  akan dikeluarkan  akan  semakin  sedikit.  Dan  kualitas  dari  tempat  kuliah  itu  sendiri
yang sudah bagus dan tidak kalah dengan tempat kuliah yang lain.
Bapak  Sardiyano  sebagai  ketua  Lembaga  Pemberdayaan  Masyarakat LPM mengungkapkan :
“ ..benar  mas,  warga  desa  kedungsono  semakin  menyadari  betapa pentingnya
pendidikan tinggi
bagi anak-anaknya.
Mereka berpandangan  bahwa  baik  anak  perempuan  maupun  anak  laki-laki
sebenarnya  mempunyai  kesempatan  yang  sama.  Kami  perangkat  desa melalui  wadah  LPM  ini  juga  ikut  mendorong  agar  warga  desa  agar
berusaha  sekeras  mungkin  untuk  bisa  mengkuliahkan  anaknya  baik anak  perempuan  maupun  laki-laki,  karena  kualitas  sumber  daya
manusia  di  desa  ini  masih  sangat  kurang,  sehingga  kami  mempunyai pandangan bahwa kalau banyak warga desa yang berpendidikan tinggi
bisa turut memajukan desa ini.”
Dari  penjelasan  Bapak  Sardiyano  dapat  disimpulkan  bahwa  memang  benar bahwa warga Desa Kedungsono semakin mengerti akan kebutuhan pendidikan
tinggi  bagi  anak-anak  mereka.  Perangkat  Desa  Kedungsono  mempunyai pandangan  sendiri  bahwa  bila  warga  desanya  banyak  yang  mengenyam
pendidikan  tinggi  maka  otomatis  akan  memajukan  sumber  daya  manusia  dan memperbaiki  berbagai  aspek  kehidupan  di  desa  itu  sendiri.  Sehingga  dengan
dasar  pandanagan  tersebut,  perangkat  desa  melalui  Lembaga  Pemberdayaan Masyarakat  LPM  selalu  memberikan  pengertian  kepada  warganya  agar
berusaha  untuk  sebisa  mungkin  memberikan  kesempatan  pendidikan  tinggi
kepada anak-anaknya tanpa membedakan jenis kelamin.
Matrik 3.3 Persepsi Orang tua Terhadap Kesempatan
Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan No
Nama Alasan
1 Bapak
Widodo Saya  memberikan  pendidikan  sampai  keperguruan  tinggi
kepada  anak-anak  saya  agar    dengan  pendidikan  tinggi  yang dimiliki  maka  anak-anak  saya  akan  bersaing  pada  jaman
sekarang  ini,  dan  dengan  pendidikan  tinggi  yang  saya  berikan maka saya berharap mereka akan memperoleh masa depan yang
cerah
2 Ibu Sarti
anak laki-laki dan anak perempuan itu memiliki hak yang sama, jika anak laki-laki saya kuliah maka anak perempuan saya juga
harus kuliah biar tidak merasa dibedakan, apalagi saya memiliki pekerjaan  yang  mapan  dan  mendapatkan  gaji  yang  tetap  tiap
bulannya mendapatkan  gaji  yang  tetap  jadi  buat  apa uang saya kalau bukan untuk  sekolah  anak-anakku, kalau  dipikir ilmu itu
tidak akan hilang
3 Bapak
Sardiyono warga Desa Kedungsono semakin menyadari betapa pentingnya
pendidikan  tinggi  bagi  anak-anaknya.  Mereka  berpandangan bahwa baik anak perempuan maupun anak laki-laki sebenarnya
mempunyai  kesempatan  yang  sama.  Kami  perangkat  desa melalui  wadah  LPM  ini  juga  ikut  mendorong  agar  warga  desa
agar  berusaha  sekeras  mungkin  untuk  bisa  mengkuliahkan anaknya baik anak perempuan maupun laki-laki, karena kualitas
sumber daya manusia di desa ini masih sangat kurang, sehingga kami  mempunyai  pandangan  bahwa  kalau  banyak  warga  desa
yang berpendidikan tinggi bisa turut memajukan desa ini
Sumber: Data Primer diolah, Oktober 2009
4.  Faktor  –  Faktor  Yang  Melatarbelakangi  Pendidikan  Tinggi  Bagi  Anak Perempuan