2.4.  Orang Tua
Sebagai  orang  tua,    kerap  mengatakan  bahwa  anak-anak  itu  adalah masa depan, penerus perjuangan  atau kader Ini tentu benar. Akan tetapi, yang
kerap dilupakan  adalah peranan itu sendiri bagi anak-anak. Bukan saja masa depan anak-anak, tapi juga hari ini dan masa lalu bagi mereka.
Porsi  pendidikan  yang  seharusnya  menjadi  perhatian  orang  tua kepada  anak-anak  itu  tidak  bisa  ditinggalkan,  diwakilkan  atau  diserahkan
kepada siapapun, termasuk kepada sekolah yang paling mahal. Ini mengingat
betapa  pentingnya  peranan  bagi  mereka.  Pendidikan  sekolah  punya  porsi
sendiri. Kewajiban Orang tua kepada anak sebagai berikut :
a. Memberikan rangsangan yang membangkitkan.
Rangsangan ini bentuknya banyak dan bisa dipilih sesuai keadaan, keadaan  dalam  arti  kebutuhan,  kepentingan,  kemanfaatan  atau  isi  kantong.
Ini  misalnya  saja:  membangkitkan  jiwanya,  membesarkan  hatinya, memperkuat  imannya  atau  mentalnya,  memberikan  bacaan  yang  meng-
inspirasi,  mengarahkan  dia untuk mengidolakan  tokoh-tokoh  yang  bermutu, menyediakan  fasilitas  pendidikan  di  rumah,  mengajak  mereka  untuk
mengunjungi
event-event
yang  bermutu,  mendiskusikan  PR-nya,  dan  lain- lain.  Yang  tak  kalah  pentingnya  adalah  bermain  dengan  anak  dimana    bisa
memasukkan pil-pil positif saat hatinya senang. Kalau melihat ilustrasi milik Profesor Marian Diamond tentang otak yang dirangsang dan otak yang tidak
distimulasi,  ternyata  bedanya  terletak  pada  jumlah  koneksi.  Otak  yang distimulasi punya koneksi yang cukup banyak. Sementara, otak yang jarang
distimulasi,  koneksinya  jarang  dan  putus-putus.   Koneksi  ini  tentu  sangat menentukan ketika dewasa. Koneksi  yang bagus akan membuat orang lebih
kreatif,  lebih  kritis,  lebih  responsif,  lebih  cepat  nyambung  dan seterusnya.
b.  Memberikan  pemahaman  yang  benar  terhadap  persoalan  hidup realitas.
Misalnya  saja  pemahaman  tentang  pentingnya  tolong  menolong, pentingnya  melawan  keminderan  dan  kemalasan,  pentingnya  menyadari
potensi dan kelebihan, pentingnya keikhlasan, kejujuran, kegigihan, melawan kesulitan, dan lain-lain. Memang, hampir semua orang tua sudah melakukan
ini,  tetapi  bedanya  adalah:  ada  yang  sudah  diucapkannya  dengan pengungkapan  yang  mendidik  tetapi  ada  yang  hanya  didiamkan;  ada  yang
memang  didasari  kesadaran  untuk  mendidik  tetapi  ada  yang  hanya  karena reaksi  atau  emosi  sesaat.  Sebut  saja  misalnya    mengatakan  si  anak  itu
pemalas  dengan  nada  marah  atau  kesal  pada  saat  tidak  merapikan  tempat tidur.  Ini  terkadang  terkesan  lebih  merupakan  ungkapan  kekesalan,  bukan
kesadaran    untuk  mendidik.   Biasanya  ini  terjadi  ketika    sebagai  orang dewasa terlalu  memikirkan urusan   pribadi dengan  berbagai macam pernak-
perniknya.  Akibatnya,  mau  tidak  mau,  muncul  efek  kurang  peduli  atau muncul efek tidak mau susah ikut memikirkan persoalan anak. Mungkin ada
anak-anak  yang  berinisiatif  mengabaikan  tugas-tugas  rumah  dari  sekolah karena  di  rumahnya  tidak  ada  yang  mengontrol  atau  tidak  ada  mendorong
dan peduli.
c.  Membantu anak dalam mengungkap kelebihan-kelebihannya.