3. Debit Air
Agar penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan sebaik-baiknya dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat
dimanfaatkan se-efisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal lahan pertanaman
lainnya maka
dalam pelaksanaanya
perlu dilakukan
pengukuran-pengukuran debit air. Dengan distribusi kendali, dengan bantuan pengukuran-pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan selalu
dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak di masyarakat petani pemakai air pengairan. Untuk memenuhi kebutuhan air pengairan irigasi bagi lahan-lahan
pertanian, debit air di daerah bendung harus lebih dari cukup untuk di salurkan ke saluran-saluran induk-sekunder-tersier yang telah disiapkan di lahan-lahan
pertanaman Kertasapoetra dan Sutedjo, 1994.
Debit air adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter
per detik. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1. Pengukuran debit dengan bendung
2. Pengukuran debit berdasarkan kerapatan larutan obat
3. Pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang melintang, dalam hal ini
untuk mengukur kecepatan arus digunakan pelampung atau pengukur arus dengan kincir
4. Pengukuran dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pengukuran
arus magnetis dan pengukuran arus gelombang supersonis Dumiary, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran. Rumus yang biasa digunakan sebagai berikut:
Q = v x A .....................................................................................4 dimana:
Q = debit air m
3
detik v = kecepatan aliran mdetik
A = luas penampang aliran m
2
Soewarno, 1991. Pengukuran debit air dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, dapat dilakukan dengan beberapa metode dan alat-alat pengukur, sehingga dalam pelaksanaanya tidak mengalami kesulitan. Pengukuran kecepatan
aliran dengan pelampung float method dapat dengan mudah dilakukan walaupun keadaan permukaan air sungai tinggi dan selain itu karena dalam pelaksanaanya
tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayuan yang terhanyutkan, maka cara inilah yang sering digunakan. Tempat yang sebaiknya dipilih untuk pengukuran
kecepatan aliran yaitu bagian sungai atau saluran yang lurus dengan dimensi seragam, sehingga lebar permukaan air dapat dibagi kedalam beberapa bagian
dengan jarak lebar antara 0,25 m sampai 3 m atau lebih tergantung lebar permukaan. Pada setiap bagian lebar tadi diapungkan suatu pelampung, waktu
mengalirnya dicatatdiukur dengan stopwatch, dengan cara demikian dihitung kecepatan aliran dan selanjutnya diadakan perhitungan debit yaitu: kecepatan
aliran x luas penampang melintangnya. Kecepatan rata-rata aliran pada penampang bagian sungai atau saluran yang diukur adalah kecepatan pelampung
permukaan dikalikan dengan koefisien 0,70 atau 0,90 tergantung dari keadaan sungai saluran dan arah angin, koefisien yang sering digunakan 0,8. Alat ukur arus
Universitas Sumatera Utara
current meter biasanya digunakan untuk mengukur aliran pada air rendah sehingga kurang bermanfaat jika digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran
pada keadaan air sungai sedang membanjir karena hasilnya akan kurang teliti Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994.
Debit air juga dapat diukur secara langsung dengan menggunakan sekat ukur tipe Cipolleti atau Thomson Segitiga 90
o
. Persamaan Cipolleti yang menunjukkan pengaliran adalah:
Q = 0.0186 LH
32
..............................................................5 Dimana Q dalam liter tiap detik, L dan H adalah dalam sentimeter. Untuk sekat
ukur segitiga 90
o
tipe Thomsom persamaannya adalah: Q = 0.0138H
52
..................................................................6 di mana Q adalah debit liter per detik dan H adalah tinggi muka air sentimeter.
Sekat ukur segitiga 90
o
tipe Thomson baik digunakan untuk pengukuran aliran yang tidak lebih dari 112 ldet atau aliran dengan debit relatif kecil, selain itu
sekat ukur segitiga 90
o
tipe Thomson juga sangat mudah konstruksi dan pengaplikasiannya Lenka, 1991.
Pada alat pengukur Thomson seperti halnya alat pengukur Cipoletti harus dipasang tegak lurus pada sumbu saluran pengukur. Pemasangan alat pengukur ini
harus betul-betul mendatar, dengan sudut siku-siku di sebelah bawah Soekarto dan Hartoyo, 1981.
4. Kehilangan Air