xviii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 1581987 dan 0543bU1987 tertanggal 22 Januari 1988.
1. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama
Huruf Latin Nama
ا Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan Bā’
b -
Tā t
- Sā
ṡ s dengan titik diatas
ج Jīm
j -
ح Hā’
ḥ h dengan titik dibawah
خ Khā’
kh -
د Dāl
d -
Zāl ż
z dengan titik diatas ر
Rā’ r
- Zā’
z -
Sīn s
- Syīn
sy -
xix
Sād ṣ
s dengan titik dibawah ض
Dād ḍ
d dengan titik dibawah ط
Tā’ ṭ
t dengan titik dibawah Zā’
ẓ z dengan titik dibawah
ع Aīn
„ Koma terbalik ke atas
Gaīn g
- ف
Fā’ f
- Qāf
q -
Kāf k
- Lām
l -
م Mīm
m -
Nūn n
- و
Wāwu w
- Hā’
h -
ء Hamzah
„ Apostrof
ي Yā’
y -
2. Konsonan Rangkap karena
Syaddah ditulis rangkap
د Ditulis
Muta’addidah ع
Ditulis „iddah
xx
3. Ta’ Marbūṭah di akhir kata
a. Bila dimatikan tulis h
ح ditulis
ḥikmah ي ج
ditulis Jiyah
Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali
bila dikehendaki lafal aslinya b. Bila
ta’ Marbūṭah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h
ء يلوأا ارك ditulis
Karāmah al-auliyā’
c. Bila ta’ Marbūṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan
dammah ditulis t
ر لا ك ditulis
Zakāt al-fịtr
4. Vokal Pendek
---- َ
--- faṭhạh
Ditulis A
---- َ
--- Kasrah
Ditulis I
---- َ
--- ḍammah
Ditulis U
xxi
5. Vokal Panjang
1 faṭhạh + Alif
ي ه ج Ditulis
ā jāhiliyah
2 faṭhạh +ya’ mati
ي ت Ditulis
ā tansā
3 kasrah+ ya’ mati
يرك Ditulis
ī karīm
4 ḍammah + wawu mati
ضورف Ditulis
ū furūd
6. Vokal Rangkap
1 faṭhạh + ya’ mati
يب Ditulis
ai bainakum
2 faṭhạh +wawu mati
وق Ditulis
au qaul
7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
أأ ditulis
a’antum عأ
ditulis u’iddat
تر ش ل ditulis
la’in syakartum
xxii
8. Kata Sandang
Alif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyah ۤار لا
ditulis al
–Qur’ān ي لا
ditulis al-
Qiyās
b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l el-nya
ء لا ditulis
as –Samā’
لا ditulis
asy- Syams
c. Penulisan kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
ضور لا و ditulis
zawi al- furūḍ
لا لهأ ditulis
ahl as-sunnah
xxiii
INTISARI EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN KELOMPOK DENGAN POLA TANGGUNG
RENTENG PADA USAHA MIKRO PEREMPUAN Studi Kasus Bmt Kube Sejahtera Sleman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng pada usaha mikro perempuan. Efektivitas
pembiayaan tersebut diukur melalui nilai, konsep dan manfaat pembiayaan tanggung renteng dan besarnya pengaruh komponen pembiayaan tersebut terhadap peningkatan
pendapatan usaha nasabah. Indikator nilai, konsep dan manfaat pembiayaan tanggung renteng tersebut adalah kemudahan dalam pinjaman, kemampuan dalam
meminjam, kebersamaan dalam menanggung pinjaman, keputusan dalam memberi pinjaman, kemampuan mengembangkan usaha, bekerjasama mengatasi resiko usaha.
Sedangkan komponen pembiayaan yang menjadi fokus penelitian adalah pendapatan usaha sebelum pembiayaan, besar pembiayaan, besar angsuran dan pendapatan usaha
setelah pembiayaan.
Penelitian ini mengunakan motode kuantitatif dengan pendekatan survei. Jenis penelitian ini berupa penelitian lapangan field research yang dilakukan di tempat
tinggal atau tempat usaha responden penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan angket kuesioner. Sedangkan analisis data menggunakan analisis
regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng berdasarkan tanggapan responden termasuk efektif dengan
kategori cukup. Efektivitas ini diukur dengan membandingkan rerata hitung tanggapan responden dengan tabel kencenderungan tanggapan responden. Selain itu,
pengaruh komponen pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan setelah pembiayaan diukur dengan menggunakan model regresi linier berganda. Pendapatan
usaha sebelum pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan setelah pembiayaan. Sedangkan besar pembiayaan, besar angsuran tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan setelah pembiayaan. Oleh karena itu, dapat disimpulakan pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng di BMT KUBE
Sejahtera Sleman dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi efektivitas pembiayaan dengan pola tanggung renteng dan terdapat pengaruh yang positif bagi
peningkatan pendapatan nasabah setelah pembiayaan. Kata kunci :
Efektivitas pembiayaan, Pembiayaan Kelompok, Tanggung Renteng, Usaha Mikro, Baitul Maal Wa Tamwil.
ABSTRACT THE EFFECTIVENESS OF THE GROUP FINANCING WITH JOINT LIABILITY
SYSTEM IN MICRO ENTERPRISE FOR WOMEN Case Study of BMT KUBE Sejahtera Sleman
The research aimed at finding out the level of group financing effectiveness with joint liability system in micro enterprise for women. The financing effectiveness
was measured through value, concept and the advantage of joint liability financing and the amount of the influence of the financing component towards the increase of
enterprise income of the customer. The indicators of value, concept and the advantage of joint liability financing were the easiness of taking the loan, the capability to
borrow, togetherness in bearing the loan, the decision in giving the loan, the ability in developing the enterprise, having cooperation in coping enterprise risk. Meanwhile,
the financing components that became the foci of the research were the income of the enterprise before the financing, the amount of the financing, the amount of the
installment and the income of the enterprise after the financing.
The research used quantitative method with survey approach. It was field research in nature conducted in the place where the respondents of the research lived
or ran the enterprise. The technique of the data collection used questionnaire. Meanwhile, the data analysis used double linear regression analysis.
The result of the research showed that the effectiveness of the group financing with joint liability system based on the response of the respondents was regarded as
effective with category of fair. The effectiveness was measured by comparing the average count of the response of the respondents with the table of respondent
response tendency. Besides, the influence of financing component towards the income increase after the financing was measured by using double linear regression
model. The income of the enterprise before the financing had significant influence towards income after the financing. Meanwhile, the amount of the financing and the
amount of the installment did not influence significantly towards the income after the financing. Therefore, it could be concluded that the group financing with joint
liability system in BMT KUBE Sejahtera Sleman could be regarded as effective because it had fulfilled the financing effectiveness with joint liability system and
there was positive influence towards the increase of the customer income after the financing.
Keywords: Financing Effectiveness, Group Financing, Joint Liability, Micro Enterprise,
Baitul Maal Wa Tamwil.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian
besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara dan bangsa, sebaliknya usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang
selama ini dipandang sebelah mata mampu bertahan dan bahkan berkembang. Ekonom kerakyatan, pejuang reformasi, atau peneliti
ekonomi dari Bank Dunia hampir bulat menyepakati bahwa usaha kecil dan menengah paling tahan terhadap guncangan krisis moneter
SMECDA, 2006. Menurut Radhi 2008 dalam sistem ekonomi kerakyatan, pengembangan industri pedesaan melalui usaha mikro, kecil
dan menengah
UMKM merupakan
langkah strategis
dalam pembangunan ekonomi bangsa.
Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai potensi dan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional
pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi khususnya, serta berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan pekerjaan, memberikan pelayanan
ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional Agus, 2014.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bagaimana kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah dalam pembangunan di Indonesia. Meskipun
demikian, masih terdapat beberapa kendala dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah diantaranya yang paling utama yaitu
masalah keterbatasan modal. Untuk mengatasi keterbatasan modal, sering kali para pengusaha UMKM meminjam dari lembaga keuangan dengan
bunga yang cukup tinggi. Menurut Suharni 2003 dalam penelitiannya menyatakan bahwa:
Dalam praktek pengusaha mikro biasanya membutuhkan kredit dalam jumlah kecil, dengan jangka waktu pendek dengan angsuran
yang sering. Oleh karena itu, apabila tersedia pengikat agunan fisik secara notaril atau harga tetap, namun sangat tidak ekonomis. Oleh
karena itu alternatif yang cocok kredit bagi pengusaha mikro menerapkan sistem tanggung renteng. Sistem tanggung renteng
dapat diartikan sebagai tanggung jawab bersama. Jadi sistem tanggung renteng dapat terjadi dalam satu kelompok nasabah.
Berdasarkan data BPS tahun 2015 menunjukan bahwa pada umumnya 81,41 persen dari usaha mikro dan kecil tidak pernah menerima bantuan
dari lembaga keuangan bank maupun non bank. Kebanyakan alasan utama usaha mikro dan kecil tidak menerima bantuan dari koperasi maupun non
koperasi adalah karena tidak tahu ada bantuan sebesar 55,95 persen, tidak tahu prosedur 13,99 persen, dan proposal ditolak 1,45 persen.
Dari data yang ada ini dapat dilihat bahwa peran lembaga keuangan dalam menyediakan dana dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil
masih belum terlihat.
Berkaitan dengan masalah terbatasnya permodalan. Usaha mikro, kecil dan menengah membutuhkan dukungan dari lembaga pembiayaan
termasuk BMT. BMT merupakan lembaga keuangan non bank dan lebih berorientasi pada pemberdayaan Ridwan, 2004. Lembaga ini sebenarnya
merupakan lembaga swadaya masyarakat yang di dirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian
Koperasi dan UKM menyatakan koperasi jasa keuangan syariah KJKS dalam bentuk Baitul Maal waa Tanwil BMT berkembang sangat
signifikan. Hal ini tidak lepas dari perkembangan kinerja dari BMT secara nasional di tahun ini telah mencapai aset sebesar Rp 4,7 triliun dan jumlah
pembiayaan sebesar Rp 3,6 triliun. Menurut Setyo Heriyanto meyakini bahwa BMT akan sangat berperan sebagai lembaga keuangan mikro yang
mampu menggerakan sektor riil di masyarakat. Keberadaan dari BMT di Indonesia, tak lepas dari peran dari berbagai
pihak khususnya regulator, asosiasi, para pengelola, anggota dan masyarakat. Bahkan keberadaan dari BMT juga menjadi alternatif
financial inclusion ketika masyarakat tidak mampu mengakses keuangan karena keterbatasan dan beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam
sistem perbankan. Dari situs berita online tempo November 2012 dilaporkan bahwa aset BMT tumbuh setiap tahunnya. Menurut Ketua
umum dewan pimpinan pusat perhimpunan BMT indonesia, Joelarso, mengatakan bahwa pertumbuhan aset BMT tersebut seiring dengan
tumbuhnya jumlah BMT di daerah-daerah.
Proses pembiayaan menggunakan sistem tanggung renteng melalui musyawarah dalam kelompok. Menurut Syaiful 2008 menyatakan
tentang sistem tanggung renteng bahwa: Sistem tanggung renteng juga diimplementasikan dalam wujud
musyawarah untuk berbagai kepentigan dalam pengambilan keputusan. Termasuk dalam menentukan boleh tidaknya anggota
melakukan pinjaman. Bahkan menyangkut plafon yang harus disetujui. Lebih dari itu, manakala terjadi kerugian piutang maka
pelunasannya harus ditanggung renteng seluruh anggota, minimal menjadi anggota kelompoknya.
Selain menerapkan pembiayaan dengan sistem tanggung perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan UMKM
lebih utama karena masyarakatlah sebagai pelaku usaha tersebut sehingga keberhasilan pengembangan UMKM berawal dari sini. Menurut Ravik
2007 menyatakan bahwa “Dalam pemberdayaan UKM perlu diberikan motivasi dan manfaat dari berbagai peluang-peluang dan fasilitas yang
diberikan dari berbagai pihak steakholder yang lain karena tanpa partisipasi UKM secara individu maupun kelompok akan berakibat
gagalnya usaha pemberdayaan ya ng dilakukan”. Menciptakan suatu
UMKM memang tidak mudah diperlukan modal yang cukup dan keterampilan dalam mengelola usaha. Dengan adanya otonomi daerah
yang dimana pemerintah mengatur secara langsung kegiatan ekonomi daerahnya sehingga memberikan kemudahan pelaku usaha untuk
mengembangkan usahanya. Yogyakarta merupakan pusat pendidikan dan kebudayaan yang setiap
tahunnya selalu dikunjungi oleh pendatang baru dan wisatawan, baik
domestik maupun mancanegara. Potensi tersebut akan mendorong adanya pertumbuhan usaha baru bagi beberapa sektor usaha khususnya sektor rill.
Sehingga, peran sumber permodalan khususnya lembaga keuangan mikro syariah sangat mendukung bagi pengembangan UMKM yang tidak
bankable, sehingga usaha mikro tersebut dapat lebih prospek dan berkembang. Selain itu Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan
potensi usaha mikro dan kecil yang besar. Berikut data perkembangan UMKM dari tahun 2010-2014 di Yogyakarta:
Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah D.I Yogyakarta
DISPERINDAGKOP dan UMK D.I Yogyakarta Bidang Koperasi dan UKM
Tahun 2010-2014 Sektor
2010 2011
2012 2013
2014 Usaha Mikro
100.227 111.086
111.591 111.912
73.647
Usaha Kecil 45.558
50.494 50.999
51.459 39.556
Usaha Menengah 27.335
30.296 30.801
31.121 23.641
Total 173.123
191.876 193.391
194.492 136.844
Sumber: Disperindagkop dan UMK D.I Yogyakarta Tahun 2014. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan UMKM di D.I
Yogyakarta dari tahun 2010-2013 mengalami peningkatan namun pada tahun 2014 mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena
perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan
klasik yang dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal dan eksternal yang dihadapi
UMKM. Masalah internal meliputi, yaitu: pertama, rendahnya kualitas
sumberdaya manusia UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran. Kedua, lemahnya kewirausahaan dari para
pelaku UMKM, dan ketiga, terbatasnya akses pengusaha UMKM terhadap permodalan, informasi teknologi dan pasar serta faktor produksi lainnya.
Untuk itu mengingat keberadaan UMKM dan perannya sangat besar dalam perekonomian Indonesia, maka diperlukannya akses permodalan UMKM.
Lembaga keuangan mikro islam yang berorientasi pada pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah di Yogyakarta adalah koperasi syariah.
Pertumbuhan koperasi syariah di Yogyakarta pada tahun 2015 cukup signifikan mengalami pertumbuhan aset rata-rata 40 persen per tahun
sehingg tercatat sekitar 40 koperasi Syariah yang ada di wilayah ini Saiful Rijal, TribunJogja.com, 2015.
Salah satu koperasi syariah di Yogyakarta yang banyak bergerak di sektor produktif adalah BMT KUBE Sejahtera Sleman. Untuk menjawab
permasalahan di atas BMT KUBE Sejahtera Sleman membuat suatu program pembiayaan yang mana berguna untuk memberikan pembiayaan
kelompok terhadap pelaku usaha mikro perempuan yang mana dalam kehidupan nyata seringkali perempuan kurang mampu berperan aktif
dalam ekonomi keluarga. Dengan keadaan ini perempuan tidak lagi memandang perananya didalam masyarakat atau keluarga hanya sebatas
sebagai istri atau ibu saja, tetapi mereka dapat mengembangkan diri dengan melakukan peran yang lain yaitu pekerjaan di luar rumah. Selain
itu pergeseran budaya dari masyarakat modern memberikan peluang bagi
kaum perempuan untuk menyejajarkan diri dengan kaum laki-laki dalam hal berprestasi Nanik, 2007.
Berkaitan dengan gender, di zaman globalisasi sekarang ini dunia berubah dengan cepat di segala bidang kehidupan. Keadaan ini mendorong
terjadinya perubahan sosial dimana-mana. Perubahan besar juga terjadi pada kaum perempuan. Kaum perempuan mulai menunjukkan kebutuhan
mereka untuk dapat berprestasi atau mencapai suatu keberhasilan sebagai salah satu cara mengaktualisasikan dirinya Riyanti, 2007.
Berdasarkan sumber data world bank tahun 2007 yang telah diolah kembali, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia 51,7
persen dan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki mencapi 88,5 persen Sari Lestari, 2010. Hal ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi kerja
perempuan di Indonesia masih rendah dibanding tingkat partsipasi kerja laki-laki. Rendahnya tingkat partisipasi tersebut disebabkan keterbatasan
yang di hadapi oleh perempuan seperti peluang dan kesempatan yang terbatas dalam mengakses dan mengontrol sumberdaya, keterampilan dan
pendidikan yang rendah, hambatan ideologis perempuan yang terkait rumah tangga serta kendala yang dikenal dengan istilah “triple burden of
woment”, yaitu perempuan harus melakukan fungsi reproduksi, produksi dan fungsi sosial bersamaan dimasyarakat.
Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan pemerintah sejak 1978 untuk membantu meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial laki-laki dan
perempuan. Akan tetapi, kemajuan dan keberhasilan tersebut belum dapat
mengena secara merata pada sebagian besar perempuan terlebih pada perempuan pedesaan yang mengalami berbagai ketertinggalan. Bila
keadaan tersebut terus berlanjut, maka perempuan yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia dapat menjadi beban
pembangunan yang berpotensi Riant, 2008. Untuk dapat melibatkan perempuan yang secara kualitas masih rendah
diperlukan sebuah upaya yang nyata dan berkesinambungan salah satunya yaitu dengan melakukan pemberdayaan perempuan. Menurut Sulistyani,
pemberdayaan berasa dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan, maka pemberdayaan perempuan dimaknai sebagai proses
untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya Sulistyani, 2004. Dalam konteks pembangunan nasional, pemberdayaan perempuan
berarti upaya menumbuh kembangkan potensi dan peran perempuan dalam semua dimensi kehidupan. “program program pemberdayaan perempuan
dalam kehidupan keluarga akan mampu menjadi pintu masuk menuju perbaikan kesejahteraan keluarga” Sunyoto, 2004. Berkaitan dengan
perbaikan kesejahteraan keluarga maka menuntut perempuan untuk dapat menopang ketahan ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan salah
satu dorongan yang kuat bagi perempuan untu bekerja dalam menambah penghasilan.
Penelitian ini dilakukan dengan alasan pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng yang ditetapkan oleh BMT akan mengurangi resiko
kredit macet, karena prinsip tanggung renteng mengharuskan setiap kelompok harus bertanggug jawab secara bersama-sama, pembiayaan
kelompok dengan pola tanggung renteng juga mendukung kesejahteraan masyarakat dalam hal ini para perempuan dan peneliti memilih BMT
KUBE Sejahtera Sleman dengan alasan karena masih jarang ditemukan di BMT-BMT lainnya pembiayaan dengan sistem tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Riska Dwi Syam membuktikan bahwa pemberian pembiayaan tanggung renteng sudah cukup memberikan pengaruh
terhadap pengembangan usaha anggota. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitan
dengan judul:
“EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN KELOMPOK DENGAN POLA TANGGUNG
RENTENG PADA USAHA MIKRO PEREMPUAN STUDI KASUS BMT KUBE SEJAHTERA
SLEMAN”. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian yang dikemukakan yaitu masalah persoalan modal yang dihadapi oleh
usaha mikro ini menjadikan BMT KUBE Sejahtera Sleman, membuat suatu program yaitu pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng,
permasalahannya adalah ketika program tersebut tidak efektif dan tidak berpengaruh untuk pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng
oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti. Oleh karena itu pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng yang diberikan oleh BMT KUBE Sejahtera pada usaha mikro
perempuan ? 2. Bagaimana pengaruh pembiayaan kelompok dengan pola tanggung
renteng pada usaha mikro perempuan setelah adanya pembiayaan yang diberikan oleh BMT KUBE Sejahtera ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka dapat kita ketahui penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pembiayaan kelompok dengan pola tanggung renteng yang diberikan oleh BMT KUBE Sejahtera
Sleman berdasarkan penilaian nasabah usaha mikro perempuan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan kelompok
dengan pola tanggung renteng pada usaha mikro perempuan setelah
adanya pembiayaan yang diberikan oleh BMT KUBE Sejahtera Sleman.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis bagi kalangan akademis, praktisi, maupun
pemegang kebijakan yaitu pemerintah. Adapun beberapa manfaat penelitian yang diharapkan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis a. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan bagi pembaca skripsi ini, dan bagi pribadi peneliti
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian sejenis dan dapat menjadi bahan perbandingan dari
penelitian yang telah ada. 2. Secara Praktis
Dapat menjadi sumbangan penting bagi para pengkaji dan praktisi lembaga keuangan mikro Islam khususnya BMT terkait dengan hal
pembiayaannya. 3. Bagi BMT KUBE Sejahtera Sleman
Menjadi motivasi bagi BMT KUBE Sejahtera untuk terus meningkatkan kinerja pembiayaannya agar benar-benar dapat
memberdayakan umat melalui kegiatannya sesuai dengan syariah Islam.
4. Bagi Pemerintah a. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam hal kebijakan
guna meningkatkan produktifitas masyarakat melalui pembiayaan produktif pada usaha mikro, kecil dan menengah.
b. Dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan yaitu pemerintah untuk memberikan dukungan melalui kebijakan
khusus terkait dengan pengembangan lembaga keuangan mikro Islam seperti Baitul Maal waa Tanwil BMT.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan referensi bagi penulis serta untuk menjaga keotentikan penelitian ini maka
penulis akan mengemukakan beberapa literatur karya ilmiah yang ada antara lain:
1. Efektivitas Pembiayaan UMKM Akad Musyarakah pada Nasabah Baitul Maal wat Tamwil Beringharjo Cabang Malioboro Yogyakrata
oleh Agus Purnomo 2014. Penelitian ini merupakan penelitian inferensial.Objek penelitain adalah populasi penelitian. Populasi
penelitian adalah pelaku UMKM yang menjadi nasabah pembiayaan musyarakahBMT Beringharjo cabang Malioboro Yogyakarta. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket dan wawancara, sedangkan analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penyaluran pembiayaan berdasakan tanggapan responden termasuk efektif dean kategori
cukup dan tinggi. Efektivitas ini diukur dengan membandingkan rerata hitung tanggapan responden dengan tabel kencenderungan tanggapan
responden. Selain itu, pengaruh komponen pembiayaan terhadap peningkatan
pendapatan setelah
pembiayaan diukur
dengan menggunakan model regresi linier berganda. Pendapatan usaha
sebelum pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
setelah pembiayaan. Sedangkan besar pembiayaan, pokok angsuran, dan nisbah bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan setelah pembiayaan. pokok angsuran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peningkatan setelah pembiayaan. adapun
pendapatan sebelum pembiayaan, besar pembiayaan, dan pokok angsuran memiliki hubungan yang positif terhadap peningkatan
pendapatan setelah pembiayaan nasabah. Sedangkan nisbah bagi hasil memiliki hubungan negatif terhadap peningkatan pendapatan setelah
pembiayaan nasabah. Oleh karena itu, dapat disimpulakan pembiayaan musyarakah BMT Beringharjo dapat dikatakan efektif
karena telah memenuhi efektivitas penyaluran pembiayaan dan terdapat pengaruh yang positif bagi peningkatan pendapatan nasabah
setealh pembiayaan. 2. Pengaruh Pembiayaan Tanggung Renteng dan Pendampingan
Terhadap Pengembangan Usaha Anggota LKM KUBE Sejahtera 10 Bimomartani, Ngemplak, Sleman oleh Riska Dwi Syam Anggraini
2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah pembiayaan tanggung renteng,
pendampingan, dan pengembangan usaha. Jumlah sampel sebanyak 44 orang dengan mengambil sampel 10 persen dari setiap KUBE.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah propottionate random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan
dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah regresi ganda.
Hasil penelitan menunjukan bahwa pembiayaan tanggung renteng berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha
anggota yang ditunjukkan nilai koefisien regresi 0.501 dan nilai t hitung 2.956 lebih besar dari t tabel 1.684, Pendampingan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha anggota ditujukan dengan nilai koefisien regresi 0.411 dan nilai t
hitung 3.503 lebih besar dari t tabel 1.684 dan secara simultan ada pengaruh positif dan signifikan pembiayaan tanggung renteng dan
pendampingan terhadap pengembangan usaha anggota, ditujukan dengan nilai F hitung 18.342 lebih besar dari F tabel 2.320. Variabel
pendampingan memiliki pengaruh paling dominan terhadap pengembangan usaha anggota yaitu 26.40 persen. Sumbangan efektif
pembiayaan tanggung renteng dan pendampingan sebesar 47.22 persen terhadap pengembangan usaha anggota,sedangkan 52.78
persen dijelaskan oleh faktor lain. 3. Peran Perempuan dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
di Kota Padang oleh Febriani 2012. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Teknik pengumpulan data primer dengan pengamatan
dan diskusi, pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka,
UKM serta instansi terkait berupa publikasi, dokumen, laporan kegiatan. Teknik pengolahan data dilaksanakan dengan cara tabulasi
dan analisis data dilakukan secara deskriptif reflektif. Hasil penelitian
usaha kecil dan menengah terbukti mampu dan tangguh dalam berbagai kondisi dibandingkan dengan usaha besar yang banyak
bangrutgulung tikar dalam menghadapi krisis. Dan wanita harus ikut berperan aktif ketika menghadapi kondisi tersebut karena banyak para
suami yang di PHK akibat terjadinya krisis. Oleh karena itu pada usaha kecil wanita berperan sebagai pelaku usaha atau pemilik,
sebagai manager ataupun tenaga kerja. Dalam kegiatan UKM, wanita dapat berperan sebagai anggota, pengurus, pengawas, manager,
pembina ataupun pendamping usaha. Peran serta wanita dalam berbagai sektor sangat tinggi, namun sesuai dengan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki wanita seperti tekun, teliti, ulet, sabar, jujur, tangguh, rasa tanggung jawab tinggi, kemauan keras, semangat tinggi
dan disiplin. 4. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Kelompok Kasus
Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Kelompok Usaha Bersama KUBE oleh Joyokin Tampubolon dkk 2006.
Jumlah Sampel 224 orang diambil dari 2 pengurus dan 2 anggota Kelompok Usaha Bersama KUBE untuk wilayah Sumatra Utara,
Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Keberhasilan Kube pada: Aspek Sosial: Kategori Sangat Rendah 0 persen, Kategori Rendah 4 persen,
Kategori Cukup Berhasil 93,8 persen, Kategori Sangat Tinggi 2,2 persen. Aspek Ekonomi: Kategori Sangat Rendah 95,5 persen,
Kategori Rendah 4,5 persen, Kategori Cukup Berhasil 0 persen,
Kategori Sangat Tinggi 0 persen. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada aspek ekonomi dimana rata-rata modal awal yang
dimiliki KUBE hanya Rp. 6.170.000,00 termasuk bantuan setelah adanya
pemberdayaan rata-rata
modal akhir
menjadi Rp.
18.138.360,00 atau naik 1,5 kali lipat. Rata-rata pendapatan responden Rp. 747.5522,00 dengan jumlah tanggungan rata-rata 3- orang.
Sedangkan rata-rata pendapatan anggota yang diperoleh dari KUBE adalah 345.000,00.
5. Analisis Efektivitas Pembiayaan UMK Pada Koperasi Syariah oleh Indah. Hasil uji analisis jalur path anliysis menujukan bahwa
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan adalah biaya administrasi dan tingkat pendidikan. Adanya hubungan
kausal anatara variabel menjelaskan bahwa biaya adminsitrasi dan tingkat pendidikan berpengauh secara langsung terhadap besarnya
pembiayaan yang diajukan kepada Kospin Jasa Syariah Pekalongan. Semakin tinggi biaya adminstrasi dan semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka akan semakin besar pula jumlah pembiayaan yang diajukan oleh anggota kepada kospin. Demikian juga sebaliknya.
6. Penerapan Sistem Tanggung Renteng Sebagai Upaya Mewujudkan Partisipasi Aktif Anggota dan Perkembangan Usaha di Koperasi
Wanita Setia Bhakti Wanita Jawa Timur oleh Siti Nur Faidah dan Retno Mustika Dewi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi partisipatif dengan mengikuti pertemuan tiga kelompok tanggung renteng di Kopwan SBW yaitu
kelompok 576, 398, dan 498, wawancara mendalam dengan pengurus dan anggota Kopwan SBW, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan sistem tanggung renteng di Kopwan SBW mengandung tiga unsur pokok yaitu adanya kelompok, adanya
kewajiban, dan adanya peraturan yang mengikat. Penerapan sistem tanggung renteng di Kopwan SBW dapat mewujudkan partisipasi aktif
anggota dalam bidang permodalan, bidang organisasi, dan bidang pemanfaatan jasa usaha koperasi. Terwujudnya partisipasi aktif
anggota berdampak pada perkembangan usaha yang ditunjukkan dengan meningkatnya omset usaha, terkendalinya aset, dan
meningktnya SHU Kopwan SBW. 7. Makna Sistem Tanggung Renteng Bagi Terjadinya Perubahan
Perilaku Ekonomi Anggota Kelompok Pengusaha Pedagang Kecil KPPK di Koperasi Wanita S
erba Usaha “Setia Budi Wanita” Jawa Timur oleh Sjahandari Criana. Pendekatan penelitian dilaksanakan
secara kualitatif, dengan menggali secara lebih dalam mengenai makna sistem tanggung renteng yang selama ini berhasil mengadakan
perubahan sikap dan perilaku ekonomi bagi sebagian besar anggota. Temuan penelitian menunjukkan bahwa perilaku ekonomi anggota
KPPK yang terdiri dari perilaku ekonomi di bidang: produksi, distribusi, konsumsi, investasi, menabung dan simpan pinjam bila
dikaitkan dengan enam tata nilai dasar sistem tanggung renteng yang terdiri dari kebersamaan, keterbukaan, musyawarah, percaya, dispilin,
dan tanggung jawab akan memberikan makna bagi perubahan perilaku ekonomi dalam hal menambah pengetahuan dan keterampilan serta
merubah sikap dan kebiasaan menjadi lebih berkualitas. Sedangkan implikasi penelitian memberikan makna sistem tanggung renteng yang
diperoleh melalui kegiatan kelompok, serta memberikan makna sistem tanggung renteng dalam transfomasi kelembagaan dan transformasi
ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan bisa direkomendasikan bagi 1 koperasi setia budi wanita, 2 kelompok-
kelompok yang ada dimasyarakat seperti kelompok petani, nelayan, pelestari alam, PKK dan lainnya 3 Pemerintah juga diperlukan.
Untuk memudahkan dalam membaca penelitian terdahulu yang sudah diuraikan diatas maka peneliti merangkum dalam sebuah tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian yang Relevan
No. Peneliti
Judul Hasil
1.
Agus Purnomo
2014 Efektivitas
Pembiayaan UMKM Akad
Musyarakah pada Nasabah Baitul
Maal wat Tamwil Beringharjo Cabang
Malioboro Yogyakrata
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penyaluran pembiayaan berdasakan tanggapan responden termasuk efektif
dean kategori cukup dan tinggi. Efektivitas ini diukur dengan membandingkan rerata hitung tanggapan responden dengan tabel
kencenderungan tanggapan responden. Selain itu, pengaruh komponen pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan setelah
pembiayaan diukur dengan menggunakan model regresi linier berganda. Pendapatan usaha sebelum pembiayaan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan setelah pembiayaan. Sedangkan besar pembiayaan, pokok angsuran, dan nisbah bagi hasil tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan setelah pembiayaan. pokok angsuran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
peningkatan setelah pembiayaan. adapun pendapatan sebelum pembiayaan, besar pembiayaan, dan pokok angsuran memiliki
hubungan yang positif terhadap peningkatan pendapatan setelah pembiayaan nasabah. Sedangkan nisbah bagi hasil memiliki
hubungan negatif terhadap peningkatan pendapatan setelah pembiayaan nasabah. Oleh karena itu, dapat disimpulakan
pembiayaan musyarakah BMT Beringharjo dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi efektivitas penyaluran pembiayaan
dan terdapat pengaruh yang positif bagi peningkatan pendapatan nasabah setealh pembiayaan.
2. Riska
Dwi Syam
Anggraini. 2012 “Pengaruh
Pembiayaan Tanggung Renteng
dan Pendampingan Terhadap
Pengembangan Usaha
Anggota LKM
KUBE Sejahtera
10 Bimomartani,
Ngemplak, Sleman” Hasil penelitian menunjukan bahwa pembiayaan tanggung renteng
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha anggota. Pendampingan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengembangan usaha anggota dan secara simultan ada pengaruh positif dan signifikan pembiayaan tanggung renteng dan
pendampingan terhadap pengembangan usaha anggota. Variabel pendampingan memiliki pengaruh paling dominan terhadap
pengembangan usaha anggota. Sumbangan efektif pembiayaan tanggung renteng dan pendampingan sebesar 47.22 persen
terhadap pengembangan usaha anggota,sedangkan 52.78 persen dijelaskan oleh faktor lain.
3. Febriani 2012
“Peran Perempuan dalam
Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah di Kota
Padang” Hasil penelitian Usaha kecil dan Menengah terbukti mampu dan
tangguh dalam berbagai kondisi dibandingkan dengan usaha besar yang banyak bangrutgulung tikar dalam menghadapi krisis. Dan
wanita harus ikut berperan aktif ketika menghadapi kondisi tersebut karena banyak para suami yang di PHK akibat terjadinya
krisis. Oleh karena itu pada usaha kecil wanita berperan sebagai pelaku usaha atau pemilik, sebagai manager ataupun tenaga kerja.
Dalam kegiatan UKM, wanita dapat berperan sebagai anggota, pengurus, pengawas, manager, pembina ataupun pendamping
usaha. Peran serta wanita dalam berbagai sektor sangat tinggi, namun sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki wanita
seperti tekun, teliti, ulet, sabar, jujur, tangguh, rasa tanggung jawab tinggi, kemauan keras, semangat tinggi dan disiplin.
4. Indah
“Analisis Efektivitas Pembiayaan
UMK Pada
Koperasi Syariah”
Hasil uji analisis jalur path anliysis menujukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan
adalah biaya administrasi dan tingkat pendidikan. Adanya hubungan kausal anatara variabel menjelaskan bahwa biaya
adminsitrasi dan tingkat pendidikan berpengauh secara langsung terhadap besarnya pembiayaan yang diajukan kepada Kospin Jasa
Syariah Pekalongan. Semakin tinggi biaya adminstrasi dan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semain besar pula
jumlah pembiayaan yang diajukan oleh anggota kepada kospin. Demikian juga sebaliknya.
5. Joyokin Tampubolon
dkk. 2006 “Pemberdayaan
Masyarakat melalui Pendekatan
Kelompok
Kasus Pemberdayaan
Masyarakat Miskin melalui Pendekatan
Kelompok
Usaha Bersama KUBE”
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada aspek ekonomi dimana rata-rata modal awal yang
dimiliki KUBE hanya Rp. 6.170.000,00 termasuk bantuan setelah adanya pemberdayaan rata-rata modal akhir menjadi Rp.
18.138.360,00 atau naik 1,5 kali lipat. Rata-rata pendapatan responden Rp. 747.5522,00 dengan jumlah tanggungan rata-rata
3- orang. Sedangkan rata-rata pendapatan anggota yang diperoleh dari KUBE adalah 345.000,00.
6.
Siti Nur Faidah dan Retno Mustika Dewi
“Penerapan Sistem Tanggung Renteng
Sebagai Upaya
Mewujudkan Partisipasi
Aktif Anggota
dan Perkembangan
Usaha di Koperasi Wanita Setia Bhakti
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem tanggung renteng di Kopwan SBW mengandung tiga unsur pokok yaitu
adanya kelompok, adanya kewajiban, dan adanya peraturan yang mengikat. Penerapan sistem tanggung renteng di Kopwan SBW
dapat mewujudkan partisipasi aktif anggota dalam bidang permodalan, bidang organisasi, dan bidang pemanfaatan jasa
usaha koperasi. Terwujudnya partisipasi aktif anggota berdampak pada
perkembangan usaha
yang ditunjukkan
dengan meningkatnya omset usaha, terkendalinya aset, dan meningktnya