Analisis Bahan Baku Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG Jenis Polipropilena PP

31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Bahan Baku Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG Jenis Polipropilena PP

Pada penelitian ini digunakan Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG jenis Polipropilena PP sebagai bahan baku. PBKG yang digunakan diperoleh dari limbah kemasan gelas air mineral yang biasa dijumpai dikehidupan sehari – hari. Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra - Red plastik bekas kemasan gelas PBKG jenis polipropilena dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari PBKG. Karakterisasi FTIR dari PBKG jenis polipropilena dapat dilihat pada Gambar 4.1. Keterangan analisis gugus fungsi [34] : - 2974,23 cm -1 : regang gugus alkana C –H - 1458,16 cm -1 : regang gugus metilen –CH 2 - 1369,46 cm -1 : regang gugus metil –CH 3 Gambar 4.1 Karakterisasi FTIR Plastik Bekas Kemasan Gelas Jenis Polipropilena dan Polipropilena Murni 1458,16 1369,46 2974,23 300 250 200 150 100 50 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 Bilangan Gelombang cm -1 T r a n sm it a n si PP Murni PBKG Universitas Sumatera Utara 32 Dari hasil FTIR Plastik Bekas Kemasan Gelas PBKG jenis polipropilena, dapat dilihat munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 2974,23 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus alkana C –H. Disamping itu, terdapat munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 1458,16 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus C –H dari –CH 2 metilen dan puncak serapan pada panjang gelombang 1369,46 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus C-H dari –CH 3 -C metil. Hasil spektrum FTIR jelas menunjukkan terbentuknya gugus - gugus yang mendukung PBKG jenis PP yang memiliki struktur seperti Gambar 4.2. Selain itu, hasil spektrum FTIR PBKG jenis PP juga memiliki kesamaan dengan hasil spektrum FTIR PP murni. C C CH 3 H H H n Gambar 4.2 Struktur Polipropilena Puncak serapan gugus alkana dan metilen pada FTIR PBKG tidak setajam puncak serapan pada PP murni. Hal ini disebabkan karena PBKG merupakan jenis PP yang telah diproses dengan melibatkan penggunaan senyawa aditif, seperti antistatik, antioksidan, dan lain sebagainya. Kehadiran senyawa aditif ini juga menyebabkan perubahan puncak serapan yang terbentuk.

4.2 Pengaruh Suhu dan Jumlah Katalis terhadap Perolehan Yield