Universitas Sumatera Utara
Malam itu, informan Z juga ikut tampil dalam kegiatan open mic. Dengan lawakan yang membuat riuh audiens membuat penelitu tidak menyangka bahwa
informan Z merupakan orang yang serius. Ditambah dengan postur yang kurus dan sedikit mungil. Kemudian informan Z juga menjelaskan bahwa kemampuan
komik memang dilihat dari banyak atau tidaknya jam terbang yang dimiliki komik tersebut. Seperti yang dijelaskan informan Z sebagai berikut :
Kalau mau jadi komika yang lucu emang harus sering-sering open mic. Kayak aku yang udah dari 2014 ikut open mic, udah pernah
tampil di Metro TV tapi tetap gagal juga di audisi SUCI 5 sama 6. Berarti kemampuan aku belum cukup. Makanya aku tadi walaupun
jadi MC tapi aku juga tampil. Biar mengasah lawakan-lawakan aku juga.
Walaupun sudah sejak tahun 2014 informan Z mengikuti open mic bahkan sudah pernah tampil di acara Battle of Comic di Metro TV, tidak membuat
informan Z lolos dalam audisi Stand Up Comedy Indonesia Season 5 dan 6. Hal ini dianggap Z sebagai kurangnya ia dalam melatih kemampuannya di kegiatan
open mic. Hal tersebut yang membuat informan Z juga mengikuti open mic walaupun ia saat itu juga sebagai MC. Dengan mengasah materi yang ada dan
dengan beberapa gangguan yang terjadi seperti hujan yang deras aat itu membuat informan Z semakin tertantang untuk mengasah kemampuan open mic yang ia
miliki.
4.1.3 Hasil Temuan Lapangan
a. Proses Public Speaking dalam Kegiatan Open Mic Komunitas Stand Up Indo Kota Medan
Bagian ini peneliti akan menjelaskan peran public speaking dalam kegiatan open mic oleh anggota komunitas Stand Up Indo Kota Medan. Kita mengetahui
bahwa peran public speaking sangat penting dalam kegiatan open mic. Memenuhi elemen-elemen dalam public speaking membuat kegiatan oen mic dapat berjalan
dengan lacar. Dalam elemen tersebut terdapat pembicara, persiapan, penyusunan, penyajian dan khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Pembicara memiliki peran yang sangat penting dalam public speaking, sebab pembicara lah yang akan menyampaikan pesan kepada khalayak. Pembicara
harus memperhatikan penampilan dan teknik vokal seperti melatih intonasi suara, pembicara juga harus memiliki keterampilan untuk berinteraksi serta mengontrol
percakapan dengan khalayak. Pembicara yang baik harus dapat menemukan topik yang menarik untuk
disampaikan ke khalayak. Setelah itu, pembicara juga harus menampilkan penampilan dan melatih teknik vokal seperti melatih intonasi suara, tekanan,
pengucapan serta melatih volume dan kecepatan suara. Tahap persiapan adalah hal yang sangat penting dalam pelaksanaan public
speaking. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan public speaking. Misalnya pembicara harus membahas topik dan tujuan sesuai minat
khalayak. Topik yang baik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara, menarik minat khalayak, harus sesuai dengan waktu dan situasi, serta
harus dapat ditambah dengan bahan yang lain. Setelah topik dan tujuan telah dibahas lalau pembicara menentukan topik
dan tujuan tersebut. Kemudian pembicara harus merumuskan judul. Pembicara juga harus menentukan tujuan umum dan tujuan khusus dari kegiatan public
speaking yang akan dilakukan. Kemudian, ke tahap penyusunan. Pembicara menyusun kata pengantar
dalam public speaking merupakan langkah awal dalam tahap penyusunan kegiatan public speaking. Biasanya dalam uraian ini terdapat garis-garis besar dan
pemilihan kata yang dapat mempermudah pembicara dalam penyajian public speaking. Pengguanaan bahasa yang tepat dan jelas pada saat penyajian public
speaking akan memudahkan khalayak untuk menerima maksud dan tujuan pembicara.
Pembicara harus mengetahui bahwa membuka dan menutup pidato merupakan bagian penting dan menentukan dalam kelangsungan kegiatan public
speaking. Pembicara dapat dikatakan sukses apabila pembicara mampu menutup kegiatan public speaking nya dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Tahap terakhir ialah tahap penyajian. Selain menyampaikan pemilihan kata yang tepat sesuai isi yang sudah disiapkan, pembicara juga harus memperhatikan
penmpilan seperti berpenampilan rapi, bersih dan sesuai dengan suasana. Pembicara juga harus membuat kontak mata, olah vokal dan olah visual kepada
khalayak. Unsur-unsur pesan yang akan disampaikan juga harus diperhatikan oleh pembicara. Baik itu pesan verbal maupun pesan non verbal.
Berbicara mengenai public speaking, tentu tidak terlepas dari peran khalayak atau audiens. Khalayak atau audiens merupakan salah satu elemen
penting dalam public speaking yang harus benar-benar dipahami. Karena bukan public speaking namanya jika pembicara tidak langsung berbicara didepan
khalayaknya. 1
Informan sebagai Pembicara Pembicara sangat berperan penting dalam kegiatan public speaking. Public
speaking tidak akan berjalan jika tidak ada pembicara yang menjalankan tugasnya. Pembicara harus memperhatikan penampilan dan teknik vokal seperti melatih
intonasi suara, pembicara juga harus memiliki keterampilan untuk berinteraksi serta mengontrol percakapan dengan khalayak.
Pembicara harus mengatur strategi penampilan dalam kegiatan public speaking seperti menggali topik yang akan ditampilkan, meneliti khalayak untuk
mengetahui metode persuasi yang paling tepat, kecakapan pembicara saat melakukan penampilan, dan sejumlah faktor lainnya.
Berdasarkan data yang peneliti temukan di lapangan, akan dijelaskan bagaimana infoman bertindak sebagai pembicara dalam melakukan kegiatan
public speaking. sebagaimana yang disampaikan oleh informan I, yaitu : Aku sendiri, jadi komika yang mau tampil open mic harus mempersiapkan
dua hal penting. Pertama, materi yang dibawakan. Kedua, mempersiapkan mental. Karena kalau aku mau tampil open mic tapi gak siap salah satunya,
biasanya aku gagal buat penonton ketawa. Kalau gagal buat penonton ketawa, berarti komika gagal penampilannya.
Kalau udah di atas panggung tapi gak buat materi sebelumnya, ngomong aku jadi gak teratur. Yang mutar-mutarlah, yang gak
Universitas Sumatera Utara
nyambunglah. Walaupun terkadang komika itu tampil dengan konsep materi yang gak nyambung tapi bisa bikin ketawa
penonton. Tapi itu bisa dipastikan karna udah dipersiapkan untuk itu. Ada konsepnya. Percuma juga mental aku siap tapi aku tampil
di panggung gak buat ketawa audiens aku atau gak buat tertarik buat nonton penampilan aku sama sekali.
Untuk buat materi tapi mentalku gak siap, ya grogi juga buat nampil open mic. Percuma aku buat materi yang bagus, tapi aku
menyampaikannya yang gak bagus. Entah gugup atau nge “blank”. Kalau udah nge”blank” kan, materi pun juga gak bakal
ingat lagi waktu nampil. Kalau mental aku siap, aku pasti percaya diri diatas panggung.
Kalau udah siap materi sama siap mental, aku lebih enjoy sama percaya diri di panggung. Kadang aku improvisasi misalnya aku
liat penonton tertarik sama lawakan yang aku tampilkan. Atau terkadang kalau salah satu penonton ada anak kecil, misalnya
materi yang sebelumnya udah aku siapkan itu bukan untuk konsumsi anak kecil, karena aku udah enjoy di panggung dan aku
udah mengontrol penonton, kata-kata yang sekiranya ada konten “kekerasan” bisa aku perhalus. Misalnya “kebiasaan anak sekolah
yang tawuran” aku ganti dengan “anak sekolah yang suka main lempar-lempar rantai kereta ke kawannya”.
Berdasarkan penjelasan informan diatas bisa kita lihat bahwa seorang pembicara harus mempersiapkan dirinya dengan materi atau konsep dan mental.
Mempersiapkan materi dan mental dengan baik, maka khalayak akan tertarik dengan penampilan pembicara. jika khalayak tertarik kemudian memberikan
timbal balik berupa tertawa atau tepuk tangan, maka penampilan komika dianggap berhasil.
Sebagai pembicara dalam kegiatan open mic yang biasa disebut comic atau komika, informan I selalu mempersiapkan materi dan mental untuk setiap
penampilannya dalam kegiatan open mic. Jika informan I tidak mempersiapkan salah satu diantaranya, maka I merasa gagal dalam open mic. Tujuan informan I
selalu mempersiapkan materi dan mental adalah agar penampilannya menjadi perhatian oleh khalayak hingga membuat khalayak tertawa atas lawakan yang
ditampilkannya. Komika dikatakan berhasil jika lawakan komika dimengerti oleh khalayak.
Khalayak yang mengerti dengan lawakan komika, biasanya akan tertawa atau
Universitas Sumatera Utara
bertepuk tangan. Hal inilah yang membuat informan I selalu mempersiapkan keduanya. Kemudian, meneliti khalayak juga merupakan bagian penting dalam
setiap penampilan komika. Informan I mengungkapkan bahwa, jika ia sudah mempersiapkan materi dan mempersiapkan mental, maka ia bisa meneliti
khalayak dengan memilih kata yang tepat untuk ditampilkan. Sama halnya dengan Informan I, untuk tampil dalam kegiatan open mic,
Informan R juga mempersiapkan materi lawakan dan persiapan mental. Berikut sebagaimana dijelaskan oleh informan R :
Paling penting itu nulis materi sama persiapan mental. Kalau udah dua-duanya disiapin, awak gak akan canggung di panggung kak.
Untuk materi, awak diajarkan unuk rajin-rajin nulis. Kalau mematangkan mental, memang harus rajin-rajin tampil open mic.
Salah satu aja gak awak siapin, pasti gak lucu sama penonton. Kadang materi rasanya udah matang sama mental awak rasanya
udah oke aja kadang penonton gak ketawa-ketawa kali kak. Mungkin faktor awak masih baru juga. Tapi ya harus percaya diri.
Kalau gak percaya diri ya percuma aja awak siapin materi bagus- bagus kak.
Misalnya awak gak nulis materi, entah apa yang awak bilang dipanggung itu. Tapi kalau nulis materi, kayak ada alurnya gitu
awak ngomong di panggung. Trus kalau awak gak siap mental, sering demam panggung istilahnya kak. Yang gak kesebut maksud
aku apa, yang “krik” lah lawakan awak.
Kalau awak udah siapin materi sama mental, trus penonton ketawa sama lawakan awak, berarti awak berhasil open mic nya. malah
biasanya awak makin percaya diri kalau penonton ketawa atau ngasih tepuk tangannya sama awak. Jadi awak nikmatin
penampilan itu biasanya.
Berdasarkan penjelasan informan R diatas bisa diketahui bahwa sebagai komika baru, materi dan mental memang harus dipersiapkan secara maksimal.
Karena penentu keberhasilan informan R dalam open mic adalah respon khalayak terhadap penampilannya. Jika informan R sudah memenuhi keduanya, maka
informan R merasa lebih percaya diri untuk tampil open mic. Selain mental, hal yang membuat informan R merasa percaya diri adalah
respon penonton terhadap lawakan yang informan R tampilkan. Percaya diri memiliki pengaruh yang besar terhadap pembicara. dengan respon khalayak yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan pembicara, maka saat tampil dalam kegiatan public speaking membuat pembicara merasa lebih percaya diri dengan penampilannya.
Begitu juga dengan informan R yang merasa memerluka respon penonton disetiap penampilannya. Respon seperti tertawa dan tepuk tangan adalah hal yang
membuat inorman R lebih percaya diri dan menikmati penampilannya dalam open mic.
Sebagai komika, persiapan materi dan mental adalah hal penting dalam penampilan kegiatan open mic. Begitu juga dengan Informan Z. Sebagai salah
satu anggota lama Komunitas Stand Up Indo Medan, dua persiapan tersebut merupakan persiapan mendasar bagi komika. Seperti yang dituturkan oleh
Informan Z sebagai berikut : Sebagai komika, materi yang matang sama siapnya mental jadi
penentu berhasil atau enggaknya tampil stand up comedy. Aku yang sering ikut open mic, masih perlu untuk nulis materi. Aku
anggap aja jam terbang aku udah lebih banyak dari komika baru, mental aku jadi ikut ditempah di setiap penampilan aku. Tapi
walaupun jam terbang aku udah banyak pun, aku udah beberapa kali gagal ikut audisi stand up comedy. Berarti bisa diliat kalau
jam terbang juga gak mempengaruhi berhasil atau tidaknya penampilan. Memang rajin nulis materi sama rajin tampil open
mic melatih aku untuk memaksimalkan penampilan.
Kayak tadi aku open mic bahas masalah hamil, kalau aku gak siapain materi, mungkin aku pakai kata hamil yang didengarnya
biasa aja. Karna aku udah siapain materi, aku ganti kata hamil sama “bunting” yang lebih lucu buat dibawakan di open mic. Trus
waktu aku tampil tadi pas lagi deras-derasnya hujan. Kalau mental aku ga siap, tadi aku udah ciut duluan karna speaker gak terlalu
keras. Habis mungkin energi aku untuk teriak-teriak di panggung. Tapi, karna mental aku udah dipersiapkan, makanya aku santai
dengan penampilan sama hujan deras tadi. Aku siasati dengan selalu nanya ke penonton suara aku dengar atau enggak, aku suruh
salah satu anggota komunitas lain untuk mau ke pentas buat “mendoakan” biar hujan berhenti, trus aku juga jalan mendekat ke
penonton. Jadi lebih banyak improvisasi yang bisa aku lakukan karena persiapan keduanya yang matang.
Aku liat juga gimana penonton di setiap penampilan aku. Kalau penonton tertarik, aku biasanya lebih berani eksplor materi sama
mimick aku di pangung. Tapi kalau penonton gak tertarik, aku yang udah lama terjun di stand up comedy juga bisa down. Timbal
Universitas Sumatera Utara
balik dari penonton memang aku perlukan di setiap penampilan aku. Jadi nilai sama kenaikan tingkat aku sebagai komika. Bagus
enggaknya komika, lucu atau enggaknya komika diliat dari jumlah penonton yang ketawa, tepuk tangan sampai tertarik bahkan
nunggu penampilan komika.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lihat persiapan materi dan mental sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembicara dalam menampilkan di
kegiatan public speaking. Bagi informan Z, disetiap penampilan dibutuhkan persiapan materi dan mental yang matang. Ketika ada gangguan-gangguan yang
terjadi saat tampil pun, bisa diatasi oleh informan Z. Umpan balik yang diberikan oleh khalayak adalah bukti dari kesuksesan
pembicara dalam kegiatan public speaking. karena saat melakukan public speaking, pembicara akan menjadi pusat perhatian dari khalayak. Dengan
penampilan yang sesuai dengan yang pembicara dan khalayak ingingkan, maka pembicara akan mendapatkan respon atau umpan balik dari khalayak yang
memperhatikan pembicara. Begitu juga dengan informan Z, menurutnya, respon penonton merupakan
penilaian terbesar dari setiap penampilan open mic yang ia lakukan. Informan Z mengatakan respon penonton pun merupakan kenaikan tingkat untuk
penampilan selanjutnya. Pembicara yang baik harus memperhatikan penampilan dan teknik vokal
seperti melatih intonasi suara. Pembicara juga harus memiliki keterampilan untuk berinteraksi serta mengontrol percakapan dengan khalayak. Pada tahap ini,
peneliti melakukan observasi melihat ketiga informan saat tampil dalam kegiatan open mic selaku pembicara.
Informan I memiliki penampilan yang tidak begitu formal namun tetap rapi. Penampilan informan I saat open mic sangat menghibur dan berhasil dilihat dari
antusias penonton menunggu I tampil diakhir acara. Walaupun sudah menunjukan pukul 23.00 WIB, namun khalayak tetap semangat mendengar dan memberikan
respon seperti tertawa, tepuk tangan hingga berdiri.
Universitas Sumatera Utara
Olah vokal dan olah visual yang dilakukan oleh informan I bisa diakatakan berhasil dilihat dari bisa diterimanya hampir seluruh isi materi yang disampaikan
informan I kepada khalayak. Mengerti atau tidak tidaknya khalayak terhadap materi informan I, dapat dilihat dari respon khalayak ketika informan I melakukan
percakapan menajadi anak kecil dan orang dewasa. Gimmick-gimmick yang dikeluarkan oleh informan I dalam open mic mendapat respon khalayak yang
baik. Informan I juga melakukan bebrapa kali interaksi dengan penonton. Seperti,
menunjuk salah satu penonton untuk dijadikan bahan lawakan. Pada saat informan I mengeluarkan joke nya, khalayak langsung merespon dengan tertawa erbahak-
baha. Namun ketika informan I melakukan set up, khalayak juga mendengarkan dengan seksama, sambil terlihat menunggu punchline apa yang akan dikeluarkan
atau disampaikan oleh informan I. Peneliti juga melakukan observasi kepada Informan R. Informan R memiliki
penampilan layaknya anak muda jaman kini dengan mengenakan topi yang dipakai terbalik. Namun, penampilan Informan R pada malam tersebut kurang
disambut gelak tawa dari khalyak. Hal ini disebabkan karena informan R kurang memperhatikan olah vokal dan olah visual ketika tampil open mic.
Ketika informan R memberikan materi tentang percakapan dua orang, informan R tidak memberikan perbedaan suara maupun mimick wajah antara
peran satu dengan peran lainnya. Hal ini membuat khalayak sedikit bingung. Padahal, materi tersebut diakui informan R kepada peneliti sebagai punchline.
Namun, karena kurangnya informan R dalam menguasai olah vokal dan olah visual, membuat punchline yang diberikan informan R tidak berhasil menghibur
khalayak. Interaksi informan R dengan penonton juga tidak terlalu baik. informan R
terlihat terlalu fokus dengan materi, hingga terlihat seperti menghapal beberapa bagian. Kata-kata seperti “ehm, anu, itu” sering terdengar dari penampilan
informan R malam itu.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan Informan R, Informan Z hampir sama dengan Informan I. Penampilan yang santai namun tetap berhasil menarik perhaian khalayak. Olah
vokal dan olah visual yang baik juga terlihat sukses dengan respon khalayak yang tertawa tepingkal-pingkal ketika informan Z mengeluarkan punchline-punchline
nya. dengan memanggil beberapa penonton yang duduk lebih jauh dari panggung tempat informan Z tampil, terlihat bahwa interaksi informan Z dengan penonton
sangat baik. 2
Tahap Persiapan yang dilakukan Pembicara Sebelum melakukan kegiatan public speaking, pembicara perlu pelakukan
persiapan. Caranya, dengan memastikan atau mengetahui lebih dulu apa yang akan pembicara sampaikan kepada khalayak dan tingkah laku atau respon apa
yang diharapkan pembicara terhadap khalayak, bagaimana pembicara akan mengembangkan topik bahasan. Pada tahap persiapan kegiatan public speaking,
beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu memilih topik dan tujuan, merumuskan judul dan menentukan tujuan.
Seperti jawaban para informan pada saat peneliti menanyakan tentang tahap persiapan yang dilakukan mereka untuk tampil dalam kegiatan public speaking.
Jawaban Informan I terhadap pertanyaan yang peneliti berikan adalah : Persiapan materi untuk tampil open mic biasanya aku coba
berbagai macam topik yang ada. Dari yang udah lama terkenal misalnya tentang artis-artis tempo dulu kayak warkop DKI, sampai
yang sedang booming sekarang. Kayak masalah pergaulan jaman kini, isu-isu penting. Mau tentang isu politik, isu pendidikan. Apa
aja yang lagi banyak diminati orang. Bisa juga aku ambil topik dari kehidupan sehari-hari.
Isu politik bisa kuambil misalnya masalah cara kepemimpinan Jokowi sama SBY yang beda kali. misalnya pas aku bilang masalah
merakyat aku bilang “kayak Pak Jokowi”. Atau pas aku bilang masalah pencipta lagu “kayak presiden dulu, Pak SBY”. Semacam
gitulah. Kalau masalah pendidikan banyak. Masalah murid yang gak bisa dicubitlah, masalah kopekan lah. Banyak yang bisa di
eksplor.
Open mic kan sifatnya latihan. Di open mic lah di tes bagus atau enggaknya materi yang aku tulis. Jadi persiapan materi open mic
lebih santai. Mau tujuan apapun bisa aku coba di open mic. Cuma
Universitas Sumatera Utara
ya harus nyambung topik sama tujuannya. Jangan sampai lari dari konteks yang ditampilkan.
Tahap persiapan pidato biasanya menentukan satu topik dan judul tertentu. Walaupun tidak bersifat formal, dalam tahap persiapan open mic diperlukan topik
dan tujuan tertentu untuk keberhasilan penampilan. Menurut informan I, walaupun open mic bersifat latihan, komika juga harus menentukan topik dan
tujuan apa yang ingin komika sampaikan. Tidak berbeda dengan informan I, informan R, juga tetap menentukan topik dan tujuan dalam setiap penampilan
open mic. seperti yang disampaikan informan R berikut : Kalau persiapan materi open mic, awak ya buat topik sesuai yang
awak pengen aja kak. Misalnya pengen topik tentang sinetron india di tv atau yang lagi booming sekarang, masalah angkot medan
yang ugal-ugalan, sampai masalah mamak awak yang suka marah- marah kak.
Kalau buat open mic, biasanya kan gak ditentukan topiknya kak. Setiap komika punya topik masing-masing buat ditampilkan trus
diliat berhasil atau enggaknya. Harus nyambung juga antara topik yang dibuat sama tujuannya. Kalau gak nyambung, penonton juga
gak ngerti sama yang awak sampaikan di panggung.
Kan nampil stand up comedy tu bawakan banyak joke-joke. Jadi tiap penampilan bisa bawa banyak materi. Jadi dari satu materi ke
materi lain itu bisa lompat-lompat. Misalnya aku tadi pakai materi tentang angkot, pas aku mau masuk ke materi baru, aku pakai
materi tentang orang tua aku. Jadi dari materi angkot ke materi orang tua, aku pakai joke kalau yang jadi supir angkot materi tadi
itu orang tua aku. Kalau aku lebih kurang kayak giut buat nentuin topik kak.
Berdasarkan penjelasan di atas bisa kita lihat bahwa untuk melakukan persiapan dalam kegiatan open mic topik dan tujuan juga dipersipakan
seperti tahap persiapan pidato formal pada umumnya. Menurut R, topik dalam open mic dibebaskan sesuai keinginan komika sendiri. Karena open
mic pada adalah bertujuan untuk latihan komika untuk menguji materi lawakannya.
Sama halnya dengan informan I dan informan R, Informan Z juga menentukan topik dalam setiap penampilan open mic. Walaupun open mic
bukan kegiatan public speaking yang bersifat formal, namun penetuan topik
Universitas Sumatera Utara
dan tujuan juga dibutuhkan oleh informan Z, seperti yang disampainkan Informan Z berikut ini :
Topik open mic biasanya emang gak ditentukan sama komunitas. Tergantung komikanya mau kasih topik apa.
Karna pada dasarnya, open mic ini sifatnya latihan menguji materi lawakan sama penonton. Open mic gak kayak public
speaking lain kayak pidato atau ceramah yang ditentukan topik bahkan judulnya. Tapi, walaupun gak ditentukan
topiknya, aku pribadi tetap gak sembarangan nyusun materi.
Buat materi ada yang observasi dulu, ada yang absurd atau buat cerita sendiri ada yang namanya mepik atau menarik-
narik hubungan satu kalimat ke kalimat lain. Kayak menghubung-hubungkan cerita. Yang penting ada skripnya,
trus mau improvisasi di panggung pun gak papa.
Untuk judul, biasanya di openmic gak dibuat. Untuk penampilan-penampilan besar biasanya penampilan stand up
comedy baru dikasih judul. Open mic ni sifatnya melatih materi, jadi judul gak pala diperhatikan.
Nyampaikan materi ke penonton juga harus ada alurnya. Jadi pemilihan topik dan tujuan memang diperlukan biar
alur pas nyampaikan gak lari-lari. Walaupun nentukan sendiri trus materi gak Cuma satu yang idbawakan, tapi
materi open mic harus dipersiapkan matang.
Berdasarkan penjelasan informan Z, bisa diketahui bahwa dalam tahap persiapan dalam kegiatan open mic juga diperlukan penentuan topik dan tujuan.
Karena jika tidak ditentukan, komika tidak bisa menyampaikan materi lawakan dengan baik sesuai yang komika dan kahlayak ingin dengarkan.
Namun pada tahap persiapan dalam open mic, perumusan judul tidak dilakukan oleh komika. Karena kegiatan open mic sendiri merupakan kegiatan
latihan dan pengujian materi lawakan jokes. Perumusan judul biasanya digunakan ketika komika tampil alam acara-acara atau even-even besar.
3 Tahap Penyusunan yang dilakukan Pembicara
Tahap penyusunan merupakan dimana pembicara menyusun pesan public speaking nya secara baik. Public speaking yang tersusun dengan baik akan
menciptakan suasan yang baik bagi pembicara dan khalayak, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas, memudahkan pengrtian,
Universitas Sumatera Utara
mempertegas gagasan pokok, dan menunjukan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis.
Pada tahap penyusunan, terdapat lima tahap yang dipenuhi oleh pembicara yaitu, membuat garis-garis besar, memilih kata-kata, mambuka pidato,
meyampaikan isi pidato, dan menutup pidato. Pembicara menyusun kata sambutan atau pengantar public speaking merupakan langkah awal dalam
penyusunan. Lalu pembicara harus menyusun kalimat untuk menguraikan isi pokok dari
public sepaking. Terdapat garis-garis besar public speaking yang dapat memudahkan pembicara dalam menyajikan isi yang akan disampaikan. Selain itu,
pembicara juga harus memiliki pedoman dalam membuka, menyampaikan isi dan menutup public speaking.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, peneliti akan menjelaskan bagaimana informan melakuakan tahap persiapan dalam kegiatan public speaking
seperti yang dijelaskan oleh informan I sebagai berikut : Biasanya aku kalau nulis materi gak jauh-jauh dari kehidupan
sehari-hari. Karna, stand up comedy ini kan sifatnya menghibur, jadi kalau kasih materi yang berat-berat aku sendiri yang susah
jadikan ke punchline nya. punchline itu bagian paling lucu di stand up comedy. Jadi kalau punchline nya gak lucu, udahlah, bisa
dipastikan gagal lah aku.
Ada macam-macam buat skrip. Misalnya perkata trus semuanya disampaikan. Atau garis-garis besar aja. Kalau gak rajin nulis ya
amsyong di panggung. Aku komika yang nulis materi yang nantinya pas tampil kusebutkan semua isi materinya. Tapi
beberapa kali open mic, aku juga coba nulis materi yang yang cuma garis besar aja. Tapi aku ngerasa gak maksimal karna bukan
“gaya” aku nulis materi kayak gitu. Beda-beda sih setiap komika. Karna pada dasarnya, cara penulisanpun gak ditentukan. Tapi
keinginan masing-masing komika.
Kalau pembukaan materi, biasanya aku pakai pantun sebagai ciri khas. Jadi kalau open mic itu gak sekaku pidato yang wajib salam
sama kata pengantar. Open mic biasanya pengantar atau namanya premis jadi salah satu isi materi. Di stand up comedy ada namanya
punchline. Punchline itu bagian yang lucu dari stand up comedy. Jadi, sebelum punchline, ada pengantar atau premisnya. Setiap
Universitas Sumatera Utara
penampilan open mic, ada beberapa punchline yang bakal komika sampaikan.
Kalau untuk penutupnya, kayak ciri khas penampilan stand up comedy pada umumnya. Dimana punchline terlucu, disitu diletak
diakhir, trus langsung ditutup dengan menyebutkan nama dan salam penutup seperti selamat malam, sampai jumpa dan lain-lain.
Di open mic juga harus dipilih kata-kata yang baik, yang dimengerti dan yang pantas didengar sama penonton. Walaupun
sifatnya menghibur, ada beberapa peraturan tidak tertulis tentang penulisan sama penampilan komika. Yang gak boleh itu kaya yang
berhubungan sama SARA, pelecehan seksual sama ngejek orang cacat.
Kalau mau jadi komika handal itu, harus sering-sering ikut open mic. Jangan mau waktu ada even aja. Nanti kalau penonton gak
ketawa, jadi ketawa sendiri di panggung. Diawal coba open mic, emang biasanya orang gak ada yang ketawa. Namanya juga awal,
lawakan hafalan skrip. Trus juga kalau mau jadi komika handal jangan malas nulis skrip.
Percuma aja ngomong dipanggung bagus tapi materi entah lari- lari kemana-mana. Selain public speaking, persiapan skrip itu
penting. Kalau udah persiapkan skrip, public speaking bagus, bisa dipastikan lebih maang sama PD di panggung. Aku aja yang lama
terjun di stand up comedy, kalau gak buat skrip, aku gak mau tampil. Skrip itu membantu komika untuk buat garis-garis
besarnya.
Tapi kalau nulis skrip aja tapi gak ada kemampuan public speaking juga susah. Kalau memang dasarnya pemalu kali sampai ke arah
yang gak PD, mau sehebat apapun nulis skrip ya amsyong juga. Kalau mau jadi komika haru PD level paling tinggi. Itu makanya
harus serig ikut open mic. Dilatih kemampuan public speaking. Di open mic bisa diliat kelemahan sama kekuatan komika.
Ciri khas komika juga bisa diliat dari penampilan-penampilan open mic. Soalnya di panggung Cuma berdiri sendiri, ngomong
sendiri, kalau ada materi yang becakap ya kita buat suara sendiri tapi harus buat orang ketawa. Pokoknya kemampuan public
speaking sama nulis skrip itu paling penting.
Berdasarkan penjelasan diatas bisa kita ketahui bahwa informan I menyusun materi lawakan dengan menulis kata demi kata untuk penampilannya dalam open
mic. Berbeda dari pidato atau kegiatan public speaking pada umunya yang biasanya disampaikan secara garis besar saja. Namun, dalam open mic komika
Universitas Sumatera Utara
juga wajib memilih kata-kata baik saat menulis materi, apalagi saat penampilan open mic.
Sedikit berbeda dengan informan I, informan R, hanya menulis garis-garis besar materi saja. Informan R juga mengaku belum memiliki ciri khas dalam
membuka dan menutup penampilan open mic. seperti yang disampaikan oleh informan R berikut :
Kalau awak nulis materi biasanya ada proses penyusunannya kak. Pertama itu namanya set up. Set up itu pengantar ke bagianyang
lucu. Terus kedua namanya punchline. Punchline itu bagian yang lucu dari pengantar tadi. Jadi biasanya sih, penonton bisa
“pecah” ketawanya di punchline. Yang ketiga aku biasanya pakai sagge. Sagge itu menyambung materi satu ke materi lain. tapi
kalau sagge ini gak harus dipake sama komika. Keempat namanya act out. Tambahan gerak-gerik tubuh untuk memperjelas materi
yang aku sampaikan sama penonton. Baru yang terakhir namanya delivery.
Selama nyusun materi, disitulah aku pilih apa-apa aja yang harus kusampaikan. Awak bukan komika yang nulis materi sesuai semua
ucapan yang nanti aku sampaikan. tapi aku nulis garis-garis besar aja. soalnya awak kadang suka improvisasi di panggung. Jadi
kayak sia-sia awak tulis lengkap-lengkap tapi gak kusampaikan sesuai skrip yang awak buat.
Skrip open mic gak kayak pidato kak, yang sampai assalammualaikum pun ditulis. Kalau open mic, kadang awak gak
ngucapin salam pas tampil. Awak juga belum ada ciri khas kak. gak kayak bang jegel yang pake-pake pantun. Awak Cuma
ngucapin assalammualaikum atau selamat malam aja. Kalau untuk penutupan, bisanya aku cari mana punchline yang paling “pecah”.
Siap punchline itu aku sampaikan ke penonton, langsung aku tutup penampilan aku.
Berdasarkan penjelasan informan R diatas, tahap penyusunan materi dalam open mic memiliki ciri khas tersendiri dibanding public speaking pada
umumnya. Kemudian, cara penyusunan tiap komika berbeda, tergantung dari komika itu sendiri.
Namun informan Z memilik cara penyusunan yang hampir sama dengan informan I. Informan Z juga menulis tiap kata yang nantinya akan ditampilkan
dalam kegiatan open mic. Seperti yang dijelaskan oleh informan Z berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Kalau aku dalam penyusunan materi biasanya aku observasi dulu. Apa yang sedang hits yang enak disampaikan ke penonton. Setelah
itu aku tulis kata perkata sesuai dengan apa yang bakal aku sampaikan. tapi cara nulis materi, beda-beda dari tiap komika.
Tergantung “enaknya” tiap komika. Tapi kadang, aku suka nulis materi yang absurd, kayak ngarang cerita sendiri. Kayak misalnya
aku bilang “kalau aku hamil” padahal aku laki-laki yang gak bisa hamil. Trus, ada namanya mepik. Mepik itu menarik-narik topik
yang aku sampaikan. kayak menghubung-hubungkan dari satu topik ke topik lain.
Waktu nampil, aku juga harus memilah milih kata. Kadang tanpa diduga, ada anak kecil yang nonton. Jadi pemilihan kata dalam
penampilan sangat diperlukan dalam open mic. Kalau pembukaan open mic, biasanya aku ngucapin salam biasa trus langsung ke
materi. Gak kayak pidato yang sebutin pengantar sedetail- detailnya.
Untuk penutupan, aku memilih punchline yang paling lucu menurut aku untuk disampaikan dikahir. Keberhasilah komika, diliat dari
punchline terakhirnya yang “pecah” diantara punchline-punchline lain. Siap punchline disampaikan, ditutuplah penampilan dengan
nyebutin nama panggung sama salam penutupan.
Sama halnya dengan informan I, informan Z juga menyusun materi dan penampilan yang hampir sama. Walaupun open mic bukan kegiatan public
speaking yang bermuatan formal, namun penyusunan dan pemilihan kata merupakan salah satu hal yang penting yang harus dilakukan komika dalam setiap
penulisan materi dan penampilan mereka. 4
Tahap Penyampaian yang dilakukan Pembicara Tahap penyajian merupakan unsur yang terpenting. Kecemasan berbicara,
sering kali menghilangkan keterampilan, kepercayaan diri, dan kredibilitas pembicara saat melakukan public speaking. kecemasan berkomunikasi adalah batu
sandungan yang besar bagi pembicara karena dapat menghilangkan kepercayaan diri.
Unsur-unsur pada tahap penyampaian harus dipenuhi seperti kontak yaitu pembicara yang memperhatikan seluruh khalayak untuk menjalin komunikasi saat
pembicara tampil dalam kegiatan public speaking. Kemudian menggunakan teknik olah vokal yang baik dengan mengatur suara serta teknik olah visual yang
mengisyaratkan kata-kata atau kalimat dengan mimick wajah.
Universitas Sumatera Utara
Selain tiga unsur tersebut terdapat pesan verbal dan nonverbal yang harus dipenuhi ketika melakukan tahap penyamapaian dalam kegiatan public speaking.
Pesan verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa secara langsung. Sedangkan pesan nonverbal berbicara memakai bahasa isyarat atau bahasa diam.
Berbagai macam pesan nonverbal antara lain nonverbal yang ditunjukan oleh gerakan badan, gerakan mata, sentuhan, tekanan atau irama suara, diam, postur
tubuh, kedekatan dan ruang, artifak dan visualisasi, warna, waktu, bunyi, dan bau. Seorang pembicara yang baik adalah pembicara yang menyampaikan pesan
kepada khalayak sesuai dengan yang sudah dipersiapkan daan disusun serta dapat dipahami oleh khalayak yang mendengarnya. Seperti penjelasan informan saat
peneliti menanyakan tentang tahap penyampaian yang dilakukan oleh informan I adalah sebagai berikut :
Kata orang, aku punya ciri khas kalau tampil open mic. Selain logat Batak ku dicampur sama logat Melayu, aku juga suka pakai
pantun-pantun kalau aku tampil. Aku juga suka bikin percakapan kalau tampil. Kayak orang pacaran, ada cewek sama cowok. Jadi
aku buatlah dua suara. Suara cowok, aku buat suara aku lebih besar, sama suara cewek yang aku buat lebih lembut. Atau kadang
waktu tiru suara anak kecil, aku tambahin pakai mimick “tarik- tarik” ingus biar lebih meyakinkan.
Untuk open mic sendiri pada dasarnya komika yang bermonolog didepann penonton. Jadi gak cukup cuma menyampaikan kata-kata
aja. Dukungan-dukungan nonverbal juga paling penting. Kayak kalau bilang nguap, ya gak sekedar ngomong nguap aja. Tapi juga
dipraktekan menguap itu bagaimana. Ya semcama itulah.
Ide improvisasi kadang datang pas liat penonton yang misalnya mirip artis. Kontak ke penonton atau liat langsung ke penonton itu
penting. Jadi penonton juga merasa dihargai karna public speaking juga berkomunkasi walaupun dominan komika yang
bicara.
Tahap penyampaian informan I dalam kegiatan open mic, semua unsur tahapan penyampaian terpenuhi. Karena, seperti yang dijelaskan informan I, saat
penampilan open mic tidak sekedar memberikan pesan verbal. Tetapi sangat didukung oleh pesan nonverbal yang membantu dalam tahap penyampaian.
Universitas Sumatera Utara
Kontak dengan penoonton merupakan hal yang penting yang dilakukan komika. Hal ini menunjukan bahwa, komika berkomunikasi kepada penonton
walalupun dalam hal public speaking, pembicara yang lebih dominan. Sedikit berbeda dengan informan I, informan informan R mengaku masih
belum menguasai tahapan penyampaian. Hal ini juga berhubungan dengan baru bergabungnya informan R dalam komunitas. Seperti yang informan R sampaikan
berikut ini : Karna awak masih baru kak, jadi awak masih suka grogi kalau
awak liat penonton. Jadi kadang-kadang awak suka liat di satu bagian aja. Cuma itulah yang sekarang masih awak pelajari. Awak
juga belum terlalu ahli kalau main-mainkan nada suara. Kadang- kadang, kalau materi aku pakai percakapan, awak juga suka
bingung sendiri karna gak ada perbedaan suara satu dengan suara lain. itu yang masih awak pelajari kak.
Penonton kadang suka ganggu komika kalau lagi nampil. Gangguan itu namanya hackling kak. kalau awak diganggu
penonton misalnya disorakin kak, awak balas dengan awak sorakin balek, atau kutekankan lagi bagian yang disorakin. Balasan kayak
gitu namanaya headling.
Karna muka awak datar kak, mimick wajah awak beum keliatan kali kalo awak lagi nampil. Act out awak juga belum terlalu
keliatan. Awak masih memperkuat isi materi aja. Jadinya kalau isi materi awak yang arusnya lucu kalau ditambah gerak-gerik tubuh,
jadi gak lucu karna awak belum memaksimalkan gerakan tubuh.
Pada tahap penyampaian, kontak, olah vokal, olah visual, pesan verbal maupun pesan nonverbal merupakan unsur penting yang membantu pembicara
dalam penampilan public speaking. Karena informan R masih merupakan anggota baru, informan R merasa, kemampuannya dalam penyampaian materi lawakan
belum sepenuhnya berhasil. Diakui informan R, hal tersebut merupakan salah satu kelemahannya. Karena informan R saat ini masih mengandalkan pesan verbal
dalam penampilannya. Seringnya anggota komunitas melakukan kegiatan open mic, berpengaruh
terhadap kemamuan komika dalam tahap penyampaian ini. Hal ini dirasakan betul oleh informan Z. Seperti yang informan Z sampaikan berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Setelah banyaknya aku ikut open mic, makin kesini, makin terasah kemampuan aku untuk liat mata penonton dari sisi satu ke sisi lain,
olah vokal suara tinggi rendah kalau ada percakapan materi udah lumayan aku kuasai sama bahasa nonverbal pendukung bahasa
verbal kadang jadi pengganti bahasa verbal aku udah mulai juga aku kuasai. Memang gak ada aturan tertulis dalam di stand up
comedy yang kayak gitu-gitu. Tapi itu salah satu yang penting untuk mendukung penampilan aku pribadi.
Dalam setiap penampilan aku, aku selalu menekankan pemilihan kata yang aku sampaikan. karena ada juga aturan yang gak tertulis
di aturan komunitas yang melarang penampilan materi yang berbau SARA, cacat yang gak bisa diubah sama pelecehan seksual.
Jadi aku menjaga-jaga hal kayak gitu biar penonton nyaman nyaksikan penampilan aku. Nonverbal aku juga aku pilih yang
mana gerakan yang panas dengan yang enggak.
Contohnya tadi ada komika yang bahas masalah korban perkosaan yang pakai cangkul yang heboh waktu itu, menurutku, wanita dan
cangkul jadi isu sensiif semenjak kejadian perkosaan waktu itu. Kita kan gak tau latar belakang penonton. Siapa tau diantara
penonton ada yang keluarganya pernah di perkosa atau dilecehkan atau siapa yang tau kalo ternyata ada penonton yang pernah jadi
korban. Ada beberapa aturan tak tertulis di open mic kayak SARA, cacat yang gak bisa diubah sama pelecehan seksual yang gak bisa
dijadikan materi. Kalau aku sih mengikuti aturan itu. Karna bagi aku tiga hal itu isu yang gak pantas untuk dibecandain. Tadi
setelah acara, anggota sempat kasih-kasih masukan dan saran. Setelah aku tanya tadi kenapa tadi pakai materi itu, komika tadi
jawab karna improvisasi. Itu salah satu penyebab karna kurang sering mengikuti open mic. Jadi beberapa etika yang gak tertulis
sering terlupa sama komika.
Menurut informan Z, ada beberapa etika tidak tertulis yang ada pada kegiatan open mic di Komunitas Stand Up Indo Medan, yaitu tidak membuat
materi yang berbau SARA, cacat yang tidak bisa diubah dan pelecehan seksual. Karena menurut informan Z ketiga hal tersebut merupakan isu sensitif yang tidak
bisa dijadikan sebagai materi lawakan. Hal-hal tersebut biasanya terjadi karena komika yang jarang mengikuti kegiatan open mic sehingga tidak menjalankan
aturan-aturan tersebut. Seperti tahapan penyampaian informan I, informan Z juga hampir sama
melakukan penyampaiannya dalam setiap penampilan open mic. Hanya saja , informan Z tidak memiliki ciri khas yang kuat dibanding informan I yang sudah
Universitas Sumatera Utara
memiliki ciri khas yang kuat dalam penampilannya. Informan Z juga mengedepankan pemilihan kata dan gerakan dalam setiap penampilannya. Hal ini
dilakukan informan Z, agar penonton tidak merasa tidak nyaman dalam menyaksikan setiap penampilannya.
Memperhatikan setiap pesan verbal dan nonverbal, juga merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan oleh komika. Walaupun open mic
merupakan ajang latihan dan bukan merupakaan pidato formal, namun pemilihan isu yang tepat dan penyampaian kata yang tepat, wajib diperhatiakn oleh seluruh
komika yang akan tampil. 5
Khalayak atau audiens Khalayak atau audiens atau penerima dalah pihak yang memperoleh pesan
atau stimulus yang dikirimkan oleh sumber. Secara garis besar, khalayak dapat terbagi menjadi penerima aktif dan penerima pasif. khalayak pasif adalah orang
yang hanya menerima stimulus yang datang kepadanya, tanpa memberikan tanggapan serta umpan balik feedback. Sedangkan, khalayak aktif adalah orang
yang tidak saja menerima stimulus yang datang kepadanya, tetapi juga memberikan tanggapan atau feedback secara aktif berkelanjutan kepada
pengirim Untuk temuan pada poin ini, peneliti melakukan observasi untuk
mengetahui bagaimana respon khalayak atau audience terhadap penampilan informan I, informan R dan informan Z. Untuk informan I dan informan Z yang
sudah lama terjun di komunias Stand Up Indo Medan dan sudah sering melakukan open mic, memiliki karakteristik yang sama dalam persiapan penampilan,
penyusunan dan cara penyampaian. Walaupun memiliki ciri khas masing-masing, namun peneliti dapat melihat bagaimana informan I dan informan Z begitu
nyaman dalam menyampaikan setiap joke mereka kepada khalayak.
Setiap punchline-punchline yang informan I dan informan Z sampaikan, selalu disambut tawa yang riuh serta tepuk tangan dari khalayak pada malam itu.
Padahal, ketika penampilan informan Z, hujan yang sangat deras terlihat cukup
Universitas Sumatera Utara
mengganggu peneliti dan audiens lain dalam mendengarkan isi dari informan Z. Namun, dengan tidak terlihat terganggu, informan Z tampil dengan berjalan
menuju kursi audiens dan memperbesar volume suaranya. Dengan usaha yang lebih dari biasanya yang komika lain tidak lakukan, tidak membuat informan Z
terlihat terganggu dengan kondisi pada malam itu. Khalayak pun terlihat antusias dengan memberikan tepukan tangan yang
lebih lama kepada informan I dan informan Z dibanding komika lain yang tampil pada saat itu. Respon khalayak terlihat juga ketika informan I dan informan Z
tampil, tidak terlihat khalayak yang menggunakan telepon genggam atau laptop, tetapi khalayak fokus terhadap penampilan informan I maupun informan Z.
Terlihat berbeda dari penampilan informan R. Peneliti melihat banyak penonton yang tidak antusias dengan informan R. hanya beberapa khalayak dan
anggota komunitas lain yang memperhatikan penampilan informan R. beberapa khalayak bahkan terlihat asik dengan telepon genggam milik mereka.
Ketika informan R mencoba menampilkan joke-joke nya kepada khalayak, peneliti melihat banyak khalayak yang memberikan cemoohan dengan tertawa
terpaksa. Bahkan beberapa joke tersebut direspon dengan diam oleh khalayak yang kemudian diberi tepuk tangan oleh anggota komunitas.
Respon-respon khalayak tersebut, membuat informan R terlihat tidak nyaman dengan banyak mengeluarkan kata “ehm” pada setiap kalimat dan
menegeluarkan kata-kata yang tidak terstruktur dan diulang-ulang. Terkdang informan R juga menyuruh khalayak untuk bertepuk tangan. Ketika peneliti
bertanya informan R kenapa informan R sering meminta khalayak untuk bertepuk tangan, informan R menjawab bahwa hal tersebut dilakukan agar informan R
tidak terlalu gugup dan perhatian khalyak tetap kepada penampilan informan R.
Universitas Sumatera Utara
b. Peran Public Speaking dalam Kegiatan Open Mic Komunitas Stand Up Indo Kota Medan
Setelah dijabarkan unsur-unsur pada proses public speaking dalam kegiatan open mic oleh komika, dapat dilihat bahwa public speaking berperan
penting dalam kegiatan open mic. Sebagian besar dari unsur pada proses public speaking dipenuhi oleh komika. Komika sebagai pembicara merupakan unsur
penting dalam kegiatan open mic. Tahap persiapan yaitu menentukan topik dan tujuan, merumuskan judul,
dan menentukan tujuan. Pada kegiatan open mic, hanya perumusan judul yang tidak dilakukan oleh komika. Karena perumusan judul dalam open mic atau stand
up comedy hanya dilakukan pada acara besar atau kompetisi. Pada tahap penyusunan, seluruh tahap dilakukan oleh komika. Yaitu,
menulis garis-garis besar, memilih kata-kata, membuka penampilan, menyampaikan penampilan, dan menutup penampilan. Pada tahap penyampaian,
juga dilakukan oleh komika. Yaitu melakukan kontak dengan khalayak, melatih plah vokal dan olah visual, serta penggunaan komunikasi non verbal.
Khalayak merupakan bagian penting dalam kegiatan public speaking. Pada kegiatan open mic, peran dan respon khalayak sangat diperlukan. Tanpa
khalayak, maka kegiatan public speaking atau kegiatan open mic tidak akan berjalan. Respon khalayak yang diinginkan komika seperi tepuk tangan hingga
tertawa merupakan letak keberhasilan dari penampilan komika.
81
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Tabel Reduksi Data Hasil Wawancara
No Informan
Tujuan Penelitian Proses Public Speaking
Peran Public Speaking
Pembicara Tahap Persiapan
Tahap Penyusunan Tahap
Penyampaian Khalayak
1 Informan I
• Melakukan
persiapan penampilan
dengan menulis skrip dan
kemampuan public speaking
• Mempersiapkan
topik •
Mengenakan penampilan yang
santai namun rapi •
Melakukan •
Memilih topik yang tentang
pernah menjadi minat khalayak
seperti tentang “warkop DKI”
hingga topik yang sedang diminati
khalayak seperti tentang “isu
politik, isu pendidikan”
• Tidak
• Menulis materi
sesuai dengan apa yang akan
disampaikan dalam penampilan
• Memilih kata-kata
yang tidak berhubungan
dengan SARA, pelecehan seksual,
dan mengejek cacat seseorang
• Membuka pidato
• Melakukan
kontak dengan seluruh
khalayak •
Olah vokal yang dipergunakan
seperti mengeluarkan
suara wanita, anak kecil
hingga percakapan
antara wanita Khalayak
antusias dengan penampilan
yang dapat dilihat dari
respon khalayak yang
memberikan perhatian
terhadap penampilan
informan, tepuk tangan, tertawa
Public speaking
berperan dalam
penampilan informan
sebagai komika
dalam kegiatan
open mic. hal ini dapat
dilihat dari
82
Universitas Sumatera Utara
beberapa teknik vokal seperti
melakukan percakapan
dengan suara anak kecil dan
orang dewasa •
Melakukan interaksi dengan
khalayak dengan menunjuk salah
satu khalayak sebagai bahan
lawakan merumuskan
judul pada materi •
Menentukan tujuan yang
berhubungan dengan topik
dengan ciri khas informan, yaitu
berpantun •
Menyampaikan materi dengan
percaya diri dan terkadang
melakukan improvisasi
• Menutup
penampilan setelah menyampaikan
punchline yang dianggap paling
lucu, kemudian menyebutkan
nama, lalu menyampaikan
dan pria. •
Menggunakan logat Batak dan
Melayu yang menjadi ciri
khas •
Melakukan improvisasi
• Melakukan
komunikasi non verbal
terpingkal- pingkal, dan
menunggu penampilan dari
informan. dipenuhinya
sebagain besar proses
dari public speaking.
83
Universitas Sumatera Utara
salam 2
Informan R •
Melakukan persiapan dengan
mempersiapkan materi dan mental
• Mempersiapkan
beberapa materi •
Mengenakan pakaian yang
santai •
Tidak teralalu berani melakukan
teknik vokal •
Terlalu fokus menghafal
materi, sehingga tidak banyak
melakukan •
Memilih topik yang sesuai
dengan keinginan informan.
Biasanya topik yang paling
”booming” •
Tidak merumuskan
judul materi •
Menentuk an tujuan yang
berhubungan dengan topik
• Membuat garis-
garis besar materi dengan proses
penyusunan yaitu set up, punchline,
sagge, act out, dan delivery
• Memilih kata-kata
saat penulisan materi
• Membuka
penampilan dengan mengucapkan
salam •
Menyampaikan materi
• Menutup
• Belum berani
melakukan kontak dengan
khalayak •
Olah vokal belum
dilakukan dengan
maksimal •
Belum melakukan
komunikasi non verbal dengan
maksimal Khalayak tidak
menjadikan penampilan
informan sebagai pusat
perhatian.
84
Universitas Sumatera Utara
interaksi dengan penonton
penampilan setelah menyampaikan
punchline yang dianggap paling
lucu, kemudian menyebutkan
nama, lalu menyampaikan
salam 3
Informan Z •
Melakukan persiapan
penampilan dengan menulis
skrip dan kemampuan
public speaking •
Mempersiapkan topik
• Melakukan
obseravasi dahulu sebelum
menentukan topik •
Tidak merumuskan
judul materi •
Menentukan tujuan yang
• Menulis materi
sesuai dengan apa yang akan
disampaikan dalam penampilan.
Terkadang menulis materi yang absurd
hingga mepik atau menghubungkan
• Melakukan
kontak dengan seluruh
khalayak •
Olah vokal yang dipergunakan
seperti melakukan
percakapan Khalayak
antusias dengan penampilan
yang dapat dilihat dari
respon khalayak yang
memberikan perhatian
85
Universitas Sumatera Utara
• Mengenakan
pakaian santai •
Melakukan beberapa teknik
vokal seperti melakukan
percakapan dengan suara pria
dan wanita •
Melakukan interaksi dengan
khalayak dengan mengajak
khalayak menuju panggung
berhubungan dengan topik
dari satu topik ke topik yang lain
• Memilih kata-kata
yang tidak berhubungan
dengan SARA, pelecehan seksual,
dan mengejek cacat seseorang
• Membuka pidato
dengan mengucapkan
salam •
Menyampaikan materi dengan
percaya diri dan terkdang
melakukan antara wanita
dan pria •
Melakukan improvisasi
Melakukan komunikasi non
verbal terhadap
penampilan informan, tepuk
tangan, tertawa terpingkal-
pingkal, dan menunggu
penampilan dari informan.
86
Universitas Sumatera Utara
improvisasi Menutup
penampilan setelah menyampaikan
punchline yang dianggap paling
lucu, kemudian menyebutkan
nama, lalu menyampaikan
salam
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan