Universitas Sumatera Utara
Dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan suatu pola, model, atau cara berpikir seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan paradigma penelitian
merupakan pola, model atau cara berpikir peneliti terhadap permasalahan yang diteliti.
2.1.1 Paradigma Post Positivism
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma post positivism karena Salim, 2001: 40 dalam Mariska, 2016: 5 menjelaskan post positivisme
sebagai berikut: Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan Positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam
kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal, yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia peneliti. Oleh karena itu secara
metodologi pendekatan eksperimental melalui metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori.
2.2 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 2001 : 39.
Berdasarkan hal tersebut, fungsi teori dalam riset atau penelitian adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial dan fenomena yang dialami
yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konsep, definisi dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala tersebut
Kriyantono, 2008 : 43. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah :
2.2.1 Public Speaking
Istilah retorika lebih dahulu lahir dibandingkan dengan istilah public speaking, namun definisi dari keduanya memiliki makna yang sama. Istilah public
speaking berawal dari para ahli retorika, yang mengartikan sama yaitu seni keahlian berbicara atau berpidato Olii, 2008 : 2. Berbicara merupakan alat
Universitas Sumatera Utara
komunikasi yang paling efektif dan efisien. Secara sederhana, public speaking dapat didefinisikan sebagai proses berbicara kepada sekelompok orang dengan
tujuann memberikan informasi, mempengaruhi ataupun menghibur audiens. Public sepaking juga dapat didefinisikan sebagai proses berbicara kepada
sekelompok orang secara sengaja serta ditujukan untuk menginformasikan, mempengaruhi ataupun menghibur pendengar Yanuarita, 2012 : 9.
Whitman dan Boase 1983 mengatakan dalam penggunaannya yang lebih kontemporer, public speaking berfungsi untuk menarik perhatian, menghibur,
memberikan informasi, mempertanyakan suatu perkara, membujuk, meyakinkan, memberikan rangsangan, memberikan kritikan, membentuk kesan,
memperingatkan, membangun semangat, memberikan intruksi, menyajikan sebuah penelusuran, menggerakan massa dan menyamarkan suatu perkara
Mulyana, 2009 : 2. Public Speaking adalah kemampuan seseorang untuk berbicara di depan
umum dengan benar sehingga pesan dapat dengan jelas tersampaikan dan tujuan bicara bisa langsung didapatkan Hilbram, 2012 : 6. Kemampuan public sepaking
diperlukan untuk seseorang yang berbicara di depan dua orang atau lebih. Menurut Verderber dan Sellnow 2008 Public speaking ini didefinisikan sebagai
percakapan-presentasi secara oral yang biasanya disampaikan secara formal- dalam kondisi audiensnya dihimpun dalam konteks yang formal untuk
mendengarkan atau selama percakapan informal. Menurut Verderber, Verderber, and Sellnow 2008 : 15 Public speaking
ini didefinisikan sebagai percakapan—presentasi secara oral yang biasanya disampaikan secara formal—dalam kondisi audiensnya dihimpun dalam konteks
yang formal untuk mendengarkan atau selama percakapan informal. Secara bahasa, public speaking berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris,
public dan speaking. Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia, John Echols dan Hasan Sadily mengartikan public adalah umum, publik, dan masyarakat. Speaking
bermakna ‘bicara’ atau ‘pembicaraan’. Bila digabungkan, public speaking bisa diartika bicara publik atau pembicaraan di depan publik Utami, 2013 : 13-14.
Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana, public speaking dapat didefinisikan sebagai proses berbicara kepada sekelompok orang dengan tujuan untuk memberi informasi,
mempengaruhi mempersuasi danatau menghibur audiens. Banyak orang menyebut public speaking sebagai “presentasi”. Seperti layaknya semua bentuk
komunikasi, berbicara di depan publik memiliki beberapa elemen dasar yang paralel dengan model komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell yakni
komunikator pembicara, pesan isi presentasi, komunikan pendengar audiens, medium, dan efek dampak presentasi pada audiens. Tujuan berbicara di depan
publik bermacam-macam, mulai dari mentransmisikan informasi, memotivasi orang, atau hanya sekedar bercerita.
Public speaking berakar dari tradisi politik peradaban Yunani Kuno. Untuk itu public speaking tidak pernah lepas dari aspek politik. Hal ini dilihat
dalam public speaking ada tujuan untuk mempengarui dan mengarahkan. Dalam bahasa Yunani public speaking
berasal dari kata ητορικός Retorika, yang berarti “Pidato”. Retorika berkaitan juga dengan berkata dan berucap.
http:rickyanggili.blogspot.co.id Istilah retorika dapat ditemukan dalam perbendaharaan bahasa Inggris
dengan kata rhetoric yang berarti “kepandaian berbicara atau berpidato” Echols, 1975 : 485. Sementara Hornby dan Pranwell 1961 : 364 menjelaskan retorika
sebagai seni menggunakan kata-kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan, atau berbicara degan banyak orang dengan menggunakan pertunjukan dan
rekaan. Webster’s Tower Dictionary 1957 : 230 menyatakan rhetoric sebagai seni menggunakan bahasa secara efektif.
Retorika dalam bahasa Belanda dikenal istilah retorica sebagai ilmu pidato dalam arti pemakaian kata-kata dengan gaya yang indah Wojowasito,
1981 : 541. Sedangkan, dalam Bahasa Inggris dikenal pula istilah public speaking yang artinya sama dengan retorika. Demikian pula maknanya, yaitu
berbicara atau berpidato di depan umum dengan pronsip menggunakan segala teknik dan strategi komunikasi demi berhasilnya memengaruhi orang banyak
Carnegie, t.t.: 11.
Universitas Sumatera Utara
Teori-teori retorika atau public speaking itu mulai dikenal orang setelah mereka merasa perlu berbicara yang efektif Devito, 1984 : 3 untuk bisa
memengaruhi orang atau orang-orang lain dalam arti mengubah sikap, sifat, pendapat dan tingkah laku orang atau orang-orang lain itu; dan ini berawal pada
tahun 3000 SM Kustadi, 2009 : 25-26
1. Elemen-Elemen dalam Public Speaking
Berikut ini penulis akan menguraikan elemen-elemen didalam membangun keberhasilan public speaking retorika :
a. Elemen-elemen didalam membangun keberhasilan public speaking
retorika menurut buku yang berjudul “Retorika Modern” karangan Jalaluddin Rakhmat 2011, yaitu :
1 Pembicara harus mampu memilih topik dan tujuan
Topik yang baik harus sesuai dengan kriteria topik yang telah ditentukan. Topik yang baik harus sesuai dengan latar belakang
pengetahuan pembicara, menarik minat pembicara dan minat pendengar, harus jelas ruang lingkup pembatasannya, harus sessuai
dengan waktu dan situasi serta harus ditambah dengan bahan yang lain
2 Pembicara harus merumuskan judul
Pembicara merumuskan judul dengan memperhatikan tiga syarat, yaitu, judul harus relevan, judul harus provoaktif, dan judul
harus singkat. Judul harus relevan adalah pembicara harus mampu menghubungkan antar satu pokok bahasan dengan bahasan lainnya.
Kemudian, judul harus provokatif adalah pembicara harus mampu menimbulkan hasrat keingintahuan serta antusiasme pendengar.
Terakhir, judul harus singkat adalah pembicara harus menyusun kalimat judul pidato yang mudah diingat dan mudah diteima
maksud dan tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
3 Pembicara harus menentukan tujuan
Pembicara juga harus menentukan tujuan umum dan khusus dari pidato, dimana tujuan khusus pidato merupakan penjabaran
dari tujuan umum. 4
Pembicara harus mampu menyusun pidato Pembicara menyusun pidato dengan menggunakan prinsip-
prinsip seperti kesatuan unity, pertautan coherence, titik berat emphasis.
a Kesatuan unity
Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh, yang meliputi kesatuan dalam isi, tujuan, dan sifat mood.
Pada isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan
penunjang. Komposisi juga harus mempunyai satu macam tujuan. Satu
tujuan di antara yang tiga -memberitahukan, mempengaruhi, dan menghibur- harus dipilih. Kesatuan juga harus tampak
dalam sifat pembicaraan mood. Sifat pembicaraan mungkin serius, informal, formal, anggun, atau bermain-main.
b Pertautan coherence
Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan
dari pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan
yang tersendat-sendat atau pendengar tidak akan mampu menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan.
Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara, yaitu : Pertama, ungkapan penyambung connective
phrases adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian, kedua, paralelisme ialah
mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan, dan ketiga, gema
Universitas Sumatera Utara
echo berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru.
c Titik berat emphasis
Bila kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat
menunjukkan mereka pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung
kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama.
Gagasan utama central ideas, ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak
adalah contoh-contoh bagian yang harus dititik beratkan, atau ditekankan. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan
tanda garis bawah, huruf miring atau huruf besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian, tekanan suara yang
dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya. 5
Pembicara harus memuat garis-garis besar pidato Garis-garis besar pidato dapat memudahkan pembicara untuk
memasuki kegiatan retorika serta dapat memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju pembicara dalam kegiatan pidato
6 Pembicara harus dapat memilih kata-kata
Pembicara harus menggunakan kata-kata yang jelas agar audiens tidak menerima makna yang ganda ambigu. Dalam
menggunakan kata-kata yang jelas, pembicara memilih istilah yang spesifilk, kata-kata yang sederhana, serta menggunakan
pengulangan dan pernyataan kembali gagasan yang sama dengan kata yang berbeda.
Selain kata-kata yang harus jelas, pembicara juga harus menggunakan kata-kata yang tepat, misalnya dengan menghindari
kata-kata klise, tidak menggunakan bahasa yang pasaran, menghindari kata-kata yang tidak sopan, tidak menggunakan
penjulukan, dan tidak menggunakan eufimisme ungkapan yang
Universitas Sumatera Utara
lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang berlebihan.
7 Pembicara harus mampu membuka pidato
Pembicara harus mengetahui bahwa membuka pidato merupakan bagian yang penting dan menentukan dalam
kelangsungan pidato. Oleh karena itu, pembicara harus membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang
pembicaraan serta menciptakan kesan yang baik mengenai pembicara.
8 Pembicara harus mampu menyampaikan isi pidato
Setelah membuka pidato, pembicara harus menyampaikan isi pidatonya. Namun terlebih dahulu pembicara harus mampu
mengatasi kecemasan berkomunikasi. Dalam menyampaikan isi pidato, pembicara harus mampu memelihara kontak visual dan
kontak mental dengan audiens, menggunakan lambang-lambang auditif, dan memperhatikan olah visual.
9 Pembicara mampu menutup pidato
Pembicara juga harus mampu menutup pidatodengan menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi,
mendorong pemikiran, dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif. Selain itu,
pembicara harus mampu menyimpulkan dan mengemukakan ikhtisar.
b. Elemen-elemen didalam membangun keberhasilan public speaking
retorika menurut buku yang berjudul “The Art of Public Speaking” karangan Stephen Lucas 2001, yaitu :
1 Persiapan sebelum pidato
Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum berpidato. Misalnya, pembicara harus mengetahui banyak hal yang
berhubungan dengan topik yang akan disampaikan. Hal ini dapat diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan serta mempersiapkan
Universitas Sumatera Utara
riset tambahan agar topik yang akan disampaikan menjadi menarik. Setelah menentukan topik, pembicara harus menentukan tujuan
umum dan tujuan khusus dari pidato tersebut. Pada tahap mempersiapkan pidato, pembicara juga harus
menganalisis khalayak dengan melihat bagaimana psikologi audiens, demografis audiens, situasional audiens dan mengadaptasi
audien. Setelah selesai menganalisis khalayak, pembicara mengumpulkan materi untuk membuat isi pidato dengan cara
melakukan penelitian kepustakaan, mencari informasi melalui internet, dan bahkan melakukan wawancara bila diperlukan.
2 Menyusun isi pidato
Pembicara menyusun kata sambutan atau pengantar pidato merupakan langkah awal dalam penyusunan sebuah pidato.
Kemudian, pembicara menyusun kalimat untuk menguraikan isi pokok dari pidato. Biasanya dalam uraian ini terdapat garis-garis
besar pidato yang dapat mempermudah pembicara dalam menyajikan isi pidato yang akan disampaikan. Selain itu,
pembicara juga harus menyusun kalimat kalimat yang menarik dalam membuka dan mengakhiri pidato.
3 Menyajikan pidato
Pembicara mengguakan bahasa yang jelas dan tepat merupakan kunci utama dalam menyajikan sebuah pidato. Penggunaan bahasa
yang jelas dan tepat pada saat menyajikan pidato akan memudahkan audiens untuk menerima maksud dan tujuan dari
pembicara. Menggunakan alat bantu visual juga mempermudah pembicara dalam menyajikan isi pidato.
c. Elemen-elemen didalam membangun keberhasilan public speaking
retorika menurut buku yang berjudul “A Pratical English For Public Speaking” karangan Yayan G.H Mulyana 2009, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Pembicara
Pembicara yang baik harus dapat menemukan topik yang menarik untuk disampaikan. Selain memilih topik, pembicara juga
harus menentukan tujuan umum dan tujuan khusus dari pidato yang akan disampaikan. Setelah itu, pembicaraharus
memperhatikan penampilan dan teknik vikal seperti melatih intonasi suara, tekanan stress, pelafalan ataupun pengucapan,
serta melatih volume dan kecepatan suara. 2
Saat atau kesempatan pada saat menyampaikan pidato occasion Sebuah pidato harus sesuai dengan situasi atau kesempatan
ketika pidato itu akan disampaikan. Kesempatan yang berbeda menentukan tujuan yang berbeda pula.
3 Khalayak audience
Khalayak atau audiens merupakan salah satu elemen penting dalam public speaking yang harus benar-benar dipahami. Seorang
pembicara juga harus memperhatikan audiens dengan cara menganalisis audiens tersebut dengan sebaik mungkin.
d. Elemen-elemen didalam membangun keberhasilan public speaking
retorika menurut buku yang berjudul “Public Speaking” karangan Helena Olii 2008,yaitu :
1 Pembicara harus menentukan topik dan tujuan
Menentukan topik yang baik dapat dibuat melalui pengalaman pribadi, hobi dan keterampilan, berdasarkan pendapat pribadi,
berdasarkan peristiwa hangat dan pembicaraan publik, berdasarkan kilasan biografi, berdasarkan kejadian khusus, atau berdasarkan
minat khalayak. Setelah mengetahui topik yang akan dibahas, kemudian pembicara harus menetukan tujuan dari pidato yang akan
disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
2 Pembicara harus mampu menganalisis situasi dan publik
Pembicara harus mampu menganalisis situasi dengan memperhatikan jenis pertemuan, tempat pertemuan, fasilitas, dan
waktu pertemuan. Pada tahap menganilisis publik, pembicara juga harus dihadapan dengan hal-hal umum dan hal-hal khusus.
Hal-hal umum yang dihadapi pembicara, yaitu usia halayak, agama khalayak, serta adat dan budaya khalayak. Sedangkan hal-
hal khusus, yaitu mengenai motivasi hadir khalayak dan tingkat pengetahuan khalayak yang tertarik terhadap topik yang
dikemukakan pembicara. 3
Pembicara harus memperhatikan cara membuka pidato Pembicara harus memiliki pedoman dalam membuka pidato.
Seperti membuka pidato menggunakan salam, mengucapkan rasa syukur, atau memperkenalkan diri. Pedoman tersebut juga harus
didukung dengan pemilihan kata yang tepat untuk mendukung pidato, serta disesuaikan dengan isi pidato yang akan disampaikan.
Tidak hanya itu, pembicara juga harus melakukan persiapan sebelum menyampaikan pidato, seperti penampilan yang tidak
berlebihan dalam berpakaian, pembicara juga harus berjalan ke arah podium dengan percaya diri, pembicara harus membuat
kontak mata dengan audiens secara merata, pembicara juga harus mampu mengontrol alat bantu mikrofon dengan baik.
4 Pembicara harus memperhatikan cara menutup pidato
Pembicara dapat dikatakan sukses apabila pembicara mampu menutup pidato dengan baik. Pada umumnya, menutup pidato
dapat dilakukan dengan menyimpulkan isi pidato. Dari beberapa elemen-elemen Public Speaking yang penulis kutip dari
beberapa buku, maka penulis menyimpulkan elemen-elemen public speaking, yaitu sebegai berikut :
a. Pembicara Speaker
Dalam public speaking
pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi melalui ceramah yang relatif lama
Universitas Sumatera Utara
dan tidak mendapatkan interupsi dari audiens. De Vito 2011 : 4 mengatakan, “In public speaking you deliver a relatively long speech and
usually are not interrupted”. Public speaker adalah pusat dari transaksi pesan yang terjadi. Menurut De Vito, “You and your speech are the reason
for the gathering”. Hal ini sangat berbeda dengan percakapan pada umumnya yang biasanya terjadi hubungan timbal balik yang terkadang
terjadi secara berulang-ulang. Pada praktiknya di lapangan, seorang public speaker tidak hanya
berbicara saja, namun juga harus memiliki keterampilan untuk berinteraksi dan mengontrol percakapan dengan khalayak yang terjadi sesekali
sehingga pesan yang disampaikkan menjadi hidup. Percakapan pada kegiatan public speaking dianggap berhasil, jika kahalayak menegri
hingga memberi respon yang sesuai dengan keinginan dan tujuan pembicara.
b. Tahap Persiapan
Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum pembicara melakukan public speaking. Caranya dengan memastikan atau mengetahui
lebih dulu apa yang ingin pemicara sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak. Pada tahap persiapan, ada tiga hal yang harus
dilakukan, yaitu : 1
Memilih topik dan tujuan Sebelum berpidato, pembicara harus mengetahui lebih dulu apa
yang akan pembicara sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari audiens. Tahap persiapan merupakan dimana pembicara harus
mengetahui banyak hal yang berhubungan dengan topik yang akan disampaikan.
Hal ini dapat diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan serta hingga mempersiapkan riset tambahan agar topik yang akan
disampaikan menarik. Kritera topik yang baik, yaitu topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara, topik harus menarik
minat pembicara, topik harus menarik minat pendengar, topik harus sesuai dengan minat pendengar, topik harus terang ruang-lingkup dan
Universitas Sumatera Utara
pembatasnya, topik harus sesuai dengan waktu yang tersedia dan situasi yang terjadi, dan topik harus dapat ditunjang dengan bahan lain.
Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara adalah topik yang memberikan kemungkinan pembicara lebih tahu
daripada audiens atau khalayak. Pembicara lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar.
Topik harus menarik minat pembicara adalah dimana topik yang enak dibicarakan atau ditampilkan tentu saja adalah topik yang paling
disenangi pembicara atau topik yang paling menyentuh emosi pembicara. Topik yang disenangi pembicara membuat pembicara lebih
menguasai topik dan membuat pembicara menikmati kegiatan pembicara dalam public speaking.
Topik harus menarik minat pendengar adalah dimana dalam berpidato atau public speaking, pembicara berbicara atau menampilkan
topik untuk orang lain atau audiens. Jika tidak ingin ditinggalkan oleh audiens atau diacuhkan oleh audiens, pembicara harus berbicara atau
menampilkan sesuatu yang yang diminati audiens. Walaupun hal-hal yang menarik perhatian itu sangat tergantung
pada situasi dan latar belakang audiens atau khalayak, namun hal-hal yang bersifat baru dan indah, dan hal-hal yang menyentuh rasa
kemanusiaan, petualangan, konflik, ketegangnan, ketidakpastian, hal yang berkaitan dengan keluarga, humor, rahasia, atau hal-hal yang
memiliki manfaat nyata bagi audiens adalah topik-topik yang akan menarik perhatian.
Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar dimana topik yang baik jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, maka topik
tersebut bukan saja tidak menarik, bahkan dapat membingungkan khalayak. Oleh karena itu, sebelum pembicara menentukan topik,
pembicara harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana tingkat pengetahuan khalayak yang menjadi sasaran pidato. Gunakanlah
bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasnya dimana topik yang baik tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya
memperoleh ulasan sekilas saja. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi adalah dimana pembicara harus memilih topik yang sesuai
dengan waktu yang tersedia dan situasi yang terjadi. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain adalah
dimana pembicara juga harus melengkapi topik dengan sumber- sumber rujukan untuk memilih topik dalam berpidato. Bisa berupa
kitab, buku, pencarian di internet, perkataan ahli yang sesuai. 2
Merumuskan judul Bila topik adalah pokok yang akan diulas, maka judul adalah nama
yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahlu kepada khalayak, karena itu judul perlu
dirumuskan lebih dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu relevan, provoaktif, dan singkat.
Relevan adalah judul pidato harus memiliki hubungan dengan pokok-pokok bahasan. Provoaktif adalah judul pidato dapat
menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme khalayak. Sedangkan singkat adalah, judul mudah ditangkap maksudnya oleh khalayak.
3 Menentukan tujuan
Ada dua macam tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal, yaitu pidato
informatif, pidato persuasif dan pidato rekreatif. Pidato informatif ditujukan untuk menambah pengetahuan
khalayak. khalayak diharapkan dapat memperoleh penjelasan, menaruh minta, dan memiliki pengertian terhadap persoalan yang disampaikan
pembicara. Pidato persuasif ditujukan agar khalayak mempercayai sesuatu untuk melakuaknnya. Keyakinan, tindakan dan semangat
adalah bentuk reaksi audiens yang diharapkan pembicara. sedangkan pidato rekreatif bertujuan untuk memberikan perhatian, kesenangan,
dan humor kepada khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Pada tahap merumuskan topik dan tujuan, pembicara
harus memperhatikan dan menganalisis khalayak seperti melihat psikologi khalayak, demografi khalayak, situasional khalayak dan
mengadaptasi khalayak. c.
Tahap Penyusunan Setelah tahap persiapan, pembicara melakukan tahap penyusunan.
Penyusunan yang baik, dapat memperlihatkan pembagian pesan yang jelas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok dan
menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis. Dalam tahap penyusunan ada lima hal yang harus dilakukan, yaitu :
1 Membuat garis-garis besar
Garis-garis besar pidato adalah peta bumi bagi pembicara yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Garis-garis besar akan
memberikan petunjuk terhadap penampilan pembicara saat pidato. Menurut Alan. H Monroe, terdapat tiga garis besar saat berpidato,
yaitu garis besar lengkap dimana diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli
dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan kalimat- kalimat yang sempurna, dan di bawahnya disertakan lengkap bahan-
bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian. Pembicara yang membaca garis besar lengkap, maka khalayak pun dapat mengetahui
gambaran isi pidato itu secara keseluruhan. Garis besar singkat dimana diperlukan hanya sebagai pedoman
atau pengingat saja. Biasanya digunakan oleh pembicara yang ahli dalam penyajian pidato. Garis besar singkat di dalamnya hanya ditulis
inti-inti pembicaraan saja. Garis besar alur teknik dimana dapat ditulis sejajar dengan garis
besar lengkap diletakan pada kertas lain. Jenis garis besar ini dijelaskan teknik-teknik pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian
fakta, daya tarik motif, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2 Memilih kata-kata
Pendengar mengetahui bahwa pembicara yang baik selalu pandai dalam pemilihan kata-kata. Kata-kata bukan saja dapat
mengungkapkan, tetapi juga memperhalus, dan bahkan menyembunyikan kenyataan. Selain itu, kata-kata juga dapat
mencerminkan tingkah laku dan struktur sosial pembicara. Rumusan dalam memilih kata-kata oleh Glenn. R. Capp dan
Richard Capp Jr., yaitu pertama, kata-kata harus jelas yang berarti bahwa kata-kaa yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda
ambigues, tetap dapat mengungkapkan gagasan secara cermat. Kedua, kata-kata harus tepat yang berarti kata-kata yang digunakan
harus sesuai dengan kepribadian pembicara, jenis pesan, keadaan khalayak, dan situasi komunikasi. Ketiga, kata-kata harus menarik
yang berarti kata-kata harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup dan merebut perhatian khalayak.
3 Membuka pidato
Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh
komposisi presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan
dan menciptakan kesan yang baik bagi pembicara 4
Menyampaikan isi pidato Penyampaian dan pelaksanaan pidato adalah unsur terpenting.
Kecemasan dalam berbicara sering kali menghilangkan keterampilan, percaya diri dan kredibilitas pembicara saat melakukan kegiatan public
speaking. 5
Menutup pidato Permulaan dan akhir pidato adalah bagian-bagian yang paling
menentukan. Jika permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian pada pokok pembicaraan, maka penutup
pidato harus memberikan fokus pada pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari seluruh isi pidato.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya perusasi, mendorong pemikiran dan
tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.
d. Tahap Penyajian
Pelaksanaan, dan penyajian public speaking merupakan unsur terpenting. Kecemasan berbicara sering kali menghilangkan keterampilan,
kepercayaan diri dan kredibilitas pembicara saat melakukan kegiatan public speaking.
Prinsip penyajian dalam public speaking, yaitu pertama, kontak visual dan kontak mental dengan khalayak. Kedua, olah vokal yaitu,
mengeluarkan suara memberikan makna tambahan atau bahkan membelokan makna kata, ungkapan atau kalimat. Ketiga, olah visual
yaitu, berbicara dengan menggunakan wajah, tangan dan tubuh pembicara. Selain tiga hal diatas, prinsip penyajian public speaking oleh
pembicara juga perlu memperhatikan unsur pesan komunikasi yang disampaikan. Unsur pesan komunikasi tersebut ialah pesan verbal dan
pesan nonvebal. Pesan verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Pesan
verbal didefenisikan yaitu, sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung
arti. Namun, pada praktiknya, sebenarnya yang memiliki tujuan dalam public speaking adalah pembicaranya.
Pesan merupakan isi atau bungkus dari tujuan yang sudah ditetapkan oleh pembicara sendiri. Untuk menguasai pesan bahasa
tertentu, pembicara harus menguasai fonologi mengajarkan bunyi kata, sintaksis membentuk kalimat, dan semantik mamahani kata atau
gabungan kata. Pesan nonverbal atau komunikasi nonverbal secara harfiah adalah
komunikasi tanpa kata. Komunikasi nonverbal selain berfungsi untuk menggantikan komunikasi verbal dan juga berfungsi untuk memperkuat
maksud dari komunikasi verbal, bahkan memiliki pengaruh yang lebih
Universitas Sumatera Utara
besar dari pada komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal adalah cara yang paling dominan untuk menyampaikan makna dari satu orang ke
orang yang lain. Hal ini dikarenakan komunikasi nonverbal lebih jujur dan otentik dari pada komunikasi verbal.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan
dengan kata-kata maupun surara, tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body
languange. Selain itu juga, penggunaan komunikasi nonverbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut,
dan penggunaan simbol-simbol. Menurut Mark Knapp 1978 pesan nonverbal dalam
berkomunikasi memiliki fungsi untuk meyakinkan apa yang diucapkan, menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-
kata, menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya, dan menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna. Jenis komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam
Adityawarman, 2003 : 137 yaitu komunikasi visual, komunikasi sentuhan, komunikasi gerakan tubuh, komunikasi lingkungan, komunikasi
penciuman, komunikasi penampilan, dan komunikasi citarasa. Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa gambar-gamber, grafik-grafik, lambang- lambang, atau simbol-simbol. Komunikasi visual biasanya menggunakan
gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapatkan perhatian pendengar.
Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi
kepada pendengar.
Universitas Sumatera Utara
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi nonverbal sering disebut Haptik. Pukulan, mengelus, sentuhan dipunggung
dan lain sebagainya merupakan beberapa contoh dari bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud dan tujuan tertentu dara orang yang
menyentuhnya. Komunikasi gerakan tubuh atau merupakan bentuk komunikasi
nonverbal seperti melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata
yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatuu kata seperti
menganggukan kepala yang berarti setuju. Komunikasi lingkungan yaitu dimana lingkungan dapat memiliki
pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh : jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseoramg menyebutkan “jaraknya
sangat jauh”, “ lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan
kepada lingkungan tersebut. Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk dimana
penyampaian pesan atau informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Komunikasi penampilan adalah dimana seseorang yang
memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan
bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya.
Komunikasi citarasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesaninformasi melalui citarasa dari suatu
makanan atau minuman. Dapat dikatakan bahwa citarasa dari makanan atau minuman menyampaikan suatu maksud atau makna.
Berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, komunikasi nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a Kinesic
Kinesic adalah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan badan, gerakan-gerakan badan dapat dibedakan atas emblems,
ilustrator, affect display, regulator, dan adaptory. Emblems adalah isyarat yang mempunyai arti langsung pada simbol yang dibuat
oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jari “V” yang artinya victory atau menang. Mengangkat jempol artinya yang terbaik bagi
orang Indonesia, tapi terjelek bagi orang India. Ilustrators adalah isyarat yang dibuat oleh gerakan-gerakan
badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya besarnya atau tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan. Affect Displays atau
komunikasi wajah adalah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada dorongan
emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum, sinis, dan sebagaiannya.
Regulators adalah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, misalnya mengangguk tanda setuju atau
menggeleng tanda menolak. Adaptory adalah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. Misalnya menggerutu,
mengepalkan tinju keatas meja dan sebagaiannya. b
Gerakan mata eye gaze Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam
memberi isyarat tanpa kata. Mark Knapp dalam risetnya menemukan empat fungsi utama gerakan mata, yaitu untuk
memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya, untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu
untuk bicara, sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling
memerlukan. Sebaliknya orang yang merasa malu akan erusaha untuk menghindari kontak mata, dan sebagai pengganti jarak fisik.
Universitas Sumatera Utara
c Sentuhan touching
Sentuhan adalah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam,
yakni pertama, kinesthetic yaitu, isyarat yang dutunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol, keakraban
atau kemesraan. Kedua, Sociofulgal yaitu, isyarat yang ditunjukan dengan jabat
tangan atau saling merangkul. Ketiga, thermal yaitu,isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai
tanda persahabatan yang begitu intim. Misalnya menepuk punnggung karena sudah lama tidak bertemu.
d Paralanguage
Paralanguage adalah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga dapat memahami sesuatu dibalik apa
yang diucapkan. Seperti, kecepatan berbicara, volume, ritme, dan bentuk-bentuk vokal seperti, tertawa, rintihan, dan sebagainya
e Diam
Sikap diam dapat mengirimkan petunjuk nonverbal mengenai situasi komunikasi. Sikap diam juga membantu menyediakan
umpan balik, menginformasikan baik penerima maupun pembicara mengenai kejelasan ide atau pentingnya hal tersebut dalam
interaksi interpersonal secara keseluruhan. f
Postur tubuh Postur tubuh sama pentingnya dengan wajah dalam
menyatakan emosi. Seperti di Jepang, bungkukan yang sangat dalam menandakan rasa hormat.
g Kedekatan dan ruang progximity and spatial
Kedekatan adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua objek yang mengandung arti. Menurut Edward
T.Hall 1959 membagi kedekatan menurut teritori atas empat macam, yaitu, pertama, wilayah intim, yakni kedekatan yang
Universitas Sumatera Utara
berjarak antara 3-18 inchi. Kedua, wilayah pribadi, kedekatan yang berjarak antara 18 inchi sampai 4 kaki.
Ketiga, wilayah sosial, kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki. Keempat, Wilayah umum publik, kedekatan
yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki atau sampai suara kita terdengar dalam jarak 25 kaki.
h Artefak dan visualisasi
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan oelh kecerdasan manusia. Bidang studi mengenai hal ini disebut objektika
objectics. i
Warna Warna sering digunakan untuk menunjukan susasana
emosiaonal dan citarasa. Seperti, warna merah muda sebagai warna feminin, warna biru adalah warna maskulin, atau warna putih
adalah warna positif, suci, atau bersih. j
Waktu Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu
dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi
suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu punctuality.
Konsep waktu ada dua, yaitu waktu monokronik alah sangat menghargai waktu dan waktu polikronik adalah menggunakan
waktu lebih santai. k
Bunyi Sebagai tekanan suara yang dikeluarkan dari mulut untuk
menjelaskan ucapan verbal. Misalnya bersiul, bertepuk tangan, bunyi terompet, letusan senjata, beduk, dan sebagaiannya.
l Bau
Digunakan untuk melambangkan status seperti kosmetik. Bau- bau tertentu juga dapat mengingatkan pada seseorang atau sesuatu
yang khusus.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari fungsinya, komunikasi nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal
Mulyana, 2003 : 315, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni pertama, Emblem adalah gerakan mata tertentu merupakan
simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan “saya tidak sungguh-sungguh”.
Kedua, ilustrator yaitu, pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. Ketiga, regulator yaitu, kontak mata berarti
saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakana ketidaksediaan berkomunikasi.
Keempat, penyesuaian yaitu kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Kedipan mata merupakan respon
yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. Kelima, affect display yaitu, pembesaran pupil mata
menunjukan peningkatan emosi, isarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut atau senang.
Sedangkan fungsi komunikasi non verbal menurut Mark. L. Knapp
Rakhmat, 2004 : 287 ada lima fungsi pesan komunikasi non verbal yang perlu diperhatikan dalam public speaking, yaitu :
a Repetisi berfungsi untuk mengulang pesan verbal. Misalnya,
menganggukan kepala ketika mengatakan “ya”, atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak”.
b Kontradiksi berfungsi untuk menunjukan makna yang bertentangan
atau berlawanan atau juga dapat membantah pesan verbal. Misalnya seorang dosen menyatakan jika ia memiliki waktu untuk
berbicara kepada seorang mahasiswa, tetapi matanya berulang kali menatap kearah jam tangannya.
c Substitusi berfungsi untuk menggantikan lambang-lambang
verbalk jadi berdiri sendiri. Misalnya, menggantikan kata-kata haru dengan linangan air mata.
Universitas Sumatera Utara
d Aksentuasi erfungsi untuk menekankan, memperteguh atau
melengkapai pesan verbal. Misalnya, melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat tinggal”.
e Komplemen berfungsi untuk meregulasi pesan verbal. Misalnya,
melirik kearah jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen menyadari untuk mengakhiri perkuliahan.
e. Khalayak atau Audience
Penerima adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang dikirimkan oleh sumber. Secara garis besar, penerima dapat terbagi
menjadi penerima aktif dan penerima pasif. Penerima pasif adalah orang yang hanya menerima stimulus yang datang kepadanya, tanpa memberikan
tanggapan serta umpan balik feedback. Sedangkan, penerima aktif adalah orang yang tidak saja menerima stimulus yang datang kepadanya, tetapi
juga memberikan tanggapan atau feedback secara aktif berkelanjutan kepada pengirim.
Berbeda dengan percakapan yang biasanya audiennya hanya 1 atau sedikit orang, public speaking memiliki khalayak yang relatif besar. Pada
umumnya, khalayak yang dapat terhitung sebagai public audience adalah 10-12 orang sampai ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang.
Khalayak dalam public speaking ada dua macam. Pertama, adalah immediate audience atau khalayak langsung, yakni mereka yang dikenai
langsung oleh pesan yang disampaikan oleh pembicara. Kedua, adalah remote audience atau khalayak jarak jauh adalah mereka yang terkena
dampak tidak langsung oleh pesan yang disampaikan oleh pembicara. Semakin besar pengaruh seorang pembicara, maka semakin besar
juga remote audience yang dipengaruhinya. Karena khalayak adalah pihak yang dipengaruhi oleh pesan dalam public speaking, pembicara harus
benar-benar memperhatikan siapa khalayaknya. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok,
dan masyarakat. Pembicara harus dapat mengetahui karakter khalayak sebelum proses public speaking berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa aspek yang harus diketahui oleh seorang komunikator menyangkut tentang penerima, yaitu : dalam Cangara 2006
1 Aspek sosiodemografis. Dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia,
populasi, lokasi, tingkat pendidikan, bahasa, agama, pekerjaan, ideologi, pemilikan media.
2 Aspek profil psikologis. Dilihat dari emosi, bagaimana pendapat-
pendapat mereka, adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi, adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa, frustasi, atau
dendam. 3
Aspek karakteristik perilaku penerima. Dilihat dari hobi, nilai dan norma, mobilitas sosial, dan perilaku komunikasi.
Menurut Rogers dalam Cangara 2006, mengenai kesediaan penerima untuk menerima ide antara lain disebabkan karena empat hal,
yakni pertama, adanya kepentingan ganda yang dapat diperoleh oleh kedua belah pihak, yakni antara sumber dan penerima overlopping of interest.
Kedua, pesan itu memberi pemecahan pada masalah yang dihadapi oleh khalayak problem solving.
Ketiga, khalayak percaya komunikator yang menyampaikan pesan itu memiliki kompetisi dan kreadibilitas yang tinggi. Keempat, khalayak
percaya bahwa pesan itu dapat membuat perubahan sebagaimana yang diinginkan oleh khalayak.
Foktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi menurut Brent D. Ruben 1984 Cangara, 2006 : 144, yaitu ;
1 Penerima.
Dilihat berdasarkan keterampilan berkomunikasi, kebutuhan, tujuan yang diinginkan, sikap, nilai, kepercayaan,
kebiasaan, kemampuan untuk menerima, dan kegunaan pesan. 2
Pesan. Dilihat dari tipe dan model pesan, karakteristik dan fungsi pesan, struktur pengelolaan pesan, dan kebaharuan aktualitas pesan.
3 Sumber. Dilihat berdasarkan kereadibilitas dan kompetensi dalam
bidang yang disampaikan, kedekatann dengan penerima, motivasi dan perhatian, kesamaan dengan penerima homophily, cara
penyampaiannya, dan daya tarik.
Universitas Sumatera Utara
4 Media. Dilihat berdasarkan tersedianya media, kehandalan daya liput
media, kebiasaan menggunakan media, tempat dan situasi.
1.6 Kerangka Konsep