Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta

Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan
Yayasan Mitra Netra Jakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP.)

Oleh :
Afifatul Humairo
NIM: 1110025000008

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

ABSTRAK

Afifatul Humairo
Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra
Netra
Penelitian ini bermula atas ketertarikan peneliti mengenai pemanfaatan

koleksi digital talking book di perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan koleksi digital
talking book serta bagaimana upaya pustakawan agar koleksi digital talking book
dimanfaatkan. Penelitian ini pada rumusan masalah pertama menggunakan
metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, dan rumusan
masalah yang kedua menggunakan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian
adalah anggota perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang berjumlah 827 orang, jadi
sampel diambil dari 10% jumlah anggota perpustakaan yaitu sebanyak 83
responden. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah pustakawan di
perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar responden (74,7%) memanfaatkan koleksi digital talking book dengan baik,
dan upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan oleh
pemustaka yaitu mempromosikan koleksi digital talking book terbaru dengan
kontak langsung kepada pemustaka, dan juga memberikan bimbingan pemakai
terhadap pemustaka baru. Walaupun promosi yang dilakukan belum maksimal.

Kata kunci: Koleksi Digital Talking Book, Perpustakaan Tunanetra.

iv


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillairabbil’aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayahNya kepada kita semua. Tak lupa penulis menghaturkan solawat serta salam
senantiasa kita curahkan kepada Nabi dan Rosul kita Muhammad SAW, dan juga
kepada segenap keluarganya, sahabatnya, serta umatnya sepanjang zaman, yang
insya Allah kita ada didalamnya.
Dengan

limpahan

kasih

sayang-Nya

penulis

bersyukur

mampu


menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi
Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra” dapat
terselesaikan dengan baik.
Proses perjalanan untuk menyelesaikan proposal skripsi ini tidaklah mudah.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridho-Nya,
doa, kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari betapa sederhananya karya tulis ini dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai
pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
2. Bapak Drs Pungki Purnomo, MLIS dan bapak Mukmin Suprayogi, M.Si
selaku Ketua dan Sekertaris jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Bu Fadhilatul Hamdani, M.Hum

selaku pembimbing yang telah


memberikan masukan, bimbingan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.
Terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk membantu
penulis.
4. Seluruh dosen Ilmu Pepustakaan yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan kepada penulis.

v

5. Yang tercinta Ayahanda (Syamsudin), yang telah sabar mengasuh, dan
mendidik serta menjadi inspirasi bagi penulis dan yang tersayang Ibunda
(amriati) yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayangnya dan memotivasi
dengan moril maupun materiil serta tak henti mendoakan penulis. Dan yang
terluar biasa, keluarga yang banyak menjadi inspirasi dalam kehidupan
penulis. Yaitu ade adeku bahrul, anah, udoh, oca, uwais, juga budeh nur,
pakde siran, budeh khol, ncang ebin, semua keluarga besar yang tida bisa
disebutkan satu persatu.
6. Mba Endah selaku pengelola perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang telah
memabantu penulis dalam mendapatkan informasi yang penulis butuhkan
selama penelitian berlangsung, dan juga kepada seluruh tunanetra yang telah

memberikan kesempatan untuk penulis teliti.
7. Seluruh teman teman JIP UIN terutama angkatan 2010 yang tak bisa penulis
sebutkan satu persatu namanya, yang telah banyak membantu memberikan
dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai di waktu yang tepat. Takdir
telah mempertemukan kita di jurusan ini.
8. Untuk sahabat sahabatku: tri mulyono, elvi, aditya, uland, balkis, ami, empe,
kamil, fidy, rani terima kasih telah memberi warna lain di kehidupanku,
thanks to be my friend. You know what? You’re make live is never flat. Dan
untuk semua teman temanku yang tak bisa ku sebut satu pesatu.
Akhirnya

tiada

untaian

kata

yang

berharga


kecuali

ucapan

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin. Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan
kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal
ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT.
Penelitian ini bukanlah sebuah karya tanpa cela. Banyak pelajaran yang
masih dibutuhkan penulis dan ditelaah kembali. Namun setetes pengetahuan yang
terdapat di lembaran kertas berjilid ini, mudah mudahan sedikit banyak dapat
memberikan pengetahuan dan dijadikan referensi dalam pengembangan
selanjutnya.
Jakarta, 12 Agustus 2014
Penulis

AFIFATUL HUMAIRO

vi


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................

v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
BAB

I


x

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

1

B. Batasan Masalah ......................................................................

4

C. Rumusan Masalah....................................................................

4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................

4

E. Kerangka Berpikir ...................................................................


6

F. Metode Penelitian ....................................................................

6

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
H. Penelitian Relevan ................................................................... 13
BAB

II TINJAUAN LITERATUR
A. Definisi Perpustakaan Tunanetra ............................................ 15
B. Peran, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan ................................. 19
C. Jenis-Jenis Koleksi.................................................................. 21
D. Koleksi Digital Talking Book ................................................. 22
E. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ........................... 25

vii


BAB

III PROFIL PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA
A. Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ........................... 28
B. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan
Mitra Netra.............................................................................. 32
C. Struktur Organisasi ................................................................. 35
D. Fasilitas Layanan .................................................................... 36
E. Sistem, Jam, dan Jenis Layanan ............................................. 36
F. Produk-Produk Yayasan Mitra Netra ..................................... 38
G. Sejarah Program Digital Talking Book ................................... 40
H. Pedoman Rekaman Membaca Digital Talking Book .............. 46

BAB

IV HASIL PENELITIAN
A. Pengumpulan Data .................................................................. 52
B. Gambaran Umum Responden ................................................. 52
C. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 53
D. Pembahasan Hasil Kuesioner ................................................. 55

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 55
2. Karakteristik dan Data Responden ................................... 57
3. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ..................... 60
4. Rekapitulasi Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book 69
5. Hasil Pertanyaan Terbuka kepada Responden .................. 72
6. Upaya Pustakawan Agar Koleksi Digital Talking
Book Dimanfaatkan .......................................................... 73

BAB

V

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 14
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 54
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 55
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 56
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan keanggotaan ........................ 57
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... 58
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan ............................. 58
Tabel 4.7 Jenis Koleksi Yang Sering Digunakan ............................................. 59
Tabel 4.8 Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ..................................... 60
Tabel 4.9 Manfaat Menggunakan Digital Talking Book .................................. 60
Tabel 4.10 Frekuensi Pemakaian Digital Talking Book ..................................... 61
Tabel 4.11 Pemenuhan Kebutuhan Informasi .................................................... 61
Tabel 4.12 Alasan Tidak Menggunakan Digital Talking Book .......................... 62
Tabel 4.13 Kepraktisan Menggunakan Digital Talking Book ............................ 62
Tabel 4.14 Sistem Pencarian Koleksi Digital Talking Book .............................. 63
Tabel 4.15 Penggunaan Jasa Pustakawan .......................................................... 63
Tabel 4.16 Frekuensi Peminjaman Koleksi Digital Talking Book ..................... 64
Tabel 4.17 Penilaian Layanan Peminjaman ....................................................... 64
Tabel 4.18 Jumlah Waktu Untuk Membaca Digital Talking Book .................... 65
Tabel 4.19 Alat Yang Sering Digunakan Untuk Membaca................................ 66
Tabel 4.20 Kejelasan Narator Dalam Membacakan Digital Talking Book ........ 66
Tabel 4.21 Alasan Menggunakan Digital Talking Book .................................... 67
Tabel 4.22 Jenis Koleksi Yang Sering Digunakan ............................................. 67
Tabel 4.23 Kepuasan Terhadap Ketersediaan Koleksi ....................................... 68
Tabel 4.24 Ketersediaan Subjek ......................................................................... 68
Tabel 4.25 Rekapitulasi Pemanfaatan Digital Talking Book ............................. 69

ix

DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Dosen Pembimbing
2. Surat Tugas Menjadi Pembimbing
3. Surat Izin Penelitian
4. Output Uji Validitas SPSS
5. Output Uji Reliabilitas SPSS
6. Output Frekuensi SPSS
7. Transkrip Wawancara

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan instansi yang tak asing lagi bagi masyarakat
luas, terutama bagi mereka yang mengenyam pendidikan formal, karena
perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran. Perpustakaan juga
sebuah lembaga untuk mencerdaskan bangsa sebagai jembatan menuju
penguasaan ilmu pengetahuan, sekaligus menjadi tempat penelusuran
informasi yang menyenangkan dan menghibur.
Perpustakaan sudah ada sejak tahun 323 SM yang didirikan oleh
Ptolemi I sang penerus Alexander (Iskandariah). Bibliotheca Alexandrina
Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan perpustakaan pertama dan
terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan selama berabad abad dan
memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus.1
Seiring dengan perkembangan zaman semakin berkembang juga
informasi. Masyarakat pun mulai memilah informasi sesuai dengan
kebutuhannya. Oleh sebab itu, perpustakaan mulai terbagi menjadi beberapa
jenis, diantaranya perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan
khusus, perpustakaan sekolah, dll.2
Sebagai penyedia informasi, perpustakaan harus dapat memberikan
layanan yang dapat memudahkan pemustaka untuk mengakses informasi
Oky Rahmawati, “Sejarah Perpustakaan Dunia”, (Jakarta: Jurnal Pustakawan Indonesia
vol 6 no 1), hal 59sa
2
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka)
1

1

2

dengan cepat, tepat, dan akurat. Tidak hanya bagi pemustaka normal,
melainkan juga untuk pemustaka berkebutuhan khusus, salah satunya
tunanetra.
Saat ini perpustakaan yang diperuntukan bagi penyandang tunanetra
masih terbatas. Pemanfaatan koleksi oleh penyandang tunanetra, juga terbatas.
Penyandang tunanetra adalah individu yang memiliki keterbatasan visual
dalam hidupnya. Keterbatasan visual yang dimilikinya mengakibatkan
kemampuan mengkonsepsi dunia sekitar mengalami ketergangguan.
Pada kenyataannya, menurut data Yayasan Mitra Netra Jakarta, dari
sekitar 10.000 judul buku yang ditebitkan setiap tahunnya di negeri ini, hanya
lebih dari 2% saja yang dialihkan ke dalam bentuk yang aksesibel bagi
tunanetra. Bentuk lain ini, yaitu bentuk braille ataupun buku audio digital
dalam bentuk CD (buku bicara).3 Buku ini hanya terbatas pada buku-buku
dengan kategori tertentu seperti buku pelajaran sekolah. Semestinya tunanetra
pun berhak mengakses buku-buku sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Padahal Pemerintah sudah menetapkan Undang Undang Perpustakaan
Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan “masyarakat yang
memiliki cacat dan atau kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau
sosial berhak memperoleh layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan masing masing”.
Tunanetra yang mendapat kesempatan untuk mengenyam dunia
pendidikan regular sangat memerlukan bantuan untuk menunjang kegiatan
Yayasan Mitra Netra, “Sejarah Yayasan Mitra Netra,” artikel diakses pada 17 desember 2013
dari www.mitranetra.or.id

3

3

belajar mereka. Apalagi jika di sekolah tempat mereka belajar tidak
menyediakan pelayanan khusus. Meski pemerintah membuat peraturan
melalui program pendidikan inklusif, namun keterbatasan fasilitas itu masih
harus dihadapi.
Perpustakaan yang menyediakan koleksi khusus untuk tunanetra
belum banyak berdiri di Indonesia. Hal ini menyebabkan tunanetra sulit
mengakses informasi yang mereka butuhkan, apalagi ingin mengakses
informasi yang mereka minati.4
Perpustakaan

Yayasan

Mitra

Netra

merupakan

salah

satu

perpustakaan penyedia koleksi yang dapat diakses bagi masyarakat
berkebutuhan khusus/ tunanetra. Koleksi tersebut diantaranya koleksi braille
dan koleksi digital talking book (buku bicara). Digital talking book saat ini
sudah banyak digunakan oleh para tunanetra, terlebih tunanetra yang
menempuh pendidikan tinggi.
Dengan program Yayasan Mitra Netra, tunanetra dapat mengakses
buku-buku pelajaran sekolah untuk dibaca dan dipelajari layaknya pelajar
biasa. Namun, Perpustakaan Yayasan Mitra Netra belum menyajikan data
mengenai pemanfaatan koleksinya. Sajian data tersebut kita gunakan untuk
mengetahui seberapa besar animo pemanfaatan digital talking book dan jenis
informasi apa yang paling dibutuhkan oleh pemustaka tunanetra.
Bertumpu pada pola fikir di atas, maka penulis merasa tertarik
mencoba menggali lebih dalam mengenai aspek aspek pemanfaatan koleksi.
Yayasan Mitra Netra, “Perpustakaan Yayasan Mitra Netra,” artikel diakses pada 17
desember 2013 jam15.53 dari www.mitranetra.or.id
4

4

Khususnya koleksi digital talking book (buku bicara) bagi para tunanetra. Atas
dasar diatas, peneliti bermaksud meneliti hal tersebut dengan judul
“Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan
Mitra Netra jakarta”

B. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka peneliti
membatasi masalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan koleksi digital talking book.
2. Cara pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan

C. Rumusan Masalah
Setelah objek penelitian dibatasi hanya pada Perpustakaan Yayasan Mitra
Netra Jakarta saja, dan agar penelitian lebih jelas dan terorganisir dengan baik
maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaatan koleksi digital talking book?
2. Bagaimana upaya pustakawan agar koleksi digital talking book
dimanfaatkan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan

ketersediaan

koleksi

digital

taling

book

Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.
b. Mengetahui jenis subjek apa saja yang banyak dibaca oleh pemustaka.

di

5

c. Mengetahui bagaimana cara memanfaatkan koleksi digital talking book
oleh pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.
d. Mengetahui upaya pustakawan agar koleksi digital talking book
dimanfaatkan.
e. Memberikan rekomendasi kepada pihak perpustakaan mengenai jenis
koleksi apa yang paling banyak/ sering dibutuhkan oleh pemustaka.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu:
Manfaat akademis
a. Melatih kepekaan peneliti terhadap permasalahan yang ada di
perpustakaan.
b. Mengaplikasikan

ilmu

yang

telah

didapat

selama

menempuh

pendidikan di Jurusan Ilmu Perpustakaan.
c. Menambah pengetahuan dan wawasan baru baik bagi penulis maupun
pembaca.
Manfaat praktis
a. Memberikan rekomendasi kepada instansi untuk penyediaan koleksi.
b. Mengevaluasi jenis koleksi yang terdapat di Perpustakaan Yayasan
Mitra Netra.
c. Memberikan saran agar mensosialisasikan koleksi digital talking book
lebih aktif lagi.
d. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak perpustakaan dalam
peningkatan kualitas dan penentuan kebijakan pengembangan koleksi

6

yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka di Perpustakaan Yayasan
Mitra Netra.
E. Kerangka Berpikir
Hal ini digunakan untuk memperjelas pola penelitian yang dilakukan, agar
mempermudah peneliti untuk tetap fokus pada topik dan tujuan penelitian yang
ingin dicapai. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Perpustakaan
Tunanetra

Koleksi Digital
Talking Book (DTB)

Koleksi Brille

mengetahui
pemanfaatan koleksi
DTB.

mengetahui upaya
pustakawan agar
DTB dimanfaatkan.

F. Metode Penelitian

Memberikan
rekomendasi dalam
penyediaan & promosi
koleksi DTB
DIGITATALKING

7

Agar penelitian ini berjalan lancar, maka diperlukan suatu pedoman yang
digunakan ketika penelitian dilaksanakan
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sedang berlangsung)5
dengan tujuan agar objek yang dikaji dapat dibahas secara mendalam.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif pada rumusan masalah yang pertama dan
pendekatan kualitatif pada rumusan masalah yang kedua. Penelitian
kuantitatif tujuannya yaitu menjelaskan fakta, sedangkan penelitian
kualitatif adalah untuk memahami makna yang berada di balik fakta
tersebut.
2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan koleksi digital talking
book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Sedangkan indikator dari
penelitian ini antara lain; kepuasan pemustaka dalam menggunakan digital
talking book, frekuensi pemustaka dalam memanfaatkan digital talking
book, dan alasan pemustaka dalam menggunakan digital talking book.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan penulis, mulai dari pengambilan literatur,
observasi, pengumpulan data, hingga pengolahan data adalah dari
5

Consuelo G Sevilla, An introduction to research methods, (Philippines: Rex Printing
Company, 1988), hal 71

8

bulan

Maret sampai Juni 2014. Penelitian dilakukan di Perpustakaan

Yayasan Mitra Netra Jl Gunung Balong No 21, Lebak Bulus, Jakarta
Selatan.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Sumber data primer
Yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber asli yang memiliki
informasi tersebut yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada
pemustaka dan wawancara dengan staf perpustakaan di Perpustakaan
Yayasan Mitra Netra.
b. Sumber data sekunder
Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang memiliki
informasi tersebut6. Dalam hal ini literatur literatur yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti dan juga modul dari Perpustakaan
Yayasan Mitra Netra.
5. Populasi dan Sampel
a.

Populasi
Adalah keseluruhan satuan yang ingin diteliti7. Populasi dalam
penelitian ini adalah pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra
yang berjumlah 827 orang.

b.

Sampel
Yaitu sebagian dari populasi. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto

6

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 86.
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),

7

h. 11.

9

yang menyatakan “jika populasi melebihi 100 orang maka sampel
yang dapat di ambil 10-15% atau sesuai dengan kemampuan peneliti”
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil sampel 10% dari
jumlah populasinya 827 x 10% = 82,7 dibulatkan menjadi 83 orang.
Sampel ditetapkan secara aksidental atau accidental sampling, yaitu
metode pemilihan sampel tanpa memperhitungkan ciri-ciri populasi.
Siapa yang datang dan terjangkau oleh peneliti maka dapat diambil
sebagai sampel.
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah Pemustaka yang sedang
berkunjung ke Perpustakaan Yayasan Mitra Netra dan bersedia
mengisi daftar kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti.
6. Informan
Yaitu orang yang menjadi sumber data dalam penelitian. Teknik pemilihan
informan menggunakan purposive sampling, yaitu metode pemilihan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Informan dalam penelitian ini yaitu
mba Endah, pustakawan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Alasan
memilih mba Endah karena dia adalah satu-satunya pustakawan yang
menjalankan kegiatan operasional perpustakaan.
7. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi pustaka
Studi pustaka adalah segala sesuatu yang dilakukan peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti. Informasi tersebut diperoleh dari jurnal penelitian yang telah

10

disahkan, buku-buku ilmiah, karangan ilmiah, dan sumber sumber
tertulis baik cetak maupun elektronik.
b. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode
observasi

ini

bertujuan

untuk

memudahkan

peneliti

dalam

pengambilan data data responden yang akan diteliti.
c. Kuesioner
Yaitu dengan cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan
melalui

sebuah

daftar

pertanyaan

yang

sudah

dipersiapkan

sebelumnya.8
d. Wawancara
Observasi saja tidak cukup dalam melakukan penelitian, mengamati
kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa
yang diamati dan dirasakan orang lain. Itu sebabnya observasi harus
dilengkapi dengan wawancara. Dengan melakukan wawancara kita
dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden, karena
wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau
lebih secara langsung.
8. Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan proses lanjutan dari pengolahan hasil penelitian
untuk

8

melihat

interpretasi

data.

Analisis

ini

dilakukan

setelah

Anas Sudjino, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 27.

11

mendapatkan hasil penelitian serta pengolahan data. Hasil penelitian yang
diterima melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan alat
bantu program Statistical Package for the Social Sciences (SPPS).
Selanjutnya penyusunan data sehingga lebih mudah untuk dianalisis dalam
rangka menjawab tujuan penelitian ini.
a. Uji Validitas
Uji vadilitas digunakan untuk mengukur tingkat validitas kuesioner.
Dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan hal yang akan diukur oleh kuesioner tersebut 9. Alat
bantu yang digunakan dalam pengujian korelasi ini adalah program
SPSS. Apabila Pearson Correlation menunjukkan nilai di bawah 0,05
berarti data yang diperoleh adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel10. Suatu kuesiner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpa (X).
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpa
lebih dari 0,60.
c. Pengukuran Variabel Penelitian
Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing masing
9

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate denga Program SPSS, (Semarang:
Universitas Diponogoro, 2011), h. 44.
10
Ibid. H. 22.

12

variabel dalam penelitan ini diukur menggunakan skor, yaitu:
a. Bermanfaat

: 4 (empat)

b. Kurang Bermanfaat

: 3 (tiga)

c. Tidak Bermanfaat

: 2 (dua)

d. Netral

: 1 (satu)

Adapun parameter untuk penafsiran nilai persentase adalah sebagai berikut:
a. 0 %

: Tidak satupun

b. 1%- 25%

: Sebagian kecil

c. 26%-49%

: Hampir setengahnya

d. 50%

: Setengahnya

e. 51%-75%

: Sebagian besar

f. 76%-99%

: Hampir seluruhnya

g. 100%

: Seluruhnya

Skala penafsiran hasil persentase yaitu sebagai berikut:
a. 0%-25%

: tidak baik

b. 26%-50%

: kurang baik

c. 51%-75%

: baik

d. 76%-100%

: sangat baik

G. Sistematika Penulisan
Untuk

memudahkan

penulisan

penelitian

ini,

maka

peneliti

menyusunnya ke dalam lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab
tersendiri. Bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lain,
dimana diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup

13

yang berupa simpulan dan saran. Sebagaimana yang terlampir di bawah ini
yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan gambaran umum yang berisi mengenai latar
belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pada bab ini berisi tentang perpustakaan Tunanetra (definisi, peran,
tugas dan fungsi), sekilas tentang koleksi digital talking book, pemanfaatan
koleksi digital talking book di perpustakaan Yayasan Mitra Netra.
BAB III TINJAUAN UMUM
Berisi sejarah singkat perpustakaan Yayasan Mitra Netra, tugas dan
fungsi, visi dan misi, dan fasilitas layanan di perpustakaan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti memberikan gambaran dari hasil penelitian yang
djelaskan dengan apa adanya, berisi tentang pemanfaatan koleksi digital
talking book, dan kebutuhan informasi apa yang dibutuhkan oleh Pemustaka
serta bagaimana cara memanfaatkan koleksi digital talking book.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan
dan saran dari hasil penelitian ini.

14

H. Penelitian Relevan
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
Judul

Persepsi pemustaka

Evaluasi

Persepsi Pengguna

penelitian

terhadap koleksi

pelaksanaan

mengenai Software JAWS

digital talking book

program buku

SCREEN READER: Studi

di perpustakaan

bicara (talking

Kasus di Yayasan Mitra

PERTUNI DPD

book) di yayasan

Netra

Jawa Tengah

mitra netra Lebak
Bulus

Peneliti

Putri Azizah

Ismul Azham

RuthNovitaPrameswari

Penerbit

Universitas

UIN Syarif

Universitas Indonesia

Diponogoro

Hidayatullah

2012

2011

2012

Kualitatif

Kualitatif

Kualitatif

Hasil

Persepsi pemustaka

Hasil evaluasi

Persepsi

pengguna

penelitian

terhadap koleksi

menunjukkan

terhadap

Software

digital talking book

bahwa hasil dari

JAWS

SCREEN

di Perpustakaan

proses pelaksanaan

Digital Pertuni

program Buku

cenderung negatif,

Bicara ini adalah

tanggapan

yang mempengaruhi

sangat positif dan

dari mereka.

kemaksimalan

membantu klien

penggunaan digital

dalam kebutuhan

Tahun
Terbit
Metode
penelitian

READER
bagus

cukup
dan

ada
positif

15

talking book.

mereka.

16

BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Definisi Perpustakaan Tunanetra
Di era modern saat ini keterbukaan informasi adalah salah satu hal
yang menjadi faktor munculnya berbagai macam perpustakaan. Saat ini tidak
hanya ada 5 jenis perpustakaan seperti yang ditulis oleh Prof Sulistyo Basuki,
dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan. Semakin berkembangnya
informasi serta adanya kebutuhan informasi yang berbeda-beda, menyebabkan
berkembangnya jenis perpustakaan. Diantaranya pepustakaan lembaga
keagamaan, perpustakaan pribadi, perpustakaan digital, dan juga perpustakaan
tunanetra.
Banyak

perdebatan

mengenai

jenis

perpustakaan

tunanetra.

Kebanyakan orang mengkategorikan perpustakaan tunanetra ini sebagai
perpustakaan

khusus,

karena

dilihat

dari

segi

pemustakanya

yang

berkebutuhan khusus. Sedangkan kalau dilihat dari segi jenis koleksinya yang
bersifat umum dan tidak hanya mencakup satu subjek tertentu saja,
perpustkaan ini dikategorikan sebagai perpustakaan umum. Untuk itu kita
perlu menelisik lebih jauh jenis kategori apa perpustakaan tunanetra ini.
Untuk membedakan jenis jenis perpustakaan dilihat dari beberapa
aspek, diantaranya yaitu;
1. Jenis koleksi pustakanya
koleksi perpustakaan khusus mencakup subjek yang lebih spesifik dan

15

16

terbatas pada subjek tertentu saja, atau kadang diperluas dengan subjek
yang berkaitan. Ruang lingkup subjek ditentukan oleh ruang lingkup
kegiatan badan induknya. Sedangkan perpustakaan umum memiliki semua
subjek.10
2. Pemustaka.
Adanya kebutuhan informasi yang berbeda beda juga mempengaruhi jenis
jenis perpustakaan, sebab di perpustakaan umum tidak dibatasi usia, jenis
kelamin ataupun status sosial pemustakannya. Beda halnya dengan
perpustakaan khusus yang pemustakanya juga khusus, terbatas pada
anggota/ karyawan lembaga induk tempat perpustakaan itu bernaung.
3. Layanan perpustakaan.
Pada perpustakaan umum jasa yang diberikan terbuka untuk semua
golongan masyarakat dan diberikan secara cuma-cuma tanpa membedakan
jenis kalamin, usia, ras, maupun agama. Sedangkan layanan yang
diberikan oleh perpustakaan khusus diberikan untuk menunjang lembaga
induknya.
Tidak hanya mempertimbangkan aspek aspek di atas. Dilihat dari
definisinya pun kedua perpustakaan ini memiliki perbedaan yang sangat
mencolok.
Menurut Mulyadi Achmad Nurhadi

dalam buku Manajemen

Perpustakaan Khusus karya Karmidi Martoatmodjo, perpustakaan khusus
adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga, tujuan

10

Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud, 1993), h. 152.

17

penyelenggaraannya bukanlah diarahkan untuk konsumsi umum, tetapi hanya
diperuntukan bagi para karyawan lembaga yang bersangkutan dalam rangka
menunjang penyelesaian program lembaga yang bersangkutan.
Perpustakaan
departemen,

khusus

lembaga

dapat

penelitian,

merupakan

organisasi

perpustakaan

massa,

militer,

sebuah
industri,

perpustakaan swasta, BUMN, pusat informasi, bahkan perpustakaan pribadi.11
Sedangkan menurut Luwarsih Pringgoadisurjo dalam bukunya
perpustakaan khusus, ialah perpustakaan yang menekankan koleksi dan
pelayanannya pada satu bidang khusus atau bidang bidang yang bertalian satu
sama lain. Dilihat dari kedudukannya, perpustakaan khusus merupakan bagian
dari suatu badan pemerintah, lembaga penelitian, industri perusahaan, atau
suatu himpunan khusus.12
Sulistyo Basuki menjelaskan, bahwa istilah perpustakaan khusus
berasal dariawal abad 20 tatkala muncul perpustakaan yang tidak berciri
umum, sekolah, dan perguruan tinggi.13
Perpustakaan khusus di dalam Directory of Spesial Libraries and
Information Sources in Indonesian 1985 yang diterbitkan oleh LIPI (Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia) meliputi berbagai jenis perpustakaan yang
memiliki koleksi khusus maupun yang dikelola oleh lembaga khusus dengan
pembaca yang khusus pula.14

11

Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta : Universitas
Terbuka, 1999), h. 1.3.
12
Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus (Jakarta : Pusat Reproduksi PDIN,
1971), h.1.
13
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud 1993), h. 157.
14
Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999) hal 6

18

Sedangkan menurut Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun
2007 Pasal 26 dinyatakan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan
kepada pemustaka di lingkungannya dan secara terbatas memberikan layanan
kepada pemustaka di luar lingkungannya.15
Bertumpu dari penjelasan diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada di suatu
lembaga atau instansi yang memiliki koleksi khusus dan terbatas pada satu
atau beberapa subjek tertentu untuk memenuhi kebutuhan informasi lembaga
yang menaunginya.
Membandingkan dengan definisi perpustakaan khusus diatas, definisi
perpustakaan umum menurut Sulistyo Basuki yaitu harus memenuhi 4 unsur
yaitu; pertama, koleksi perpustakaan umum harus terbuka bagi semua warga
untuk keperluan rujukan maupun pinjaman. Kedua, sebagian besar anggaran
perpustakaan umum diperoleh dari dana umum, baik dari tingkat lokal
maupun nasional yang berarti diperoleh dari pajak. Ketiga jasa yang diberikan
bagi semua warga adalah cuma cuma. Dan yang terakhir, koleksinya
mencakup semua jenis bahan perpustakaan bagi semua warga dalam semua
subjek.16
Dan menurut Sutarno NS, perpustakaan umum merupakan lembaga
pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan melayaninya tanpa membedakan suku
bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial,
15

Undang Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 26
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud 1993), h. 152.
16

19

umur, dan pendidikan serta perbedaan lainnya17
Dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa perpustakaan umum
adalah perpustakaan yang sumber dananya dari umum untuk melayani
masyarakat umum tanpa membedakan status sosial, jenis kelamin, agama, ras,
atau perbedaan lainnya dan terdiri dari bahan pustaka yang memuat informasi
dengan keanekaragaman subjek.
Setelah membandingkan dari beberapa aspek di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa Perpustakaan Yayasan Mitra Netra termasuk
kategori perpustakaan umum. Karena dilihat dari jenis koleksi yang mencakup
beragam subjek, tidak seperti perpustakaan instansi tertentu yang hanya
mencakup satu subjek saja atau sedikit diperluas dengan subjek yang
berkaitan. Dan pelayanannya untuk masyarakat umum yang berkebutuhan
khusus walaupun perpustakaan ini bernaung di suatu lembaga. Selain itu
dalam batasan pemustakanya pun tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, status
sosial tertentu, hanya saja koleksinya digunakan oleh tunanetra.

B. Peranan, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan
1. Peran Perpustakaan
Peranan perpustakaan merupakan bagian dari tugas pokok yang
harus dilakukan oleh perpustakaan, karena mempengaruhi tercapainya
misi dan tujuan sebuah perpustakaan sebuah perpustakaan bermakna
apabila dapat menjalankan perannya dengan sebaik baiknya. Peranan
17

32.

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.

20

tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas, dan fungsi perpustakaan.
Peranan perpustakaan antara lain adalah:
a. Perpustakaan merupakan media yang menghubungkan antara sumber
informasi dengan pemustaka.
b. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi
masyarakat untuk mengembangkan minat baca dan mengembangkan/
memanfaatkan ilmu pengetahuan.
c. Perpustakaan

berperan

dalam

menghimpun

dan

melestarikan

kebudayaan umat manusia.
2. Tugas Perpustakaan
Tugas adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau sesuatu yang
ditentukan untuk dikerjakan. Jadi tugas perpustakaan adalah kewajiban
yang telah ditentukan untuk dilakukan di dalam perpustakaan.Dalam hal
ini tugas tugas yang terdapat pada perpustakaan secara garis besar
diantaranya:
a.

Pengadaan dan pengumpulan koleksi. Tentunya pengadaan koleksi
harus sesuai dengan kebutuhan pemustaka perpustakaan tersebut.

b.

Pengelolaan koleksi. Dalam hal ini merupakan bagian penting,
karena dalam rangkaian kerjanya bertujuan agar koleksi dapat
ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.

c.

Penyebaran informasi. Ini merupakan tugas memberikan informasi
yang dibutuhkan pemustaka sesuai dengan literatur yang tersedia di

21

perpustakaan tersebut.18
3. Fungsi Perpustakaan
Fungsi perpustakaan adalah tugas yang harus dilakukan di dalam
perpustakaan tersebut. Secara garis besar fungsi perpustakaan adalah:
a. Penyimpanan. Perpustakaan bertugas menyimpan bahan pustaka yang
diterimanya.
b. Pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup,
terlebih bagi yang sudah meninggalkan bangku sekolah.
c. Penelitian. Perpustakaan bertugas menyediakan bahan pustaka untuk
keperluan penelitian yang dilakukan pemustaka.
d. Informasi.

Perpustakaan

bertugas

menjawab

pertanyaan

atau

menyediakan informasi yang dibutuhkan pemustakanya.
e. Kultural. Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa
dan menjaganya serta melestarikannya.
f. Fungsi Rekreasi. Pemustaka dapat mencari informasi yang populer dan
menghibur. Dengan adanya fungsi ini diharapkan para pemustaka akan
tertarik sehingga sesering mungkin datang ke perpustakaan.19

C. Jenis Jenis Koleksi
Sebuah perpustakaan terdiri dari empat unsur, yaitu; bahan pustaka/
koleksi, pemustaka, pustakawan dan juga sarana. Koleksi dengan pemustaka
memiliki hubungan yang sangat erat, pemustaka datang ke perpustakaan
18

Kosasih Prawira Sumantri, Organisasi dan Administrasi Perpustakaan Kumpulan Hasil
Seminar Penataran Tenaga Teknis Perpustakaan Khusus ( Jakarta: PDII LIPI, 1980) h.4.
19
Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari, Manajemen Perpustakaan (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009) h.1.12 - 1.13.

22

dengan harapan dapat menemukan informasi yang mereka butuhkan. Maka
perpustakaan seharusnya

menyediakan koleksi/ bahan pustaka yang

dibutuhkan oleh pemustakanya. Berikut beberapa jenis koleksi perpustakaan:
1. Karya tercetak, yaitu hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam
bentuk tercetak. Seperti buku dan terbitan berseri.
2. Karya non cetak, sering diartikan sebagai bahan non buku atau bahan
pandang dengar. Diantaranya rekaman suara, rekaman vidio, bahan
grafika, dll.
3. Bentuk mikro, adalah koleksi perpustakaan yang dialih mediakan dari
buku ke bentuk mikro. Dan hanya dapat di baca dengan alat bantu mikro
reader.
4. Koleksi elektronik. Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut
dengan bahan pandang dengar (audio visual), contohnya kaset, vidio,
VCD, CD ROM, piringan hitam, dll.
5. Koleksi Digital.
D. Koleksi Digital Talking Book
Menurut Lenny Fanggidaesij talking book adalah sebuah buku yang
dibaca dengan suara keras pada audio- tape untuk digunakan oleh orang orang
buta20.
Sedangkan dalam modul milik Yayasan Mitra Netra yang berjudul
“Apa dan Siapa Yayasan Mitra Netra”, buku bicara (talking book) adalah
bentuk dalam bentuk kaset ( disebut analog talking book) atau dalam bentuk

20

Lenny Fanggidaesij, Kamus Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992) H. 195

23

compact disc/CD (disebut dengan istilah digital talking book).
Dari definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa definisi digital
talking book adalah buku yang dibacakan oleh pembaca naskah dan direkam
ke dalam compact disc yang digunakan untuk para tunanetra.
Digital talking book merupakan bentuk digitalisasi materi cetak
perpustakaan baik fiksi maupun nonfiksi yang dibuat dengan tujuan agar para
tunanetra dapat menikmati isi bacaan yang mereka inginkan.
Pada awalnya, sudah ada materi perpustakaan untuk tunanetra
berbentuk buku braille, namun karena pembuatan buku braille sangat
memakan

biaya

dan

butuh

ketrampilan

serta

kehati-hatian

dalam

pembuatannya maka dipilihlah digital talking book sebagai alternatif koleksi
yang dapat dikonsumsi oleh tunanetra. Kelebihan digital talking book yang
lain adalah pemustaka dapat menggunakannya dimanapun dan kapanpun
selama mereka mempunyai media player/ laptop.
Namun bukan berarti penggunan digital talking book tidak memiliki
kekurangan. Dalam sebuah artikel di website Mitra Netra dikemukakan
kelemahan– kelemahan penggunaan digital talking book, antara lain:
1. Tidak ada fasilitas pencarian yang memadai sehingga menyulitkan
pemustaka ketika akan mencari koleksi digital talking book yang mereka
inginkan.Tidak tersedianya fasilitas pencarian menyebabkan pemustaka
harus bergantung kepada pustakawan ketika mencari buku yang
diinginkan.
2. Tidak efisien. Hal ini dikarenakan dalam satu judul digital talking book
saja bisa terdiri atas beberapa VCD tergantung ketebalan buku,sehingga

24

ikut menyulitkan pemustaka dalam mencari bagian- bagian buku karena
tidak mengetahui letak buku yang diinginkan ada pada bagian sisi A atau
B.
3. Kelemahan yang ada pada talking book bentuk konvensional ini (sistem
analog),

sekarang

dapat teratasi dengan munculnya

teknologi baru

melalui sebuah konsorsium bernama "DAISY Consorsium". Dalam Digital
Talking Book, Informasi audio (fileaudio digital) disusun sedemikian rupa
secara bertingkat sesuai dengan levelnya menurut format/standard Daisy,
berdasarkan struktur buku aslinya. file Digital talking book direkam
dengan menggunakan software recorder khusus yang diinstal kedalam
personal computer. File ini disimpan dalam hardisk dan dapat ditransfer
ke dalam CD untuk didistribusikan kepada pemustaka.
Walaupun ada berbagai kelemahan dibalik kelebihan-kelebihannya, pada
dasarnya

digital

talking

book

sangat

membantu

ketika

pemustaka

membutuhkan sumber informasi yang mudah dan murah untuk diakses serta
memiliki knowledge value yang memenuhi kebutuhan mereka.
Pembuatan digital talking book

memerlukan beberapa orang

suka

relawan untuk membacakan materi cetak dari halaman awal sampai terakhir
dengan suara dan intonasi yang jelas agar pemustaka dapat memahami dengan
baik isi buku tersebut. Untuk pembuatan digital talking book sendiri
diperlukan beberapa perangkat keras maupun perangkat lunak, antaralain:
1. Perangkat lunak: yaitu software yang dipakai untuk merekam/membuat file
digital talking book.

25

2. Perangkat keras yang meliputi: seperangkat komputer
3. Compact Disk (CD): yaitu tempat untuk menyimpan file digital book
sebagai ganti kaset dalam sistem analog.
4. CD Writter: yaitu alat untuk menggandakan digital talking book ke CD
lain.
5. Media Player/ victor reader: yaitu alat untuk menjalankan CD digital
talking book sebagai ganti tape recorder dalam sistem analog.

E. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book
1. Definisi dan Jenis Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan kriteria dan jenis sebuah perpustakaan. Artinya bahwa koleksi
sebuah perpustakaan selalu dikaitkan dengan tugas dan fungsi yang harus
dilaksanakan dalam rangka mencapai misi dan mewujudkan visi yang
bersangkutan.21 Seperti perpustakaan khusus yang jenis koleksinya bersifat
khusus hanya terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja.
Indikator keberhasilan sebuah perpustakaan bisa diukur dari
koleksi yang tersedia di dalamnya. Namun tidak hanya dilihat dari jumlah
eksemplarnya saja, tetapi lebih kepada kualitas isi, banyaknya judul dan
kemutakhirannya.
Di dalam buku perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia,
koleksi perpustakaan dapat terdiri dari bahan bacaan dalam bentuk karya
cetak dan karya rekam.
21

Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta : Sagung Seto, 2006), h. 85.

26

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, koleksi adalah kumpulan
(gambar, benda bersejarah, lukisan, dsb) yang berhubungan dengan studi
penelitian. Koleksi bisa juga dikatakan sebagai bahan pustaka.
Pada umumnya jenis koleksi perpustakaan dikelompokan dalam
berbagai jenis yaitu:22
a. Koleksi Umum, yaitu koleksi perpustakaan yang diperuntukan bagi
pemustaka yang dapat dpinjam untuk dibawa pulang.
b. Koleksi Referensi, adalah koleksi perpustakaan yang mencakup
ensiklopedi,

kamus,

literatur

kelabu

yang

dengan

berbagai

pertimbangan dalam hal kelangkaan atau cakupan yang sangat spesifik
dilayankan dalam bentuk akses tertutup.
c. Koleksi Inti, yaitu koleksi utama perpustakaan yang digunakan untuk
mendukung misi organisasi induk perpustakaan. Misalnya koleksi
terbitan pemerintah.
d. Koleksi Terbitan Berkala, adalah terbitan berseri, baik bersifat ilmiah
atau populer yang diterbitkan oleh organisasi profesi maupun badan
swasta atau pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Seperti jurnal
ilmiah, majalah, tabloid, dan lain lain.
2. Pemanfaatan Koleksi
Agar dapat mengetahui pemanfaatan koleksi perpustakaan, harus
terlebih dahulu mengerti definisi dari pemanfaatan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang artinya
22

Rakhmat Natajumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006).

27

guna atau faedah. Pemanfaatan merupakan proses, cara atau perbuatan
memanfaatkan.
Berdasarkan penjabaran definisi diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemanfaatan koleksi yaitu menggunakan, meminjam, membaca,
mengkaji koleksi yang telah disediakan oleh perpustakaan agar bermanfaat
bagi pemustaka. Daftar pemanfaatan koleksi berpengaruh untuk rencana
pengadaan bahan pustaka periode berikutnya.

BAB III
TINJAUAN UMUM
PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA

A. Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra
Perpustakaan Yayasan Mitra Netra (YMN) yang bergerak dibidang
pendidikan dan pengembangan tunanetra didirikan pada tanggal 14 Maret
1991. Pendiriannya dilandasi oleh keyakinan bahwa:
1. Tunanetra hanya menjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, bermakna
dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila disediakan:
a. Rehabilitasi yang dapat mengurangi dampak kecacatannya.
b. Pendidikan dan latihan yang mengembangkan potensinya.
c. Peluang kerja yang seluas-luasnya.
d. Sarana dan atau layanan khusus
2. Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan
membiayai

kebutuhan

di

atas

oleh

karenanya

perlu

lebaga

keputusan,

proses

pendamping.
3. Keterlibatan

tunanetra

dalam

pengambilan

pelaksanaan dan evaluasi program menyangkut kepentingan tunanetra
lebih menjamin program tersebut sesuai dengan aspirasi tunanetra,
karena meraka mengetahui kebutuhannya sendiri.
4. Kemitraan antara tunanetra dan sahabatnya yang berpenglihatan serta
kemitraan Yayasan Mitra Netra dengan organisasi lainnya dapat

28

29

membangun sinergi, sehingga dapat meringankan tantangan yang
dihadapi.
5. Pendekatan secara inklusif dapat mengurangi atau mencegah perlakuan
diskriminatif.
Pada awal berdirinya Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini hanya
memiliki

koleksi

buku

bicara

yang

berupa

kepingan

kaset.

Penyelenggaraannya dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu:
1. Minimnya bahan bacaannya yang tersedia bagi tunanetra khususnya
siswa dan mahasiswa yang menempuh pendidikan terpadu. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka.
2. Mahalnya biaya serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
pembuatan buku buku braille.
Fungsi dari buku bicara ini adalah sebagai bahan pustaka dalam bentuk
audio dimana para tunanetra belajar dengan cara mendengarkan buku bicara
(kaset) dari hasil transfer buku awas yang sudah direkam oleh reader
(pembaca) ke dalam bentuk audio di dalam studio. Buku-buku yang direkam
khususnya buku teks saja mulai dari buku pelajaran tingkat SD, SLTP, SLTA,
PT dan buku-buku umum.
Kemudian

pada

tahun

1995,

dengan

sarana

yang

dimiliki,

Perpustakaan Yayasan Mitra Nitra mulai memiliki koleksi buku braille.
Adapun alasan yang melatar belakanginya adalah:
1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan buku buku braille bagi tunanetra,
baik di toko buku maupun di perpustakaan-perpustakaan umum.

30

2. Untuk beberapa bidang tertentu yaitu matematika, fisika, kimia, dan
bahasa asing dirasakan lebih sulit jika menggunakan buku bicara.
Fungsi dari buku braille ini sama halnya dengan fungsi buku bicara
yakni sebagai sarana belajar untuk tunanetra, khususnya untuk buku buku
yang bersifat eksakta. Namun tidak menutup kemungkinan untuk buku buku
teks lain juga bisa ditransfer ke dalam bentuk braille.
Salah satu kegiatan yang dijalankan oleh Yayasan Mitra Netra adalah
layanan perpustakaan yang menyediakan buku-buku braille dan buku-buku
bicara secara gratis kepada anggotanya di Jabotabek yang saat ini berjumlah
723 orang. Di samping itu juga dilakukan pengiriman buku bicara (CD) secara
rutin setiap bulan ke 33 perpustakaan SLB-A/lembaga ketunanetraan di
Indonesia. Untuk distribusi buku Braille, Yayasan Mitra Netra menggagas dan
memfasilitasi kerjasama antar-produsen buku Braille di Indonesia melalui
perpustakaan Braille online KEBI (Komunitas Elektronik Braille Indonesia).
Perpustakaan ini dimulai hanya dengan koleksi sebanyak 10 judul
buku bicara. Namun, saat ini koleksinya telah berkembang menjadi 1.627
judul digital talking book (CD). Pada tahun 1995 Perpustakaan Yayasan Mitra
Netra memulai unit produksi buku braille, dan s