52
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA
IV.1. PERSIAPAN CAMPURAN MATERIAL
IV.1.1. Hasil Dan Analisis Pengujian Agregat Untuk mengetahui sifat-sifat atau karakteristik agregat, pada penelitian ini
pengujian agregat yang dilakukan adalah pada agregat Base Course kelas B. Hal ini dikarenakan agregat yang digunakan bersumber atau diambil dari quary.
Adapun data hasil pengujian agregat tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Agregat yang digunakan berasal dari AMP PT. Karya Murni Patumbak yang diambil dari
quarry di daerah Patumbak, Medan, Sumatera Utara. Pengujian ini dilakukan di dasarkan pada Standart Nasional Indonesia SNI. Gradasi yang ditinjau di
dasarkan pada gradasi laston lapis permukaan ac-wc dari spesifikasi Dept.PU tahun 2007.
a. Pemeriksaan Berat Jenis
Dari data yang terlihat pada tabel 4.1, kita dapat melihat hasil-hasil uji fisik agregat untuk tiap-tiap gradasi telah memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan
Umum tahun 2010. Pada Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 nilai toleransi yang dizinkan untuk penyerapan air oleh agregat maksimum adalah
sebesar 3. b.
Pemeriksaan Abrasi
Universitas Sumatera Utara
53
Selanjutnya pada penelitian ini juga dilakukan pengujian abrasi dengan menggunakan mesin los angeles untuk mengetahui nilai keausan sesuai dengan
SNI 03-2417-1991. Contoh gradasi yang di uji sebesar 5000 gr. Berat contoh yang tertahan saringan no.12 sebanyak 3829 gr. Nilai hasil dari keausan didapat sebesar
23.48. Nilai hasil pengujian abrasi ini menunjukkan bahwa nilai tersebut telah memenuhi Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2010. Pada
Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2010, nilai toleransi yang dizinkan untuk pengujian keausan adalah maksimal 30.
c. Pengujian Analisis Saringan
Pada penelitian ini, pengujian analisis saringan yang dilakukan terdiri dari coarse agregat, medium agregat, stone dust, serta natural sand. Penggunaan
saringan pada pengujian ini di susun berdasarkan susunan saringan yang diperuntukan untuk Agregat Base Course kelas B yang di mulai dengan 2” sampai
ayakan no.200. Dapat dilihat pada gambar 4.2. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui persentase masing-masing agregat yang tertahan dan yang lolos
di tiap-tiap no. saringan ayakan guna untuk mengetahui persentase agregat untuk perencanaan campuran Agregat Base kelas B. Pengujian ini dilakukan sesuai
dengan SNI 1968-1990-F Tabel.4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat
No Nama Pengujian
Hasil 1 Abrasi
45,2 2
Kadar Air 4.23
3 Kadar Lumpur agregat kasar
1.8
Universitas Sumatera Utara
54 4
Berat Jenis agregat kasar 2.738
5 Berat Jenis Agregat Halus
2.784 6
Penyerapan Absorption agregat kasar 2.688
7 Penyerapan Absorption agregat halus
2.786 8
Indeks Plastisitas 0.00
Tabel 4.2. Hasil Analisa Saringan Agregat
SIEVE Sample Weight :
9584
Gram
AVERAGE SPEC
mm
Sieve Comulative
Inch WT. RET
Gram
RET PASS
51,0
2 0 0,00 100,00
100,00 100
38,0
1 12 915
9,55 90,45
90,45 88 – 95
25,5
1 2469 25,76
74,24 74,24 70 – 85
9,53
38 6024 62,85
37,15 37,15 30 – 65
4,76
4 6998 73,02
26,98 26,98 25 – 55
2,06
10 7303 76,20
23,80 23,80 15 – 40
0,42
40 8491 88,60
11,40 11,40 8 – 20
0,075
200
9213 96,13 3,87 3,87 2 – 8
Universitas Sumatera Utara
55
Gambar 4.1. Grafik hasil analisa saringan
Dari hasil pemeriksaan analisis saringan yang terdapat pada tabel 4.1. dan gambar grafik 4.1. maka gradasi yang ada memenuhi syarat sebagai material
penyususun lapis pondasi Base Course Kelas B dengan bahan tambah semen portland dengan variasi penambahan semen sebanyak 2, 4, dan 6.
d. Kadar semen
Kadar semen akan menentukan besarnya kuat nilai tekan campuran Base Course B. Untuk menghasilkan nilai kuat tekan yang disyaratkan makan dicoba
variasi kadar semen pada campuran. Dalam penelitian ini variasi kadar penambahan semen portland adalah 2, 4, 6.
e. Kadar air optimum
Universitas Sumatera Utara
56
Agar campuran dapat dipadatkan maka pemadatan dilakukan pada kondisi kadar air optimum. Kadar air optimum di peroleh berdasarkan nilai kepadatan
maksimum yang dicapai dengan pengujian kepadatan berat SK SNI M-8-1991- 03 yaitu dengan membuat 5 campuran dengan 5 variasi kadar air dan variasi
semen yang telah direncanakan. Untuk menentukan kadar air optimum dibuat grafik hubugan antara kadar air dengan berat isi maksimum
d. Hasil pemadatan ini di plotkan kedalam suatu grafik hubungan antara kadar air pemadatan dengan
kepadatan kering yang dihasilkan nya. Dari grafik tersebut berdasarkan kepadatan kering maksimum
d dapat ditentukan kadar air optimum yang diperlukan. Dalam penelitian ini nilai kadar air optimum dan kepadatan kering
d diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan di Dinas Bina Marga Provinsi
Sumatera Utara. Hasil pemeriksaan bisa dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan kadar air optimum dan berat isi kering d pada
campuran Base Course kelas B.
Kadar semen Berat isi kering maksimum
d grcm
3
Kadar air optimum
2 2,139 8,02
4 2,197 7,03
6 2,244 6,14
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar 4.2. Grafik kadar air optimum yang dihasilkan pada 3 variasi kadar semen
Dapat dilihat pada gambar 4.3. untuk agregat base b yang ditambah dengan semen kadar air optimum cenderung menurun seiring pertambahan variasi
kadar semen. Pada benda uji penambahan semen 2 nilai kadar air optimumnya sebesar 8,02. Demikian dengan benda uji dengan kadar semen 4 didapat nilai
kadar air optimum sebesar 7,03. Terjadi penurunan kadar air sebesar 0,9. Sedangkan untuk benda uji base dengan kadar semen 6 kadar air optimumnya
sebesar 6,14. f.
Pembuatan Benda Uji Unconfined Compressive Strenght.
Siapkan bahan-bahan untuk campuran
Timbang bahan-bahan yang akan digunakan secukupnya untuk membuat benda uji masing-masing 3 benda uji untuk variasi kadar semen.
Universitas Sumatera Utara
58
Campur bahan-bahan tersebut dengan penambahan kadar air optimum
kemuidan aduk sampai merata.
Cetak benda uji dengan segera memadatkan campuran yang telah disiapkan kedalam cetakan silinder diameter 7cm dan tinggi 14cm dalam 3
lapis masing-masing lapis dipadatkan sebanyak 25kali tumbukan. Tumbukan diatur merata diseluruh permukaan benda uji.
Peram benda uji di dalam cetakan di ruangan yang cukup lembab selama
12 jam atau lebih lama jika diperlukan.
g. Pembuatan benda uji CBR.
Pasang keping pengembangan diatas permukaan benda uji dan kemudian
pasang keping pemberat yang dikehendaki minimum seberat 4,5 kg atau 10 lb atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan.
Rendam cetakan beserta beban didalam air sehingga air dapat meresap dari
atas maupun dari bawah. Pasang tripod beserta arloji pengukur pengembangan. Catat pembacaan pertama dan biarkan benda uji selam 4x
24 jam. Permukaan air selama perendaman harus tetap kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda uji. Tanah berbutir halus atau berbutir kasar yang
dapat melakukan air lebih cepat dapat direndam dalam waktu yang lebih singkat sampai pembacaan arloji tetap.Pada akhir perendaman catat
pembacaan arloji pengembangan.
Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit sehingga air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air tersebut
permukaan benda uji tidak terganggu.
Universitas Sumatera Utara
59
Ambil beban dari cetakan, kemudian cetakan beserta isinya ditimbang.
Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk dilakukan pengujian.
IV.2. Hasil pengujian kuat tekan bebas Unconfined Compressive Strenght.