35 persen dari juru bicara yang memiliki jenis kelamin lebih fair.
Soryarmoorthy Renjini, 2008
d. Pemilihan Umum Pemilu
Pemilihan umum Pemilu adalah suatu proses dimana para pemilih memilih para orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan tertentu.
Jabatan-jabatan disini beraneka ragam mulai dari Presiden, wakil rakyat diberbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang
lebih luas Pemilu juga dapat berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas walaupun ini untuk kata ”pemilihan” lebih
sering digunakan. Sistem Pemilu yang digunakan adalah luber dan jurdil wikipedia.org.
Di dalam penjelasan Pembukaan Undang Undang UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Pemilu Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat DPR, Dewan Perwakilan Daerah DPD, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD; disebutkan dan dijelaskan tentang
pengertian Pemilu dilaksanakan secara bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil adalah langsung, artinya, rakyat sebagai pemilih
mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan hati nurani tanpa paksaan kehendak dan tanpa perantara.
Bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi
berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan,
36 pekerjaan, dan status sosial. Pengertian bebas, mengandung makna setiap
warga negara yang berhak memilih, bebas menentukan pilihanya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Lebih dari itu, di dalam
melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya oleh negara, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nuraninya.
Bersifat rahasia mengandung makna, dalam memberikan suaranya pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui pihak manapun.
Pengertian bersifat jujur, mengandung makna bahwa dalam penyelenggaraan Pemilu, penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah,
peserta Pemilu , pengawas Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Setiap pemilih dan peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.
Penjelasan di atas sekaligus memberikan refleksi terhadap pengertian adil dalam sistem yang paling dasar penyelenggaraan Pemilu tahun 2009.
Untuk dapat berlakunya sistem tersebut dalam pelaksanaannya, maka kemudian dibentuk berbagai macam perangkat, baik perangkat lunak
maupun keras. Perangkat lunaknya berupa peraturan dan perundangan yang mengatur tentang penyelenggaraan Pemilu.
Perangkat keras, berupa pembentukan badan-badan atau lembaga- lembaga penyelenggara Pemilu, seperti Komisi Pemilihan Umum KPU
dari tingkat pusat sampai kepada lembaga paling bawah, contohnya
37 Panitia Pemungutan Suara PPS. Juga Badan Pengawas Pemilu
Bawaslu, Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu sampai lembaga paling bawah badan tersebut. Dengan tersedianya perangkat lunak dan keras,
penyelenggaraan Pemilu 2009 diharapkan mampu mewujudkan sifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal tersebut hampir yakin
dapat tercapai dengan diterapkannya UU No 10 tahun 2008, yang telah banyak melakukan perubahan terhadap sistem yang berlaku dalam UU
Pemilu sebelumnya, yakni UU No 12 tahun 2003 dan terakhir UU Perubahan No 1 tahun 2006 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD, dan DPRD. Beberapa perubahan yang terjadi dalam UU No 10 tahun 2008, di
antaranya penguatan persyaratan peserta Pemilu, kriteria penyusunan daerah pemilihan Dapil, sistem Pemilu proporsional dengan daftar calon
terbuka terbatas, dan penetapan calon terpilih, serta penyelesaian sengketa Pemilu.
F. DEFINISI KONSEPTUAL