Budaya Politik Dan Partisipasi Politik ( Suatu Studi : Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidempuan )

(1)

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

( Suatu Studi : Budaya Politik dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua

PadangSidempuan )

Disusun Oleh :

SEPTI MELIANA 060906024

Dosen Pembingbing : Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si Dosen Pembaca : Indra Kesuma, Nst M.si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ABSTRAKSI

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

(Suatu studi: Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan

Batunadua Padang Sidimpuan ).

Penelitian ini menjelaskan tentang budaya politik dan partisipasi politik. Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tingkat pertisipasi politik masyarakat di dalam pemilu legislatif 2009. Budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. Berdasarkan analisis bahwa adanya hubungan antara budaya politik dengan partisipasi politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.Penelitian ini hanya di lakukan kepada yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori yaitu : teori tentang budaya politik, teori tentang partisipasi politik dan teori tentang pemilihan umum/sistem pemilu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket.

Hasil penelitian menujukan bahwa budaya politik masyarakat Desa Aek Tuhuk adalah budaya politik kaula yang masyarakat mempunyai minat perhatian, dan kesadaran terhadap sistem sebagai sistem keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu bersifat patuh.


(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan dari penulis skripsi ini adalah sebagai laporan akhir, yang merupakan salah satu beban mata kuliah yang harus penulis laksanakan untuk memenuhi persyaratan akademis sebagai mahasiswa Ilmu Politik di FISIP-USU guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

( SUATU STUDI : BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK DI DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI DESA AEK TUHUL KECAMATAN BATUNADUA PADANG SIDEMPUAN).

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari telah dapat mendapat dorongan, bimbingan, bantuan, serta saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan hari ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Yang paling utama dan yang terpenting sebagai cahaya hidupku,”Allah SWT” yang selalu memberikan rahmat, ridho, dan kasih sayangnya kepada hidup ini, terima kasih ya Allah begitu banyak nikmat dan karunia yang engkau berikan kepadaku. I really love Allah SWT..


(4)

2. Teristimewa rasa hormat dan terima kasihku kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Ismail HSB yang selalu memberikan semangat agar tetap optimis, tempatku bertukar pikiran, yang selalu mendoakanku, dan Ibunda Nelliana yang selalu mendoakanku , tempatku berkeluh kesah, yang paling mengerti septi, yang selalu mengingatkan septi jangan pernah tinggal sholat dam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Kasih sayang yang orang tuaku berikan, tidak dapat dinilai dengan apapun, skripsi ini septi persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat aku cintai ( Septi sayang ma kalian berdua, I LOVE U PA…n..MA. 3. Dekan Fakultas Ilmu sosial Politik USU medan yaitu Bapak Prof. Dr.

Baddaruddin, M.SI.

4. Ibu Dra. T. Irmayani. M.Si. Selaku ketua Departemen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

5. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M. SI. Selaku dosen pembingbing dan Bapak Indra Kesuma, Nasution S. IP. M. SI. Selaku dosen pembaca yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan petunjuk dalam menyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. Tony P. Situmorang MA selaku Dosen Wali yang telah membingbing penulis selama masa kuliah

7. Seluruh dosen yang mengajar penulis selama masa perkuliahan dan juga kepada seluruh staf Departemen Ilmu Politik FISIP USU

8. Kepada KPU Kota Padang Sidimpuan yang telah membantu memberikan data yang di butuhkan oleh penulis.


(5)

9. Kepada kepala desa beserta rekan rekan Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yang di perlukan untuk skripsi ini.

10.Seluruh Responden yang telah mekuangkan waktunya untuk mengisi angket yang telah di berikan sehingga penulis sangat terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada semua teman-teman saya stambuk 2006 yang sudah wisudah jangan sombong kalau nanti sudah sukses dan buat yang belum harus tetap semangat.

12.Kepada Sahabatku tersayang (Smile face.. ), For all The Girls Crew Rika sahabat terbaikku (Doaku terwujud cko akhirnya aku dapat nyusul hehehe trms ya shobat atas bantuannya dan dorongan yg slalu memberikan semangat buat aku trms , Adel, Silvi ( semoga cepat siap S2-nya ya dan ntar lau udah sukses jngan sombong2 ), Dini ( akhirnya perjuangan kita sarjana juga hehe..), Ulfa ( tetap semangat ya pantang mundur..)

13.Kepada abgku yang paling aku hargai dan sayangi Boy April Monansyah (trimakasih atas nasehat dan dorongan yang abg berikan selama adek kuliah adek sangat bangga punya abg walau rada rada galak sih hehehe.. mudah mudahan cepat dapat kerja dan pendamping yang baik tetap semangat ya bg.. sholat nya jngan ketinggala).buat adekku lisa , madi (baik2 sekolahnya ya dek tetap semangat jngan bandel-bandel oc).

14.Kepada temanku yang paling aku sayangi selama Kuliah Fanny Ruzmadani lubis terimakasih yang slalu ada di saat susah dan senang kalau nanti sudah sukses jngan sombong ya kak. Buat Wilda yanti, QQ


(6)

trms tak kan bisa terlupakan saat-saat kebersamaan kita dulu. Buat nila sisi selalu semangat jalani kuliahnya jngan pacaran dan shoping melulu yang di pikirkan mudah mudahan bisa berubah jadi yang terbaik kalau ada usaha semua pasti bisa semang ya

15.Kepada teman-temanku senior kost pink (k juli, k Fatimah) kalau udah sukses nanti jngan sombong-sombong ya. Buat Junior adekku (Karsih, wenni, eri, F3 dan ai tetap semangat ya pantang mundur oc).

16.Terimakasih buat bg Rusdi dan Pak udin ( yang slalu mengarahkan dan memberikan nasehat- nasehat buatku, makasih banyak ya b’….

Akhirnya kata dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, 24 Februari 2011 Hormat saya,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI……… i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI ………...v

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR………. xi

BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah……….. 1

2. Perumusan Masalah……….. ..4

3. Tujuan Penelitian……… 5

4. Manfaat Penelitian………...5

5. Kerangka Teori……….6

5.1.Teori Budaya Politik ……….6

5.1.1. Pengertian Budaya Politik………..8

5.1.2. Bentuk-bentuk Budaya Politik………...8

5.1.3. Budaya Politik Masyarakat dan partisipasi ……….12

5.2.Teori Partisipasi ………..14

5.2.1. Pengertian Partisipasi Politik ………..14

5.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi politik ………16

5.2.3. Partisipasi politik masyarakat……….………… 19

5.3.Pemilihan Umum/Sistem pemilu ………20

5.3.1. Pengertian Pemilihan umum ………...20

5.3.2. Sistem Pemilu……….. 22

5.3.3. Pemilihan umum 2009 di Indonesia……… 24

6. Metodologi Penelitian………....25

6.1.Jenis Penelitian ………25


(8)

6.3.Teknik Pengumpulan Data……….. 27

7. Analisis Data………. 27

8. Sistematika Penulisan……… 28

BAB 11. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Geografis Kecamatan Batunadua PadangSidimpuan……… 29 2.2. Karakteristik Kependudukan Kecamatan Batundua……… 32 2.3. Kondisi Perekonomian Kecamatan Batunadua………. 36 BAB 111. PENYAJIAN DATA

3. Penyajian Data……….. 48 3.1. Karakeristik Responden………. 48 3.2. Anlisa Data………. 52

3.2.1. Evaluasi Tentang Pemilu dan Partisipasi Politik………… 52 3.2.2. Evaluasi Tentang Budaya Politik……… 60 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan………. 68 4.2. Saran………... 69

DAFTAR PUSTAKA………... 70 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Bentuk bentuk partisipasi politik ………..19 Tabel 2 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap luas kecamatan ………….….30

Tabel 3 Jarak Kantor Kepala Desa/Kelurahan Ke Ibu Kota Kecamatan... 31

Tabel 4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan……….. 33

Tabel 5 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Sex Ratio…….….34

Tabel 6 Banyaknya Penduduk Menurut Kewarganegaraan ……….. 35

Tabel 7 Luas Sawah, Luas Panen, produksiMenurut Desa/Kelurahan….. 38

Tabel 8 Banyaknya Unggas Menurut Jenis Unggas dan Desa/Kelurahan..39

Tabel 9 Banyaknya Ternak Besar/Kecil yang Dipotong dan Produksi Daging Menurut Jenis Ternak ………...40

Tabel 10 Banyaknya Produksi Daging Telor Ternak UnggasMenurut Jenis Unggas………41

Tabel 11 Luas Area Kolam dan Produksi Ikan Menurut Jenis Kolam Dan Usaha………..42

Tabel 12 Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Desa/Kelurahan………. 43


(10)

Tabel 14 Perolehan Suara PartaimPolitik di Kecamatan Batunadua

Padangsidimpuan……….. 45

Tabel 15 10 Besar Perolehan Suara Calon Legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan……… 46

Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin………. 48

Tabel 17 Distribusi Responden berdasarkan um……….. 49

Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………... 50

Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidika………..…… 51

Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Utam… 51 Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu Legislatif 2009………..……. 53

Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jumlah Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan umum……… 53

Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Alasan Mengikuti Pemilu 2009……. ……….54

Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Partai Politik Yang Dipilih Responden Ketika Pemilu 2009……….…... 55

Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Alasan Memilih Partai Tersebut Dalam Pemilu Legislatif 2009…………56


(11)

Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sumber Utama Mencari Informasi Tentang Caleg Pada Pemilu Legislatif 2009…...……. 57

Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Visi dan Misi Caleg terhadap Pilihan Politik Responden Pada

Pemilu Legislatif 2009………..58

Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Media Yang Responden Gunakan Untuk Mencari Informasi mengenai Parpol atau Caleg.59

Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Responden Mengerti apa itu Politik……….…….. 60

Tabel 30 Distribusu Jawaban Responden Mengenai Apakah Responden Mengetahui Peran dan Fungsi DPR……….. ………60

Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Faktor Yang Sangat Mempengaruhi Responden Dalam memilih Calon Anggota DPR Pada Pemilu Legislatif 2009. ………...61

Tabel 32 Distribusi Jawaban Responden Apakah Responden Mempercayai Dan Merasa Perlu Untuk Mengikuti Pemilu………. 62

Tabel 33 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan responden dalam mendiskusikan Politik Dari Masalah Pemerintahan …….63

Tabel 34 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan Responden dalam /Melakukan Pemilihan Umum……….64


(12)

Tabel 35 Distribusi jawaban Responden Mengenai apakah Responden Peduli Mengenai Peraturan atau Kebijakan Politik dan Pemerintahan yang di Keluarkan……….. 65

Tabel 36 Distribusi Jawaban Responden mengenai Bagaimana Responden menyikapi Perbedaan, ide (pendapat) dengan orang lain………66

Tabel 37 Distribusi Jawaban Responden Apakah responden Memiliki Kompentensi( Kemampuan ) Untuk Berpartisipasi Politik…..….67


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Piramida Partisipasi Politik………...16


(14)

ABSTRAKSI

BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

(Suatu studi: Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan

Batunadua Padang Sidimpuan ).

Penelitian ini menjelaskan tentang budaya politik dan partisipasi politik. Penelitian ini dilakukan di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tingkat pertisipasi politik masyarakat di dalam pemilu legislatif 2009. Budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. Berdasarkan analisis bahwa adanya hubungan antara budaya politik dengan partisipasi politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009.Penelitian ini hanya di lakukan kepada yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori yaitu : teori tentang budaya politik, teori tentang partisipasi politik dan teori tentang pemilihan umum/sistem pemilu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket.

Hasil penelitian menujukan bahwa budaya politik masyarakat Desa Aek Tuhuk adalah budaya politik kaula yang masyarakat mempunyai minat perhatian, dan kesadaran terhadap sistem sebagai sistem keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu bersifat patuh.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Negara yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Karena itu, dalam pengertian modren, demokrai dapat diselenggarakan melalui prinsip perwakilan sehingga pemerintah yang terbentuk disebut juga pemerintahan perwakilan atau pemerintahan representatif.

Semua warga negara yang menganut demokrasi harus melaksanakan pemilihan umum, tetapi tidak semua pemilihan umum itu demokratis. Dalam demokrasi pemilihan umum adalah bagian dari perwujutan hak – hak asasi yaitu kebebasan berbicara dan berpendapat, juga kebebasan berserikat. Mealalui pemilihan ini pula rakyat membatasi kekuasaan pemerintahan, sebab melalui pemilihan rakyat dapat mengangkat dan memberhentikan pemerintah. Karena itu, kadar demokratisnya juga sangat bergantung pada seberapa jauh pemilihan tersebut berlangsung secara bebas dan jujur. Setiap pemilih dapat menikmati kebebasan yang dimilikinya tanpa intimidasi dan kecurangan yang membuat kebebasan pemilih terganggu. 1

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya

1


(16)

mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjdi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokratis, sekaligus merupakan ciri khas adanya modrenisasi politik.2

2

Drs.sudijono sastroatmodjo, perilaku politik, semarang, ikip semarang press, 1995, hal. 67 Secara umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi


(17)

kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum dan lain sebagainya.3

Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat4

Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.5

Pembahasan tentang budaya politik tidak terlepas dari partisipasi politik warga negara. Partisipasi politik pada dasarnya merupakan bagian dari budaya politik, karena keberadaan struktur - struktur politik di dalam masyarakat, seperti partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan dan media masa yang kritis dan aktif. Hal ini merupakan satu indikator adanya keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik ( partisipan ). Bagi sebagian kalangan, sebenarnya keterlibatan Orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak dalam pemberian suara (voting), dan memperoleh informasi cukup banyak tentang kehidupan.

3

Miriam budiardjo, dasar – dasar ilmu politik, jakarta, PT. Gramedia pustaka utama, 2008, hal.367

4

Http//mjieshool.multy. Com/journal/item/30/budaya politik.

5


(18)

rakyat dalam proses politik, bukan sekedar pada tataran formulasi bagi keputusan-keputusan yang dikeluarkan pemerintah atau berupa kebijakan politik, tetapi terlibat juga dalam implementasinya yaitu ikut mengawasi dan mengevaluasi implementasi kebijakan tersebut.

Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, di negara – negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikiran ini tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan – kegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan.6

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas ini penulis tertarik memilih judul : ”BUDAYA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT” ( Studi kasus: budaya politik dan partisipasi politik masyarakat Desa Aek Tuhul, Kecamatan Batunadua Kota Padangsidempuan).

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka perumusan masalah adalah: Seberapa besar pengaruh Budaya Politik

6


(19)

dalam hal partisipasi politik masyarakat terkait dengan pilihan politiknya di dalam pemilu legislatif 2009.

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana Budaya Politik berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat pada pemilu legislatif 2009.

2. Untuk mengetahui masalah partisipasi politik masyarakat di Desa Aek tuhul Kec. Batunadua Padangsidempuan.

3. Sebagai Syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat kepada semua pihak yang secara umum yaitu:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana latihan dalam menuangkan gagasan dan pikiran yang diperoleh selama mengikuti studi di fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

2. Bagi Akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang ilmu sosial dan ilmu politik, khususnya mengenai studi tentang perilaku pemilih

3. Sebagai referensi bagi penelitian lain yang mendalami permasalahan tentang partisipasi politik.


(20)

5. Kerangka Teori

Unsur penelitian ini memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, maka di perlukan beberapa teori yang sangat relevan dengan permasalahan yang dimana teori – teori merupakan serangkaian konsep, defenisi, dan proposi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Dalam teori ini penulis akan memaparkan teori – teori yang merupakan landasan berpikir masalah – masalah penelitian yang sedang disoroti.

5.1. Teori Budaya Politik 5.1.1. Pengertian Budaya Politik

Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap

orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu.7 Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.8

Dengan memahami budaya politik, kita akan memperoleh paling tidak dua manfaat, yakni: (1) sikap-sikap warga Negara terhadap sistem politik akan

7

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Dalam Buku, Budaya Pollitik, tingkah laku politik dan demokrasi di lima Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 1990. Hal 13.

8


(21)

mempengaruhi tuntutan -tuntutan, tanggapannya, dukungannya serta orientasinya terhadap sistem politik itu; (2) dengan memahami hubungan antara budaya politik dengan sistem politik, maksud-maksud individu melakukan kegiatan dalam sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik dapat di mengerti. Budaya politik selalu inhern pada setiap masyarakat yang terdiri dari sejumlah individu yang hidup dalam sistem politik tradisional, transnasional, maupun modern. Almond dan Verba melihat bahwa pandangan tentang obyek politik, terdapat tiga komponen yakni komponen kognitif, efektif, dan evaluatif.

Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada

politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.

Orientasi afektif : yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor

dan pe-nampilannya.

Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik

yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Oleh karena itu kebudayaan politik adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Dalam kebudayaannya sebagai sub kultur, kebudayaan politik dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat secara umum. Kebudayaan politik menjadi penting di pelajari karena ada dua sistem :

Pertama : Sikap warga negara terhadap orientasi politik yang menentukan pelaksanaan sistem politik. Sikap orientasi politik sangat mempengaruhi bermacam-macam tuntutan itu di utarakan, respon dan dukungan terhadap golonganm elit politik, respons dan dukungan terhadap rezim yang berkuasa.


(22)

Kedua : dengan mengerti sikap hubungan antara kebudayaan politik dan pelaksanaan sisitemnya, kita akan lebih dapat menghargai cara-cara yang lebih membawa perubahan sehingga sisitem politik lebih demokratis dan stabil.9

Alfian, menganggap bahwa lahirnya kebudayaan itu sebagai pantulan langsung dari keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat. Hal ini terjadi melalui proses sosialisasi politik agar masyarakat mengenal, memahami, dan menghayati nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat itu, seperti nilai-nilai sosial budaya dan agama.10

5.1.2. Bentuk-bentuk budaya Politik Tipe Budaya Politik

1. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan

Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks, menuntut kerja sama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi”. a. Budaya Politik Militan

Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi.

b. Budaya Politik Toleransi

9

A.Rahman H.I. Sistem politik Indonesia Yogyakarta; Graha Ilmu, 2007 hal 269.

10

Alfian, dalam buku sistem politik Indonesia. Oleh: Arifin Rahman, LPM IKIP, Surabaya 1998 hal 35.


(23)

Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang.

Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan, maka hal itu dapat men¬ciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama. Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas :

a. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Absolut Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan (bertentangan). Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru.

b. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Akomodatif Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi,


(24)

kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini.

Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyim¬pangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna.

1. Berdasarkan Orientasi Politiknya

Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut : a. Budaya Politik parokial (parochial political culture) yaitu tingkat partisipasi

politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah). menyangkut budaya yang terbatas pada wilayah


(25)

atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provincial. Karena wilayah yang terbatas acapkali pelaku politik sering memainkan peranannya seiring dengan diferiensiasi, maka tidak terdapat peranan politik yang bersikap khas dan berdiri sendiri. Yang menonjol dalam budaya politik adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan\kekuasaan politik dalam masyarakat

b. Budaya Politik kaula (subyek political culture) yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif. anggota masyarakat mempunyai minat perhatian, mungkin juga kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu menyerah saja pada kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan

c. Budaya Politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. Masyarakat dalam budaya ini memiliki sikap yang kritis untyuk memberi penilaian terhadap sistem politik dan hampir pada semua aspek kekuasaan.

d. Budaya Politik campuran(mixed political cultures) yaitu gabungan karakeristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni.11

5.1.3. Budaya Politik Masyarakat dan Partisipasi

11


(26)

Budaya politik terdiri dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.12

Dalam sistem itu terdapat cukup banyak aktivis politik untuk menjamin adanya kompetisi partai-partai politik dan kehadiran pemberi suara yang besar, maupun publik peminat politik yang kritis yang mendiskusikan masalah-masalah kemasyarakatan dan pemerintahan dan kelompok-kelompok

Orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak dalam pemberian suara (voting), dan memperoleh informasi cukup banyak tentang kehidupan politik kita sebut berbudaya politik partisipan.

Orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam pemilihan, kita sebut dalam pemilihan subyek. Golongan ketiga adalah orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan dan politik. Mereka ini mungkin buta huruf, tinggal di desa yang terpencil, atau mungkin nenek-nenek tua yang tidak tanggap terhadap hak pilih dan menggungkung diri dalam kesibukan keluarga. Orang-orang dari golongan ketiga ini kita sebut budaya politik parokial. Tiga model tentang kebudayaan politik, atau tentang orientasi terhadap pemerintahan dan politik. Model pertama adalah masyarakat demokratik industrial. Dalam sistem ini jumlah partisipan mencapai 40-60% dari penduduk dewasa. Jumlah subyek kurang lebih 30%, sedang golongan parokial kira-kira 10%. Gambaran ini tidak luar biasa di masyarakat demokratik industrial.

12


(27)

pendesak yang mengusulkan kebijaksanaan-kebijaksanan baru dan melindungi kepentingan khusus mereka.Model kedua adalah sistem otoriter hanya sebagian industrial dan modren seperti Portugal. Meskipun terdapan organisasi politik beberapa partisipasi politik, seperti mahasiswa dan kaum intelektual, menentang sistem itu dan berusaha merubahnya melalui tindakan-tindakan persuasif. Kelompok-kelompok terhormat seperti pengusaha, kelompok gereja, dan tuan tanah mendiskusikan masalah-masalah pemerintahan, serta ikut aktif dalam kegiatan lobbying. Tetapi sebagian besar rakyat dalam sistem itu hanya sebagai subyek yang pasif, mengakui pemerintah dan tunduk pada hukumnya, tetapi tidak melibatkan diri dalam urusan pemerintahan.Model ketiga adalah sistem demokratis pra-industrial seperti republik Dominika yang sebagian besar Warganegaranya buta huruf di pedesaan dan buta huruf.

Dalam negara semacam ini hanya terdapat sedikit sekali partisipan yang terutama terdiri dari profesional terpelajar, usahawan, dan tuan tanah, sejumlah besar pegawai, buruh, dan petani bebas secara langsung terpengaruh atau terkena oleh perpajakan dan kebijaksanaan resmi pemerinth lainnya. Tetapi kelompok warganegara yang paling besar terdiri dari kelompok tani yang buta huruf, yang pengetahuannya tentang dan keterlibatannya dalam kehidupan politik dan pemerintahannya sangat sedikit. Kesadaran kelas merupakan sekumpulan sikap-sikap yang sangat mempengaruhi struktur dari sistem kepartaian dan stabilitas pemerintah. Motivasi untuk berpartisipasi atau sikap-sikap yang berkaitan dengan kehendak untuk maju terus, untuk memperoleh kecakapan, dan untuk mengumpulkan kekayaan material adalah


(28)

sangat penting dalam modernisasi ekonomi dan politik. Kolompok penduduk yang mau memperbaiki keadaannya sendiri cenderung untuk berhasil dalam mengumpul modalkan untuk investasi dalam mencapai pertumbuhan tingkat ekonomi yang sangat tinggi, atau dalam mengembangkan pendidikan dirinya sendiri.13

5.2. Teori Partisipasi

5.2.1. Pengertian partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, mengadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepebtingan, mengadakan hubungan (contatcting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya14

1. Keith Fauls

. Berikut disajikan Pendapat beberapa ahli.

Dalam bukunya, Political Sociology: A Criticical Introduction, Keith

Fauls (1999:133) memberikan batasan partisipasi politik sebagai keterlibatan secara aktif (the active engage ment) dari individu atau kelompok ke dalam

13

Mohtar Mas’oed, Colin MacAndrews, Perbandingan sistem Politik, Yogyakarta : Gadja Mada University Press,2001, hal 42

14


(29)

proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintah.15

2. Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of the Social

Sciences:

Dalam International Encylopaedia of the Social Sciences, Herbert McClosky memberikan batasan partisipasi politik sebagai “kegiatan – kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pemb entukan kebijakan umum”.16

3. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice:

Political Participation in Developing Countries:

Dalam buku No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries, Huntington dan Nelson membuat batasan partisipasi politik sebagai“kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksut sebagai pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,terorganisir atau sepontan, mantap atau sporaecara damai atau kekerasan,legal atau illegal,edic,fektif atau tidak efektif.”17

4. Michael Rush dan Philip Althoff

15 Keith Fauls, Polotical Sociology : A Critical Introduction, (1999:133) Dr.Damsar, Pengantar

Sosiologi Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, hal 180.

16

Herbert McClosky, International Encylcopaedia of the social Sciences, Herbert. Dr. Damsar,

Pengantar Sosiaologo Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media Group,2010,ibid, hal 180.

17

Samuel P. Huntington Dan Joan M. Nelson, No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries. Dr. Damsar, Pengantar Sosiaologo Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media


(30)

Dalam buku Sosiologi Politik, Rush dan Althoff (2003) memberikan batasan partisipasi politik sebagai “keterlibatan dalam aktivitas politik pada suatu sistem politik.Beberapa pandangan ahli tentang tipologi partisipasi politik.18 5.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

1. DAFID F. ROTH DAN FRANK L. WILSON

Dalam buku The Comparative Study of politics, Roth dan Wilson (1976 ) membuat tripologi partisipasi politik atas dasar piramida pattisipasi. Pandangan Roth dan Wilson tentang piramida politik menujukan bahwa semakin tinggi intensitas dan drajat aktivitas politik seseorang, maka semakin kecil kuantitas orang yang terlibat di dalamnya.19

Gambar 1. Piramida Partisipasi Politik

Sumber : di adaptasi dari David F.Roth & Frank L. Wilson, The Comparative Study Of Politics, dalam: http://catatankecilgue.blogspot.com

Intensitas dan derajat keterlibatan yang tinggi dalam aktivitas politik di kenal sebagai aktivis. Adapun yang termasuk dalam kelompok aktivis adalah

18 Michel Rush Dan Philip Althoff, Sosiologi Politik (2003), Dr.Damsar, Pengantar Sosiologi Politik,

Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, ibid, hal 180.

19

David. F. Roth dan Frank L. Wilson, The Comparative Study of Politics (1976) Dr.Damsar,


(31)

pemimpin dan para fungsionaris partai atau kelompok kepentingan yang mengurus organisasi secara penuh waktu (full-time). Termasuk dalam kategori ini adalah kegiatan politik dipandang menyimpang atau negatif seperti pembunuh politik, teroris, atau peleku pembajakan untuk meraih tujuan politik.Lapisan berikutnya setelah lapisan puncak piramida dikenal dengan partisipan. Kelompok ini mencakup berbagai aktivitas sebagai petugas atau juru kampanye, mereka yang terlibat dalam program atau proyek sosial, sebagai pelobi politik, aktif dalam partai politik atau kelompok kepentingan.

Mereka ikut dalam kegiatan politik yang tidak banyak menyita waktu, tidak menuntut prakarsa sendiri, tidak intensif dan jarang melakukannya. Misalnya member suara dalam pemilihan umum(legislatif dan eksekutif), mendiskusikan isu politik, dan mengadiri kampanye politik. Sedangkan lapisan terbawah adalah kelompok orang yang apolitis, yaitu kelompok orang yang tidak peduli terhadap sesuatu yang berhubungan dengan politik.

2. MICHAEL RUSH DAN PHILIP ALTHOFF

Rush dan Althoff mengajukan hierarki partisipasi politik sebagai suatu tipologi politik. Hirarki tertinggi dari partisipasi politik menurut Rush dan Althoff adalah menduduki jabatan politik atau administrative. Sedangkan hierarki yang terendah dari suatu partisipasi politik adalah orang yang apati saecara total yaitu orang yang tidak melakukan aktivitas politik apapun secara total. Semakin tinggi Hierarki partisipasi politik maka semakin kecil kuantitas dari keterlibatan orang-orang, seperti yang diperhatikan oleh Bagan Hirarki partisipasi politik dimana garis vertikal segitiga menujukan Hierarki, sedangkan garis orijonyalnya menujukan kuantitas dari keterlibatan orang-orang.


(32)

Gambar 2. Hierarki Partisipasi politik

Sumber : diadaptasi Michael Rush & Philip Althoff, dalam : Proff. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik 2010.

3. Gabriel A. Almond

Dalam buku perbandingan Sistem Politik yang disunting oleh Mas’oed dan MacAndrews ( 1981 ), Almond membedakan partisipasi politik atas dua bentuk20

1. Partisipasi politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipsi politik yang normal dalam demokrasi modern.

, yaitu :

2. Partisipasi politik nonkonvensional, yaitu suatu bentuk partosipasi politik yang tidak lezim dilakukan dalam kondisi normal, bahkan dapat berupa kegiatan illegal, penuh kekerasan dan revolusioner.

20

Gabriel A. Almond, Perbandingan Sistem Politik disunting oleh Mas’oed dan MacAndrew(1981), Dr.Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, ibid, hal 186.


(33)

Adapun rincian dari pandangan Almond tentang dua bentuk partisipasi politik dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1

Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Konvensional Nonkonvensional

• Pemungutan suara • Diskusi Politik • Kegiatan Kampanye

• Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

• Komunikasi individual dengan pejabaat politik dan administrasi

• Pengajuan petisi • Demonstrasi • Konfrontasi • Mogok

• Tindak kekerasan politik terhadap benda (perusakan, pemboman, pembakaran ) • Tindakan kekerasan politik

terhadap manusia

(penculikan poembunuhan) • Perang gerilnya dan

revolusi Sumber: Almond dalam Mas’oed dan MacAndrews(1981) 5.2.3. Partisipasi Politik Masyarakat

Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Wahyudi Kumorotomo mengatakan Partisipasi adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan


(34)

timbal balik antara pemerintah dan warganya.21Partisipasi masyarakat dalam kegiatan – kegiatan lain dari pada pemilihan umum di atur sedemikian rupa sehingga mendukung usaha perubahan masyarakat ke arah terciptanya masyarakat. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik, Tetapi juga melalui organisasi – organisasi yang mencakup golongan muda, golongan buru serta organisasi–organisasi kebudayaan.22

5.3. Pemilu/Sistem Pemilu 5.3.1. Pengertian Pemilu

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang - orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.

Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

21

Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Jakarta : Etika Rajawali Press, 1999, hal. 112.

22


(35)

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sepuluh kali, yaitu dimulai tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jumlah kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977 sampai 1997.

Pemilihsan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.


(36)

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.23

5.3.2. Sistem Pemilu

Terdapat dua cara atau sistem pemilihan umum, yaitu sebagai berikut :

A. Sistem Distrik

Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang paling tua dan di dasarkan kepada kesatuan geokrafis, dimana satu kesatuan geokrafis mempunyai satu wakil di parlemen.

B. Sistem Proposional

Sistem perwakilan Proposional adalah persentase kursi di DPR di bagi kepada tiap – tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang di perolehnya dalam pemilihan umum, khusus di daerah pemilihan. Jadi, jumlah kursi yang di peroleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang di perolehnya dalam masyarakat untuk keperluan itu kini di tentukan suatu

23


(37)

pertimbangan, misalnya ( satu wakil ): 400.000 penduduk, Sistem Proposional ini sering di kombinasdikan dengan beberapa prosedur lain, seperti system daftar (list system), di mana setiap partai mengajukan daftar calon dan si pemilih memilih satu partai dengan semua calon yang di ajukan oleh partai itu untuk bermacan – macam kursi yang sedang di perebutkan. 24

a. Langsung, yaitu warga Negara yang sudah berhak memilih dapat secara langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilihan umum tanpa perantara.

Pemilihan umum adalah pemindahan hak dari setiap warga Negara kepada kelompok yang akan memerintah atas nama kekuasaan dari rakyat. Agar pemerintah yang berkuasa itu betul – betul menjalankan kekuasaannya sesuai dengan hati nurani rakyat, maka pelaksanaan pemilihan umum harus berpedoman kepada asas – asas yang telah disepakati bersama. Pada umum nya di berbagai Negara menerapkan beberapa asas pemilihan umum, yaitu sebagai berikut.

b. Umum, Artinya penyerahan hak yang di simbolkan dengan menusuk atau mengundi harus di landasi oleh pemikiran dan segala konsekuensinya, mengerti apa dan untuk apa pemilihan umum. Oleh sebab itu, anak – anak, orang gila, dan lain – lain atas pertimbangan tertentu tidak di beri hak untuk memilih dalam pemilihan umum. Jadi, tidak seluruh warga Negara berhak ikut dalam pemilihan umum, melainkan pada umumnya atau mayoritas.

c. Bebas. Agar pilihan seseorang itu betul – betul sesuai dengan keinginannya keinginannya, maka seseorang tidak boleh di paksa dan di tekan untuk memilih sesuatu.

24

Drs. Syahrial Syarbaini, M.A. Drs. A. Rahman, M.M. Drs. Monang Djihado,Sosiologi dan Politik, Jakarta: Ghalia Indonesia 2002, hal81.


(38)

d. Rahasia. Pemilihan menyangkut pada hak – hak yang sangat pribadi. Untuk itu, apa yang menjadi pilihan seseorang tidak siapa pun yang mengetahuinya. Sesuatu yang bersifat pribadi tentu tidak ingin diketahui oleh orang lain.

e. Jujur dan adil. Asas ini lebih di tunjukan kepada pihak – pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan umum, seperti petugas pemilihan umum harus jujur dan bersikap adil kepada semua peserta pemilihan umum.25

5.3.3. Pemilu 2009 di Indonesia

Rakyat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, tidak sekedar menjadi obyek, ia pun dapat menjadi subyek. Masyarakat juga dapat ikut serta dalam pencalonan anggota legislatif, seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Bahkan dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, asalkan tentu saja memenuhi persyaratan sebagaimana diundangkan dalam UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, dan UU tentang Pemilu Presiden (Pilpres). Warga masyarakat yang bermaksud menjadi calon anggota DPD, cukup dengan melampirkan daftar nama, tandatangan dan/atau fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) para pendukungnya sejumlah yang dipersyaratkan UU. Selanjutnya, kita tinggal mendaftarkan ke KPU setempat.Jadi sesuai dengan bunyi dalam UUD 1945 dan sesuai dengan hak asasi kita sebagai bangsa yang merdeka serta berdaulat, masyarakat memiliki hak memilih dan dipilih. Arti memilih sebagaimana

25


(39)

sudah kita jelaskan di antaranya adalah dengan memberikan tanggapan (mengkritisi) terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pelaksanaan Pemilu 2009. Hak memilih lainnya kita wujudkan dalam mencoblos gambar Parpol yang menjadi pilihan kita dan mencoblos gambar Capres/Wapres yang kita anggap sesuai dengan hati nurani. Itulah di antara peran masyarakat dalam Pemilu 2009 dari sekian banyak peranan lain.26

6. Metodologi Penelitian

6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat di artikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan menggambarkan, meringkas dari berbagai kondisi dengan berbagai variable yang timbul ada masyarakat yang menjadi objek dari penelitian saya ini. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data dan fakta secara sistematis sehingga dapat mudah di pahami dan di simpulkan.

6.2. Populasi dan Sampel A. Populasi

Polulasi dalam pemilihan ini adalah masyarakat yang terdaftar di data pemilihan tetap pada Pemilihan Umum Legislatif 2009.

B. Sampel

26


(40)

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari populasi yang menggunakan cara tertentu. Dalam menggunakan jumlah sampel untuk koesioner, penulis menggunakan rumus Taro Yamane,27

1 ) ( 2 +

= d N N n sebagai berikut: Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

D : Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

Jumlah Pemilu Legislatif Di Desa Aek Tuhul sebanyak 500 jiwa. Maka sampel yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak:

1 ) 1 , 0 ( 500 500 2 + = n n= 1 ) 01 , 0 ( 500 500 +

= 6 500

=83,33

Jadi sampel yang di gunakan untuk menjadi responden dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 84 orang.

6.3. Teknik Pengumpulan Data

27


(41)

Segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Ada beberapa metode yang bisa di gunakan untuk mengumpulkan data antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan yaitu, dengan mempelajari buku–buku, laporan–laporan serta bahan-bahan yang lain yang berhubungan dengan penelitian.

2. Penelitian lapangan yaitu, dengan mengumpulkan data dengan menggunakan dialog langsung dengan terjun langsung kelokasi penelitian.

Penelitian ini dapat di lakukan dengan cara :

a. Kuisioner tertutup ( angket ) adalah suatu daftar pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden.

b. Wawancara adalah melakukan Tanya jawab langsung dengan beberapa orang yang mempunyai pengaruh pada lokasi tersebut atau daerah yang di teliti.

7. Analisis Data

Dalam penelitian ini, data maupun informasi yang di peroleh kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi yang ada. Kemudian dta yang ada akan di sajikan dalam bentuk table dan akan di analisis secara sistematis. Hasil analisis dari


(42)

penelitian ini bersifat kualitatif. Selanjutnya akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan menjelaskan masalah yang diteliti.

8. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, asumsi, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, kerangka teori, metodologi dan sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Bab ini Menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi penelitian di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Kota Padangsidempuan.

BAB III : PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian berupa penyajian data dan juga analisis data dari penelitian yang telah di lakukan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan berisi kesimpulan saran–saran yang di peroleh dari penelitian yang telah di lalakukan.


(43)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Letak Geokrafis Kecamatan Padangsidempuan Batunadua

Kecamatan Batunadua merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kota Padang Sidempuan. Secara Geokrafis Terletak Pada:

Lintang Utara : 1 211 - 01 271

Bujur Tumur : 99 151 - 99 191

Letak di atas Permukaan Laut : 260 – 1100 Meter

Luas Wilayah Kecamatan Padangsidempuan Batunadua: 38,74 Km berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Padangsidempuan Angkola Julu Kota Padangsidempuan.

Sebelah Selatan : Kecamatan Padangsidempuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

Sebelah barat : Kecamatan Padangsidempuan Selatan kota Padangsidempuan.

Sebelah Timur : Kecamatan Angkola Timur kab. Tapanuli Selatan Jarak Kantor camat ke kantor walikota padangsidempuan : 5 km. Luas Wilayah Kecamatan Padangsidempuan Batunadua : 38,74 Km. Kecamatan Batunadua terdiri dari 15 Desa/Kelurahan. Wilayah yang memiliki luas paling tinggi adalah Desa Bargot Topong seluas 9,27 Km2 dan


(44)

Desa\Kelurahan yang terkecil adalah Desa Aek Bayur 0,09 km2. Untuk lebih jelasnya mengenai luas Desa\Kecamatan Batunadua dapat dilihat pada tabel

Tabel 2

Luas Wilayah dan Rasio Terhadap luas kecamatan Menurut Desa\Kelurahan Tahun 2008

No Desa\Kelurahan Luas wilayah ( Km2 )

Rasio Terhadap luas kecamatan

( % )

1. Purwodadi 1,35 3,48

2. Gunung Hasatan 0,76 1,96

3. Ujung Gurap 2,00 5,16

4. Baruas 1,40 3,61

5. Aek Bayur 0,09 0,23

6. Aek tuhul 1,31 3,38

7. Pudun Jae 3,18 8,21

8. Pudun julu 0,08 2,07

9. Siloting 1,65 4,26

10. Batang bahal 0,73 1,88

11. Aek najaji 0,99 2,56

12. Bargot Topung 9,27 23,93

13. Simirik 8,70 22,46

14. Batunadua Jae 4,06 10,48

15. Batunadua julu 2,43 6,27

JUMLAH 38,74 100


(45)

Tabel 3

Jarak Kantor Kepala Desa/Kelurahan Ke Ibu Kota Kecamatan Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Jarak Ke Ibukota

Kecamatan

1. Purwodadi 2,0

2. Gunung Hasatan 1,0

3. Ujung Gurap 0,50

4. Baruas 1,0

5. Aek Bayur 4,80

6. Aek tuhul 4,20

7. Pudun Jae 4,80

8. Pudun julu 4,00

9. Siloting 1,20

10. Batang bahal 2,70

11. Aek najaji 2,50

12. Bargot Topung 7,00

13. Simirik 2,50

14. Batunadua Jae 2,50

15. Batunadua julu 2,00

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan Pada Tabel di atas terlihat bahwa Jarak Kantor kepala Desa Aek Tuhul ke ibukota Kecamatan Batunadua 4,20.


(46)

2.2. Karakeristik Kependudukan Kecamatan Batunadua

Jumlah penduduk dan kepadatan Penduduk

Sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan Batunadua telah mencapai 16971 jiwa. Desa\Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi terdapat pada Desa/Kelurahan Batunadua Jae yaitu sebesar 4382 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat pada desa/kelurahan Aek Najaji yaitu sebesar 138 jiwa.

Kepadatan penduduk kecamatan Batunadua tahun 2008 sebesar 438 jiwa/Km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi sebesar 8734 jiwa/km terdapat di desa/kelurahan Aek Bayur dan kepadatan penduduk yang terkecil sebesar 94 jiwa/km terdapat di Desa/Kelurahan Bargot Topung. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel.


(47)

Tabel 4

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2008

No Desa\Kelurahan

Luas wilayah

( Km2 )

Penduduk

Kepadatan penduduk (Jiwa/Km2

)

1. Purwodadi 1,35 805 598

2. Gunung Hasatan 0,76 339 444

3. Ujung Gurap 2,00 869 435

4. Baruas 1,40 618 440

5. Aek Bayur 0,09 825 8734

6. Aek tuhul 1,31 1014 775

7. Pudun Jae 3,18 2508 787

8. Pudun julu 0,08 611 763

9. Siloting 1,65 594 359

10. Batang bahal 0,73 660 898

11. Aek najaji 0,99 138 139

12. Bargot Topung 9,27 867 94

13. Simirik 8,70 1204 138

14. Batunadua Jae 4,06 4382 1079 15. Batunadua julu 2,43 1537 632

JUMLAH 38,74 16971 438


(48)

Tabel 5

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio, Dan Desa/Kelurahan

Tahun 2008

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya penduduk menurut jenis kelamin sex ratio dan desa Aek Tuhul Jumlah laki-laki sebanyak 516 sedangkan perempuan 498 dengan jumlah 1014 jiwa rexio 103,61 jadi dapat disimpulkan di desa Aek Tuhul lebih banyak berjenis kelamin laki-laki di bandingkan perempuan.

No Desa/Keluraha n

Laki-laki

Perempuan Jumlah Sex Ratio

1. Purwodadi 388 417 805 93,05

2. Gunung Hasatan

158 181 339 87,29

3. Ujung Gurap 423 446 869 94,84

4. Baruas 309 309 618 100,00

5. Aek Bayur 421 404 825 104,21

6. Aek tuhul 516 498 1014 103,61

7. Pudun Jae 1315 1193 2508 110,23

8. Pudun julu 322 289 611 111,42

9. Siloting 295 299 594 98,66

10. Batang bahal 312 348 660 89,66

11. Aek najaji 69 69 138 100,00

12. Bargot Topung 460 407 867 113,02

13. Simirik 608 596 1204 102,01

14. Batunadua Jae 2159 2223 4382 97,12 15. Batunadua julu 778 759 1537 102,50


(49)

Tabel 6

Banyaknya Penduduk Menurut Kewarganegaraan Dan Desa/Kelurahan

Tahun 2008

No Desa/Kelurahan WNI WNA

1. Purwodadi 805

2. Gunung Hasatan 339

3. Ujung Gurap 869

4. Baruas 618

5. Aek Bayur 825

6. Aek tuhul 1014

7. Pudun Jae 2508

8. Pudun julu 611

9. Siloting 594

10. Batang bahal 660

11. Aek najaji 138

12. Bargot Topung 867

13. Simirik 1204

14. Batunadua Jae 4382

15. Batunadua julu 1537

Jumlah 16971

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada Tabel di atas terlihat bahwa Sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan Batunadua telah mencapai 16971 jiwa. Desa\Kelurahan yang memiliki jumlah WNI yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Batunadua Jae yaitu sebesar 4382 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat pada desa/kelurahan Aek Najaji yaitu sebesar 138 jiwa.


(50)

2.3. KONDISI PEREKONOMIAN KECAMATAN BATUNADUA

Kota Padangsidempuan merupakan kota di Propinsi Sumatera Utara yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan bagi kota-kota di sekitarnya. Maka tak heran jika konstibusi sektor perdagangan bagi PDRB daerah ini yang tertinggi disbanding sektor lainnya. Sektor lainnya yang juga penting adalah pertanian, Sebagai pusat perdagangan, Kota yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan ini memiliki beberapa hotel dan akomodasi lainnya sebagai penunjang dinamika perekonomian tersebut. Jumlah hotel terbesar terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Utara, yaitu sebanyak 16 buah. Hotel juga terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 10 buah, dan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua 1 buah. Masyarakat Kota Sidimpuan juga berusaha di sektor pertanian.

Mereka mengusahakan padi, ubi kayu, dan beberapa tanaman palawija lainnya. Klaster padi cocok dikembangkan di Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbar, Padangsidimpuan Tenggara, dan Padangsidimpuan Batunadua. Sedangkan klaster ubi kayu cocok dikembangkan di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Batunadua, dan Padangsidimpuan Tenggara. Selain itu, mereka juga bertani buah-buahan, sayur-sayuran, peternakan, dan perkebunan terutama karet, coklat, dan kelapa sawit. Namun kegiatan pertanian ini terbatas dan bersifat subsisten.


(51)

Pertanian

luas area pertanian tanam pangan di Kecamatan Batunadua tahun 2008 yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Batunadua Jae yaitu memiliki luas sawah sebesar 280 Ha,dan luas panen 560 sedangkan luas sawah pertanian terkecil terdapat pada desa/kelurahan Aek Bayur yaitu sebesar 2 Ha, dan memiliki luas panen 4 Ha. Banyaknya produksi yang paling besar terdapat di Desa/Kelurahan batunadua jae yang memiliki produksi sebanyak 3192 ton sedangkan banyak produksi yang paling kecil terdapat pada Desa/Kelurahan Aek Bayur 20,4 Untuk lebih jelasnya mengenai Luas Sawah, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi dapat dilihat pada tabel.


(52)

Tabel 7

Luas Sawah, Luas Panen, produksiMenurut Desa/Kelurahan Tahun 2008

NO Desa /Kelurahan Luas Sawah (Ha) Luas Panen (Ha) Banyaknya Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha)

1. Purwodadi 78,5 157 847,8 5,4

2. Gunung hasatan

55 110 627 5,7

3. Ujung Gurap

100 200 1120 5,6

4. Baruas 60 120 624 5,2

5. Aek Bayur 2 4 20,4 5,1

6. Aek Tuhul 82 164 902 5,5

7. Pudun Jae 172,3 344,6 1895,3 5,5

8. Pudun Julu 77 154 816,2 5,3

9. Siloting 81 162 923,4 5,7

10 Batang Bahal

39,5 79 458,2 5,8

11 Aek Najaji 20 40 216 5,4

12 Bargot Topung

100 200 1100 5,5

13 Simirik 45 90 522 5,8

14 Batunadua Jae

280 560 3192 5,7

15 Batunadua Julu

131 262 1467,2 5,6

JUMLAH 1323,3 2646,6 14731,5 5,6 Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan


(53)

Tabel 8

Banyaknya Unggas Menurut Jenis Unggas dan Desa/KelurahanTahun 2008

No Desa/Kelurahan Ayam Itik/Bebek

1. Purwodadi 878 250

2. Gunung hasatan

70 100

3. Ujung Gurap 800 300

4. Baruas 300 300

5. Aek Bayur 300 75

6. Aek Tuhul 1000 76

7. Pudun Jae 220 330

8. Pudun Julu 500 300

9. Siloting 275 30

10 Batang Bahal - 63

11 Aek Najaji - 25

12 Bargot Topung 900 50

13 Simirik 1770 70

14 Batunadua Jae 300 2000

15 Batunadua Julu 620 165

JUMLAH 6643 4034

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Unggas di Kecamatan Batunadua tahun 2008 yang tinggi terdapat pada desa/kelurahan Simirik yaitu memiliki ternak ayam sebanyak 1770 ekor, sedangkan yang berternak itik/bebek terdapat di Desa/Kelurahan Batunadua Jae dengan jumlah 2000 ekor. Sedangkan yang terkecil terdapat di Desa/Kelurahan Gunung hasatan yaitu yang memiliki


(54)

ternak ayam sejumlah 70 ekor, sedangkan yang memelihara itik/bebek yang terkecil terdapat di Desa/Kelurahan Aek Najaji dengan jumlah 25 ekor.

Tabel 9

Banyaknya Ternak Besar/Kecil yang Dipotong dan Produksi Daging Menurut Jenis Ternak

Tahun 2008 No Jenis

Ternak

Ternak yang dipotong (ekor)

Produksi Daging (kg)

1. Kerbau 401 84210

2. Sapi 599 89850

3. Kuda 4. Babi 5. Kambing/

Kuda

401 6015

Jumlah 1401 180075

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Ternak Besar/Kecil yang di potong dan diproduksi di Kecamatan Batunadua tahun 2008 yang tinggi adalah ternak sapi dengan jumlah 599 ekor, Produksi daging dengan jumlah 89850 .


(55)

Tabel 10

Banyaknya Produksi Daging

Telor Ternak UnggasMenurut Jenis Unggas Tahun 2008

No Jenis Unggas Produksi daging Produksi Telur (Butir)

1. Ayam 1642,5 4782,960

2. Itik 150 2541,420

Jumlah 1792,5 7324,380

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidimpuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya Produksi Unggas menurut jenis unggas tahun 2008 yang memproduksi daging dengan jumlah 1792,5 dan produksi telur dengan jumlah 7324,380 butir jadi yang paling banyak memproduksi Ayam Produksi daging sejumlah 1642,5 sedangkan telutr memiliki jumlah 4782,960 butir. Sedangkan yang sedikit adalah jenis unggas itik yang memiliki produksi daging 150 dan produksi telur 2541,420 butir.


(56)

Tabel 11

Luas Area Kolam dan Produksi Ikan Menurut Jenis Kolam Dan Usaha

Tahun 2008 No Jenis

Kolam

Luas Area (Ha)

Produksi (Ton) 1. Kolam

2. Kolam Sawah

29 0,543

3. Kolam Air Deras

- -

4. Jaring Apung

- -

5 Pembenian 0,5 0,060

Jumlah 29,5 0,603

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa luas area kolam dan produksi ikan menurut jenis kolam dan usaha dengan luas area sejumlah 29,5 Ha sedangkan jumlah produksi dengan jumlah 0,603. Kolam sawah seluas 29 Ha memiliki produksi 0,543 ton. Pembenihan dengan luas 0,5 Ha dengan produksi 0,060 ton.


(57)

Tabel 12

Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2008

No Desa/Kelurahan PLN Non PLN

1. Purwodadi 197

2. Gunung hasatan 54

3. Ujung Gurap 137

4. Baruas 114

5. Aek Bayur 152

6. Aek Tuhul 193

7. Pudun Jae 431

8. Pudun Julu 120

9. Siloting 116

10 Batang Bahal 137

11 Aek Najaji 24

12 Bargot Topung 257

13 Simirik 256

14 Batunadua Jae 1018

15 Batunadua Julu 329

JUMLAH 3535

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada tabel di atas terlihat bahwa banyaknya pelanggan listrik terdapat di Desa/Kelurahan Batunadua Jae dengan jumlah 1018. Sedangkan yang paling sikit terdapat di Dsa/Kelurahan Aek Najaji dengan jumlah 24. Jadi seluruh jumlah Pelanggan listrik 3535.


(58)

Tabel 13

Banyaknya Bangunan Menurut Jenis Konstruksi dan Desa/Kelurahan tahun 2008

No Desa/Kelurahan Permanen Seni Permanen

Darurat/Non Permanen

Jumlah

1. Purwodadi 63 86 45 194

2. Gunung hasatan 25 22 17 64

3. Ujung Gurap 60 75 21 156

4. Baruas 55 68 12 135

5. Aek Bayur 74 81 21 176

6. Aek Tuhul 87 126 41 254

7. Pudun Jae 200 102 177 479

8. Pudun Julu 58 46 34 138

9. Siloting 60 78 23 161

10 Batang Bahal 20 93 35 148

11 Aek Najaji 21 4 2 27

12 Bargot Topung 78 129 53 260

13 Simirik 78 130 55 263

14 Batunadua Jae 526 291 236 1053

15 Batunadua Julu 99 178 67 344

JUMLAH 1504 1509 839 3852

Sumber : Data pemerintahan kota Padangsidempuan

Pada pemilu legislatif 2009 di kecamatan Batunadua yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) di KPU sebanyak 12.471 Jiwa dengan rincian sebanyak 5812 pemilih laki-laki dan 6659 pemilih perempuan. Jumlah suara sah adalah 8916 dan jumlah suara yang tidak sah adalah 390. Di bawah ini akan di sajikan tabel perolehan suara partai politik pada pemilu legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidempuan


(59)

Tabel 14

Perolehan Suara PartaimPolitik di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan

No Partai Politik Perolehan Suara

1 Partai Republikan 981

2 Hanura 795

3 PMB 739

4 PBR 698

5 PAN 689

6 Partai Demokrat 633

7 Partai Gerindra 488

8 PDIP 424

9 PKB 420

10 PP 412

11 Partai Golkar 402

12 PPP 314

13 PKB 314

14 Partai Barnas 263

15 PNDI 253

16 PKS 238

17 PKNU 147

18 PBB 136

19 PKPI 123

20 Partai Merdeka 97

21 PKDI 71

22 PKP 53

23 Partai Pelopor 47

24 PDS 37

25 PPRN 32

26 PPIB 27

27 PPD 19

28 PPPI 14

29 PDP 10

30 Partai Kedaulatan 8

31 PNBKI 6

32 PIS 3

33 PPNU 3

34 PDK 2

35 PSI 1

36 PNI Marhaen 0

Jumlah 8916


(60)

Berdasarkan pada tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa partai politik yang banyak di pilih oleh mayoritas masyarakat di Kecematan Batunadua adalah partai Republikan dengan 981 suara, di urutan kedua di tampati oleh Partai Hanura dengan perolehan suara 759 suara. Lalu di urutan ke tiga di tempati oleh PMB dengan 739 suara, tempat ke empat oleh PBR dengan 696 suara dan urutan ke lima oleh PAN dengan perolehan sebesar 689 suara.

Berikut ini merupakan table perolehan calon legislatif pada pemilu legislatif 2009 di kecamatan Batunadua Padangsidempuan.

Tabel 15

10 Besar Perolehan Suara Calon Legislatif 2009 di Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan

No Nama Calaeg Partai Politik Perolehan Suara

1 Sopian Harahap Partai Republikan 909

2 Gunung Siregar PMB 659

3 Ali Mangsur Harahap PAN 614

4 Abdul Aziz Siregar PBR 561

5 Henny Herlina, SE Partai Hanura 550

6 Samiun Siregar Partai Patriot 361

7 Darwin Harahap Partai Demokrat 350

8 Rahmat, SE Partai Gerindra 348

9 Mombang Harahap PKB 328

10 Fhitri Handayani Lubis, S.pd PKPB 243

11 Lain – lain - 3993

Jumlah 8916


(61)

Pada tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di Kecamatan Batunadua memilih caleg yang berasal dari Partai Republikan, yaitu Sophian Harahap dengan perolehan suara sebesar 909 suara. Lalu diurutan kedua adalah caleg yang berasal dari Partai Matahari Bangsa (PMB), yaitu Gunung Siregar dengan 659 suara. Dan di urutan ketiga adalah Ali Mangsur Harahap dari PAN dengan 614 suara.


(62)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

3. Penyajian Data

Setelah melakukan penelitian di lapangan baik dengan menyebarkan angket (koesioner) maupun dengan membacakan angket kepada responden, Maka diperoleh berbagai data mengenai responden. Di dalam bab ini penulis akan membahas mengenai data yang di peroleh selama penelitian yang berlangsung di Desa aek tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidimpuan.

3.1. Karakeristik Responden

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden yaitu : Umur, responden Pendidikan terakhir dan pekerja utama responden.

Tabel 16

Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Perempuan 32 38,55%

2 Laki-Laki 51 61,44%

Jumlah 83 100%


(63)

Pada Tabel 16 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan. Yaitu responden laki-laki sebanyak 51 orang (61,44%) dan responden perempuani sebanyak 32 orang (38,55 %). Hal ini disebabkan karna responden laki-laki lebih aktif dalam mengikuti pemilihan umum dari pada responden perempuan.

Tabel 17

Distribusi Responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 17-25 15 18,07%

2 26-30 21 25,30%

3 31-35 7 8,43%

4 36-40 10 12,04%

5 41-45 18 21,68%

6 46-50 9 10,84%

7 Diatas 50 keatas 3 3,61%

Jumlah 83 100%

Sumber :Data Kuesioner 2010.

Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat distribusi responden berdasarkan tingkatan umurya. Setelah dilakukan penelitian jumlah responden sebesar yakni yang berusia 17-25 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase (18,0 %). Selanjutnya yang berusia 26-30 tahun sebanyak 21 orang dengan persentase (25,30%), 31-35 tahun sebanyak 7 ( 8,43 %), 36-40 tahun sebanyak 10 orang dengan jumlah perasentase (12,40 %), 41-45 tahun sebanyak 18 orang jumlah persentase (21,68 ), 46-50 tahun sebanyak 9 orang dengan jumlah persentase (10,84 %) dan yang berusia 50 tahun keatas sebanyak 3 orang dengan


(64)

jumlah persentase (36,61 %). Dari tabel di atas terlihat bahwa usia 26-30 merupakan usia yang cukup untuk mewakili karna di usia tersebut biasanya seorang pemilih sudah dapat mempertimbangkan sendiri sebelum menjatuhkan pilihan nya dalam pemilihan umum.

Tabel 18

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase %

1. Islam 79 95,18 %

2. Kristen Katolik 4 4,81 %

3. Kristen Protestan - -

Jumlah 83 100 %

Sumber :Data Kuesioner 2010.

Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat distribusi responden berdasarkan Agama. Setelah dilakukan penelitian jumlah responden yang beragama Islam berjumlah 79 dengan persentase (95,18%), sedangkan yang beragama Kristen Katolik berjumlah 4 dengan persentase (4,81 %). Hal ini terlihat bahwa mayoritas di Desa Aek Tuhul beragama islam.


(65)

Tabel 19

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase ( % )

1. SD 24 28,91 %

2. SMP 25 30,12 %

3. SMA 26 31,32 %

4. DIPLOMA/sederajat 5 6,02 %

5. SARJANA/sederajat 3 3,61 %

Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Kuesioner 2010

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan juga merupakan faktor yang cukup penting di dalam menentukan tingkat partisipasi politik yang akan ditunjukkan oleh seseorang. Berdasarkan table di atas kita dapat melihat distribusi responden berdasarkan pendidikan yang terakhir berdasarkan tabel di atas adalah SMA sebesar 26 orang ( 31,32 % ).Rata-rata pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah SMA, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan responden di desa Aek Tuhul masih dapat di kategorikan cukup Tinggi dan responden dianggap merupakan pemilih-pemilih yang mampu selektif di dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum calon legislatif.


(66)

Tabel 20

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama

No Pekerja Jumlah Persentase ( % )

1 Tidak Bekerja 15 18,07 %

2 PNS 21 25,30 %

3 pedagang 8 9,63 %

4 Buruh 15 18,07 %

5 Petani 24 28,91 %

Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Kuesioner 2010

Pada Tabel di atas tentang karakteristik responden berdasarkan pekerjaan utamanya, maka dapat dilihat bahwa pekerjaan sebagai Petani yaitu 24 orang (28,91%), dan kemudian diikuti dengan responden yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 21 orang (25,30%). Jadi dapat disimpulkan bahwa di desa aek tuhul kebanyakan bekerja sebagai petani dan sebagai PNS. Hal ini di sebabkan karna lokasi di Desa Aek Tuhul masih banyak terdapat lahan pertanian dan selanjutnya mayoritas responden dalam penelitian ini adalah bekerja sebagai PNS karna Desa aek tuhul sudah berkembang menjadi kecamatan dan banyak membutuhkan sumber daya manusia untuk menjadi birokrasi.

3.2 Analisa Data

Analisa data dengan hasil penelitian dengan judul Budaya Politik Dan Partisipasi Politik (Suatu studi : Budaya Politik dan Partisipasi Politik Masyarakat Di dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Padangsidempuan), penulis mengemukakannya dalam bentuk tabel tabulasi dan kuantitatif. Berikut ini akan


(67)

disajikan data hasil jawaban para responden berdasarkan angket (koesioner) yang telah responden isi.

3.2.1. Evaluasi tentang Pemilihan Umum dan Partisipasi Politik

Pemilihan Umum di Indonesia menganut asas “Luber” yang merupakan singkatan dari “langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakili. Umum berararti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki hak untuk menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Rahasia berarti suara yang diberikan oleh sipemilih bersipat rahasia yang hanya diketahui oleh pemilih itu sendiri. Keterlibatan masyarakat dalam Pemilu tidak hanya pada sektor partisipasi sebagai pemilih yang cerdas, tetapi juga pengontrol jalannya regulasi dan perilaku politik Partai Politik beserta calon legislatif, khususnya pada saat kampanye dan pemungutan suara.

Tabel 21

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu Legislatif 2009.

No Jawaban Responden Jumlah Persentase ( % )

1

Ya 48 51,80 %

2

Tidak 35 42,16 %

Jumlah 83 100 %


(68)

Berdasarkan tabel di atas bahwa pada Pemilu legislatif tahun 2009 lalu responden yang mengikuti pemilihan umum legislatif sebesar 48 0rang (51,80 %) dan yang tidak mengikuti pemilu legislatif hanya sebanyak 35 orang (42,16 %). Dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi politik di Desa Aek Tuhul dapat dikatakan cukup tinggi dalam Pemilu legislatif 2009 yang lalu karena partisipasi responden dalam pemilu sangat besar.

Tabel 22

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jumlah Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan umum

No Jawaban Responden Jumlah Persentase ( % )

1 Sekali 9 10,84

2 2 Kali 22 26,50

3 3-4 Kali 37 44,57

4 > 4 kali 15 18,07

Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Kuesioner 2010

Pada tabel di atas dilihat pada responden yang paling banyak mengikuti pemilu 3-4 kali dengan persentase sebesar 37 orang ( 10,84 % ), 2kali sebanyak 22 orang ( 26,50 ) . Jadi dapat di simpulkan bahwah hasil dari responden di desa Aek tuhul menujukkan sudah termaksuk aktif dalam mengikuti kegiatan pemilihan umum.


(1)

Tabel 35

Distribusi jawaban Responden Mengenai apakah Responden Peduli Mengenai Peraturan atau Kebijakan Politik yang dikeluarkan oleh

Pemerintahan.

No Jawaban Responden Jumlah Persentase ( % ) 1. Peduli secara

keseluruhan 2 2,40 %

2. Peduli hanya sebagian 12 14,45

3. Tidak peduli 69 83,13 %

Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Kuesioner 2010.

Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa paling banyak 69 orang (83,13%) persentase yang tidak peduli mengenai peraturan dan kebijakan politik karena masyarakat Desa Aek Tuhul yang masih kurang memahami mengenai peraturan atau kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Aek Tuhul yang merasa tidak peduli terhadap apa yang telah dibuat/dikeluarkan oleh pemerintah.


(2)

Tabel 36

Distribusi Jawaban Responden mengenai Bagaimana Responden menyikapi Perbedaan, ide (pendapat) dengan orang lain.

No Jawaban Responden Jumlah Persentase ( % ) 1. Menolak perbedaan

pendapat

2 2,40 %

2. Menghargai sudut pandang orang lain

81 97,59 %

3. Memusuhi orang yang berbeda pendapat

- -

Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Kuesioner 2010.

Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa paling banyak 81 orang dengan persentase 97,59% menghargai sudut pandang orang lain dan 2 orang dengan persentase 2,40% persentase menolak perbedaan pendapat jadi dapat di katakana bahwa masyarakat desa Aek tuhul lebih banyak menghargai sudut pandang orang lain dari pada menolak perbedaan pendapat dapat. Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Aek Tuhul masih menghargai sudut pandang orang lain.


(3)

Tabel 37

Distribusi Jawaban Responden Apakah responden Memiliki Kompentensi ( Kemampuan ) Untuk Berpartisipasi Politik.

No Jawaban Responden Jumlah Persentase ( % )

1. Mampu 7 8,43 %

2. Tidak mampu 76 91,56 %

Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Kuesioner 2010.

Pada tabel di atas dapat di simpulkan bahwa 76 orang (91,56%) responden yang tidak mampu berpartisipasi politik sementara 7 orang ( 8,43%) responden mampu untuk berpartisipasi jadi dapat disimpulkan bahwa di Desa Aek Tuhul kebanyakan tidak mampu berpartisipasi politik karena kurangnya kemampuan masyarakat Desa Aek Tuhul untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum, mereka hanya sekedar ikut berpartisipasi dalam hal pemilihan umum.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4. Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian yang telah penulis lakukukan di Desa Aektuhul Kec Batunadua Padang Sidimpuan, Maka Penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

• Berdasarkan pembahasan dan analisa data yang dilakukan bahwa ciri Budaya orientasi afektif yaitu : perasaan terhadap sistem politik, menunjukan kecenderungan budaya politik kaula yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonomi) tetapi masih bersifat pasif. Anggota masyarakat mempunyai minat perhatian, mungkin juga kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Mereka mengganggap dirinya mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu mnyerah saja kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegeng jabatan.

• Masyarakat Desa Aek Tuhul aktif berpartisipasi dalam mengikuti Pemilihan Umum Legislatif 2009.( Memberikan Voting ).


(5)

• Masyarakat Desa Aektuhul banyak diwarnai oleh sikap tidak mandiri atau ikut – ikutan dari ajakan lingkungan nya hal itu terkait dengan referensi politiknya.

4.2. Saran

• Pada partai politik agar kiranya dapat lebih meningkatkan sosialisasi politik kepada masyarakat tersebut terkait dengan soal Pemilihan Umum ini.

• Harapannya agar aspek pendidikan menjadi perhatian yang besar, sebab hal ini terkait dengan masalah partisipasi politik masyarakat ( pemilihan umum tersebut).

• Sosial ekonomi juga diharapkan menjadi pemikiran kedepan sebab hal ini terkait dengan kehendak untuk ikut berpartisipasi ( Politik ).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Almond dan Verba, Dalam Buku, Budaya Pollitik, tingkah laku politik dan

demokrasi di lima Negara, Bumi Aksara : Jakarta, 1990.

Budiarjo, Miriam dasar – dasar ilmu politik, jakarta : PT. Gramedia pustaka utama, 2008.

Budiharjo, Miriam Budiharjo, Partisipasi dan partai politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1998.

Chilcot, Ronaldh, Teori Perbandingan Politik, Jakarta : PT rajagrafindo persada, 2004.

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010.

Fauls, Keith Fauls, Polotical Sociology : A Critical Introduction, (1999:133) . Gunawan Bondan S, Apa Itu Demokrasi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2000. Jalaluddinm, Rahmat, Metode Komunikasi, bandung : Remaja Rosdakarya, 1991. Kumorotomo, Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Jakarta : Etika

Rajawali Press, 1999.

Mas’oed, MacAndrews, Perbandingan sistem Politik, Yogyakarta : Gadja Mada University Press,2001.

Rahman H, Sistem politik Indonesia, Yogyakarta ; Graha Ilmu, 2007 . Sastroatmodjo, sudijono, perilaku politik, semarang : press, 1995.

Syarbaini, Syahrial., dkk, Sosiologi dan Politik, Jakarta : Ghalia Indonesia 2002. Website

Harian umum pelita, Politik dan keamanan, edisi 2010, Minggu 23 Mei. Http//mjieshool.multy. Com/journal/item/30/budaya politik.