Konsep Negara menurut pendekatan Barat:

Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu-individu maupun asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat. The state is society which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme over any individual or group which is part of the society. A society is a group of human beings living together and working together for the satisfactions of their mutual wants. Such a society is a state when the way of life to which both inviduals and associations must conform is difined by coercive authority binding upon them all. 3. Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah The state is human society that successfully claims the monopoly of the legitimate use of physical force within a given territory. 4. Rober M. MacIver: Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa The state is an association which, acting through law as promulgated by a government endowed to this end with coercive power, maintains within a community territorially demarcated the external conditions of order.

B. Konsep Negara menurut pendekatan Barat:

1. Zaman Pertengahan  Augustinus 354-430 Augustinus, seorang Kristiani, mengemukakakn suatu ajaran yang sifatnya sangat teokratis. Dalam bukunya De Civitas Dei, Agustinus menyebutkan adanya dua macam negara, yaitu: a. Civitas Dei, atau negara Tuhan, merupakan negara yang terpuji karena merupakan negara yang dicita-citakan oleh agama. Civitas Dei akan membawa keamanan dan kesejahteraan bagi umat manusia karena mendapatkan bimbingan serta pimpinan dari Tuhan. b. Civitas Terena, atau Civitas DiabolisNegara Iblis, merupakan negara duniawi yang sangat dikecam oleh Agustinus. Civitas Terena akan membawa kelaliman, kekacauan, serta kesengsaraan bagi manusia karena berada di luar pimpinan Tuhan. Menurut Agustinus, agama memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari negara dan saling terkait, tetapi negara hanya sebagai alat bagi Gereja untuk melenyapkan musuh- musuhnya.  Thomas Van Aquino 1225-1274 Sedangkan Thomas Van Aquino mengemukakan teori Dua Pedang, yaitu Pedang Rohaniah berada pada organisasi gereja yang dipimpin oleh Paus, dan Pedang Duniawiah, yang diserahkan oleh Paus pada organisasi negara yang dipimpin oleh rajakaisar. Dalam teorinya, Thomas Van Aquino berusaha memisahkan soal-soal duniawi dan soal-soal agama, sehingga menimbulkan ajaran sekularisme.  Marsilius Padua 1270-1340 dan Willian Occam 1280-1317 Negara itu ialah suatu badan yang hidup dan bebas, yang mempunyai sebagai tujuan tertinggi ialah mempertahankan perdamaian. Tujuan itu dulu-dulunya juga sudah dipikirkan, akan tetapi tidak sebagai tujuan pertama dan tertinggi, melainkan untuk kepentingan gereja dan cita-citanya, yakni cita-cita yang lebih tinggi lagi. Negara itu seharusnya memajukan kemakmuran dan memberi kesempatan pada anggota-anggotanya untuk mengembangkan dirinya secara bebas. Gereja dibawahkan pada negara. Menurut Marsilius kedudukan negara lebih tinggi daripada kedudukan Gereja dan terdapat pemisahan yang tegas antara negara dan Gereja. 2. Abad Keenambelas Renaissance  Niccolo Machiavelli 1469-1527 Ajaran Niccolo Machiavelli, pada hakekatnya merupakan pencerminan dari apa yang dikenalnya dalam praktek sebagai ahli negara dan apa yang telah dijalankannya, karena dianggapnya perlu sekali untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan negara, diangkatnya menjadi teori umum mengenai praktek ketatanegaraan dengan cara yang gagah berani. Dengan berbuat demikian, ia menganjurkan pada ahli negara suatu sikap yang menolak sama sekali ajaran kesusilaan dari pandangan hidup Kristen. 3. Abad Ketujuhbelas Natural Law  Hugo de Groot 1583-1645 Dalam menetapkan dasar-dasar modern untuk pikiran tentang negara dan hukum, Hugo de Groot berpokok pangkal pada pendapat Aristoteles yang terkenal, ialah bahwa manusia dalah makhluk sosial sehingga karena itu ingin hidup bersama-sama dengan orang lain. Negara lahir karena adanya perjanjian, tetapi perjanjian itu tidak diilhami oleh Tuhan, melainkan karena dorongan rasio manusia sebagai dasar hukum alam. Natural law adalah suatu peraturan dari akal murni yang berdiri sendiri tanpa ada kaitan sama sekali dengan Sang Pencipta sebagai sumber dari hukum alam dan rasio manusia 4. Abad Kedelapanbelas  Montesquieu 1689-1755 Montesquieu memang berpendapat bahwa asas-asas hukum terletak di dalam alam, akan tetapi hal ini belum berarti bahwa asas-asas itu dapat ditemukan dengan jalan mengamati dan mengusut kejadian-kejadian tersebut. Jadinya ia tidak menyukai suatu hukum alam yang mencoba menemukan hukum yang sempurna dengan melalui jalan abstrak. Menurut Montesquieu, fungsi negara hukum harus dipisahkan dalam 3 kekuasaan lembaga negara, yaitu: a. Kekuasaan legislatif, yang membentuk undang-undang b. Kekuasaan yudikatif, yang menjatuhkan hukuman atas kejahatan dan yang memberikan putusan apabila terjadi perselisihan antara para warga c. Kekuasaan eksekutif, yang melaksanakan undang-undang, memaklumkan perang, mengadakan perdamaian dengan negara-negara lain, menjaga tata tertib, menindas pemberontakan dan lain-lain.

C. Tujuan Negara