Pengertian Hukum Islam ISI

secara dominan menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan rakyat adalah status positif. Sementara itu golongan pengusaha kaya mendesak raja dan golongan bangsawan untuk tidak ikut campur terlalu banyak dalam urusan bisnis mereka dalam ikut berupaya memakmurkan rakyat. Desakan yang menginginkan status negative bagi negara itu diprakarsai oleh orang- orang yang berpikiran bebas atau beraliran liberal, disebut kelompok borjuis dan merupakan kelompok yang besar dalam negara. Akan tetapi kelompok borjuis tetap tidak dapat masuk dalam kelompok penguasa negara, karena sudah dikuasai oleh kelompok bangsawan dan gereja. Mereka kemudian menuntut pemeruntah agar tidak turut campur dalam masalah kebebasan rakyat untuk mencari kemakmuran. Kebebasan dalam mencari kemakmuran harus dijamin dengan hukum sebagai bentuk perlindungan hak asasi. Paham liberal ini bisa dikaitkan dengan teori Kant menimbulkan tipe negara hukum liberal dengan pola perekonomian kapitalisme. Menurut Kant, tujuan negara adalah membentuk dan mempertahankan hukum sedang tujuan hukum adalah menjamin dan melindungi kebebasan rakyat. [3] tipe negara hukum formil, perkembangan dari negara liberalis. Negara hukum telah menjadi istilah tehnis kenegaraan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Pandangan liberal yang ingin mendudukkan negara hanya sebagai pemegang tata tertib saja tentu menimbulkan konsekuensi bahwa negara membutuhkan biaya untuk menjalankan tugasnya. Pendapatan negara yang terbesar dapat diraih dari penarikan pajak. Penarikan pajak memerlukan persetujuan dari rakyat. Untuk resminya, penguasa kemudian mengadakan peraturan-peraturan tentang pajak, peraturan peraturan itu tertulis, dan lama-kelamaan menimbulkan undang-undang atau hukum tertulis secara formil. Kemudian lahirlah negara hukum formil karena dalam segala tindakan-tindakannya penguasa itu memerlukan bentuk hukum tertentu, dan formalitasnya ini adalah bentuk undang-undang. [4] negara hukum materiil negara kesejahteraankemakmuran, pada tipe negara ini tidak lagi dipentingkan bentuk dari suatu peraturan, melainkan isinya, yaitu kemakmuran rakyat. Penguasa tidak harus terpaku pada suatu aturan formil untuk melaksanakan kebijakan-kebijakannya, melainkan hanya memperhatikan materinya untuk memakmurkan rakyat saja sudah cukup. 3

D. Pengertian Hukum Islam

3 Ilmu Negara FHUI 2010, hal 76-78 Pengertian hukum islam adalah hukum yang bersumber kepada nilai – nilai keislaman. Yang dibentuk dari sumber dalil – dalil agama islam. Hukum itu bisa berarti ketetapan, kesepakatan, anjuran, larangan, dan sebagainya. Hukum Islam hanya ditujukkan kepada orang – orang yang beragama Islam dan tidak ditunjukkan kepada orang yang non-Islam. Jika ada orang Islam yang melanggar hukum Islam, orang itu harus diadili sesuai dengan ketentuan dalil-dalil agama Islam. Ada beberapa sumber yang menjadi landasan dalam membuat ketetapan hukum Islam. Sumber-sember tersebut adalah sebagai berikut. 1. Al Quran Al quran adalah kitab suci umat Islam. Kitab tersebut diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al quran memuat banyak sekali kandungan. Kandungan-kandungan tersebut berisi perintah, larangan, anjuran, ketentuan dan sebagainya. Al quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang madani. Maka dari itu, ayat-ayat Al quran inilah yang menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu hukum. 2. Hadis Hadis adalah segala sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, persetujuan, dan sifat beliau. Hadis menjadi landasan sumber yang paling kuat setelah Al quran. Nabi Muhammad menjadi sosok yang paling sentral bagi umat Islam karena umat Islam meyakini bahwa segala perbuatan Rasulullah tidak sedikit pun yang bertentangan dengan Al quran dan beliau terbebas dari kesalahan. 3. Ijma Ulama Ijma ulama adalah kesepakatan para ulama yang mengambil simpulan berdasarkan dalil- dalil Al quran atau hadis. Para ulama mengambil ijma karena dalam Al quran ataupun hadis tidak dijelaskan secara teperinci sebuah ketetapan yang terjadi pada masa itu atau kini. Dengan demikian, para ulama mengadakan rapat dan membuat kesepakatan sehingga hasil rapat atau kesepakatan tersebut menjadi ketetapan hukum. Ijma ulama tidak boleh bertentangn dengan al-Quran ataupun hadist. 4. Qiyas Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran ataupun hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Misalnya, dalam Al quran dijelaskan bahwa segala sesuatu yang memabukkan adalah haram hukumnya. Al quran tidak menjelaskan bahwa arak haram, sedangkan arak adalah sesuatu yang memabukkan. Dengan demikian, kita akan mengambil qiyas bahwa arak haram hukumnya karena memabukkan. Itulah sumber- sumber utama yang menjadi landasan untuk menetapkan hukum Islam.

E. Negara dan pemerintahan dalam Islam dalam konteks metodologi: