Teori Stabilitas Hegemonis Teori-Teori Konvensional dalam Ekonomi Politik Internasional
e. Perspektif Konstruktivis Construktivism
Menurut Fierke dan Jorgensen dalam Bakry 2015:268, akar filosofis dari pendekatan konstuktivisme adalah studi-studi liguistik yang dilakukan
Wittgenstein dalam karyanya yaitu “hakikat sosial dari bahasa”. Bahasa adalah suatu realitas sosial yang terbentuk dari pikiran mind dan tindakan
action. Pendekatan konstruktivis lebih concern pada dampak dari ide-ide atau faktor-faktor ideasional. Kaum konstruktivis memandang kepentingan
dan identitas interest and identities dari negara-negara sebagai suatu produk yang sangat lunak dari proses historis tertentu. Singkatnya, pendekatan
konstruktivisme kini bukan lagi menjadi alternatif namun telah menjadi salah satu sentral analisis tentang EPI.
Konstruktivis muncul untuk memberikan suatu pandangan bahwa realitas sosial
tidak bisa dilihat sebagai suatu yang secara alamiah given ada dengan sendirinya dan independen dari interaksi rasionalis dan sebaliknya tidak bisa juga dilihat
sebagai sesuatu yang nihil atau tidak ada dan semata-mata hanya dilihat sebagai refleksi ide-ide manusia reflektifis. Asumsi yang berbeda secara mendasar
tersebut dalam pandangan konstruktivis pada dasarnya bisa dipertemukan dalam satu titik temu yaitu dengan argumennya bahwa realitas sosial tidak sepenuhnya
given dan tidak juga sepenuhnya nihil tidak ada. Konstruktivis melihat relitas
dunia ini sebagai sesuatu yang didasarkan oleh fakta evidence yang secara materil bisa ditangkap ataupun tidak oleh panca indera namun fakta tersebut tidak
menuntun atau tidak menentukan bagaimana kita manusia melihat realitas sosial. Sebaliknya realitas sosial menurut konstruktivis adalah hasil konstruksi manusia
konstruksi sosial.
Konstruktivis pada dasarnya adalah strukturasionis yakni menekankan peran struktur non-material terhadap identitas dan kepentingan serta, pada saat yang
bersamaan, menekankan peran praktek dalam membentuk struktur-struktur tersebut. Artinya, meskipun sangat menentukan identitas dan oleh karenanya juga
kepentingan aktor-aktor politik, struktur ideasional atau normatif tidak akan muncul tanpa adanya tindakan-tindakan aktor-aktor politik. Dalam definisi
Emanuel Adler, konstruktivisme merujuk pandangan yang melihat bahwa terdapat suatu pola dimana dunia materi pada dasarnya terbentuk dan dibentuk oleh
tindakan dan interaksi manusia yang tergantung pada interpretasi-interpretasi terhadap dunia materi yang tentunya berbeda antara manusia satu dengan
manusia lainnya karena adanya perbedaan latar belakang secara normatif dan epistemik. Jika kita akan memakan roti, bukan roti itu yang menentukan pisau apa
yang akan kita pakai untuk mengirisnya, sebaliknya konstruksi pikiran kitalah yang menentukan pisau jenis apa yang tepat menurut kita, atau sangat terbuka
kemungkinan kita untuk menggunakan sesuatu yang bukan disebut pisau asalkan menurut pikiran kita alat tersebut bisa digunakan untuk mengiris roti.