Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

103

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting dalam memajukan suatu negara. Maju tidaknya pembangunan suatu negara pada masa yang akan datang dapat dilihat dari mutu pendidikan yang ada di negara tersebut. Oleh karena itu, pengembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan Adiarta, 2004. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak hanya sekedar mencari tahu tentang alam secara sistematis berupa konsep-konsep, atau prinsip-prinsip secara teoritis saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan pengetahuan oleh siswa. Pendidikan ilmu pengetahuan alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum tingkat satuan pendidikan memberikan keleluasan guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi dan potensi sekolah dan satuan pendidikan masing-masing Purwanti, 2012: 65. Hal ini didukung dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk 104 mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru dapat mengembangkan proses pembelajaran terutama sumber belajar yang mampu mengeksplorasi ide-ide siswa menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya. Sumber belajar mempunyai peran yang amat penting dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal tersebut dipertegas oleh Association for Educational Communications and Technology Depdiknas, 2008: 4 sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber belajar memiliki hubungan dengan penyusunan media pembelajaran, dari sumber belajar dapat diperoleh berbagai macam kebutuhan media pembelajaran. Media adalah alat komunikasi yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien media pembelajaran merupakan alat penunjang terlaksananya pembelajaran Arsyad, 2012. Dengan adanya media pembelajaran ini diharapakan siswa akan lebih memahami mengenai materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Salah satu jenis media pembelajaran yang sering digunakan oleh setiap sekolah adalah lembar kerja siswa LKS. 105 Namun, realitas pendidikan di lapangan, guru di Sekolah Dasar masih banyak menggunakan lembar kerja siswa yang dibeli dari luar sekolah, sehingga guru tidak berupaya untuk merencanakan, menyiapkan dan menyusun sendiri lembar kerja siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa Prastowo, 2012:18. Hal ini juga ditemukan pada saat observasi tanggal 2 - 5 Februari 2015 di kelas V SDN Kuningan 01 dan 04 Kota Semarang, guru menggunakan lembar kerja siswa dari penerbit yang menawarkan ke sekolah atau membeli di toko buku. Lembar kerja siswa yang digunakan ada yang hanya memuat soal saja, ada juga yang memuat ringkasan materi dan evaluasi tanpa terintegrasi dengan model pembelajaran. Padahal guru tahu dan sadar bahwa lembar kerja siswa yang mereka gunakan memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kompetensi siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil ulangan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, siswa yang mencapai KKM ada 57 pada SDN Kuningan 04 dan 63 pada SDN Kuningan 01 Semarang. Materi, pertanyaan-pertanyaan bimbingan dan tugas-tugas dalam lembar kerja siswa yang ada di sekolah pada umumnya tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak kontekstual Prastowo, 2012:18, sehingga kurang meningkatkan kompetensi siswa yang seharusnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin. Siswa tidak menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan karena hanya berupa ringkasan materi saja. Padahal tujuan penyusunan lembar kerja siswa adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menafsirkan dan menjelaskan objek dan peristiwa yang dipelajari khususnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Hal ini terjadi karena dampak dari 106 kurangnya pengembangan diri dari guru yaitu guru belum mampu menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Keaadan ini salah satunya tidak lepas dari kurangnya peran guru dalam mengembangkan kreativitas untuk merencakan, menyiapkan LKS yang inovatif dan mampu mengeksplorasi ide-ide siswa Prastowo, 2012:14. Lembar kerja siswa tersebut menyebabkan pembelajaran masih di dominasi oleh guru teacher centered sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Tentu saja hal tersebut cenderung membuat siswa terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi dan kemampuan berpikirnya dan menjadikan siswa malas untuk berpikir secara mandiri sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang berkembang terutama dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, siswa yang seharusnya lebih aktif dalam pembelajaran menjadi pasif dan hanya mendengarkan materi yang disampaikan guru. Selain itu, penjelasan lembar kerja siswa yang berupa definisi, contoh, latihan, praktek sangat mudah bagi guru tapi bagi siswa tahapan dalam lembar kerja siswa tersebut membosankan dan sulit, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa Yenilmez dan Ersoy, 2008: 49-50. Hal yang demikian membuat siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya dan proses pembelajaran tidak efektif dan efisien sehingga diperlukan lingkungan belajar yang baik untuk membangkitkan pengalaman mereka, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan baru secara mandiri. Pengembangan lembar kerja siswa dibutuhkan untuk mengatasi kelemahan lembar kerja siswa yang sekarang ada di sekolah dasar. Pada tahapan 107 pengembangan lembar kerja siswa, dibutuhkan kesesuaian permasalahan yang ada dengan model pembelajaran yang dikombinasikan. Setelah mempelajari kondisi dari tempat dan situasi penelitian, maka model pembelajaran Learning Cycle 7E merupakan model yang tepat dalam pengembangan lembar kerja siswa ilmu pengetahuan alam. Model pembelajaran Learning Cycle adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan dan memperoleh pengetahuan baru. Model tersebut mengajak siswa menjadi kompeten dalam berbagai aspek baik kognitif, afektif dan psikomotorik dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan sehingga proses pembelajaran bersifat student centered. Dalam proses pembelajaran terjadi penerimaan informasi dan kemudian diolah sehingga menghasilkan produk dalam bentuk hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Pengembangan lembar kerja siswa berbasis learning cycle 7E memperhatikan kurikulum yang sedang berlaku yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pengembangan lembar kerja siswa berbasis learning cycle 7E pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah dapat membantu siswa menjadi lebih memahami permasalahan dan fenomena yang mereka temukan di alam sekitarnya, karena lembar kerja siswa berbasis learning cycle 7E merupakan media yang tepat sebagai sarana penyampaian konsep pembelajaran ilmu pengetahuan alam khususnya di sekolah dasar. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk mengekplorasi ide-ide mereka hingga memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya membiasakan siswa untuk berpikir secara mandiri dan kritis. 108

1.2 Identifikasi Masalah