Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai bangsa majemuk, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya dikenal memiliki latar belakang dengan beragam etnis, suku, agama, budaya. Kemajemukan dan multikulturalitas memiliki konsekuensi permasalahan silang budaya yang sampai saat ini belum memiliki identitas kebudayaan yang jelas. Selama ini, Indonesia hanya memiliki identitas semu yang belum mantap tetapi dipaksakan seolah- olah menjadi ciri khas kebudayaan bangsa, yang sering dinamakan sistem budaya nasional James Danandjaya, 2002. Sedangkan sitem budaya nasional itu sendiri sedang dalam proses pembentukan terus-menerus karena terbangun berdasarkan sistem budaya etnik lokal. Persoalannya, nilai-nilai budaya manakah yang perlu menjadi perhatian utama dalam upaya menuju situasi sadar budaya? Sebagai bangsa yang majemuk, setiap komunitas budaya dengan latar belakang budaya tertentu tentunya memiliki local genius berupa nilai-nilai yang berangkat dari kearifan lokal local wisdom. Upaya menemukan identitas bangsa yang baru atas dasar kearifan lokal merupakan hal yang penting demi penyatuan bangsa. Pengembangan kearifan-kearifan lokal yang relevan dan kontekstual memiliki arti penting sebagai ketahanan budaya di samping mempunyai arti penting bagi identitas budaya etnik lokal itu sendiri. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi 2 pembentukan jati diri bangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya mempunyai akar. Strategi pendidikan berbasis budaya untuk mengenalkan keberagaman suku bangsa di Indonesia yang multikultur perlu ditanamkan sedini mungkin pada anak-anak. Tetapi pada kenyataannya, kita tidak mungkin hanya mengandalkan pihak sekolah untuk mengembangkan upaya pendidikan dan kebudayaan dalam menanamkan nilai, moral dan karakter pada anak. Di samping pendidikan dapat diselenggarakan melalui pelembagaan, masih terbuka lahan garapan yang dapat mewarnai pelestarian dan pengembangan kebudayaan. Dalam kenyataannya, kurangnya perhatian generasi muda pada nilai-nilai budaya bangsa, terkait dengan masih sedikit sekali bahan bacaan atau metode praktis untuk mengenalkan nilai-nilai budaya pada anak. Salah satu bentuk metode praktis untuk mengenalkan nilai-nilai kearifan lokal adalah melalui permainan. Dalam konteks pengenalan budaya, maka dapat ditawarkan permainan tradisional yang di dalamnya mengandung pesan-pesan moral yang didasari nilai-nilai kearifan lokal local wisdom yang menyiratkan world view dari suku bangsa masing-masing. Pesan-pesan moral ini diterjemahkan ke dalam aturan permainan untuk membedakan mana perilaku baik-buruk, serta berperan untuk melatih anak mematuhi aturan. Jika dilakukan terus-menerus diharapkan dapat membentuk kebiasaan baik untuk menghasilkan karakter yang baik, yang dapat berguna saat kelak anak memasuki masyarakat multikultural seperti di Indonesia. Sejalan dengan itu penelitian psikologi lintas budaya yang berkaitan dengan perkembangan anak dalam konteks budaya telah diterapkan di negara-negara multikultur seperti di Malaysia, Thailand dan China Keats, 3 Daphne, Cross-Cultural Studies in Child Development in Asian Contexts Cross-Cultural Research 2000. Di Indonesia sendiri, kajian permainan tradisional telah dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan pada tahun 1982 melalui penelitian dalam bentuk inventarisasi permainan tradisional. Di dalam penelitian tersebut belum sepenuhnya dijelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Contohnya, salah satu permainan di etnis Sunda yang bernama ucing sumput, baru dijelaskan untuk mengisi waktu senggang sebagai hiburan serta melatih keterampilan gerak. Jika dikaji lebih jauh permainan tradisional tersebut memiliki potensi untuk menanamkan nilai-nilai moral untuk melatih anak dapat bekerjasama, kejujuran dalam memenuhi aturan main, menghargai kawan dan lawan, serta kebersamaan yang dirasakan saat melakukan permainan, serta mengembangkan keterampilan motorik kasar. Mengingat jangka waktu inventarisasi penelitian telah dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan pada tahun 1982 sudah mencapai rentang waktu 15 tahun, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan verifikasi ulang dalam rangka mengidentifikasi secara lebih detil nilai-nilai local wisdom apa saja yang terkandung di dalam permainan tradisional sebagai strategi pendidikan berbasis budaya untuk mengenalkan keberagaman suku bangsa di Indonesia yang multikultur, sehingga hasil penelitian awal ini dapat dilakukan untuk mengembangkan metoda pendidikan dan kebudayaan dalam menanamkan nilai, moral dan karakter pada anak. Mengingat banyaknya jumlah etnis di Indonesia, maka sebagai tahap awal dipilih etnis Sunda di wilayah Jawa Barat sebagai pilot project yang merupakan salah satu bagian etnis di Indonesia. Budaya etnis Sunda, memiliki world view yang mengandung 4 nilai-nilai kearifan lokal local wisdom yang berisi “Silih asah, silih asuh, silih asih”. Silih asah bermakna saling mencerdaskan, saling memperluas wawasan dan pengalaman lahir batin. Silih asuh mengandung makna membimbing, mengayomi, membina, menjaga, mengarahkan dengan seksama agar selamat lahir dan batin. Silih asih bermakna tingkah laku yang memperlihatkan kasih sayang yang tulus H.R Hidayat Suryalaga, 2003. Berdasarkan latar belakang itulah, maka tujuan penelitian ini mencoba mengungkapkan “Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Local Wisdom Dalam Permainan Tradisonal Etnis Sunda”.

I.2 Perumusan Masalah