BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sinyal Suara
Sinyal adalah kumpulan tanda atau bunyi untuk menyampaikan pesan atau informasi. Suara adalah bentuk kompleks yang dapat disampaikan dengan cerdas
melalui partikel udara dengan berbagai intensitas gelombang bunyi. Untuk setiap gelombang bunyi yang dikirimkan mengandung karakteristik, ciri dan bentuk
informasi tertentu yang akan disampaikan Shiavi 1991. Sinyal suara merupakan rangkaian bunyi yang merambat dan berubah secara
lambat melalui partikel udara dalam kurun waktu tertentu. Analisis terhadap sinyal suara akan memberikan nilai karakteristik memadai dan stabil, apabila
dilakukan pada inteval waktu cukup pendek antara 5 ms hingga 100 ms. Bila interval waktu tersebut diperpanjang menjadi lebih dari, atau sama dengan 200
ms, akan memberikan perubahan nilai karakteristik Rabiner et al. 1993. Sinyal suara merupakan sumber data alamiah yang dapat memberikan
bermacam informasi, antara lain: informasi mengenai rangkaian huruf pembentuk kata atau kalimat; bahasa yang di gunakan untuk berbicara; emosi; jenis kelamin;
serta usia dan identitas pemilik suara Reynolds 2002. Visualisasi sinyal suara dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2 Prinsip Identifikasi Pembicara
Identifikasi pembicara, merupakan proses mengklasifikasikan pembicara dari sejumlah alternatif pembicara yang diberikan, sebagai suatu keputusan
terbaik. Jumlah alternatif pembicara adalah sama dengan jumlah populasi pembicara terregistrasi.
Meniru kemampuan manusia mengenal identitas seseorang melalui suara yang didengar, merupakan dasar kerja yang diadopsi oleh sistem identifikasi
pembicara, sehingga sistem identifikasi pembicara dapat dimasukan kedalam kelompok sistem kecerdasan buatan Kusumadewi 2003.
Terdapat 2 tahap proses yang dilibatkan untuk mengetahui identitas seseorang dari suara yang diucapkan. Pertama, mendapatkan informasi spesifik
atau nilai ciri dari suara yang diamati. Kedua, mengklasifikasikan suara, melalui
proses pencocokan nilai ciri suara yang diterima dengan nilai ciri suara acuan basis data ciri suara Furui 1997.
Dari sudut pandang linguistik, terdapat dua metode yang dapat diterapkan untuk mengembangkan sistem identifikasi pembicara. Metode pertama disebut
text-dependent, dan metode kedua disebut text-independent. Sistem identifikasi pembicara yang mengadopsi metode text-dependent, harus mengetahui dan
menentukan terlebih dahulu teks yang akan diucapkan pembicara. Contoh penerapan metode text-dependent adalah pada pengucapan PIN nomor identitas
diri yang digunakan sebagai kata kunci. Sistem identifikasi pembicara yang mengadopsi metode text-independent, tidak perlu menentukan teks apa yang harus
diucapkan pembicara, sehingga pembicara bebas menentukan pilihan teks yang akan diucapkannya Furui 1997.
2.3 Preemphasis