31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. MODIFIKASI ALAT PENYIANG
Alat ini merupakan hasil modifikasi dari alat penyiang gulma yang terdahulu yang didesain oleh Lingga mukti prabowo dan Hirasman tanjung
2005, Perubahan yang dilakukan meliputi pengantian enjin dan penambahan pelampung, seperti terlihat pada Gambar 8. Bagian lain seperti rangka utama,
batang kemudi, reduction gear, roda penyiang, pisau penyiang dan sistem transmisi tetap dibiarkan seperti semula. Diharapkan dengan kondisi seperti itu
penyiangan dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang lebih baik pula.
Gambar 8. Penyiang bermotor sebelum di modifikasi
Gambar 9. Penyiang bermotor setelah di modifikasi
Enjin yang baru
pelampung
32 Enjin memegang peranan penting untuk memberikan persediaan
tenaga bagi alat selama operasi. Dengan enjin yang ada, komponen-komponen alat akan memperoleh suplai tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsinya masing-masing. Dengan berjalannya fungsi masing-masing komponen, maka pada akhirnya, fungsi alat secara total akan tercapai. Dengan
terpenuhinya tenaga yang dibutuhkan oleh alat, maka alat ini akan dapat secara operasional mencabut gulma dengan baik.
Enjin yang dipakai haruslah enjin dengan kapasitas tenaga yang tepat. Pada kondisi tersebut, alat akan dapat beroperasi dengan baik, dimana
suplai tenaga tetap terpenuhi, dan berat enjin tidak menjadi masalah tersendiri bagi operator. Apabila enjin yang digunakan memiliki kapasitas tenaga yang
besar dan berada diatas kebutuhan yang diperlukan, tentu saja tenaga operasi terpenuhi, hanya saja imbasnya enjin tersebut melimpahkan berat yang
berlebih pada operator, karena kapasitas tenaga yang besar diikuti besarnya volume enjin yang ada, dan sebaliknya, apabila enjin yang digunakan
memiliki kapasitas daya yang kecil, maka kebutuhan tenaga akan kurang terpenuhi, meskipun alat menjadi lebih ringan. Enjin 1.5 hp memberikan
suplai tenaga yang kurang. Hal inilah yang menjadi beban tersendiri bagi operator saat mengoperasikan alat. Sehingga kebutuhan tenaga tidak
terpenuhi. Akibatnya, alat tidak bekerja maksimal dan beban operator betambah.
Untuk menanggulangi masalah ini, modifikasi yang dilakukan adalah menyediakan sumber tenaga enjin yang memiliki kapasitas tenaga
yang cukup untuk menyediakan tenaga bagi operasi alat tetapi tidak memberikan beban tambahan bagi operator saat operasi di lahan, seperti
tambahan berat berlebihan yang mempercepat tingkat kelelahan operator. Enjin yang digunakan dalam rancangan modifikasi ini adalah enjin 2 tak
dengan merk Robin E086H kapasitas daya 3 hp 6000 rpm, seperti terlihat pada Gambar 11. Enjin ini 2 kali lebih kuat dibandingkan enjin sebelumnya.
33 Gambar 10. Enjin yang baru
Gambar 11. Enjin yang lama Dengan penggunaan enjin tersebut, kebutuhan daya untuk operasi
alat di lahan terpenuhi. Enjin 3 hp tersebut memiliki ukuran fisik dan beban berat yang lebih besar dibandingkan dengan enjin 1.5 hp yang digunakan
dalam rancangan pertama. Enjin 3 hp ini penempatannya akan tetap sama dengan penempatan enjin terdahulu, hanya mengubah sedikit posisi baut
pengunci enjin, karena memiliki dudukan enjin yang sedikit berbeda. Posisi enjin ini disamakan dengan posisi enjin yang terdahulu.
Pergerakan alat di lahan sawah juga menjadi perhatian dalam modifikasi ini karena pergerakan alat ini yang memberikan sebagian faktor
kinerja alat saat operasi di lahan. Dengan beroperasinya alat di lahan, alat akan bergerak sesuai dengan rencana operasi. Ketika di lahan, alat dikendalikan
oleh operator melalui kemudi. Dengan adanya beban tambahan karena komponen enjin di lahan, alat akan terpengaruh. Tambahan berat menjadi
beban tersendiri bagi komponen kaki belakang alat. Kaki belakang ini menjadi tumpuan kemudi saat berbelok dan juga sebagai titik tumpu untuk
menyeimbangkan antara roda pencakar dan beban berat enjin di depan kemudi.
34 Secara fungsional, kaki belakang telah berfungsi dengan baik, kaki
belakang mampu menopang beban berat dan menjadi titik tumpu kemudi. Akan tetapi, karena berat alat oleh penggunaan enjin, maka efeknya kaki
belakang tersebut tenggelam lebih dalam dan menambah beban kerja operator. Rancangan kaki belakang alat yang terdahulu adalah pada ujungnya terdapat
penampang kontak berbentuk seperti kaki bebek. Dengan menambah luasan bidang kontak tersebut, maka beban gaya persatuan luas akan semakin kecil,
dengan demikian kedalaman tenggelamnya kaki belakang penopang tersebut dapat dikurangi.
Dengan menjadi titik tumpuan saat berbelok, kaki belakang menerima beban lebih. Dengan beban tersebut, kaki belakang menjadi
tenggelam lebih dalam ke lumpur sawah, dan ini menambah beban kerja operator. Untuk itu, modifikasi seluncur diperlukan. Seluncur ini dipasangkan
pada bagian bawah kaki belakang. Dengan kondisi tersebut, alat dapat meluncur dengan baik seperti halnya papan ski atau snowboard, sehingga
memudahkan untuk gerakan maju karena mengurangi tenggelamnya roda penyiang atau untuk berbelok karena mengurangi kedalaman tenggelamnya
kaki belakang. Seluncur ini juga berfungsi untuk membenamkan gulma yang tercabut kedalam lumpur. Karena seluncur ini dipasang segaris dengan jalur
roda pencakar. Seluncur yang digunakan terbuat terbuat dari papan particle board
tebal 5 mm dengan ukuran 35 cm x 11 cm. Dengan melihat perhitungan pada Lampiran 2, luasan ini sudah sangat mencukupi karena luasan minimal
pelampung yang dibutuhkan untuk menahan gaya tekan alat ini adalah sebesar 51 cm²pelampung.
Papan ini dipasang pada penampang kontak di ujung kaki belakang skid. Seluncur jenis ini dipasang dengan menggunakan baut bajak
sebanyak 4 buah, seperti terlihat pada Gambar 12.
35
B. UJI FUNGSIONAL 1. Kapasitas Lapang dan Efesiensi Lapang