Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa)

(1)

28

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

ALAT PENYIANG GULMA DENGAN MENAMBAHKAN FUNGSI

PEMUTUS AKAR UNTUK PADI SAWAH (

Oryza sativa

)

I GDE PARINATHA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

I Gde Parinatha


(3)

ABSTRAK

I GDE PARINATHA. Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa). Dibimbing oleh I WAYAN ASTIKA.

Penyiangan gulma adalah salah satu tahapan penting dalam budidaya tanaman padi. Salah satu alat yang bisa digunakan adalah gasrok atau lalandak. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap gasrok dengan menambahkan bilah pisau yang diharapkan dapat sekaligus memutuskan akar padi. Secara agronomis diyakini bahwa pemutusan akar akan merangsang tumbuhnya akar baru yang lebih banyak. Pisau diletakkan pada kedalaman 4 cm sehingga menjamin bagian padi yang dipotong adalah bagian akar. Uji kinerja alat menunjukkan pemutusan akar rata-rata sebesar 11 %. Pemasangan pisau secara signifikan meningkatkan porositas tanah, menurunkan bulk density dan menurunkan tahanan penetrasi tanah pada lahan padi umur 16 HST, tetapi tidak signifikan pada umur 40 HST. Sementara itu, alat ini tetap dapat melakukan fungsi utamanya sebagai penyiang gulma dengan efisiensi mencapai 84 %.

Kata kunci: penyiangan gulma, alat penyiang, pemutus akar

ABSTRACT

I GDE PARINATHA. Modification and Performance Test of Weeder by Installing Root Cutter for Paddy (Oryza sativa). Supervised by I WAYAN ASTIKA.

Weeding is one of important phase in rice cultivation. Gasrok or lalandak is a kind of tool usually used in weeding. In this research gasrok was modified by adding a pair of knife expected to cut the root. Agronomically, it is convinced root cutting will stimulate more young root growth. Knives were installed at 4 cm depth assuring that the parts of the crops being cut are the roots. The performance test showed that the knives cut about 11 % of the total roots. The knives also increased porosity, decreased bulk density and soil penetration resistance significantly at 16 days after transplanting, but did not change porosity, bulk density and soil penetration resistance significantly at 40 days after transplanting. Meanwhile, the knives still kept the main function in weeding with efficiency at about 84 %.


(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA

ALAT PENYIANG GULMA DENGAN MENAMBAHKAN FUNGSI

PEMUTUS AKAR UNTUK PADI SAWAH (

Oryza sativa

)

I GDE PARINATHA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa)

Nama : I Gde Parinatha NIM : F14090017

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Pebruari 2013 ini ialah Penyiangan Gulma dengan judul Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan, bimbingan, dan dukungan selama penelitian dan pembuatan skripsi serta kepada Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si dan Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, M.Agr yang telah memberikan saran dan masukan untuk penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada papa, mama, kedua adik tersayang dan seluruh keluarga atas segala dukungan moril, materil, doa dan kasih sayang yang tak terhingga. Ucapan terima kasih kepada keluarga besar KMHD IPB, seluruh Orion (TEP 46), rekan-rekan sebimbingan (Nayla, Nuzul, Famul, Wenny) DC Holic (Perdana, Satrya, Joka, Yoga dan Darya), Indraprasta (Bli Mayun, Manu, Giri, Didi) dan rekan-rekan masa SMA Djugulers (Gromy, Febby, Cindy, Andreas, Zico) atas segala bantuan, dukungan, doa dan semangat kalian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para petani (Pak Njai, Pak Isak, Pak Basir, Pak Fuad, Pak Tatang), teknisi dan pegawai lab yang telah membantu selama pengumpulan data. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian.

Bogor, September 2013


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan 2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 3

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Modifikasi Alat Penyiang 5

Uji Kinerja Alat 6

a. Efisiensi Penyiangan 6

b. Efisiensi Pemutusan Akar 9

Perubahan Sifat Fisik dan Mekanik Tanah 10

a. Porositas dan Bulk Density 10

b. Tahanan Penetrasi Sawah 12

Pengaruh Pemutusan Akar Padi Terhadap Pertumbuhan Tanaman 13

a. Jumlah Akar Padi 13

b. Biomassa Padi 14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18


(8)

DAFTAR TABEL

1 Data teknis alat 6

2 Efisiensi penyiangan gulma dengan berbagai perlakuan di lahan padi 7 umur 16 HST

3 Efisiensi penyiangan gulma dengan berbagai perlakuan di lahan padi 8 umur 40 HST

4 Kecepatan dan kapasitas lapang berbagai perlakuan penyiangan 8 5 Jumlah akar yang terputus dengan memakai pisau 10 6 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 16 HST 11 7 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 16 HST 11 8 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 40 HST 12 9 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 40 HST 12 10 Penurunan tahanan penetrasi tanah (kg/cm2) di lahan padi 13 11 Jumlah akar padi 1 minggu setelah penggasrokan 14

12 Biomassa padi (kg/rumpun) umur 80 HST 15

DAFTAR GAMBAR

1 Akar padi 2

2 Alat penyiang tipe gasrok 4

3 Gasrok tanpa modifikasi 6

4 Gasrok dengan modifikasi 6

5 Sketsa tampak depan pemasangan pisau pada gasrok 6

6 Petani menggunakan gasrok 8

7 Hasil pemutusan akar 9

8 Kondisi lahan sebelum penyiangan 10

9 Kondisi lahan setelah penyiangan 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 16 HST 18 2 Pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 16 19

HST

3 Pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 16 20 HST


(9)

4 Pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 40 HST 21 HST

5 Pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 40 22 HST

6 Pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 16 23 HST

7 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi 24 tanah di lahan padi umur 16 HST

8 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi 25 tanah di lahan padi umur 40 HST


(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gulma adalah semua tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan kerugian (Saputra 2011). Penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan alat dan mesin. Penggunaan alat sudah dimulai di beberapa daerah tertentu. Di Jawa Barat, alat penyiang tersebut dikenal dengan nama lalandak sedangkan di Jawa Tengah disebut dengan gasrokan. Lalandak adalah alat berupa roda bercakar yang berfungsi mencabut gulma sedangkan gasrok adalah lempeng besi bercakar yang berguna untuk mencabut gulma (Pramana, 2009). Namun hingga saat ini kebanyakan petani lebih memilih melakukan penyiangan manual dibandingkan menggunakan alat. Para petani beranggapan bahwa penggunaan alat hanya akan menambah jam kerja karena adanya bagian lahan yang harus dikerjakan kembali secara manual.

Menurut BPTP Jawa Barat (2009), kegiatan pemutusan akar padi sebaiknya dilakukan salah satunya dengan menggunakan kored (alat penyiang gulma) karena hal ini diharapkan akan menstimulasi tumbuhnya akar baru. Pertumbuhan akar baru akan menyebabkan akar tanaman padi lebih menyebar secara mendatar di dalam tanah sehingga mengurangi tumbuhnya akar yang memanjang vertikal. Suardi (2002) menyatakan bahwa akar yang tumbuh subur dengan penyebaran mendatar diharapkan dapat meningkatkan gabah isi dengan distribusi akar lebih dari 50 % pada kedalaman 5 cm. Distribusi seperti ini cukup efisien untuk penyaluran air dan hara ke bagian tanaman pada lahan irigasi teknis (Suardi 2002). Mackill et al. (1996) juga menjelaskan bahwa pada kondisi lahan irigasi yang yang sudah disiapkan, akan terbentuk lapisan kedap air yang sulit ditembus akar padi. Akar sebaiknya tidak terlalu dalam karena ketersediaan air ada di sekitar perakaran padi.

Sistem perakaran padi sangat beragam jika ditinjau berdasarkan genotipenya. Sifat perakaran ini telah menarik perhatian beberapa ilmuwan untuk mempelajarinya dalam hubungannya dengan toleransi tanaman terhadap kekeringan. Dalam keadaan normal, perakaran padi tumbuh sedikit kompak, penyebaran akar horisontal lebih dominan daripada yang tegak lurus ke dalam tanah (Gambar 1). Pertumbuhan akar selanjutnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, tekstur, jenis tanah, air, udara, dan cara pengelolaan tanah. Keterbatasan air yang diserap mempengaruhi pembelahan sel, pertumbuhan, dan hasil. Hasil gabah ditentukan oleh besarnya evapotranspirasi selama pertumbuhan terutama pada periode 64 hari sebelum tanaman dipanen. Evapotranspirasi sangat dipengaruhi oleh koefisien tanaman. Peran akar dalam menyerap air tanah selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses fotosintesis dalam menghasilkan gabah (Suardi, 2002).


(11)

2

Gambar 1 Akar padi (Makarim dan Suhartatik, 2009)

Untuk meningkatkan efisiensi pemutusan akar dan efisiensi waktu kerja, maka perlu dibuat alat yang dapat membantu petani menyelesaikan dua kegiatan secara bersamaan, yaitu penyiangan gulma dan pemutusan akar padi. Alat penyiang gulma yang selama ini ada sudah bekerja cukup baik dan dapat digunakan para petani. Penambahan implemen tertentu memungkinkan alat tersebut untuk dapat melakukan fungsi tambahan yaitu memutus akar padi selain fungsi utama untuk menyiangi gulma.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Memodifikasi alat penyiang gulma tipe gasrok dengan penambahan fungsi pemutus akar padi.

2. Mengukur kinerja alat yang sudah dimodifikasi mencakup efisiensi penyiangan, efisiensi pemutusan akar, perubahan porositas, bulk

density, tahanan penetrasi tanah dan kapasitas kerja.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai dari Pebruari sampai Agustus 2013 bertempat di lahan sawah petani di Desa Dramaga dan Desa Laladon, Kabupaten Bogor.


(12)

3 Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan adalah: - Alat penyiang gulma tipe gasrok

- Toolbox

- Perangkat Penetrometer SR-2 - Ring sampel

- Penggaris / meteran

- Kuadran gulma (40 x 40 cm) - Tali rafia

- Timbangan digital

2. Bahan yang digunakan adalah: - Tanaman padi

- Pupuk - Besi - Bambu

- Bilah pisau stainless steel

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup beberapa tahapan yaitu identifikasi masalah, perancangan dan pembuatan alat, uji kinerja alat, dan analisa hasil penelitian.

1. Identifikasi masalah

Penelitian diawali dengan melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Permasalahan yang ditemukan adalah perlunya dibuat sebuah alat yang memungkinkan petani untuk melakukan dua pekerjaan secara bersamaan, yaitu menyiangi gulma padi dan memutus perakaran padi. Alat yang akan dibuat harus mampu bekerja pada lahan sistem tanam jajar legowo dengan jarak tanam 20 cm. Penggunaan sistem legowo karena dengan sistem ini tanaman padi tumbuh lebih baik dan hasilnya lebih tinggi karena luasnya border effect dan lorong di petakan sawah sehingga menghasilkan bulir gabah yang lebih bernas (Pahruddin et al. 2004). 2. Perancangan dan pembuatan alat

Proses perancangan dilakukan dengan memodifikasi alat penyiang tipe gasrok yang sudah ada (Gambar 2) dengan penambahan pisau yang berfungsi sebagai pemutus akar tanaman padi tanpa mengubah bentuk aslinya. Pisau yang dirancang terletak pada sisi kiri dan kanan alat gasrok masing-masing berjumlah satu buah dengan kedalaman kerja 5-10 cm dari permukaan tanah. Pisau ini bersifat tidak permanen sehingga dapat dilepas dan dipasang kembali sesuai keinginan petani. Pembuatan alat dilakukan di sebuah bengkel teknik.


(13)

4

Gambar 2 Alat Penyiang Tipe Gasrok

3. Uji kinerja alat

Pengujian dilakukan di lahan sawah milik petani di sekitar kampus IPB yang menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam (20 x 20 x 50 cm). Pada penelitian ini terdapat 3 perlakuan yaitu:

1. Penyiangan manual

2. Penyiangan gasrok tanpa pisau 3. Penyiangan gasrok dengan pisau

Pengukuran kinerja alat yang dilakukan meliputi: a. Efisiensi penyiangan gulma

Perhitungan efisiensi penyiangan diawali dengan menghitung jumlah gulma awal yang tumbuh menggunakan kuadran gulma sebelum dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan, jumlah gulma akhir yang masih tersisa di lahan dihitung kembali. Petakan yang dijadikan sampel berjumlah 15 buah untuk masing-masing perlakuan. Efisiensi penyiangan dihitung dengan persamaan:

... (1) Keterangan:

Ef : efisiensi penyiangan (%)

n awal : tingkat penutupan gulma awal (%) n akhir : tingkat penutupan gulma akhir (%) b. Efisiensi pemutusan akar tanaman padi

Petakan yang digunakan sebagai sampel pada perhitungan ini adalah petakan yang digunakan pada perhitungan penyiangan gulma. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan jumlah akar yang terputus dengan jumlah akar keseluruhan dari setiap rumpun padi dengan jumlah sampel sebanyak 20 rumpun. Nilai efisiensinya dinyatakan dalam %.


(14)

5

c. Porositas dan bulk density

Pengukuran porositas dan bulk density dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB dengan jumlah sampel tanah 10 buah masing-masing perlakuan penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau. Pengambilan sampel tanah diambil menggunakan ring sampel bervolume 98.13 cm3 pada kedalaman 5 cm.

d. Tahanan penetrasi tanah

Tahanan penetrasi tanah diukur sebelum dan setelah alat gasrok bekerja di lahan. Pengukuran dilakukan menggunakan alat penetrometer pada kedalaman 5 cm sesuai kedalaman kerja alat pada titik yang dilewati berjarak 2 cm dari tanaman padi. Nilai yang diperoleh adalah hasil rata-rata dari 20 titik sampel dengan satuan kg/cm2 untuk setiap perlakuan.

Parameter lain yang juga diamati adalah jumlah akar setelah penyiangan dan penimbangan biomassa padi. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital terhadap masing-masing 10 sampel rumpun padi dari perlakuan penyiangan manual, penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau. Rumpun padi dibongkar kemudian tanah yang menempel dicuci bersih sebelum dilakukan penimbangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Modifikasi Alat Penyiang

Identifikasi masalah yang dihadapi dalam modifikasi alat penyiang menemukan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: (1) jarak tanam legowo 20 cm mempengaruhi lebar lempeng gasrok dan lebar total alat termasuk pisau, (2) lebih dari 50 % perakaran padi terdistribusi pada kedalaman 5 cm sehingga pisau yang dipasang harus mampu bekerja pada kedalaman tersebut, (3) gerakan gasrok maju mundur sehingga pisau perlu dipasang pada sepanjang lempeng gasrok supaya akar yang diputus banyak (4) fungsi utama gasrok sebagai alat penyiang harus tetap dipertahankan sehingga modifikasi yang dilakukan tidak mengubah bentuk dan ukuran gasrok sebelumnya.

Alat penyiang gulma yang digunakan adalah gasrok yang populer digunakan di daerah Jawa Tengah (Gambar 3). Alat ini digunakan untuk penyiangan semi mekanis dengan spesifikasi tercantum pada Tabel 1. Gasrok terbuat dari lempengan besi sebagai komponen utama, stainless steel sebagai bahan pembuat pisau, dan bambu atau kayu sebagai gagang. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambah sepasang pisau berjarak 4 cm di bawah gasrok dan berjarak 4 cm dari pinggir lempeng gasrok tanpa mengubah dimensi gasrok sebelumnya


(15)

6

(Gambar 4 dan 5). Pemasangan pisau berfungsi untuk memutus perakaran padi disaat bersamaan gasrok menyiangi gulma. Pisau yang terpasang bersifat semi permanen yang memudahkan petani untuk mengatur lebar kerja alat sekaligus dapat dilepas bila tidak dibutuhkan. Kelemahan alat ini hanya dapat digunakan pada tanaman dengan jarak tanam yang sama dan lurus serta pada kondisi lahan yang cukup air.

Tabel 1 Data teknis alat

No Uraian Nilai

1 Panjang 26.5 cm

2 Lebar 14 cm tanpa pisau

20 cm dengan pisau

3 Tebal 0.70 cm

4 Tinggi pegangan 106 cm

5 Lebar kerja efektif 18 cm tanpa pisau 24 cm dengan pisau 6 Kecepatan kerja 0.230 m/s tanpa pisau

0.125 m/s dengan pisau

Gambar 3 Gasrok sebelum modifikasi Gambar 4 Gasrok setelah modifikasi


(16)

7 B. Uji Kinerja Alat

a. Efisiensi Penyiangan

Penyiangan menggunakan gasrok hanya dapat mencabut gulma yang tumbuh pada lajur antar baris tanaman, sedangkan gulma antar tanaman tidak dapat tersentuh (Gambar 6). Pengukuran dilakukan pada lajur antar baris tanaman saat penyiangan I (padi berumur 2-3 minggu) dan penyiangan II (padi berumur 5-6 minggu). Efisiensi rata-rata penyiangan gulma yang diperoleh adalah penyiangan manual sebesar 93 %, penyiangan tanpa pisau sebesar 82 % dan penyiangan dengan pisau sebesar 84 % pada penyiangan I (Tabel 2) serta penyiangan manual sebesar 81 %, penyiangan tanpa pisau sebesar 69 %, dan penyiangan dengan pisau sebesar 70 % pada penyiangan II (Tabel 3). Efisiensi penyiangan manual yang tinggi berbanding terbalik dengan kecepatan kerja di lahan begitu juga dengan perlakuan yang lain seperti yang tersaji pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat penyiang baik dengan pisau maupun tanpa pisau dapat mempercepat pekerjaan di lahan dengan nilai kapasitas lapang efektif yang lebih besar dibandingkan penyiangan manual.

Tabel 2 Efisiensi penyiangan gulma dengan berbagai perlakuan di lahan padi umur 16 HST

Ulangan Penyiangan manual (%)

Penyiangan tanpa pisau (%)

Penyiangan dengan pisau (%)

1 90 78 76

2 92 83 80

3 98 84 88

4 89 77 91

5 90 91 86

6 92 78 92

7 96 80 79

8 92 82 82

9 90 89 82

10 94 81 85

11 94 92 90

12 93 83 88

13 92 84 77

14 98 78 80

15 88 75 86

Rataan 93 82 84

Catatan: Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau pada taraf 5%

Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5%

Nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau tidak berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5.


(17)

8

Tabel 3 Efisiensi penyiangan gulma dengan berbagai perlakuan di lahan padi umur 40 HST

Ulangan Penyiangan manual (%)

Penyiangan tanpa pisau (%)

Penyiangan dengan pisau (%)

1 80 70 72

2 82 66 70

3 78 68 75

4 76 65 66

5 81 73 68

6 83 72 72

7 84 69 70

8 77 69 68

9 79 66 66

10 84 74 65

11 87 72 74

12 76 62 70

13 82 60 62

14 83 70 71

15 81 72 74

Rataan 81 69 70

Catatan: Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau pada taraf 5%

Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5%

Nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau tidak berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5%

Tabel 4 Kecepatan dan kapasitas lapang berbagai perlakuan penyiangan Perlakuan Kecepatan kerja

(m/s)

Kapasitas lapang efektif (ha/jam)

Penyiangan manual 0.017 0.00141

Penyiangan tanpa pisau 0.230 0.00283

Penyiangan dengan pisau 0.125 0.00220


(18)

9 b. Efisiensi Pemutusan Akar

Pemasangan pisau berfungsi sebagai pemutus akar padi yang bekerja pada kedalaman 5 cm di bawah permukaan tanah. Alat bekerja di antara barisan tanaman sehingga memutus akar padi hanya pada salah satu sisinya saja. Berdasarkan hasil uji kinerja yang dilakukan, gasrok hasil modifikasi ini dapat bekerja cukup baik untuk memotong akar tanaman padi pada kedalaman 4-7 cm tergantung kondisi tanah. Kendala yang ditemukan di lapangan adalah alat menjadi lebih sulit untuk digerakkan karena bekerja cukup dalam di bawah tanah. Hasil pemotongan akar terlihat pada Gambar 7 dan jumlah akar yang terputus rata-rata 11 % pada penyiangan I (padi umur 16 HST) dan 12 % pada penyiangan II (padi umur 40 HST) tercantum pada Tabel 5. Akar yang terputus disebabkan karena kontak langsung dengan mata pisau. Selain itu ada bagian tanah yang terangkat bersamaan dengan bekerjanya alat sehingga juga dapat memutus akar padi yang berpegang pada tanah tersebut. Berdasarkan jumlah akar yang terputus, hasil uji Anova menunjukkan bahwa penyiangan I berbeda nyata terhadap penyiangan II. Hal sebaliknya terjadi jika membandingkan persentase pemutusan penyiangan I yang tidak berbeda nyata terhadap penyiangan II. Hal ini diakibatkan perbedaan jumlah total akar antara penyiangan I dan II.


(19)

10

Tabel 5 Jumlah akar yang terputus dengan memakai pisau Sampel

Padi umur 16 HST Padi umur 40 HST

Jumlah akar total Jumlah akar putus Persentase (%) Jumlah akar total Jumlah akar putus Persentase (%)

1 120 12 10 235 23 10

2 124 13 10 253 25 10

3 136 14 10 255 30 12

4 142 13 9 244 26 11

5 132 12 9 232 20 9

6 125 10 8 257 35 14

7 123 13 11 253 31 12

8 138 16 12 224 32 14

9 128 12 9 246 28 11

10 121 17 14 210 26 12

11 116 14 12 235 27 11

12 128 14 11 264 30 11

13 126 18 14 245 29 12

14 134 13 10 224 29 13

15 132 14 11 202 30 15

16 132 13 10 217 23 11

17 119 12 10 218 25 11

18 128 11 9 225 30 13

19 125 14 11 234 26 11

20 120 13 11 230 20 9

Rata-rata 127 13 11 235 27 12

Catatan: Alat dioperasikan pada satu sisi baris tanaman c. Porositas dan Bulk Density

Penggunaan gasrok tidak hanya berfungsi sebagai penyiang gulma. Saat gasrok bergerak maju mundur, bagian cakar akan mencabut gulma sekaligus juga membongkar permukaan tanah yang dilaluinya. Begitu juga dengan gasrok yang dilengkapi dengan pisau akan membongkar tanah yang dilaluinya pada kedalaman tertentu. Kondisi tanah yang telah dilalui gasrok akan terlihat berbeda dibandingkan sebelum dilalui gasrok (Gambar 8 dan 9) yang memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisik dan mekanik tanah.

Gambar 8 Kondisi lahan sebelum Gambar 9 Kondisi lahan setelah


(20)

11 Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penggasrokan pada usia tanaman 16 HST baik menggunakan pisau maupun tanpa pisau bermanfaat untuk memecah butiran tanah menjadi lebih kecil sehingga menurunkan nilai bulk density tanah yang berkorelasi untuk meningkatkan nilai porositas tanah (Tabel 6 dan 7). Namun manfaat tersebut seolah tidak terlihat pada penggasrokan padi umur 40 HST karena nilai porositas dan bulk density yang terukur tidak jauh berbeda (Tabel 8 dan 9). Hasil uji Anova menunjukkan bahwa nilai porositas dan bulk

density penggasrokan tanpa pisau berbeda nyata dibandingkan penggasrokan

dengan pisau di lahan padi umur 16 HST tetapi tidak berbeda nyata di lahan padi umur 40 HST.

Tabel 6 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 16 HST Sampel

Sebelum perlakuan Setelah perlakuan Porositas

(%)

Bulkdensity

(g/cm3)

Porositas (%)

Bulkdensity

(g/cm3)

1 58.20 1.05 63.95 0.96

2 60.00 1.00 59.98 1.06

3 56.28 1.09 58.70 1.03

4 60.79 0.98 64.06 0.90

5 53.22 1.17 61.24 0.97

Rata-rata 57.70 1.06 61.59 0.98

Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan berbeda nyata dengan nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%.

Nilai bulk density sebelum perlakuan berbeda nyata dengan nilai

bulk density setelah perlakuan pada taraf 5%.

Tabel 7 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 16 HST Sampel

Sebelum perlakuan Setelah perlakuan Porositas

(%)

Bulk density

(g/cm3)

Porositas (%)

Bulkdensity

(g/cm3)

1 61.50 1.02 63.89 0.90

2 58.39 1.10 58.34 1.04

3 59.54 1.01 57.18 1.07

4 55.29 1.12 65.48 0.86

5 56.94 1.08 63.65 0.91

Rata-rata 58.33 1.07 61.71 0.96

Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan berbeda nyata terhadap nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%.

Nilai bulk density sebelum perlakuan berbeda nyata terhadap nilai bulk density setelah perlakuan pada taraf 5%.


(21)

12

Tabel 8 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 40 HST Sampel Sebelum perlakuan Setelah perlakuan

Porositas (%)

Bulkdensity

(g/cm3)

Porositas (%)

Bulkdensity

(g/cm3)

1 63.95 0.96 55.29 1.12

2 63.65 0.91 61.50 1.02

3 50.12 1.19 60.45 0.99

4 59.98 1.06 56.94 1.08

5 61.50 1.02 64.15 0.95

Rata-rata 59.84 1.03 59.67 1.03

Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%.

Nilai bulk density sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai bulk density setelah perlakuan pada taraf 5% Tabel 9 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 40 HST

Sampel

Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Porositas

(%)

BulkDensity

(g/cm3)

Porositas (%)

BulkDensity

(g/cm3)

1 64.15 0.95 54.96 1.14

2 61.50 1.02 63.65 0.91

3 61.50 1.02 58.20 1.05

4 56.94 1.08 65.15 0.89

5 58.20 1.05 60.79 0.98

Rata-rata 60.46 1.02 60.55 0.99

Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%

Nilai bulk density sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai bulk density setelah perlakuan pada taraf 5%.

d. Tahanan Penetrasi Tanah

Penurunan nilai tahanan penetrasi tanah setelah penyiangan baik dengan pisau maupun tanpa pisau pada kedalaman 5 cm ditunjukkan pada Tabel 10. Tahanan penetrasi tanah di lahan padi umur 16 HST perlakuan dengan pisau mengalami rata-rata penurunan yang lebih besar daripada perlakuan tanpa pisau. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut saling berbeda nyata yang menyatakan bahwa penggunaan pisau berdampak pada penurunan tahanan penetrasi tanah. Pada pengukuran di lahan padi umur 40 HST, tahanan penetrasi perlakuan dengan pisau mengalami penurunan yang lebih kecil dibandingkan perlakuan tanpa pisau. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena pada saat penyiangan umur 40 HST lahan tidak cukup air sehingga tanah dalam kondisi keras. Maka penggunaan pisau berpengaruh pada penurunan nilai tahanan penetrasi tanah, peningkatan porositas tanah dan penurunan bulk density selama tanah dalam kondisi yang memungkinkan alat untuk bekerja. Mekanisme


(22)

13 pembalikkan tanah menjadi faktor penting terjadinya perubahan nilai tersebut karena mengubah struktur tanah yang kompak menjadi lebih terurai.

Tabel 10 Penurunan tahanan penetrasi tanah di lahan padi akibat pemasangan pisau

Sampel

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

Padi umur 16 HST Padi umur 40 HST

Perlakuan tanpa pisau Penyiangan dengan pisau Penyiangan tanpa pisau Penyiangan dengan pisau

1 0.10 0.49 0.08 0.11

2 0.03 0.16 0.02 0.02

3 0.49 0.49 0.37 0.01

4 0.05 0.13 0.17 0.24

5 0.05 0.16 0.10 0.04

6 0.02 0.17 0.14 0.10

7 0.08 0.30 0.12 0.07

8 0.04 0.31 0.06 0.07

9 0.08 0.17 0.03 0.03

10 0.04 0.29 0.25 0.36

11 0.02 0.36 0.25 0.03

12 0.02 0.38 0.19 0.12

13 0.03 0.32 0.10 0.08

14 0.04 0.32 0.21 0.06

15 0.05 0.17 0.14 0.16

16 0.03 0.22 0.27 0.22

17 0.04 0.21 0.03 0.12

18 0.06 0.06 0.13 0.27

19 0.02 0.47 0.19 0.04

20 0.02 0.43 0.27 0.14

Rataan 0.07 0.28 0.16 0.11

C. Pertumbuhan Akar dan Biomassa Tanaman Padi a. Jumlah Akar Padi

Pengamatan terhadap pertumbuhan akar padi dilakukan 1 minggu setelah penyiangan masing-masing pada umur 23 dan 47 HST. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah akar padi hasil penyiangan dengan pisau lebih banyak daripada penyiangan tanpa pisau seperti tercantum pada Tabel 11. Hasil uji Anova menunjukkan jumlah akar padi penyiangan dengan pisau berbeda nyata jika dibandingkan jumlah akar padi penyiangan tanpa pisau masing-masing pada umur 23 dan 47 HST pada taraf nyata 5 %. Menurut hasil uji -t, penyiangan tanpa pisau berbeda nyata terhadap penyiangan dengan pisau pada taraf nyata masing-masing 5 % untuk umur padi yang sama.


(23)

14

Tabel 11 Jumlah akar padi 1 minggu setelah penggasrokan

Sampel 23 HST 47 HST

Tanpa pisau Dengan pisau Tanpa pisau Dengan pisau

1 137 216 262 347

2 147 190 256 308

3 173 195 277 330

4 152 231 267 300

5 138 213 260 332

6 142 192 282 312

7 167 194 281 321

8 145 202 250 307

9 132 204 258 315

10 142 221 263 306

11 145 212 278 320

12 152 198 293 312

13 172 194 246 316

14 177 203 264 302

15 146 204 278 323

16 142 207 270 322

17 132 210 257 312

18 143 216 266 296

19 144 196 261 292

20 138 204 282 302

Rata-rata 148 205 268 314

Catatan: Jumlah akar padi perlakuan tanpa pisau berbeda nyata terhadap jumlah akar padi perlakuan dengan pisau pada taraf 5% dengan umur 23 HST. Jumlah akar padi perlakuan tanpa pisau berbeda nyata terhadap jumlah

akar padi perlakuan dengan pisau pada taraf 5% dengan umur 47 HST. Data yang diambil bukan data berpasangan.

b. Biomassa Tanaman Padi

Biomassa padi ditimbang secara keseluruhan mencakup akar, batang, daun, dan buah. Pada awalnya penimbangan biomassa akan dilakukan saat panen akan tetapi adanya serangan hama burung mengakibatkan penimbangan dilakukan lebih awal pada usia tanaman 80 HST dengan data yang tersaji pada Tabel 12. Hasil uji Anova menyatakan bahwa perlakuan penyiangan menghasilkan nilai yang berbeda nyata masing-masing pada taraf nyata 5 %. Menurut hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dan uji-t, perlakuan penyiangan manual saling berbeda nyata terhadap penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau sedangkan penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau saling tidak berbeda nyata pada taraf nyata masing-masing 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa penyiangan manual menghasilkan bobot biomassa yang lebih kecil dibandingkan penyiangan menggunakan alat baik tanpa pisau maupun dengan menggunakan pisau.


(24)

15

Tabel 12 Biomassa tanaman padi umur 80 HST Sampel

Biomassa tanaman padi (kg/rumpun) Penyiangan

manual

Penyiangan dengan gasrok tanpa pisau

Penyiangan dengan gasrok berpisau

1 0.265 0.398 0.469

2 0.221 0.364 0.305

3 0.203 0.295 0.475

4 0.218 0.246 0.295

5 0.154 0.372 0.345

6 0.217 0.494 0.445

7 0.499 0.390 0.390

8 0.263 0.345 0.405

9 0.203 0.325 0.420

10 0.287 0.396 0.341

Rata-rata 0.253 0.363 0.389

Catatan: Nilai biomassa padi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai biomassa padi penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau pada taraf 5%


(25)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Modifikasi terhadap alat gasrok untuk menambahkan fungsi pemutusan akar adalah dengan menambahkan sepasang pisau stainless steel pada kedalaman 4 cm yang terletak 4 cm dari pinggir lempeng gasrok.

2. Efisiensi alat dalam menyiangi gulma dan memutuskan akar padi pada satu sisi masing-masing 84 % dan 11 % pada penyiangan I (16 HST) serta 69 % dan 12 % pada penyiangan II (40 HST) lebih tinggi daripada penyiangan tanpa pisau.

3. Pengoperasian alat juga menyebabkan peningkatan porositas tanah, penurunan bulk density dan penurunan tahanan penetrasi tanah yang nyata pada umur padi 16 HST, namun tidak nyata pada umur 40 HST apabila dibandingkan dengan penyiangan tanpa pisau.

4. Pertumbuhan akar padi setelah penyiangan dengan pisau ditemukan lebih banyak daripada penyiangan tanpa pisau. Biomassa tanaman padi hasil penyiangan dengan pisau juga ditemukan lebih besar daripada penyiangan manual dan penyiangan tanpa pisau.

Saran

1. Alat ini sebaiknya dioperasikan pada kondisi macak-macak supaya memudahkan pergerakan alat dan memungkinkan terjadinya aerasi.

2. Sehubungan dengan kedalaman kerja pisau yang mencapai 7 cm, sebaiknya pengukuran tahanan penetrasi tanah diteruskan hingga kedalaman 10 cm. 3. Perlu dilakukan perbaikan desain pisau untuk meningkatkan efisiensi

pemutusan akar. Modifikasi yang dapat ditambahkan adalah dengan pemasangan pisau yang melebar secara dua arah dari depan dan belakang lempeng.

4. Perlu juga dikembangkan desain yang memudahkan pembuangan gulma karena kebanyakan gulma akan menempel pada cakar.

5. Untuk meyakinkan pengaruh pemutusan akar terhadap pertumbuhan akar dan pertambahan biomassa tanaman perlu dilakukan penelitian agronomis yang lebih mendalam.


(26)

17

DAFTAR PUSTAKA

[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Gogo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Mackill DJ. 1996. Rainfed Lowland Rice Improvement. IRRI, Manila 242p.

Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Iptek Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi

Pahruddin A, Maripul, Dida PR. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usaha Tani di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. Buletin Teknik Pertanian 9 (1) : 10-12

Pramana I. 2009. Analisis Beban Kerja Terhadap Aktivitas Penyiangan Gulma [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Saputra I 2011 Pengembangan Sensor Warna Daun Untuk Pemetaan Kepadatan Serangan Gulma pada Lahan Terbuka [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Suardi D. 2002. Perakaran Padi dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman Terhadap Kekeringan dan Hasil. Jurnal Litbang Pertanian 21 (3) : 100-108.


(27)

18

Lampiran 1 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 16 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 90 9 90

2 90 7 92

3 88 2 98

4 84 9 89

5 92 9 90

6 93 7 92

7 92 4 96

8 93 7 92

9 90 9 90

10 94 6 94

11 95 6 94

12 89 6 93

13 93 7 92

14 89 2 98

15 84 10 88


(28)

19

Lampiran 2 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 16 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 83 18 78

2 89 15 83

3 85 14 84

4 88 20 77

5 90 8 91

6 82 18 78

7 80 16 80

8 83 15 82

9 88 10 89

10 83 16 81

11 86 7 92

12 88 15 83

13 86 14 84

14 83 18 78

15 81 20 75


(29)

20

Lampiran 3 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 16 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 80 19 76

2 83 17 80

3 84 10 88

4 89 8 91

5 92 13 86

6 89 7 92

7 85 18 79

8 84 15 82

9 93 17 82

10 86 13 85

11 96 10 90

12 82 10 88

13 82 19 77

14 89 18 80

15 76 11 86


(30)

21

Lampiran 4 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 40 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 40 8 80

2 34 6 82

3 32 7 78

4 38 9 76

5 47 9 81

6 54 9 83

7 56 9 84

8 39 9 77

9 48 10 79

10 68 11 84

11 60 8 87

12 42 10 76

13 56 10 82

14 54 9 83

15 47 9 81


(31)

22

Lampiran 5 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 40 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 67 20 70

2 50 17 66

3 56 18 68

4 68 24 65

5 70 19 73

6 64 18 72

7 59 18 69

8 54 17 69

9 44 15 66

10 43 11 74

11 36 10 72

12 45 17 62

13 42 17 60

14 40 12 70

15 36 10 72


(32)

23

Lampiran 6 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 40 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 53 15 72

2 54 16 70

3 36 9 75

4 35 12 66

5 44 14 68

6 36 10 72

7 46 14 70

8 53 17 68

9 44 15 66

10 43 15 65

11 66 17 74

12 70 21 70

13 55 21 62

14 62 18 71

15 66 17 74


(33)

24

Lampiran 7 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi tanaha di lahan padi umur 16 HST

Catatan: a Kedalaman pengukuran 5 cm

Nilai penurunan tahanan penetrasi tanah tanpa pisau berbeda nyata terhadap nilai penurunan tahanan penetrasi tanah dengan pisau pada taraf 5%

Sampel

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

Tanpa pisau Dengan pisau

Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan

1 0.42 0.32 0.10 0.81 0.32 0.49

2 0.65 0.62 0.03 0.81 0.65 0.16

3 1.14 0.65 0.49 0.65 0.16 0.49

4 0.97 0.92 0.05 0.45 0.32 0.13

5 0.65 0.60 0.05 0.65 0.49 0.16

6 0.82 0.80 0.02 0.50 0.33 0.17

7 0.68 0.60 0.08 0.80 0.50 0.30

8 0.82 0.78 0.04 0.67 0.36 0.31

9 1.04 0.96 0.08 0.62 0.45 0.17

10 0.65 0.61 0.04 0.67 0.38 0.29

11 0.72 0.70 0.02 0.71 0.35 0.36

12 0.67 0.65 0.02 0.73 0.35 0.38

13 0.78 0.75 0.03 0.52 0.20 0.32

14 0.76 0.72 0.04 0.72 0.40 0.32

15 0.73 0.68 0.05 0.62 0.45 0.17

16 0.68 0.65 0.03 0.72 0.50 0.22

17 0.78 0.74 0.04 0.66 0.45 0.21

18 0.78 0.72 0.06 0.72 0.66 0.06

19 0.66 0.64 0.02 0.67 0.20 0.47

20 0.77 0.75 0.02 0.68 0.25 0.43


(34)

25

Lampiran 8 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi tanahb di lahan padi umur 40 HST

Catatan: b Kedalaman pengukuran 5 cm

Nilai penurunan tahanan penetrasi tanah tanpa pisau tidak berbeda nyata terhadap nilai penurunan tahanan penetrasi tanah dengan pisau pada taraf 5%

Sampel

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

Tanpa pisau Dengan pisau

Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan

1 0.98 0.90 0.08 0.84 0.84 0.11

2 0.94 0.92 0.02 0.90 0.88 0.02

3 1.24 0.87 0.37 0.93 0.92 0.01

4 1.14 0.97 0.17 1.12 0.88 0.24

5 0.98 0.88 0.10 0.90 0.86 0.04

6 1.06 0.92 0.14 0.94 0.84 0.10

7 1.02 0.90 0.12 0.90 0.83 0.07

8 0.88 0.82 0.06 0.92 0.85 0.07

9 0.98 0.95 0.03 0.88 0.85 0.03

10 1.15 0.90 0.25 1.25 0.89 0.36

11 1.18 0.93 0.25 0.90 0.87 0.03

12 1.09 0.90 0.19 0.92 0.80 0.12

13 0.95 0.85 0.10 0.82 0.74 0.08

14 1.19 0.98 0.21 0.90 0.84 0.06

15 1.04 0.90 0.14 0.96 0.80 0.16

16 1.21 0.94 0.27 1.02 0.80 0.22

17 0.88 0.85 0.03 0.94 0.82 0.12

18 1.05 0.92 0.13 0.98 0.71 0.27

19 1.08 0.89 0.19 0.92 0.88 0.04

20 1.20 0.93 0.27 0.95 0.81 0.14


(35)

40

Piktorial

265

140

200

1060

Lampiran 9 Gambar modifikasi alat penyiang tipe gasrok

Tampak atas

Tampak samping Tampak depan

Digambar pada

Diperiksa oleh

29 Agustus 2013

Lembar 1

A4

Alat Penyiang Gulma Berpisau

Skala 1: 8 Digambar oleh

Proyeksi: Amerika

Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si I Gde Parinatha

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta-IPB

2013

Judul Gambar

Unit digunakan: milimeter


(36)

27

RIWAYAT HIDUP

I Gde Parinatha lahir di Pekanbaru 13 Juni 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara sekaligus anak laki-laki satu-satunya dari pasangan I Wayan Sutama dan Nengah Sujati. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pekanbaru pada bulan Juni 2009 dan mendaftar sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun yang sama. Penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian (sekarang menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem).

Selama menjalani perkuliahan penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yaitu menjabat sebagai pengurus Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD IPB) tahun 2009-2011 dan dipercaya menjadi Ketua KMHD pada periode 2011. Penulis juga aktif sebagai staf divisi Public Relation Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2012. Selain itu penulis juga berkesempatan tergabung dalam kepanitiaan Olimpiade Mahasiswa IPB 2011

dan Tri-U International Symposium and Seminar pada 2012.

Penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan pada Juni-Agustus 2012 di PT. Serikat Putra, PKS Lubuk Raja-Riau dengan judul Aspek Keteknikan dalam Budidaya, Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit.


(1)

Lampiran 5 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 40 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 67 20 70

2 50 17 66

3 56 18 68

4 68 24 65

5 70 19 73

6 64 18 72

7 59 18 69

8 54 17 69

9 44 15 66

10 43 11 74

11 36 10 72

12 45 17 62

13 42 17 60

14 40 12 70

15 36 10 72


(2)

23

Lampiran 6 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 40 HST

Ulangan

Persentase tutupan gulma awal

(%)

Persentase tutupan gulma akhir

(%)

Efisiensi penyiangan (%)

1 53 15 72

2 54 16 70

3 36 9 75

4 35 12 66

5 44 14 68

6 36 10 72

7 46 14 70

8 53 17 68

9 44 15 66

10 43 15 65

11 66 17 74

12 70 21 70

13 55 21 62

14 62 18 71

15 66 17 74


(3)

Lampiran 7 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi tanaha di lahan padi umur 16 HST

Catatan: a Kedalaman pengukuran 5 cm

Nilai penurunan tahanan penetrasi tanah tanpa pisau berbeda nyata terhadap nilai penurunan tahanan penetrasi tanah dengan pisau pada taraf 5%

Sampel

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

Tanpa pisau Dengan pisau

Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan

1 0.42 0.32 0.10 0.81 0.32 0.49

2 0.65 0.62 0.03 0.81 0.65 0.16

3 1.14 0.65 0.49 0.65 0.16 0.49

4 0.97 0.92 0.05 0.45 0.32 0.13

5 0.65 0.60 0.05 0.65 0.49 0.16

6 0.82 0.80 0.02 0.50 0.33 0.17

7 0.68 0.60 0.08 0.80 0.50 0.30

8 0.82 0.78 0.04 0.67 0.36 0.31

9 1.04 0.96 0.08 0.62 0.45 0.17

10 0.65 0.61 0.04 0.67 0.38 0.29

11 0.72 0.70 0.02 0.71 0.35 0.36

12 0.67 0.65 0.02 0.73 0.35 0.38

13 0.78 0.75 0.03 0.52 0.20 0.32

14 0.76 0.72 0.04 0.72 0.40 0.32

15 0.73 0.68 0.05 0.62 0.45 0.17

16 0.68 0.65 0.03 0.72 0.50 0.22

17 0.78 0.74 0.04 0.66 0.45 0.21

18 0.78 0.72 0.06 0.72 0.66 0.06

19 0.66 0.64 0.02 0.67 0.20 0.47

20 0.77 0.75 0.02 0.68 0.25 0.43


(4)

25

Lampiran 8 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi tanahb di lahan padi umur 40 HST

Catatan: b Kedalaman pengukuran 5 cm

Nilai penurunan tahanan penetrasi tanah tanpa pisau tidak berbeda nyata terhadap nilai penurunan tahanan penetrasi tanah dengan pisau pada taraf 5%

Sampel

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

Tanpa pisau Dengan pisau

Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan Sebelum penyiangan

Setelah penyiangan

Penurunan

1 0.98 0.90 0.08 0.84 0.84 0.11

2 0.94 0.92 0.02 0.90 0.88 0.02

3 1.24 0.87 0.37 0.93 0.92 0.01

4 1.14 0.97 0.17 1.12 0.88 0.24

5 0.98 0.88 0.10 0.90 0.86 0.04

6 1.06 0.92 0.14 0.94 0.84 0.10

7 1.02 0.90 0.12 0.90 0.83 0.07

8 0.88 0.82 0.06 0.92 0.85 0.07

9 0.98 0.95 0.03 0.88 0.85 0.03

10 1.15 0.90 0.25 1.25 0.89 0.36

11 1.18 0.93 0.25 0.90 0.87 0.03

12 1.09 0.90 0.19 0.92 0.80 0.12

13 0.95 0.85 0.10 0.82 0.74 0.08

14 1.19 0.98 0.21 0.90 0.84 0.06

15 1.04 0.90 0.14 0.96 0.80 0.16

16 1.21 0.94 0.27 1.02 0.80 0.22

17 0.88 0.85 0.03 0.94 0.82 0.12

18 1.05 0.92 0.13 0.98 0.71 0.27

19 1.08 0.89 0.19 0.92 0.88 0.04

20 1.20 0.93 0.27 0.95 0.81 0.14


(5)

40

Piktorial

265

140

200

1060

Tampak atas

Tampak samping Tampak depan

Digambar pada

Diperiksa oleh

29 Agustus 2013

Lembar 1

A4

Alat Penyiang Gulma Berpisau

Skala 1: 8 Digambar oleh

Proyeksi: Amerika

Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si I Gde Parinatha

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta-IPB

2013

Judul Gambar

Unit digunakan: milimeter


(6)

27

RIWAYAT HIDUP

I Gde Parinatha lahir di Pekanbaru 13 Juni 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara sekaligus anak laki-laki satu-satunya dari pasangan I Wayan Sutama dan Nengah Sujati. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pekanbaru pada bulan Juni 2009 dan mendaftar sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun yang sama. Penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian (sekarang menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem).

Selama menjalani perkuliahan penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yaitu menjabat sebagai pengurus Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD IPB) tahun 2009-2011 dan dipercaya menjadi Ketua KMHD pada periode 2011. Penulis juga aktif sebagai staf divisi Public Relation Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2012. Selain itu penulis juga berkesempatan tergabung dalam kepanitiaan Olimpiade Mahasiswa IPB 2011 dan Tri-U International Symposium and Seminar pada 2012.

Penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan pada Juni-Agustus 2012 di PT. Serikat Putra, PKS Lubuk Raja-Riau dengan judul Aspek Keteknikan dalam Budidaya, Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit.