37
2. Tingkat Keberhasilan Penyiangan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyiangan, diperlukan beberapa pengukuran yaitu pengukuran jumlah gulma awal dan
pengukuran jumlah setelah penyiangan. Sebelum melakukan penyiangan terlebih dahulu dilakukan pengukuran jumlah gulma yang ada pada lahan
yang digunakan tampak pada Gambar 14. Pengukuran kerapatan gulma dilakukan dengan cara mengambil sampel secara acak dengan membuat
petakan-petakan pada lahan sawah dengan ukuran 100 cm x 100 cm menggunakan tali rafia. Untuk sekali penyiangan dibuat tiga petakan
secara acak.
Gambar 14. Pengukuran jumlah gulma Dari hasil pengujian diperoleh data tentang jumlah gulma awal,
jumlah gulma terpotong, jumlah gulma tercabut, dan jumlah gulma akhir pada Lampiran 4. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada putaran
enjin 2125 rpm jumlah gulma yang tercabut sebanyak 37.79 dan jumlah gulma yang terpotong sebanyak 19.77. Pada putaran enjin 2850 rpm
jumlah gulma yang tercabut sebanyak 51.30 dan jumlah gulma yang terpotong sebanyak 16.23. Sedangkan untuk putaran enjin 3125 rpm
Jumlah gulma yang tercabut sebanyak 66.49 dan jumlah gulma yang terpotong sebanyak 12.64. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi putaran enjin yang digunakan maka jumlah gulma yang
tercabut semakin banyak dan jumlah gulma yang terpotong semakin sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena dengan putaran enjin yang
semakin tinggi, maka putaran roda penyiang semakin tinggi juga. Dengan adanya putaran yang tinggi pisau penyiang akan lebih mudah masuk ke
dalam tanah, sehingga mengakibatkan banyak gulma yang tercabut.
petak pengukuran
38 Jenis gulma yang tumbuh pada lahan sawah yang diuji adalah dari
golongan Grasses atau Gramineae berbentuk rerumputan dengan tinggi rata-rata 10 cm dan dari golongan golongan Sedges atau Cyperaceae
sebangsa rumput teki dengan tinggi 14 cm, seperti terlihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Jenis gulma yang tumbuh di lahan sawah Dari data hasil pengukuran jumlah gulma pada Lampiran 4, dapat
diketahui populasi jumlah gulma awal dan jumlah gulma akhir setelah penyiangan. Dari hasil penyiangan yang telah dilakukan kerusakan
tanaman padi setelah penyiangan dapat disebabkan oleh tertabraknya tanaman padi oleh roda penyiang dan ketidaksengajaan operator
menginjak tanaman padi ketika proses penyiangan berlangsung. Kondisi lahan sawah setelah disiangi dengan putaran yang berbeda dapat dilihat
pada Gambar 16, 17 dan 18.
Gambar 16. Kondisi lahan setelah disiangi menggunakan putaran enjin 2125 rpm
39 Gambar 17. Kondisi lahan setelah disiangi menggunakan putaran enjin
2850 rpm
Gambar 18. Kondisi lahan setelah disiangi menggunakan putaran enjin 3125 rpm
40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.