2.4.2. Kepatuhan Syariah
Kepatuhan syariah merupakan bagian dari tata kelola perusahaan corporate governance. Kepatuhan syariah merupakan manivestasi pemenuhan seluruh prinsip
syariah dalam lembaga yang memiliki karakteristik, integritas dan kredibilitas di bank syariah,dimana budaya kepatuhan tersebut adalah nilai, perilaku dan tindakan yang
mendukung terciptanya kepatuhan bank syariah terhadap seluruh ketentuan Bank Indonesia.
Kepatuhan syariah dalam perbankan syariah dapat diwujudkan melalui pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana
serta pelayanan jasa dalam perbankan syariah. Seperti yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 1016PBI2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa dalam Perbankan Syariah bahwa pemenuhan prinsip syariah yang dilaksanakan harus
memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan
„adl wa tawazun, kemaslahatan maslahah, dan universalisme alamiyah serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objek haram.
Pengukuran pada pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa menggunakan peringkat atau predikat
dengan skala yang tercantum dalam Self Assessment Good Corporate Governance sebagai berikut:
Tabel 2.9. Skala predikat pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
Predikat Bobot
Nilai 1
5 0,05
2 5
0,10 3
5 0,15
4 5
0,20 5
5 0,25
Sumber: Data diolah, 2015
2.4.3. Penerbitan Surat Berharga Syariah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal UUPM. Efek atau disebut juga dengan surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Berdasarkan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai
Efek Syariah. Berdasarkan Peraturan BAPEPAM dan LK yang sekarang menjadi Otoritas
Jasa Keuangan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa “Efek Syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan
pelaksanaannya akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah”. Hingga saat ini, efek syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah,
Sukuk dan Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor IX.A.13 tentang penerbitan efek syariah, sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan asset berwujud tertentu, nilai manfaat
dan jasa atas asset investasi tertentu atau kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Saham syariah merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk
mendapatkan bagian hasildari usaha perusahaan tertentu,yang mana usaha tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Sedangkan reksa dana adalah salah satu
alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas
investasi mereka. Indikator yang digunakan dalam mengukur penerbitan surat berharga syariah
adalah jumlah surat berharga yang telah diterbitkan oleh suatu bank, baik dalam bentuk saham syariah, sukuk, maupun reksan dana syariah. Dengan adanya perbedaan
jumlah surat berharga yang diterbitkan, maka diduga dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan tanggungjawab sosial pada suatu bank. Mengingat penerbitan surat
berharga merupakan tambahan informasi yang dibutuhkan oleh pemegang saham dalam memonitor suatu bank, maka pengungkapan tanggungjawab sosial bank yang
menerbitkan surat berharga akan lebih tinggi dibandingkan dengan bank yang tidak menerbitkan surat berharga.
2.5. Penelitian Terdahulu