Tipe-tipe Paguyuban Paguyuban Gemeinscahft
perkawinan. Hilaman Adikusuma 2003: 68 mengemukakan bahwa “ Di lingkungan masyarakat adat batak masih tetap mempertahankan
susunan kekerabatan yang sifatnya asymmetrisch connubium, dimana seorang laki-laki tidak boleh menikahi yang satu marga dengannya”.
Bungaran Antonius 2006:18 mengemukakan bahwa: Suku batak masih terbagi-bagi ke dalam beberapa subsuku, yang
pembagiannya atas pemakaian bahasa batak yamg mempunyai perbedaan dialek yaitu batak karo yamg menempati bagian utara
danau toba, batak pakpak atau dairi di bagain barat tapanuli, batak timur atau simalungun di timur danau toba, batak toba di tanah
batak pusat dan di anatara padang lawas dan batak angkola yang menempati daerah angkola, sipirok dan si bolga bagaian selatan.
Marga pada Batak Karo terdapat 5 marga, yaitu marga Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, dan Parangin-angin. Dari lima marga
tersebut terdapat submarga lagi. Total submarganya ada 84. Adapun Batak Toba, dikatakan sebagai marga ialah marga-marga pada suku
bangsa Batak yang berkampung halaman marbona pasogit di daerah Toba. Salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba yaitu
Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede dan masih banyak marga-maraga dari batak toba.
Lalu pada Batak Simalungun terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR, yaitu Sinaga,
Saragih, Damanik, dan Purba. Keempat marga ini merupakan hasil dari Harungguan Bolon permusyawaratan besar antara empat raja besar
dari masing-masing raja tersebut, untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan
Sementara pada Batak Mandailing hanya dikenal beberapa marga saja, antara lain Lubis, Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri,
Lintang, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe, Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, dan Hutasuhut.
Sistem kekerabatan Batak diambil dari garis keturunan laki-laki atau patrilineal. Seorang Batak merasa hidupnya lengkap jika ia telah
memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya.