Tahanan Penetrasi Tanah Kohesi dan sudut gesekan dalam

dan 30.02. Sedangkan kerapatan isi tanah pada tingkat kedalaman tersebut masing-masing 0.99 gcm 3 untuk puncak guludan, 0.92 gcm 3 untuk tengah guludan, dan 1.02 gcm 3 untuk cekungan guludan, sehingga rata-rata kerapatan isi tanahnya adalah 0.98 gcm 3 . Data lengkap pengukuran disajikan pada Lampiran 5. Tabel 3. Kadar air dan bulk density Lahan Posisi guludan Kadar Air Bulk Density gramcc Leuwikopo Puncak 29.01 0.99 Tengah 29.72 0.92 Cekungan 30.02 1.02 A Jatitujuh Puncak 17.40 0.89 Cekungan 24.27 1.08 B Jatitujuh Puncak 10.21 0.90 Cekungan 19.84 1.12 Pada pengujian di lahan PG. Jatitujuh, Majalengka didapatkan nilai kadar air rata-rata pada lahan pengujian A sebesar 17.40 pada puncak guludan dan 24.27 pada cekungan guludan. Kerapatan isi tanahnya adalah 0.89 gcm 3 pada puncak guludan, dan 1.08 gcm 3 pada cekungan guludan, sehingga rata-rata kerapatan isi tanah pada lahan pengujian A PG Jatitujuh adalah 0.98 gcm 3 . Pada pengujian di lahan B PG. Jatitujuh didapatkan nilai kadar air rata-rata pada puncak guludan sebesar 10.21, dan 19.84 pada cekungan guludan. Kerapatan isi tanah lahan pengujian B PG. Jatitujuh didapatkan nilai rata-rata sebesar 0.90 grcm 3 pada puncak guludan, dan 1.12 gcm 3 pada cekungan guludan, sehingga nilai rata-rata kerapatan isi tanah lahan pengujian B adalah 1.01 gcm 3 .

2. Tahanan Penetrasi Tanah

Hasil pengukuran tahanan penetrasi tanah pada lahan percobaan Leuwikopo, lahan pengujian A, dan lahan pengujian B PG. Jatitujuh, Majalengka dilakukan dengan menggunakan penetrometer sampai kedalaman 60 cm. Data dan perhitungan tahanan penetrasi tanah dengan small cone disajikan pada Lampiran 6. Grafik pada Gambar 28 menunjukkan rata-rata terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan percobaan yang bervariasi. Pada puncak guludan lahan Leuwikopo terlihat bahwa tahanan penetrasi yang terjadi cenderung naik hingga kedalaman 40 cm dari permukaan tanah dan selanjutnya stabil pada kedalaman 40-60 cm. Tahanan penetrasi di lahan Leuwikopo juga demikian, dimana tahanan yang terjadi cenderung naik hingga kedalaman 35 cm kemudian stabil hingga kedalaman 55 cm dan turun pada kedalaman 60 cm dari permukaan tanah. a puncak guludan b cekungan guludan Gambar 28. Grafik hubungan penetrasi tanah dengan kedalaman tanah. Pada lahan percobaan yang dilakukan di PG. Jatitujuh, Majalengka, pada puncak guludan terlihat bahwa terjadi peningkatan tahanan yang tajam dari kedalaman 0-35 cm kemudian stabil dari kedalaman 35-60 cm dari permukaan tanah. Keadaan sebaliknya terjadi pada cekungan guludan lahan percobaan PG. Jatitujuh, di mana terjadi kenaikan tahanan penetrasi tanah pada kedalaman 0-15 cm untuk kemudian terjadi penurunan tahanan penetrasi hingga kedalaman 60 cm dari permukaan tanah. Naik turunnya tahanan penetrasi ini tidak lepas dari pengaruh kekerasan lapisan tanah, hal ini disebabkan oleh adanya pemadatan tanah oleh lalu lintas traktor ataupun alat pengolahan lahan lain serta tingkat aerasi dari tanah tersebut.

3. Kohesi dan sudut gesekan dalam

Nilai kohesi merupakan nilai gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Nilai adhesi merupakan nilai gaya tarik menarik antara molekul 10 20 30 40 50 60 70 500 1000 1500 2000 2500 3000 Tahanan penetrasi kPa K edal aman c m puncak guludan Leuw ikopo puncak guludan Jatitujuh 10 20 30 40 50 60 70 500 1000 1500 2000 2500 Tahanan penetrasi kPa K edal aman c m Cekungan guludan Leuw ikopo Cekungan guludan Jatitujuh beda jenis. Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata nilai kohesi pada lahan percobaan A PG. Jatitujuh pada puncak guludan dihasilkan 6.80 kPa dan pada cekungan guludan terjadi over tidak terukur, artinya peralatan penetrometer yang dipakai tidak dapat menjangkau nilai beban yang terjadi. Pada lahan percobaan B PG. Jatitujuh nilai kohesi rata-rata pada puncak guludan didapatkan 6.14 kPa, dan 10.67 kPa untuk cekungan guludan. Pada pengujian di lahan uji Leuwikopo didapatkan nilai kohesi sebesar 4.93 kPa dan 2.93 kPa untuk puncak guludan dan cekungan guludan Tabel 4. Nilai kohesi yang tinggi ini berarti ikatan antara tanah cukup kuat. Ikatan yang cukup kuat ini menyebabkan tingginya nilai tahanan penetrasi tanah terutama pada lahan pengujian PG. Jatitujuh. Gambar 29 menunjukkan kondisi kelengketan tanah pada ditcher. Gambar 29. Kondisi kelengketan tanah pada bagian ditcher Tabel 4. Kohesi dan sudut gesekan dalam pada Lahan Percobaan Jatitujuh dan Leuwikopo Lahan uji Posisi pada guludan 1 kPa 2 kPa 1 kPa 2 kPa Ø o Kohesi kPa A PG. Jatitujuh Puncak 12.22 17.14 4.38 8.36 51.03 6.80 Cekungan 23.59 Ov 4.38 8.36 Ov Ov B PG. Jatitujuh Puncak 13.61 20.39 4.38 8.36 59.59 6.14 Cekungan 17.14 23.01 4.38 8.36 55.88 10.67 Leuwikopo Puncak 11.51 17.48 4.38 8.36 56.31 4.93 Cekungan 14.13 24.30 4.38 8.36 68.63 2.93 Keterangan: Ov = tidak terukur

C. Profil Hasil Pengoperasian Ditcher dengan Pengeruk Tanah