II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Tebu
Tanaman tebu Saccharum officinarum L. merupakan salah satu tanaman penting sebagai penghasil gula. Tebu termasuk kelas Monokotiledon,
ordo Glumaceae, famili Gramineae, kelompok Andropogoneaae, genus Saccharum Sudiatso, 1982. Menurut Barnes dalam Sudiatso 1982 iklim
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan hasil tebu, rendemen dan gula. Tanaman tebu tumbuh baik di daerah beriklim panas di tropika dan subtropika
di sekitar khatulistiwa sampai garis isotherm 20
o
C, yakni kurang lebih diantara 39
o
LU sampai 35
o
LS. Muller dalam Sudiatso 1982, menyatakan bahwa data rata curah hujan tahunan yang baik bagi pertumbuhan tebu antara
1800- 2500 mm. Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air. Sedangkan menjelang tebu masak untuk di panen, dikehendaki
keadaan kering tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya terhenti. Buruknya drainase tanah mengakibatkan berlimpahnya kation tereduksi dan gas metan
dapat merupakan racun bagi tanaman tebu Notojoewono, 1970. Gambar 2 menunjukkan contoh tanaman tebu.
Gambar 2. Tanaman tebu
B. Drainase
Drainase merupakan usaha membuang kelebihan air yang tidak diperlukan lagi oleh tanaman untuk meningkatkan hasil atau produktivitas
pertanian. Sumber kelebihan air dapat berasal dari air hujan, air susupan, irigasi yang kurang efisien, pengaruh artesis, dan banjir. Faktor-faktor yang
mempengaruhi drainase meliputi faktor tanah, jenis tanaman, iklim, topografi dan kedalaman muka air tanah Wijanto, 1988. Air yang berlebihan akan
mengakibatkan tanah tanaman dan tanah yang diolah akan tergenang, yang dapat menyebabkan kerusakan. Jadi di daerah-daerah yang demikian, air
berlebih harus dibuang ke daerah-daerah yang lebih rendah yang memerlukan pengairan Sosrodarsono, 1980.
Menurut Schwab et al. 1981 metode yang dipakai untuk mengeringkan lahan dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: drainase permukaan surface
drainage dan drainase bawah permukaan sub-surface drainage. Drainase permukaan surface drainage mengalirkan kelebihan air yang tergenang di
atas permukaan tanah. Schwab et al. 1981, menyatakan bahwa pemilihan sistem didasarkan
pada keadaan topografi lahan dan jenis pengelolaan tanaman. Dimana sistem yang digunakan tersebut harus :
1. Layak untuk suatu sistem pertanian 2. Mempunyai kapasitas pengaliran yang cukup
3. Arah aliran kelebihan air mulai dari lahan menuju saluran tanpa bahaya erosi dan pengendapan
4. Tidak menggangu operasi peralatan. Penggunaan drainase permukaan tanah sebagai sistem drainase
memberikan keuntungan sebagai berikut : 1. Mempunyai kapasitas menyalurkan air yang cukup
2. Mudah dikerjakan dengan biaya yang relatif murah 3. Dapat dibuat dengan cara mekanis atau tenaga manusia
Di samping memberikan keuntungan, drainase permukaan juga memberikan beberapa kerugian antara lain: luas lahan akan berkurang, operasi
traktor dan alat-alat pertanian akan terganggu serta diperlukan pemeliharaan yang teratur.
Tanaman tebu menghendaki drainase perakaran yang baik. Bagi daerah- daerah yang bertanah poros dan mempunyai muka air tanah dalam
≥ 1m, biasanya tidak dijumpai masalah drainase. Masalah ini timbul terutama di
daerah tanah berat, muka air tanah yang dangkal dan daerah yang datar dimana pembuangan air selalu jadi masalah.
Menurut Wardojo 1996 pembuatan saluran drainase dimulai dari pembuatan got keliling berukuran 60 – 90 cm dengan kedalaman 100 – 120
cm. Kemudian got mujur yang berukuran 60 – 80 cm dengan kedalaman 50 – 75 cm. Jarak antar got mujur ini 50 – 125 m. Tegak lurus dengan got mujur
dibuat got malang dengan ukuran 40 – 50 cm dengan kedalaman 30 – 40 cm. Jarak antar got malang ini adalah 10 m. Gambar 3 menunjukkan contoh
saluran drainase yang biasa dibuat pada lahan plant cane PG. Jatitujuh, Majalengka.
Gambar 3. saluran drainase.
C. Furrower