Analisis Kata حسن /ḥasan/, خير /Khair/, Dan طيب /ṭayyib/ Dalam Alquran Ditinjau Dari Segi Makna Gramatikal

(1)

ANALISIS KATA ﻦﺴﺣ/asan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ/ayyib/

DALAM ALQURAN DITINJAU DARI SEGI MAKNA GRAMATIKAL

SKRIPSI SARJANA

O L E H

SUGIHARDI

100704011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS KATA ﻦﺴﺣ/asan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ/ayyib/

DALAM ALQURAN DITINJAU DARI SEGI MAKNA GRAMATIKAL SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O

L E H

SUGIHARDI NIM. 100704011 Pembimbing I

U

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc, Ph.D. NIP.19621204 198703 2 001

Pembimbing II

U

Dra. Fauziah, M.A. NIP.196501121990032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN


(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB Ketua,

NIP.19621204 198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc.Sc, Ph.D.

Sekretaris,

NIP.196501121990032001 Dra. Fauziah, M.A.


(4)

PENGESAHAN: Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada: Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A

No. Nama Tanda Tangan Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc.Sc, Ph.D. (...) 2. Dra. Fauziah, M.A. (...) 3. Dr. Khairina Nasution, M.S. (...) 4. Drs. Bahrum Saleh, M.Ag. (...) 5. Dra. Murniati, M.Hum. (...)


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Februari 2015 Peneliti

Sugihardi 100704011


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat dan salam juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang panutan dan suri tauladan, yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah membuat suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk memenuhi syarat tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul : Analisis Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﺮﻴﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻁ

/ṭayyib/ Dalam Alquran Ditinjau Dari Makna Gramatikal

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan yang disebabkan kurangnya pengalaman peneliti akan memahami dan menyampaikan sesuatu dan keterbatasan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu peneliti dengan sepenuh hati memohon saran dan kritik yang membangun dari semua pihak atas tulisan ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami ilmu bahasa Arab.

Medan, Februari 2015 Peneliti

Sugihardi 100704011


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah segala puji hanya tertuju kepada sang Khaliq, Allah SWT, berkat taufik dan hidayahNya penelitian skripsi ini dapat terselesaikan atas ijin-Nya. Selawat bermutiarakan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,pembawa risalah yang membimbing umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua peneliti, yaitu: Sulahman dan Tumini yang telah rela merawat, membesarkan serta mendidik peneliti dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih.Doa yang senantiasa mereka munajatkan untuk anaknya, mampu menguatkan jiwa dan batin ini dalam menapaki kerasnya dunia hingga menempah mental baja dalam diri ini. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kebahagiaan dan keberkatan di dunia dan akhirat kepada mereka. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Dalam kesempatan ini pula, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada 1. Bapak Dr.Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Dr.Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs.Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Yuddi Adrian,M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. selaku KetuaDepartemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Sekretaris Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus juga sebagai dosen pembimbing dalam penelitian skripsi ini yang telah rela meluangkan waktunya untuk membimbing dan dengan sabar mengarahkan dan memberikan buah pikirnya, tahap demi tahap, proses demi proses dalam


(8)

penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT menambah dan mengabadikan ilmu pengetahuan mereka.

3. Staf pengajar di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi banyak pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan tersebut dapat peneliti terapkan dalam lingkungan bermasyarakat.Bapak Drs Husnan Lubis M.A selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memotivasi dalam penyelesaian skripsi, serta bang Andika yang telah banyak membantu peneliti dalam bidang administrasi penyelesaian skripsi.

4. Saudara-saudariku tercinta kakakku Sumarni, Sunarni, Sulastri, Suryani, abangku Sumardi, Susanto dan adikku Suhartono atas bantuan dan doanya. 5. Syukrankatsiran untuk sosok hebat dibalik suksesku. Sang bidadariku Adik Nuryta yang selalu setia menemani, membantu, memberikan semangat dan motivasi, serta doa yang tulus kepada peneliti.

6. Keluarga besar Bapak Siamto (Ibu Nurasiah, adek Nurita, dek Siswanto, dan adek Hermanto) yang telah memotivasi serta doa yang tulus kepada peneliti untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku seperjuangan Andi ‘kolonk’, wahyu ‘laek’, Munawir, Hermansyah, yusup Arifin ‘mpek’, Syaidina fa’ji, Habibi, Rika, Nurul, Nuradida, Rani, Inem, Irma, Yuyun, Sakinah, Ayusanusi, Ayusmi, Yusnaini, Terima kasih atas doa, motivasi, masukan dan bantuannya.

8. Adik-adik 2011 Maulana ‘Molen’, Nuriza, Andi, Tomi, Fadda, Maudana, rizkan fadillah, mahfuza, alfi, ratih, dahlia, dll yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu.

9. Abang Zulfan, abang Haris, abang Zoelfikar, abang Aman ‘abang yang tampan’, abang Juhri ‘putra mahkota, the Legend, Prof Juh’, abang Ibnu ‘abang asuh yang Oke’ terima kasih atas doa dan bantuannya semoga Allah Swt senantiasa membalas budi baik mereka.


(9)

ini, smoga Allah membalas antum dengan menjadikan keluarga yang sakinah.

11.Teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, (IMBA FIB USU) periode 2013-2015.

12.Dan trimakasih sebanyak-banyaknya kepada pak Adi sebagai guru nonformal (Coach) yang selalu memberikan masukan-masukan yang membangun, dan segenap rekan-rekan di PT. Pratita yang telah mengijinkan peneliti memakai fasilitas kantor dalam penulisan skripsi ini. 13.Dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada

peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Medan, Februari 2015 Peneliti

Sugihardi 100704011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

ABSTRAK ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI... . xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Konsep dan Jenis-Jenis Makna ... 8

2.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi ... 10

2.2.2 Afiksasi Arab ... 11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

3.1 Jumlah Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ mengalami afiksasiyang Terdapat Dalam Alquran ... 20

3.1.1 Jumlah Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ yang mengalami proses afiksasi di Dalam Alquran ... 21

3.1.2 Jumlah Kata ﺮﻴﺧ /khair/ yang mengalami proses afiksasi di Dalam Alquran /... ... ... 21 3.1.3 Jumlah Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi di Dalam


(11)

3.2 Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ

/ṭayyib/ yang Terdapat Dalam Alquran... 23

3.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ yang Terdapat Dalam Alquran ... ... 24

3.2.1.1 Makna Gramatikal Afiksasi Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ ) /a--/ Kata

ﺮﻴﺧ

/khair/ yang Terdapat Dalam Alquran... 24

3.2.1.2 Makna Gramatikal Afiksasi infiks (az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/ Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ yang Terdapat Dalam Alquran ... ... 30

3.2.1.3

Makna

Gramatikal Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/ ... 31

3.2.1.4Makna Gramatikal Afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (

ﺕﺍ

--) /--āti/ Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ yang Terdapat Dalam Alquran ... ... 31

3.2.2 Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﺮﻴﺧ /khair/ yang Terdapat Dalam Alquran... 33

3.2.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/ Kata

ﺮﻴﺧ

/khair/ yang Terdapat Dalam Alquran ... .... 33

3.2.2.2 Makna Gramatikal Kata ﺮﻴﺧ /khair/, yang Mengalami Proses Afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/ ... 34

3.2.3 Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang Terdapat Dalam Alquran …..………... ... 38

3.2.3.1 Makna Gramatikal Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/ ... .. 38

3.2.3.2 Makna Gramatikal Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/ ... .. 39

3.2.3.3 Makna Gramatikal Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/ ... . 40

3.3 Penggunaan Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran ... .. 49

3.3.1 Penggunaan Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ ... ... 50

3.3.2 Penggunaan Kata ﺮﻴﺧ /khair/ ... 58


(12)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

4.1 Kesimpulan ... 65

4.2 Saran ... 66


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Jumlah Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ Mengalami Afiksasi

Terdapat Dalam Alquran ... 20

Jumlah Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ Mengalami Proses Afiksasi ... 21

Jumlah Kata

ﺮﻴﺧ

/khair/ Mengalami Proses Afiksasi ... 22

Jumlah Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ Mengalami Proses Afiksasi ... 22

Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang Terdapat Dalam Alquran ... 23

Makna Gramatikal Afiksasi Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/ Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ yang Terdapat Dalam Alquran ... 28

Makna Gramatikal Afiksasi Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/ Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ yang Terdapat Dalam Alquran ... 37

Makna Gramatikal Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/... ... 47

Penggunaan Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ dalam Alquran ... 49

Penggunaan Kata

ﻦﺴﺣ

/

ḥasan/... ... 57

Penggunaan Kata

ﺮﻴﺧ

/khair/... ... 60


(14)

DAFTAR SINGKATAN

1. CD : Compact Disc

2. IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab 3. FIB : Fakultas Ilmu Budaya

4. Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

5. No. : Nomor

6. Qs. : Quran surat

7. RI : Republik Indonesia

8. SAW. : Sallallahu ̒ Alaihi Wassalam 9. SKB : Surat Keputusan Bersama 10.SWT. : Subahana Wa Ta ̒ ala

11.USU : Universitas Sumatera Utara 12.T.t : Tanpa tahun


(15)

ABSTRAK

Sugihardi 100704011. Analisis Kata Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ/ṭayyib/ Ditinjau Dari Segi Makna Gramatikal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi, untuk mengetahui makna gramatikal kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi dan untuk mengetahui penggunaan kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi.Adapun peneliti menggunakan pendapat Chaer sebagai landasan teori. Penelitian ini berdasarkan teori kepustakaan (library research) dengan metodelogi kualitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian yaitu: kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/

dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi berjumlah 83 (delapan puluh tiga) kata. Yang terdiri dari 47 kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, 12 kata ﺮﻴﺧ /khair/, dan 24 kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/. Makna gramatikal kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi yaitu: menunjukkan pelaku, menunjukkan perintah, Menunjukkan jamak, Menunjukkan kata kerja aktif, menunjukkan pelaku jamak, makna ‘paling’, makna yang menunjukkan dua, makna “lebih”. Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi mengalami perbedaan.


(16)

ﺔﻳﺪﻳﺮﲡ ةر ﻮﺻ

:

يدﺮﻫ ﻲﻏﻮﺳ

١٠٠٧٠٤٠١١

تﺎﻤﻠﻜﻟا ﻦﻋ ﻞﻴﻠﲢ

و ﻦﺴﺣ

ﲑﺧ

و

ﺐﻴﻃ

ﱘﺮﻜﻟا نآﺮﻘﻟا ﰲ

ﻦﻌﻣ ةﺮﻈﻧ

ﺔﻳﻮﺤﻨﻟا

.

و ﺎﻈﻔﻟ ﻢّﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﺪﻤﳏ ءﺎﻴﺒﻧﻷا ﰎﺎﺧ ﻰﻠﻋ لﺰﻨﳌا ﻞﺟ و ﺰﻋ ﷲ بﺎﺘﻛ ﱘﺮﻜﻟا ناﺮﻘﻟا و

ﲎﻌﻣ

لوا ﻦﻣ ﻒﺣﺎﺼﳌا ﰲ بﻮﺘﻜﳌا ﲔﻘﻴﻟا و ﻊﻄﻘﻟﺎﺑ ﺪﻴﻔﻣ ﺮﺗﻮﺘﻟﺎﺑ لﻮﻘﻨﳌا

.

ﻦﻟا ةرﻮﺳ ﺮﺧا ﱃا ﺔﲢﺎﻔﻟا ةرﻮﺳ

ا

س

.

أ

ﻦﺴﺣ تﺎﻤﻠﻜﻟا دﺪﻋ ﺔﻓﺮﻌﳌ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻫ فﺪﻫ

لا ﺐّﻴﻃ وﲑﺧ

,

ﺔﻴﻠﻤﻋ ﺎﻬﻴﻓ

ةدﺎﻳﺰﻟا فﺮﺣ

ﺔﻳﻮﺤﻨﻟا ﲎﻌﻣ ﻰﻠﻋ

ناﺮﻘﻟا ﰲ ﺎﳍﺎﻤﻌﺘﺳﻻاو

ﱘﺮﻜﻟا

.

تﺎﻧﺎﻴﺒﻟا نﻷ ﻲﻔﻴﻜﻟا ﺞﺤﻨﻣ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻫ ﰲ ﺖﻣاﺪﺨﺘﺳا ىﺬﻟا ﺞﻬﻨﳌا ﺎّﻣاو

ت ﺎﻧﺎﻴﺒﻟا ﻲﻫ

يأر ﺚﺣﺎﺒﻟا رﺎﺘﺧا و ﻖﻄﻨﻤﻴﺳ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻫ ﰲ لﻮﺧﺪﳌا و ﻲﻔﺻﻮﻟا

ا ﻦﻣ

ﲑﳋ

)

Chaer

(

ﺔﻳﺮﻈﻨﻟا سﺎﺳﻷ ﻰﻠﻋ

.

ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟا ﺞﺋﺎﺘﻧ

:

ةدﺎﻳﺰﻟا فﺮﺣ

تﺎﻤﻠﻜﻟا ﻦﻣ

ناﺮﻘﻟا ﰲ ﺐّﻴﻃ وﲑﺧ

,

ﻦﺴﺣ

"

ﱘﺮﻜﻟا

ﺮﻳﺪﻘﺘﺑ

٨٣

ﺔﻠﲨ

.

ﻦﺴﺣ ﺔﻤﻠﻛ

:

ﻲﻫ

ﺮﻳﺪﻘﺘﺑ

٤٧

ﲑﺧ و

ﺮﻳﺪﻘﺘﺑ

١٢

ﺐﻴﻃ و

ﺮﻳﺪﻘﺘﺑ

۲٤

.

ﺔﻴﻠﻤﻋ

ةدﺎﻳﺰﻟا فﺮﺣ

ﻰﻠﻋ

ﻦﺴﺣ تﺎﻤﻠﻜﻟا ﻦﻣ ﺔﻳﻮﺤﻨﻟا ﲎﻌﻣ

ﻲﻫ ﱘﺮﻜﻟا ناﺮﻘﻟا ﰲ ﺐّﻴﻃ وﲑﺧ

,

:

ضﺮﻋ

,

ﻞﻋﺎﻔﻟا

نﻮﻠﻋﺎﻔﻟا

,

ﻞﻌﻔﻟا

ﱯﻠﺴﻟا

ﺐﻠﻄﻟا ﻞﻌﻓ

,

ﲎﻌﻣو

ﱂا

و ﲎﺛ

ﻞﻀﻓﻷا

ﺔﻴﻠﻤﻋ ﰲ تﺎﻧﺎﻴﺒﻟا ﻞﻛ و

ةدﺎﻳﺰﻟا فﺮﺣ

قوﺮﻔﻟا ﻢﳍ


(17)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

Sa ṡ es (dengan titik di atas)

Jim J Je

Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)

Kha Kh Ka dan ha

Dal D De

Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

Ra R Er

Zai Z Zet

Sin S Es

Syin Sy Es dan ye

Sad

Es (dengan titik di bawah)

Dad ḍ de (dengan titik dibawah)


(18)

Za

zet (dengan titik di bawah)

`ain ‘ Koma terbalik (di atas)

Gain G Ge

Fa F Ef

Qaf Q Ki

Kaf K Ka

Lam L El

Mim M Em

Nun N En

Waw W We

Ha H Ha

ء

Hamzah ` Apostrof

Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh

:

ﺔﻤﻠﺴﻣ

ditulis Musallamah.

C. Tā`marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.


(19)

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh :

ﺔﻣﺮﻜﻤﻟﺍ ﺔﻜﻣ

ditulis Makkatul Mukarrmah.

D. Vokal Pendek

fathah ditulis a, contoh :

ﺐﻨﻛ

ditulis kataba kasrah ditulis i, contoh :

ﺐﺴﺣ

ditulis ḥasiba dammah ditulis u, contoh :

ﻦﺴﺣ

ditulis ḥasuna

E. Vokal Panjang

a panjang ditulis ā, contoh :

ءﺎﺟ

ditulis ja ā i pajang ditulis ī, contoh :

ﻢﻴﻠﻋ

ditulis ‘al īmun u panjang ditulis ū, contoh :

ﺏﻮﻴﻋ

ditulis ‘uy ūbun

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

(Fathah dan ya) ditulis ai Contoh :

ﺔﻠﻴﻟ

ditulis lailatun

Vokal rangkap

(Fathah dan waw) ditulis au Contoh :

ﻥﻮﻟ

ditulis launun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata

Dipisah dengan apostrof (`)

ﻢﺘﻧﺃﺃ

ditulis a`antum

H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-


(20)

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

ﺓﺩﺎﻬﺸﻟﺍ

ditulis as-syahādah

I. Huruf Besar

Penelitian huruf besar disesuaikan dengan EYD.

J. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa merupakan sesuatu yang kḥas, yang hanya dimiliki oleh manusia. Ernest Cassier dalam hal ini menyebutkan manusia sebagai animal symbolicum, yakni makhluk yang menggunakan media berupa simbol kebahasaan dalam memberikan arti dan mengisi kehidupan. Oleh Cassier, keberadaan manusia sebagai animal symbolic itu dianggap lebih berarti dari pada keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir karena adanya simbol, manusia tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya. Selain itu, dengan adanya simbol itu juga memungkinkan manusia untuk bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga mengadakan kontak dengan realitas kehidupan di luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia. Aminuddin (2001 : 17).

Kemampuan manusia dalam menggunakan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan mengkomunikasikan pikirannya. Manusia berinteraksi dengan sesamanya juga dengan menggunakan bahasa. Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keberadaban pun pada dasarnya dipelajari dan diwariskan dari generasi kegenerasi dengan menggunakan bahasa (Asrori,2004:4).

Menurut Sudaryat (2008 : 2 ) bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang Arbiter yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi. Sebagai sebuah system, bahasa bersifat sistematis. Dikatakan sistematis karena bahasa memiliki kaidah atau aturan tertentu. Bahasa juga bersifat sistematis karena memiliki subsistem, yakni : subsistem fonologi, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal. Ketiga subsistem tersebut bertemu dalam dunia bunyi dan dunia makna.

Kajian makna dalam bahasa indonesia disebut kajian semantik. Menurut Tarigan (1995: 7) semantik yaitu tela’ah makna. Aminuddin (2001 : 50)


(22)

mengatakan “ Dalam pemakaian sehari-hari kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaannya dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatikan. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, firasat, dan pikiran.

Menurut Kridalaksana ( 1982 : 15 ) dalam Aminuddin ( 1985 : 50 ) dari sekian banyak pengertian yang diberikan itu, hanya arti yang paling dekat dengan pengertiannya dengan makna. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak. Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna pengertian.

Alquran merupakan kalam Allah S.W.T yang merupakan mukzijat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah. (Depag R.I, 1977:16). Alquran Al-karim adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan kisah-kisah, falsafah, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial, sehingga berbahagialah hidup di dunia dan akhirat. (Depag R.I, 1977:27)

Alquran juga diturunkan dengan bahasa Arab. Sebagai kitab suci umat Islam, selayaknyalah bagi umatnya untuk mempelajari bahasa Arab dan mengetahui makna serta ajaran yang terkandung di dalamnya.

Dalam firman-Nya :















/innā anzalnāhu qur’ānan 'ārabiyyan la’allakum ta’qilūna/.’Sesungguhnya Kami Menurunkannya berupa Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu


(23)

Allah menyuruh manusia menghayati kandungan ayat Alquran, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran pada surah An-Nisa ayat : 82





























/afalā yatadabbarūnal-qurāna walau kāna min ‘indi gairillahi lawajadū fihi

ikhtilāfān kaśīran/.’Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya’. (An-Nisa’ : 82)

Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ dalam kamus (Yunus:2007) di artikan “baik, kebaikan, yang baik”. Maka dengan kata lain ketiga kata tersebut termasuk dalam jenis isim sifat (

ﺖﻌﻧ

/

ﺔﻔﺻ

). Ada memiliki kesamaan dalam arti, namun dari segi penggunaanya dalam kalimat tidak bisa digantikan dengan salah satu kata tersebut.

Alasan peneliti memilih judul ialah dalam kehidupan kita sehari-hari kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ sering kita dengar dan sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang mana kita telah mengetahui arti dari kata tersebut adalah “baik / yang baik”. Kita juga selalu menganggap ketiga kata tersebut adalah persamaan kata, dengan kata lain disebut sinonim. Namun apakah dalam penggunaan kata tersebut selalu sama, atau apakah setiap kita menggunakan salah satu suku kata tersebut selalu dapat kita gantikan dengan yang lain?. Ternyata tidak. Misalnya : ketika kita menanyakan kabar, “ Bagaimana kabarmu ?”

ﻚﻠﺣ ﻒﻴﻛ

؟

/ kaifa ḥaluka? /, dan akan dijawab “baik”, “

ﲑﲞ

“/ Khair /. Dan kita tidak pernah mendengar orang menjawab pertanyaan tersebut dengan kata

ﻦﺴﺣ

ḥasan , Atau

ﺐﻴﻃ

/ thoiyib /. Dan kita tahu juga bahwa Alquran adalah sumber daripada ilmu, termasuk ilmu tatabahasa arab. Kemudian di dalam Alquran juga banyak terdapat kata-kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/.


(24)

Contoh di dalam Al-Qur’an (QS, Al-Mu’minun : 96)





















/idfa’u billatῑ hiya `asanussai`ata naḥnu a’lamu bimā yaṣifūna/.’ Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik, Kami lebih Mengetahui apa yang mereka sifatkan (kepada Allah)’. (QS, Al-Mu’minun : 96)

Dari ayat di atas kata

ﻦَﺴْﺣ

/ahsan/ atau asal katanya

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ diartikan sebagai cara yang baik-baik. Nah bagaimana dengan kata ﺐﻴﻃ /ḥayyib/, dan ﲑﺧ /khair/. Berikut ayatnya :

























/yā`yyuhā ar-rasulu kulū minaṭṭayibāti wa‘malū ṣāliḥā `innῑ bimā ta’malūna ‘alῑmun/.’ Allah Berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik,dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. (QS, Al-Mu’minun : 51).

Ayat di atas mengartikan kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ makanan yang baik-baik, dengan kata lain menerangkan sifat suatu benda. Selanjutnya kata

ﲑﺧ

/khair/ di dalam Alquran :

















/nusāri’u lahum fῑlkhairāti bal lā yasy’urūna/’ Kami segera Memberikan

kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya’. (QS, Al-Mu’minun : 56)


(25)

Ayat ini menerangkan kata

ﲑﺧ

/khair diartikan sebagai kebaikan-kebaikan, namun dari konteksnya “baik” disini dimaksudkan untuk suatu keadaan, yaitu keadaan yang baik.

Dari pernyataan dan contoh di atas timbul rasa ingin tahu peneliti untuk mengetahui lebih lanjut makna sebenarnya kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/. Terlebih lagi belum ada yang meneliti kata-kata tersebut di Departemen Sastra Arab FIB USU ini, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apa sebenarnya arti / makna kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/. Dan dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian hanya dalam makna gramatikal afiksasi saja dengan mengambil contoh-contoh di dalam Alquran. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Analisis kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/

dalam Alquran Ditinjau Dari Segi Makna Gramatikal. Peneliti menggunakan terjemahan Alquran Departemen Agama RI ”.

1.2Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang dikehendaki maka peneliti membuat batasan masalah yang meliputi :

1. Berapa jumlah kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran?

2. Apa saja makna gramatikal afiksasi

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ dalam Alquran?

3. Kapan saja penggunaan kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran?

1.3 Tujuan Penelitian


(26)

1. Mengetahui berapa jumlah kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasidalam Alquran.

2. Mengetahui makna gramatikal afiksasi kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ dalam Alquran.

3. Mengetahui kapan saja penggunaan kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan peneliti maupun pembaca mengenai berapa jumlah kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi dalam Alquran.

2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menjadi refrensi pengetahuan khususnya di bidang Bahasa Arab terkait tentang makna gramatikal afiksasi serta penggunaan kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ dalam Alquran.

1.5 Metode Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani, methods- secara sederhana adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang bersangkutan (Suyanto dan sutinah:2007)

Menurut Suyanto dan Sutinah (2007) penelitian (research) sosial pada hakikatnya adalah kegiatan spionase untuk mencari, menata-menati dan menemukan pengetahuan dari “lapangan” yang dipertanggungjawabkan menurut kaidah ilmiah tertentu-bukan mencari kebenaran-kebenaran normatif yang semata-mata hanya dituntun oleh cara berfikir dedukatif.


(27)

Jadi dapat disimpulkan metode penelitian ada cara yang digunakan seseorang untuk meneliti/ mencari, menata-menati dan menemukan pengetahuan yang dapat diprtanggungjawabkan menurut kaidah ilmiah yang semata-mata hanya dituntun oleh cara berpikir dedukatif.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskripsi kualitatif merupakan gambaran ciri-ciri data yang akurat sesuai sifatnya alamiah itu sendiri, data disini berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. (Djajasudarma:1993)

Data yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah data yang bersumber dari Alquran yang berupa kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/. Adapun tahap-tahap pengumpulan data penganalisaan data dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah :

1. Mengumpulkan bahan rujukan atau buku referensi yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dikaji.

2. Mengumpulkan data yang akan dijadikan bahan penelitian dengan menggunakan kitab Almu’jamul Mufarras Li’alfazil Qur’an serta Al-Kalam Digital Versi 1.0 ©2009 Penerbit Diponegoro dan tetap berpedoman pada Alquran

3. Membaca, mempelajari, dan mencatat data-data yang telah terkumpul. 4. Mengklasifikasikan data-data yang telah terkumpul

5. Menganalisis data yang terkumpul dan menyusunnya secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi

Adapun data yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah data yang bersumber dari Alquran yang berupa kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ .


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian tentang makna kata dalam Alquran sudah pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain seperti; Analisis semantik Kata Faradah, katabah dan kutiba Dalam Alquran. Oleh Halomoan Lubis (940704020). hasilnya adalah kata faradah terdapat pada 4 surah dan memiliki arti fardukan, menetapkan, mengerjakan, memerlukan dan mewajibkan dengan makna leksikalnya fardukan dan mewajibkan dan selebihnya makna gramatikal. Kata katabah terdapat pada 8 surah memiliki arti, ditetapkan, dihalalkan, ditentukan, mewajibkan, dituliskan, menanamkan, diperlukan dengan makna leksikalnya dituliskan dan selebihnya makna gramatikal. Kata kutiba terdapat pada 12 surah dan memiliki arti diwajibkan, ditetapkan, diperlukan, ditentukan, dituliskan, diputuskan, diperintahkan, dan ditakdirkan, dengan makna leksikalnya dituliskan dan selebihnya makna gramatikal.

Selain itu penelitian seperti ini juga telah dilakukan oleh Helwati (990704006) dengan judul “Analisis Kata Al-Dinu Dalam Alquran”. hasilnya kata Al-dinu terdapat dalam Alquran sebanyak 94 kata, tersebar pada 40 surah dan berbagai sigah dan ayat, dan memiliki banyak makna diantaranya : agama 65 kali, hari pembalasan 17 kali, ketaatan 10 kali, dikuasai 1 kali dan undang-undang 1 kali. Kedua peneliti diatas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini yakni : Analisis Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ Ditinjau Dari Segi Makna Leksikal dan Gramatikal. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji objek yang berbeda, yang tentu saja hasilnya akan berbeda pula.


(29)

Semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa. Dalam bahasa Arab disebut `ilm ad-dalalah. `ilm-ad-dalalah ini terdiri atas dua kata: `ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalah yang berarti penunjukkan atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang mengetahui tentang makna. Secara terminologis, ilm- ad-dalalah sebagai salah satu cabang linguistik (`ilm al-lughoh) yang telah berdiri sendiri yaitu ilmu yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran makna mufrodat (kosa kata) maupun pada makna dalam tataran tarokib (struktur atau gramatikal bahasa).(http://www.falaa

isme.blogspot.com/2013/04/pengertian-ilmu-semantik-atau-ilmu-ad.html).

Menurut Umar, (1998:11) ‘ilm ad-dilalah adalah sebagai berikut:

َﺔَﻳِﺮْﻈَﻧ ُلَوﺎَﻨَـﺘَـﻳ ْيِﺬّﻟا ﺔَﻐّﻠﻟا ِﻢْﻠِﻋ ْﻦِﻣ ُعْﺮَﻔﻟا َﻚِﻟَذ ْوَا َﲎْﻌَﻤْﻟا ُسُرْﺪَﻳ ْيِﺬّﻟا ُﻢْﻠِﻌْﻟَا ْوَا َﲎْﻌَﻤْﻟا ُﺔَﺳاَرِد ُﻪﱠﻧَﺎِﺑ ْﻢُﻬُﻀْﻌَـﺑ ُﻪُﻓﱠﺮَﻌًـﻳ

َﲎْﻌَﳌا

/yu‘arrifuhu ba‘duhum bi`annahu dirāsatu al-ma‘nā au al-‘ilmu al-lażī yadrusu al-ma`nā au żalika al-far‘u min ‘ilmi al-lugati al-lażī yatanāwalu na‘riyata

alma‘nā/ “didefenisikan sebagian mereka dengan studi tentang makna atau ilmu yang memepelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang teori makna”

Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang menarik. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang coba dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (i)menjelaskan kata secara alamiah,(ii) mendeskripsikan kalimat secara alamiah dan (iii) menjelaskan makna dalam proses komunikasi(Kempson,1977:11). Dalam hubungan ini kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii) kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi.


(30)

2.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi

Makna gramatikal afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa indonesia afiksasi merupakan satu proses penting dalam pembentukan dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan mempunyai kaitan dengan fitur semantik bentuk dasarnya. Umpamanya dalam prefiksasi dengan prefiks ber- pada bentuk dasar nomina yang berfitur makna [+pakaian] atau [+perhiasan] akan melahirkan makna gramatika ‘mengenakan’ atau ‘memakai’. Misalnya pada kata berdasi, bersepatu, berbedak, dan berpita. Pada bentuk dasar yang berfitur semantik [+kendaraan] akan melahirkan makna ‘mengendarai’,’naik’ atau ‘menumpang’. Misalnya pada besepeda, berkereta, berkuda dan berbemo. (Chaer : 2003)

Bahasa Arab terkenal dengan kekayaan kosakatanya. Kekayaan kosakatanya ini antara lain disebabkan adanya bentuk tunggal, dual, jamak serta didapati jenis maskulin dan feminim. Diantara kajian yang dilakukan para ahli dalam menyatukan persepsi tentang bahasa ini adalah menyatukan kesamaan pembentukan kata dalam kalimat yang ditinjau dari aspek morfologis. Salah satu aspeknya adalah afiksasi atau pengimbuhan yang dilekatkan pada kata dasar. Pengimbuhan pada kata dasar ini mampu memberikan makna yang beragam sehingga dapat memperkaya kosa-kata dalam suatu bahasa. Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Chaer, 1994 : 29).

Afiksasi adalah Imbuhan atau bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar dapat merubah makna gramatikal (KBBI, 1995 : 10). Penambahan morfem asi, afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar atau kata dasar,seperti morfem ber pada kata bertiga, morfem er pada kata gerigi , dan morfen an pada kata ancaman. Pembahasan mengenai afiks dapat


(31)

di temukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda.

2.2.2 Afiksasi Bahasa Arab

Menurut Nāşif (1994 : 8) dalam Rasyid (2009 : 2). Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan

ةدﺎﻳﺰﻟا فﺮﺣ

/harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ dilihat dari kelas kata merupakan isim sifat (adjektiva), berikut ini jenis-jenis afiksasi dari bentuk dasar isim adjektiva.

1. Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ ) /a--/:

Menurut Hamalāwī (1953 : 81) dalam Rasyid (2009 : 5) Prefiks (as-sābiq) (--

) /a--/ ini berlaku pada

ﻞﻴﻀﻔﺗ ﻢﺳا

/ism tafdhīl/ yang menunjukkan perbandingan dua benda dimana salah satu dari yang dibandingkan itu memiliki kelebihan.

Contoh: Hamzah + (Adj) = N

أ

+

ﲑﺒﻛ

=

ﱪﻛأ

Prefiks hamzah + /kabīrun/’ besar’ = /akbaru/’ yang lebih besar’ Penambahan morfem hamzah di awal kalimat

ﲑﺒﻛ

/kabīrun/’ besar’ menjadi

ﱪﻛأ

/akbaru/’ yang memiliki makna sangat besar’.

Contoh makna gramatikal afiksasi dalam Alquran yang sementara ini peneliti temukan diantaranya:


(32)























/ṣibgata allahi wa man aḥsanu mina allahi ṣibgatan wa nahnu lahū

‘ābadūna/ “Sibghah Allah.” Siapa yang lebih baik sibghah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah. “(Qs, Al Baqarah : 138)

Pada ayat Alquran di atas terdapat kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ yang mengalami proses gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah penambahan prefiks alif pada bentuk dasar

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ sehingga menjadi

ﻦﺴﺣأ

/aḥsanu/ bermakna gramatikal ‘lebih baik’.













/Wainnahum ‘indanā laminal muśţafainal akhyāri/. “Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS, Shād : 47)

Pada ayat Alquran di atas terdapat kata

ﲑﺧ

/khair/, yang mengalami proses gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah prefiks alif pada bentuk dasar

ﲑﺧ

/khair/ sehingga menjadi

رﺎَﻴْﺧَْﻷا

/akhyār/ bermakna gramatikal ‘paling baik’. Dari kedua ayat tersebut terdapat perbedaan bahwa kata

ﻦﺴﺣأ

/aḥsanu/ di artikan “lebih baik” atau dengan kata lain menyatakan perbandingan dua, sementara kata

رﺎَﻴْﺧَْﻷا

/akhyār/ diartikan “paling baik” atau dengan kata lain menyatakan “paling” dan memang didalam alquran kata-kata

رﺎَﻴْﺧَْﻷا

/akhyār/ tidak ada diartikan lebih baik namun hanya di artikan “paling baik” saja dapat dilihat nanti analisis berikutnya di bab III. Sementara peneliti tidak menemukan kata tayyib yang mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--

) /a--/ ini.


(33)

2. Infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/:

Infiks ( az-ziyādah) (--

--) /--ā--/ berlaku pada ism yang termasuk dalam kategori

ﺔﺑﺎﺎﳌا

ﺔﻔﺻ

/şifah musyabbahah/ yang terdiri dari beberapa wazan. Salah satu dari wazan dari şifah musyabbahah ini ada yang mendapat tambahan huruf (az-ziyādah) (--

--) /--ā--/.

Contoh :

(Adj)+Alif + = N

ﱭﺟ

+

ا

=

نﺎـﺒﺟ

/jabana/ ‘takut’ + infiks (--

--) /--ā--/: = /jabānun/ ‘penakut’ penambahan morfem alif di tengah kalimat

ﱭﺟ

/jabana/’ takut’ menjadi

نﺎـﺒﺟ

/jabānun/ yang memiliki makna penakut.

Contoh Dalam Qs. Ar-Rahmān : 70 terdapat kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ yang mendapat infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/









/fihinna khairātun ḥisānun/“di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik” (Qs. Ar-Rahmān : 70 )















/muttaki`īna ‘alā rafrafin khuḍrin wa ‘abqariyyin ḥisānin/“mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.”

Kata

نﺎﺴﺣ

/ḥasān/ dalam ayat Alquran di atas mendapat pengaruh sintaksis dengan bentuk

ٍنَﺎﺴِﺣ

/

ḥisānin/ dan diterjemahkan dengan cantik-cantik (Qs.


(34)

Ar-Rahmān: 70) bermakna gramatikal menunjukkan makna jamak dan pada Qs. Ar-Rahmān: 76 diterjemahkan dengan yang indah bermakna gramatikal menunjukkan makna menerangkan sifat yang baik. Untuk sementara peneliti tidak menemukan kata

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami prosese afiksasi Infiks ( az-ziyādah) (--

--) /--ā--/ ini.

3. Sufiks (al-lāḥiqah)(ﻥﺍ --) /--āni/

Menurut Yāsīn (1996 : 47) dalam Rasyid (2009 : 5) konfiks ini ditambahkan pada bentuk dasar nomina (ism) tunggal, maka tambahan alif dan nun tersebut akan menjadi dual (

ﲎﺜﻣ

/ muśannā), yaitu ism (nomina)yang menunjukkan dua. Proses afiksasinya dilakukan di akhir ism tunggal tersebut. Contoh:

بﺎﺘﻛ

+

ا

ن

=

نﺎﺑﺎﺘﻛ

/kitābun/’ sebuah buku’ + Sufiks (

ﻥﺍ

--) /--āni/= /kitābāni/’ dua buah buku’

Penambahan morfem alif dan nun pada akhir kalimat

بﺎﺘﻛ

/kitābun/’buku’ menjadi

نﺎﺑﺎﺘﻛ

/kitābāni/’ yang mengandung makna dua buah buku.’ Peneliti tidak

menemukan contohnya pada kata dalam Alquran Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi ini.

4. Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/

Menurut Yāsīn (1996 : 47-48) dalam Rasyid (2009 : 5) dalam bahasa Arab pembentukan jamak ada tiga, pertama

ﱂﺎﺴﻟاﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ

/jama’mużakkar-l- sālim/’ jamak laki-laki’, kedua,

ﱂﺎﺴﻟا ﺚﻧﺆﻣ ﻊﲨ

/jama’ muannaś –l-sālim/’ jamak


(35)

perempuan’, ketiga,

ﲑﺴﻜﺗ ﻊﲨ

/jama’ taksīr/. Adapun jamak mużakkar–l-sālim adalah jamak yang menunjukkan jamak untuk laki-laki dengan menambahkan

(

ﻥﻭ

--) /--ūna/ pada akhir ism (nomina) tunggalnya. Contoh:

ﻢـﺋﺎﺻ

+

و

ن

=

نﻮـﻤﺋﺎﺻ

/şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ + Sufiks (

ﻥﻭ

--) /--ūna/= /şāimūna/ ‘beberapa laki-laki yang berpuasa’. Penambahan morfem waw dan nun pada kalimat ﻢـﺋﺎﺻ /şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ menjadi

نﻮـﻤﺋﺎﺻ

/şāimūna/ beberapa orang laki-laki yang berpuasa.

Contoh dalam Qs. An-Nūr: 26 terdapat kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mendapat sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/



































/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu liṭṭayyibātu liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna

mimma yaqūlūna, lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”

Kata

ﻥﻮﺒﻴﻁ

/ṭayyibūna/ dalam ayat Alquran di atas diterjemahkan dengan laki-laki yang baik (Qs. An-Nūr: 26) bermakna gramatikal makna pelaku yang


(36)

menunjukkan jamak. Sedangkan peneliti tidak menemukan kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/ dalam Alquran mengalami proses afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/,

5. Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/.

Menurut Yāsīn (1996 : 50) dalam Rasyid (2009 : 5) proses afiksasi ya’ dan nun ini belaku juga pada ism (nomina) yang menunjukkan mušannā dalam status nasab dan kasrah (posisi tempat ‘irab yang mewajibkan baris kasrah atau fathah. Selain pada mušannā , konfiks ya dan nun juga berlaku pada

ﱂﺎﺳ ﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ

/jamak

mużakkar sālim/ yang berada dalam status nasab dan kasrah seperti pada mušannā. Namun bedanya kalau pada mušannā sebelum huruf ya’ berbaris fathah sedangkan pada

ﱂﺎﺳ ﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ

/jamak mużakkar sālim/ sebelum huruf ya’ berbaris kasrah.

Contoh :

ﺐﺗﺎﻛ

+

ي

ن

=

ﻦـﻴَﺒﺗﺎﻛ

/kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ + konfiks ya’dan nun = / katibaini/’dua orang penulis laki-laki’ Penambahan morfem ya’dan nun pada kalimat ﺐﺗﺎﻛ /kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ menjadi

ﻦـﻴَﺒﺗﺎﻛ

/katibaini/ yang mengandung makna dua orang penulis laki-laki.

Contoh dalam Qs. At-Taubah : 5 terdapat kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ dan dalam Qs. An-Nūr: 26 terdapat kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (

ﻦﻳ

--) /--aini/.


















(37)

/qul hal tarabbaṣūna binā illā iḥdā al- ḥusnayaini.../Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan...( Qs. At-Taubah : 5)



































/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu

liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna mimma yaqūlūna,

lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (Qs. An-Nūr: 26)

Dari contoh di atas kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi menjadi bentuk mušannā yang artinya “dua kebaikan” sementara kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ menjadi bentuk

ﱂﺎﺳ ﺮﻛﺬﻣ ﻊﲨ

/jamak mużakkar sālim/ yang diartikan “laki-laki yang baik”. Dan peneliti tidak menemukan kata

ﲑﺧ

/khair/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi ini.

6. Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/.

Menurut Qabsy (1979 : 45) dalam Rasyid (2009 : 6) sufiks (

ﺕﺍ

--) /--āti/

berlaku pada jamak

ﱂﺎﺴﻟا ﺚﻧﺆﻣ ﻊﲨ

/jama’ muannaś –l-sālim/ yaitu dengan menambahkan afiks di akhir dari ism (nomina) tunggal.


(38)

Contoh Dalam Qs. Hūd: 114 terdapat kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/, Qs. Al-Baqarah : 148 terdapat kata

ﲑﺧ

/khair/, dan dalam Qs. Al-Baqarah: 57 terdapat kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/

yang mengalami proses sufiks (al-lāḥiqah) (

ﺕﺍ

--) /--āti/:































/Aqimi aṣṣalāta tara fī an-nahāri wa zulafan minallaili, inna al-ḥasanātiyużhibna as-sayyi`āti, żālika żikrāliżżākirīna/ dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.(Qs. Hūd: 114)













...



/wa likulli wijhatun huwa muwallīhā fastabiqū alkhairāt/“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (Qs. Al-Baqarah : 148)







































/ waẓallalnā 'alaykumu alghamāma wa-anzalnā 'alaykumu almanna wa

alssalwākulū minṭayyibāti mārazaqnākum wamāzhalamuunāwalākin kānuu

anfusahum yaẓlimuuna / “dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa"makanlah dari makanan yang


(39)

baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri”. (Qs. Al-Baqarah: 57)

Dari 3 contoh di atas semuanya menunjukkan jamak karena berbentuk

ﻊﲨ

ﱂﺎﺴﻟا ﺚﻧﺆﻣ

/jama’ muannaś –l-sālim/. Namun dari segi penggunaannya terdapat perbedaan seperti kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ diartikan “perbuatan-perbuatan” yang baik lebih nampak pada prosesnya, dan kata

ﲑﺧ

/khair/ diartikan “kebaikan” lebih kepada hasil. Misalnya seperti pernyataan ini “Dengan kita melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka yang dihasilkan adalah kebaikan”. Kebaikan jadi disini lebih kepada hasilnya atau suatu keadaan yang baik. Sementara kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/

tampak jelas perbedaannya dimana kata

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ diartikan “makanan-makanan yang baik” dia lebih kepada sifat suatu benda atau sifat makanan.

Peneliti menggunakan teori (Chaer : 2003) Makna gramatikal afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa indonesia afiksasi merupakan satu proses penting dalam pembentukan dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan mempunyai kaitan dengan fitur semantik bentuk dasarnya.

untuk istilah dan teori afiksasi arab peneliti mengambil teori (Rasyid :2009). Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan ﺓﺩﺎﻳﺰﻟﺍ ﻑﺮﺣ

/harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. jenis-jenis afiksasi dari bentuk adjektiva yaitu : Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks ( al-lāḥiqah) (

ﻥﺍ

--) /--āni/ sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/, sufiks (al-lāḥiqah)


(40)

BAB III

hasil DAN PEMBahasaN

3.1 Jumlah Kata ﻦﺴﺣ/asan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ/ayyib/ Mengalami Afiksasi Terdapat Dalam Alquran

Berdasarkan penelitian menggunakan kitab miftāh Al-Rahmān: 2012 kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ yang terdapat dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi berjumlah 83 (delapan puluh tiga), yaitu yang mengalami proses afiksasi, prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks ( al-lāḥiqah) (

ﻥﺍ

--) /--āni/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/,sufiks (al-lāḥiqah) (

ﺕﺍ

--) /--āti/.

Adapun peneliti sudah merangkaumnya dalam sebuah tabel untuk memudahkan pembaca memahaminya sebagai berikut :

No Proses Afiksasi

Jumlah kata ﻦﺴﺣ

/asan/

Jumlah kata ﲑﺧ /khair/

Jumlah kata ﺐﻴﻃ

/ayyib/

Total 1 prefiks (as-sābiq) (--ﺃ)

/a--/

41 2 - 43

2 infiks ( az-ziyādah)

(--ﺍ--) /--ā--/

2 - - 2


(41)

4 Sufiks (al-lāḥiqah) (

ﻥﻭ

--)

/--ūna/ - - 1 1

5 Sufiks (al-lāḥiqah) (

ﻦﻳ

--)

/--aini/, /--īna/ 1 - 2 3

6 Sufiks (al-lāḥiqah) (

ﺕﺍ

--)

/--āti/ 3 10 21

34

Total 47 12 24 83

3.1.1 Jumlah Kata ﻦﺴﺣ/asan/ Yang Mengalami Proses Afiksasi di Dalam Alquran

Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi yang terdapat di dalam Alquran sebanyak 46, yang terdiri dari 41 kata mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, 2 kata mengalami proses afiksasi infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, dan 3 kata mengalami proses afiksasi sufiks (al-lāḥiqah) sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/ serta 1 kata mengalami proses afiksasi sufiks (al-lāḥiqah) ( ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/. Dan sejauh penelitian, Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ tdak ada yang mengalami proses Afiksasi : sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﺍ--) /--āni/, Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/. Peneliti sudah merangkumnya dalam tabel berikut:

Jumlah Kata

ﻦﺴﺣ

/asan/ Mengalami Proses Afiksasi

No. 1 2 3 4 5 6 7

Proses Afiksasi

prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/

infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/

sufiks ( al-lāḥiqah)(ﻥﺍ --) /--āni/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--)

/--ūna/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--)

aini/,

/--īna/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ

--) /--āti/ Total

Jumlah 41 2 1 3 47

3.1.2 Jumlah Kata ﺮﻴﺧ /khair/ Yang Mengalami Proses Afiksasi di Dalam Alquran


(42)

Kata ﺮﻴﺧ /khair/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi sebanyak 12 kata, dimana terdiri dari 2 kata mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, dan 10 kata mengalami proses afiksasi sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/. Dan tidak ada mengalami infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks ( al-lāḥiqah) (ﻥﺍ --) /--āni/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/ dan sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--)

/--ūna/. Peneliti sudah merangkumnya dalam tabel berikut:

Jumlah Kata

ﺮﻴﺧ

/khair/ Mengalami Proses Afiksasi

No. 1 2 3 4 5 6 7

Proses Afiksasi

prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/

infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/

sufiks ( al-lāḥiqah)(ﻥﺍ --) /--āni/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--)

/--ūna/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--)

aini/,

/--īna/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ

--) /--āti/ Total

Jumlah 2 10 12

3.1.3 Jumlah kata ﺐﻴﻁ/ayyib/ Yang Mengalami Proses Afiksasi di Dalam Alquran

Kata

ﺐﻴﻁ

/ṭayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi sebanyak 24 kata, dimana terdiri dari 1 kata mengalami proses afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/, 2 kata mengalami proses sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/, dan 21 kata mengalami proses afiksasi sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--)

/--āti/. Dan tidak ada mengalami proses infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, dan sufiks ( al-lāḥiqah) (ﻥﺍ --) /--āni/. Peneliti sudah merangkumnya dalam tabel berikut:

Jumlah Kata ﺐﻴﻁ/ayyib/ Mengalami Proses Afiksasi

No. 1 2 3 4 5 6 7

Proses Afiksasi

prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/

infiks ( az-ziyādah) ( --ﺍ--) /--ā--/

sufiks ( al-lāḥiqah)(ﻥﺍ --) /--āni/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) aini/, /--īna/

Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ

--) /--āti/ Total


(43)

3.2 Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﻦﺴﺣ/asan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ/ayyib/

yang Terdapat Dalam Alquran

Makna gramatikal afiksasi adalah makna yang timbul diakibatkan proses afiksasi yang dialami sebuah kata. Ada 5 proses afiksasi yang dialami kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yang terdapat dalam Alquran yaitu prefiks

(as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--)

/--ūna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/,sufiks (al-lāḥiqah) (

ﺕﺍ

--) /--āti/dari ke lima proses afiksasi tersebut memiliki makna gramatikal yang berbeda.

No Proses Afiksasi Makna kata ﻦﺴﺣ/asan/ Makna kata ﺮﻴﺧ /khair/ Makna kata ﺐﻴﻁ /ayyib/

1 Prefiks (as-sābiq) (--

) /a--/

1. Orang berbuat kebaikan (menunjukkan Pelaku) 2. Paling baik (menyatakan

tingkatan paling tinggi) 3. Lebih baik (menyatakan

tingkatan kedua)

4. Yang baik (sifat sesuatu) 5. Dibaguskannya

(menyatakan kata kerja aktif)

6. Orang yang berbuat kebaikan (menyatakan pelaku jamak)

1. Paling baik (menyatakan tingkatan paling tinggi)

2 infiks ( az-ziyādah) (----) /--ā--/

1. Cantik-cantik, Indah-indah (sifat jamak)

3 sufiks ( al-lāḥiqah) (

ﻥﺍ

--) /--āni/ 4 Sufiks (al-lāḥiqah)

(

ﻥﻭ

--) /--ūna/

1. Laki-laki yang baik

(menyatakan pelaku jamak)

5 Sufiks (al-lāḥiqah) (

ﻦﻳ

--) /--aini/, /--īna/

1. Dua kebaikan

(menunjukkan makna dual)

1. Laki-laki yang baik

(menunjukkan pelaku jamak) 2. Keadaan baik


(44)

(

ﺕﺍ

--) /--āti/ 2. Yang baik-baik (sifat

jamak)

3. Perbuatan-perbuatan yang baik (sifat jamak)

(perbuatan)

2. Berbuat kebajikan 3. Kebaikan-kebaikan (menyatakan jamak) 4. Perbuatan-perbuatan

yang baik

(menyatakan sifat jamak peminim) 5. Bidadari-bidadari

yang baik

(menyatakan jamak)

baik-baik (menunjukkan jamak)

2. Yang baik-baik (menunjukkan jamak)

3. Segala yang baik

(menunjukkan jamak)

4. Wanita-wanita yang baik (menunjukkan jamak)

Adapun analisis dan keterangan dari data di tabel tersebut dapat dilihat di halaman 24-49

3.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi Kata ﻦﺴﺣ /asan/ yang Terdapat Dalam Alquran

Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi yang terdapat di dalam Alquran sebanyak 45, yang terdiri dari 40 kata mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, 2 kata mengalami proses afiksasi infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, dan 3 kata mengalami proses afiksasi sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/. Berikut peneliti akan menguraikan makna kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ yang terdapat dalam Alquran sesuai dengan proses afiksasinya.

3.2.1.1 Makna Gramatikal Afiksasi Prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/ Kata ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ yang Terdapat Dalam Alquran

Kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, yang terdapat di dalam sebanyak 40 kata, dalam 40 kata tersebut memiliki berbagai makna diantaranya yaitu :

1. Orang yang berbuat kebaikan (menujukkan pelaku) terdapat dalam surah al-an’am ayat 154 :






(45)

























/ṡumma 'Ātaynā Mūsá Al-Kitāba Tamāmāan `AláAl-Lażī Asana Wa Tafşīlāan Likulli Shay'in WaHudáan Wa Raḥmatan La`allahum Biliqā'iRabbihim Yu'uminūna/ kemudian Kami telah memberikan Al kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka.

Dari ayat diatas asal kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mendapat tambahan alif menjadi kata

ﻦﺴﺣﺃ

/aḥsana/ yang mana dalam hal ini kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, sehingga artinya menjadi “orang yang berbuat kebaikan”. Dengan kata lain kata ḥasan disini menunjukkan pelaku yang berbuat kebaikan.

2. Paling baik ( menyatakan tingkatan yang paling tinggi) terdapat di beberapa ayat diantaranya yaitu pada surah yusuf ayat 3 :



































/ Naḥnu Naquşşu `Alayka Asana Al-Qaşaşi Bimā'Awḥaynā'Ilayka Hāżā Al-Qur'āna Wa 'In Kunta Min Qablihi Lamina Al-gāfilīna/ Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

Dari ayat diatas asal kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mendapat tambahan alif menjadi kata

ﻦﺴﺣأ

/aḥsana/ yang mana dalam hal ini kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, sehingga artinya menjadi “yang paling baik”. Dengan kata lain kata ḥasan disini menunjukkan tingkatan yang paling tinggi.


(46)

Yang memiliki arti seperti ini juga terdapat di berbagai ayat alquran seperti surah as-sajadah : 7, Aṭ-ṭīn:4, Al-Furqān:33, Az-Zumar:18,23, dan Az-Zumar: 55.

3. Lebih baik ( menyatakan tingkatan kedua ) terdapat di beberapa ayat diantaranya yaitu pada surah Al-baqarah : 138























/Şibgata Al-Lahi ۖ◌ Wa Man Asanu Mina Al-LahiŞibgatan ۖ◌ Wa Naḥnu Lahu

`Ābidūna/ Shibghah Allah. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.

Dari ayat diatas asal kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mendapat tambahan alif menjadi kata

ﻦﺴﺣأ

/aḥsanu/ yang mana dalam hal ini kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, sehingga artinya menjadi “yang lebih baik”. Dengan kata lain kata ḥasan disini menunjukkan tingkatan kedua lebih baik. Yang memiliki arti seperti ini juga terdapat di berbagai ayat alquran seperti surah An-Nisā`: 59,86,125, Al-Isrā`:35, Al-Mā`idah:50, Al-Fuṣṣilat:33, An-Nahl:96,97, Az-Zumar:23,35.

4. Yang baik ( menyatakan sifat sesuatu ) terdapat di beberapa ayat diantaranya yaitu pada surah Aṭ- ṭalāq:11








































































(47)

/Rasūlāan Yatlū `Alaykum 'Āyāti Al-LahiMubayyinātin Liyukhrija Al-Lażīna 'Āmanū Wa `Amilū Aş-Şāliḥāti Mina Aẓ-ẓulumāti 'Ilá An-Nūri ۚ◌Wa Man Yu'umin Bil-Lahi Wa Ya`mal ŞāliḥāanYudkhilhu Jannātin Tajrī Min Taḥtihā Al-'Anhāru Khālidīna Fīhā'Abadāan Qad Asana Al-LahuLahu Rizqāan/ (dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.

Dari ayat diatas asal kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/ mendapat tambahan alif menjadi kata

ﻦﺴﺣأ

/

asana/ yang mana dalam hal ini kata

ﻦﺴﺣ

/asan/ mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, sehingga artinya menjadi “yang baik”. Dengan kata lain kata ḥasan disini menunjukkan sifat pada sesuatu yang mana dlam ayat tersebut sifat pada rejeki, yaitu rejeki yang baik. Yang memiliki arti seperti ini juga terdapat di surah Al-gafir:64, namun dalam surah A-Gafir menyatakan sifat jamak.

5. Dibaguskannya ( menyatakan kata kerja aktif ) hanya terdapat surah At-Tagābun:3





















/Khalaqa As-Samāwāti Wa Al-'Arđa Bil-ḥaqqi WaŞawwarakum Fa aḥsana

Şuwarakum Wa 'Ilayhi Al-Maşīru/. Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).


(1)

di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.

5. Tentang Halal dan Haram

Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran yang menceritakan tentang halal dan haram ditemukan sebanyak 4 (empat) terdapat dalam Surah: Māidah: 4,5,87 dan Al-A’rāf: 157

Contoh: Qs. Al-Māidah: 4

                                   



/Yas'alūnaka Māżā 'Uḥilla Lahum Qul 'UillaLakumuAţ-Ţayyibātu Wa Mā

`Allamtum Mina Al-Jawāriḥi Mukallibīna Tu`allimūnahunna Mimmā `Allamakumu Al-Lahu Fakulū Mimmā 'Amsakna `Alaykum Wa Ażkurū Asma Al-Lahi `Alayhi WaAttaqū Al-Laha ۚ◌ 'Inna Al-Laha Sarī`u Al-ḥisābi/ “mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat ḥisab-Nya.

Untuk memudahkan pembaca, peneliti sudah merangkum penggunaan kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ “baik” tersebut dalam sebuah tabel berikut:

No Kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ dalam Alquran

Penggunaannya Jumlah

1 An-Nahl: 32 Tentang jenazah 1

2 An-Nūr: 26 (empa kata) Tentang manusia 4 3

Al-Baqarah: 57, Al-A’raf:160, An-Nisā`: 160 dan Al-Mu`minun: 51

Tentang makanan


(2)

4

Al-Baqarah:172, Al-Baqarah : 267 Ṭāḥā: 81, Al-A’raf: 32, Al-Anfal: 26, An-Nahl: 72, Al-Mu`min: 64, Yunus 93 dan Isrā`: 70,

Al-Jāṡiyah: 16, Al-Ahqāf: 20

Tentang rezeki

11

5 Al-Māidah: 4,5,87 dan Al-A’rāf: 157

Tentang halal dan

haram 4

Total 24

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1Kesimpulan

1. Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﲑﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻃ /ṭayyib/ yang terdapat dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi berjumlah 83 (delapan puluh tiga). Yang


(3)

terdiri dari 47 kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, 12 kata ﺮﻴﺧ /khair/, dan 24 kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ yaitu yang mengalami proses afiksasi: prefiks (as-sābiq) (--ﺃ) /a--/, infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻥﻭ--) /--ūna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻦﻳ--) /--aini/, /--īna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﺕﺍ--) /--āti/.

2. Makna kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﲑﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻃ /ṭayyib/ dari kelima proses afiksasi tersebut menghasilkan berbagai makna gramatikal yaitu: menunjukkan pelaku, menunjukkan perintah, menunjukkan jamak, menunjukkan kata kerja aktif, menunjukkan pelaku jamak, , makna ‘paling’, makna yang menunjukkan dua, dan makna “lebih”.

3. Penggunaan kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/, ﲑﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻃ /ṭayyib/ ada perbedaan. Kata ﻦﺴﺣ /ḥasan/ “baik” penggunaannya yaitu: menceritakan tentang tentang pahala / balasan, amalan / perbuatan, tentang pemberian yang baik dari Allah, penciptaan (bentuk / rupa), kondisi pisik bidadari, dalam konteks penyempurnaan takaran, ketika menakar, tentang agama, tentang perkataan, tentang penghormatan, tentang kebaikan yang berhubungan dengan Allah, tentang hukum Allah, tentang kisah, penjelasan, tentang nikmat, konteks peperangan, kata ﺮﻴﺧ /khair/ “baik” penggunaannya yaitu: konteks bersegera / berlomba-lomba dalam perbuatan baik, untuk orang-orang pilihan, juga ditujukan orang-orang-orang-orang yang beriman dan untuk nabi, konteks tempatnya dimana saja, ditujukan untuk bidadari, sedangkan kata ﺐﻴﻁ /ṭayyib/ “baik” penggunaannya yaitu: menceritakan tentang orang (manusia), tentang jenazah, tentang makanan, tentang rezeki, tentang halal dan haram, tentang pria dan wanita (manusia), tentang halal dan haram.

4.2Saran

1. Sebagai salah satu tema dalam Alquran, ayat-ayat tentang kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/merupakan salah satu langkah positif untuk senantiasa dikaji dan dikembangkan secara akademik. Dengan dilakukan kajian secara sistematis dan mendalam terhadap ayat-ayat


(4)

tentang kata

ﻦﺴﺣ

/ḥasan/,

ﲑﺧ

/khair/, dan

ﺐﻴﻃ

/ṭayyib/ akan membuka cakrawala masyarakat muslim untuk memahami penggunaan ketiga kata tersebut.

2. Selain itu, dengan menganalisis makna sebuah kata kita dapat menggali kekayaan akan makna dari sebuah kata tersebut, karena suatu kata akan memiliki makna yang berbeda jika kata tersebut mengalami proses gramatikal afiksasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad. 2006. Almu`jamul Mufarras Li’alfazil Qur`an. Kairo Mesir: Darul Hadist

Abdul Baqi, Mahmud. 1972. Kamus Arab-Indonesia Al-Munjid Jakarta: PT. Hidakarya Agung.


(5)

Al-Hamalāwī, Ahmad.1953. Kitābu Syażā -l-‘Urfi fī Fanni –l-Şarf. Beirūt: Dār el -Kutub ‘islamīyyah.

Aminuddin. 2001.Semantik Pengantar Studi tentang makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Al Aydrusy, Sayyed Ahmad Idrus. 2012.Miftah Al-Rahman fi Mu’jam Mufahras li Alfaz Qur’an ‘ala tartib Fat al Rahman li Thalib Ayat al-Qur’an. Jakarta : Dar al-Kutub Al-Islamiyah.

Chaer, Abdul. 1989. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Djajasudarma, T, Fatimah.1993, Metode linguistik, Bandung: PT. ERESCO

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Luring). 2008.: Dikti-RI. Pusat Bahasa.

Munawwir, A.W dan Muhammad Fairuz. 2007. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Parera, Jos Daniel. 1991. Teori Semantik, Jakarta: Erlangga

Rasyid, Yulia El. 2009. Afiksasi Isim Dalam Bahasa Arab.(Online),

Soffware. Al-kalam Digital Versi 1.0.Bandung. PT Diponegoro

Suyanto, bagonga dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Ullamann, Stephen. 1977. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Umar, A.M. 1998. `Ilm Ad- dilalah. Mesir: ‘ulumul kitab


(6)

Yunus, Mahmud. 1988. Tapsir Al-Qur’an Karim. Jakarta. PT Hidakarya Agung