BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Pendidikan akan selalu ada di kehidupan manusia.
Pendidikan sebagai gejala yang universal merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena di samping sebagai gejala pendidikan juga sebagai upaya
memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih
baik, lebih teratur, dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu mata
pelajaran wajib di sekolah. Menurut Harsuki 2003:47 pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan keolahragaan nasional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab II Pasal 4, terdapat tujuan keolahragaan
nasional yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
1
prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan di antaranya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Apabila mempunyai
kesegaran dan daya tahan tubuh yang baik diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Penjasorkes dapat berjalan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara
lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan yang mendukung, dan penilaian. Guru dan sarana prasarana merupakan unsur
yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran Penjasorkes. Namun, unsur utama untuk keberhasilan tersebut adalah guru itu sendiri. Pada umumnya
jumlah siswa di sekolah lebih banyak dibandingkan dengan alat dan fasilitas yang ada. Hal tersebut membuat siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran,
sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, guru Penjasorkes harus mampu membawa siswa ke dalam situasi belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana Penjasorkes. Semua unsur yang mendukung keberhasilan di dalam proses
pembelajaran Penjasorkes saling terkait satu dengan yang lainnya. Sarana dan prasarana Penjasorkes merupakan satu di antara unsur penunjang keberhasilan
proses pembelajaran Penjasorkes yang tak jarang pula sering menimbulkan dan
menjadi masalah di beberapa sekolah di Indonesia. Soepartono 2000:13 menyatakan bahwa fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di
negara kita dan ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata, serta masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal.
Sekolah-sekolah yang ada memiliki kecenderungan kurang memikirkan penyediaan atau pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena
itu, Penjasorkes perlu mendapat dukungan sarana dan prasarana yang memadai karena sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses pembelajaran Penjasorkes dan tanpa adanya sarana dan prasarana proses pembelajaran akan mengalami hambatan bahkan terhenti, sehingga
tujuan dari pembelajaran tidak tercapai. Sarana dan prasarana Penjasorkes yang ideal menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana yang dapat menunjang lancarnya proses pembelajaran pendidikan
jasmani di tingkat Sekolah Dasar meliputi tempat berolahraga yang berfungsi sebagai tempat bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan
kegiatan ekstrakurikuler. Tempat bermain atau berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m²peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta
didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain atau berolahraga 500 m². Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran
20 m x 15 m. Tempat berolahraga yang merupakan ruang terbuka sebag ian ditanami pohon penghijauan. Diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas. Tidak digunakan untuk parkir. Tempat dengan beberapa kriteria di atas maksudnya adalah sebuah tempat atau ruang
bebas yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat
pohon, saluran air, dan benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
Seiring dengan banyaknya cabang olahraga yang akan dilakukan dan telah diprogram dalam kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana yang baik
sangat dibutuhkan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mencukupi dan sesuai dengan perbandingan siswa yang ada, sangat membantu guru
Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran. Guru akan lebih mudah dan terarah dalam menyampaikan materi dengan berbagai variasi dan metode
pembelajaran. Begitu juga dengan siswa. Siswa menjadi lebih maksimal dalam menerima materi pembelajaran. Siswa lebih sering dalam melakukan berbagai
keterampilan dan aktivitas di dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang baik menimbulkan banyak hambatan dalam proses pembelajaran. Akibatnya jika guru tidak kreatif, maka
dalam pembelajaran Penjasorkes guru tidak dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan frekuensi dan intensitas yang sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini juga berdampak terhadap siswa. Siswa tidak dapat maksimal dalam menerima materi pembelajaran dan tidak maksimal dalam melakukan berbagai
gerak keterampilan dalam permainan ataupun aktivitas jasmani lainnya, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
Prembun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah yang terletak di sebelah timur Kebumen dan perbatasan langsung
dengan Kabupaten Purworejo yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah. Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23.
No Sekolah
Alat Jumlah
Keterangan
1. SD Negeri Pecarikan
Bola sepak Net voli
Tenis meja Net takraw
Pemukul kasti Bola kasti
Peluru Cakram
Bola plastik Lapangan sepak
bola 1
1 1 set
1 1
5 1 set
1 set 5
1 Baik
Rusak Baik
Rusak Baik
Baik Baik
Rusak Baik
Baik
2. SD Negeri 2 Pesuningan
Bola sepak Bola voli
Net voli 2
3 1
Baik Baik
Baik Berdasarkan observasi awal kondisi dan jumlah sarana dan prasarana
olahraga pada hari Rabu, 13 Mei 2015 di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ternyata masih minim. Sekolah-sekolah
kebanyakan tidak mempunyai lapangan tersendiri untuk berolahraga. Halaman sekolah yang ada untuk olahraga kurang luas, sehingga pada saat aktivitas
Penjasorkes sangat mengganggu pembelajaran siswa lain yang ada di dalam kelas. Sarana atau alat penunjang dalam pembelajaran sangat kurang. Jumlah
bola yang diperlukan untuk bermain tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada. Sebagian sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dengan
keadaan yang demikian, proses pembelajaran Penjasorkes tidak dapat berlangsung secara maksimal sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai
dengan baik. Berikut hasil observasi awal dengan melihat langsung sarana dan prasarana Penjasorkes di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen. Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal Sarana dan Prasarana Penjasorkes di Beberapa
SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
Lapangan voli Bola kasti
Pemukul kasti Bola kasti
Cone Tongkat estafet
Bola plastik Lapangan sepak
bola 1
5 2
5
10 5
5 1
Baik Baik
Baik Baik
Baik
Rusak Baik
Baik
3. SD Negeri 1 Prembun
Bola sepak Bola futsal
Bola voli Bola basket
Tenis meja Bola takraw
Pemukul kasti Bola kasti
Cone Lembing
Tongkat estafet Matras senam
Bola plastik Lapangan sepak
bola 3
2 4
2
1 set 1
3 10
10 10
6 3
10 1
Baik Baik
Baik Rusak
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
4. SD Negeri Bagung
Bola sepak Bola voli
Bola basket Tenis meja
Bola takraw Peluru
Pemukul kasti Bola kasti
Lembing Cakram
Tongkat estafet Matras senam
Bola plastik 2
1 1
1 set 2
1 set 2
5 5
1 set 5
1 5
Baik Baik
Rusak Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik
Sumber: Bagas Anung H, 2015. Berdasarkan observasi pada saat pembelajaran bola voli, bola sering mati
saat permainan dan membuat pembelajaran kurang lancar. Bahkan terasa membosankan bagi siswa karena menunggu giliran main, serta hanya
menggunakan satu lapangan bola voli. Bola yang digunakan kurang memadai
dengan jumlah siswa yang banyak, minimal sekolah mempunyai 6 buah bola, serta bola terasa berat dan sakit saat digunakan servis. Selain itu, pada saat
pembelajaran sepak bola, para siswa kesulitan menggunakan bola. Siswa merasa kesakitan saat menendang bola. Selain itu, bola terasa berat saat
ditendang. Guru
Penjasorkes sebaiknya
memberikan pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena siswa SD
masih senang bermain dan berlomba yang menyenangkan. Dalam hal ini, guru harus berpikir kreatif salah satunya adalah dengan memodifikasi bola yang lebih
ringan dan lunak, misalnya: menggunakan bola plastik yang dilapisi bahan karet tipis atau dengan membuat plastik bekas dibentuk bulat. Dengan berpikir kreatif,
maka kualitas pembelajaran bisa ditingkatkan dan diharapkan materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan mudah.
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu, 13 Mei 2015 dengan guru Penjasorkes SD Negeri Pecarikan yaitu Bapak Wisnu Septyadi, S.Pd., dan guru
Penjasorkes SD Negeri 2 Pesuningan yaitu Bapak Nur Sahid, S.Pd., mengakui bahwa sarana dan prasarana Penjasorkes masih minim, jumlah alat tidak
sebanding dengan jumlah siswa, pembelajaran kurang berjalan dengan efektif, kesempatan siswa masih kurang dalam mempraktikkan materi pembelajaran,
guru Penjasorkes sebagian masih ada yang pasrah dan monoton dalam memberikan materi atau pembelajaran karena keterbatasan sarana dan
prasarana tersebut. Guru yang profesional tidak bersikap pasrah, menerima, dan pasif jika ada
masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana Penjasorkes, tetapi diharapkan dapat menyikapi secara kreatif untuk mengatasinya. Dengan
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah, maka guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
hendaknya mampu memotivasi siswa-siswanya, menciptakan ide-ide baru, kreatif memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran. Guru dapat
memodifikasi sarana dan prasarana dengan apa yang ada di sekitarnya atau dapat pula menggunakan sarana dan prasarana lain yang fungsinya sama
sebagai pengganti sarana dan prasarana yang sebenarnya atau dengan usaha lain yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa
demi tercapainya tujuan pembelajaran Penjasorkes yang diharapkan atau lebih baik lagi. Seorang guru Penjasorkes harus mampu dalam pengelolaan kelas
yang baik, serta berkreasi ketika mengajar. Mengingat Penjasorkes merupakan kajian terhadap gerak manusia yang disusun dalam muatan yang aktual.
Materi Penjasorkes disampaikan dalam rangka memberi kesempatan bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang secara proporsional, rasional, ranah
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan permasalahan yang dihadapi, seorang guru Penjasorkes harus jeli dan mampu mencari jalan keluar dari permasalahan
yang dihadapi di lapangan. Oleh karena itu, guru Penjasorkes dituntut kreatif dan selalu mencari pemecahan dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Penjasorkes di Sekolah Dasar merupakan awal dari jenjang pendidikan. Di
Sekolah Dasar, guru Penjasorkes mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar
harus mampu membimbing dan mengembangkan kemampuan gerak, menanamkan nilai dan sikap. Selain itu, guru Penjasorkes harus dapat memacu
dan mengarahkan siswa dalam masa pertumbuhan. Seorang guru Penjasorkes
harus mampu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah, karena dalam proses pembelajaran Penjasorkes akan menemukan
berbagai faktor yang menghambat proses pembelajaran di sekolah salah satunya keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga perlu adanya kreativitas seorang
guru dalam mengelola pembelajaran Penjasorkes. Minimnya sarana dan prasarana Penjasorkes yang tidak merata serta tidak sesuai dengan kondisi
murid, menuntut guru Penjasorkes lebih kreatif. Oleh karena itu, guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
Penjasorkes yang tersedia di sekolah. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian lebih dalam tentang bagaimana tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
1. 2 Identifikasi Masalah