APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI

YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI OLEH:

BERTA BUDHI SETYAWAN X.4604013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI

YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

BERTA BUDHI SETYAWAN X.4604013

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Bertha Budhi Setyawan. APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA

NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. (2) Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data diperoleh dari guru Penjasorkes dan Kepala Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data dengan angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 62%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%. (2) Guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 23%.


(6)

commit to user

vi

MOTTO

Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)

Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus

daripada akal. (Al Imam Al Mawardi)


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kusunting skripsi ini untuk:

 Bapak (Almarhum) dan Ibu yang selalu mendo’a kan

 Saudara dan Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan motivasi dalam perkuliahanku

 Teman-teman ku Angkatan ’04 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah

 Guru-Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi dan Kepala Sekolah SMA Negeri se Kabupaten Kebumen

 Tmean-Teman Agger FC & Anak-Anak Teater Lincak

 Almamater


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...………..

PENGAJUAN...………

PERSETUJUAN...………

PENGESAHAN...………..

ABSTRAK...………

MOTTO...………

PERSEMBAHAN ...………

DAFTAR ISI...………..

KATA PENGANTAR……….

DAFTAR TABEL………..

DAFTAR GAMBAR ...……….

DAFTAR LAMPIRAN...……….

BAB I PENDAHULUAN………..

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Perumusan Masalah ...………. C. Tujuan Penelitian ...……… D. Manfaat Penelitian ...……….

BAB II LANDASAN TEORI………..

A. Tinjauan Pustaka ...………

1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan……….

a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………

2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan……….

a. Hakikat Pembelajaran………. b. Komponen-Komponen Pembelajaran………

c. Model Pembelajaran Penjasorkes………

i ii iii iv v vi vii viii xii xii xvi xvii 1 1 5 5 6 7 7 7 7 11 12 12 15 20


(9)

commit to user

ix

d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru

Penjasorkes……….

e. Pembelajaran yang Sukses……….

3. Pembelajaran Model PAIKEM………

a. Pengertian PAIKEM………..

b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran………..

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM……..

4. Sertifikasi Guru……….

a. Hakikat Sertifikasi Guru……….

b. Prosedur Sertifikasi………

C. Kerangka Pemikiran ...………

BAB III METODE PENELITIAN...……….

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………. B. Bentuk dan Strategi Penelitian……… C. Sumber Data………...

D. Teknik Sampling (Cuplikan)……….. E. Teknik Pengumpulan Data……… F. Validitas Data……….. G. Analisis Data……….. H. Prosedur Penelitian……….

BAB IV HASIL PENELITIAN...………. A. Hasil Penelitian……….

B. Pembahasan Hasil Analisis Data……….

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………

A. Simpulan……….

B. Implikasi……….

C. Saran……….

DAFTAR PUSTAKA...………..

LAMPIRAN……….. 22 24 25 25 27 28 30 30 33 35 37 37 37 37 37 38 38 39 40 41 41 63 66 66 66 67 68 70


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Waluyo, S.Pd., M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs.Budhi Satyawan, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi responden penelitian. 8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Juni 2011 Penulis


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat

Panggilan Sertifiaksi Merasa Senang………

2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat

Panggilan Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung………..

3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus

Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio………..

4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus

Sertifikasi Melalui Jalur PLPG………

5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak Menerima Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji

Sertifikasi………

6. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak

Berkas yang Dipalsukan………...

7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru………. 8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat

atau Sulit saat Melengkapi Portofolio Sertifiaksi Guru……… ……..

9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat

atau Sulit saat Mengikuti PLPG……… ……..

10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur PLPG yang Waktunya Relatif Singkat………... 11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya akan Bertambah setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi

Guru……….…...

42

42

43

43

44

44

45

46

46

47


(12)

commit to user

xii

12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru Penjasorkes Menjadi Guru Profesional setelah Mendapat Tunjangan Sertifiaksi Guru……… 13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru………. …... 14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih Sama Seperti Sebelumnya setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru………. 15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan Ilmu Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG………. 16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengusai Semua Materi yang Diterima dari Kegiatan PLPG…………..…… 17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Lulus Sertifikasi Melalui Portofolio Lebih Baik daripada Lulus Melalui Jalur PLPG……… 18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih Enak Lulus Sertifikasi Melalui Portofolio daripada Lulus Melalui Jalur PLPG……… …… 19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat Rumit dan Bertele-Tele………. …… 20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu

Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru……… 21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM……….…… 22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain………. 23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM dari Pengembangan Ilmu

atau PLPG………..

48

49

49

50

50

51

52

52

53

54

54


(13)

commit to user

xiii

24. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes dengan Model Pembelajaran

PAIKEM……… …..

25. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki Inovasi - Inovasi dalam Membelajarkan Penjasorkes Jika Sarana Tidak Tersedia………... 26. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menemui Masalah dalam Membelajarkan Penjasorkes……… 27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui

PTK………

28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK………. 29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam3 Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK……. 30. Frekuensi dan Prosentase PTK yang Dibuat Guru Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM……... 31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu

Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran Melalui Buku-Buku yang Relevan……… 32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam

Membelajarkan Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS……… 33. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki Reverensi-Reverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk Mendukung Pembelajaran Penjasorkes………. 34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli Dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga

Pembelajaran Penjasorkes Monoton……… 35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM yang Dicangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan dalam Membelajarkan Penjasorkes……….. …….

56

56

57

57 58

58

59

60

60

61

62


(14)

commit to user

xiv

36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Peran Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011……… 37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011………..

64


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan

Menyeluruh………..

2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani……….. 3. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran………...

4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan………..

9 12 16 34


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi-Kisi Ujicoba Instrumen Angket……….

2. Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian……… 3. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian……….

4. Data Tes Angket Try Out……… 5. Uji Validitas Butir Soal Angket Try Out……… 6. Uji Reliabilitas Data Tes Soal Angket……… 7. Dokumentasi Pelaksanan Try Out………. 8. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian……….…………. 9. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret

Surakarta………

10.Surat Keterangan Penelitian try Out……….………… 11.Surat Keterangan Penelitian………..…………

71 73 81 88 89 91 92 94

96 101 102


(17)

commit to user

xvii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi dalam rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak dinyatakan beberapa praktisi bahwa, guru pendidikan jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa disuruh latihan atau bermain sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius. Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional tanpa menggunakan media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.

Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Adang Suherman (2000: 23) menyatakan, “Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial”. Dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut jenjang pendidikannya. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)

akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.

Berdasarkan kurikulum Penjasorkes bahwa, materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mencakup berbagai aspek yaitu permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan. Dalam upaya mengajarkan materi pendidikan jasmani tersebut, maka seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi yang memadai dengan mengembangkan pengetahuannya agar kualitas pendidikan di Indonesia lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya.


(18)

commit to user

xviii

Adanya program pemerintah tentang sertifikasi guru yang mulai diselenggarakan tahun 2007 merupakan konsekuensi dari hukum tentang pendidikan yaitu: UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Farida Sarimaya, 2009: 9).

Berdasarkan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tersebut guru adalah pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Menurut Syaiful Sagala (2009: 31-39) bahwa, “Kompetensi seorang guru meliputi empat macam yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)

kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional”. Berkaitan dengan kompetensi

profesional dalam (http://arifkurniawan 045.blogspot.com/2007/12/persiapan-profesi-guru-penjas.html) dijelaskan:

Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: Kompetensi-kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya.

Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 143-144) menyatakan ciri dan karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas profesional guru mencakup:

1) Dalam mengajar dibutuhkan keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik.

2) Seorang guru harus memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan.

3) Seorang guru dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai.

4) Seorang guru bertugas mempersiapakan generasi muda yang dapat hidup berperan aktif di masyarakat.

5) Pekerjaan guru merupakan pekerjaan dinamis yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Program sertifikasi merupakan program pemberian sertifikat bagi guru yang telah memenuhi sejumlah persyaratan menuju guru profesional. Pemenuhan


(19)

commit to user

xix

persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Melalui program sertifikasi ini diharapkan guru selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang masalah pembelajaran di sekolah. Apakah guru yang telah mendapat sertifikat sertifikasi kualitasnya menjadi lebih baik ataukah sama saja.

Banyak kasus dijumpai bahwa, guru yang mendapat panggilan sertifikasi atau telah memiliki sertifikat guru orientasinya gajinya akan bertambah. Masih banyak guru yang memiliki sertifikasi belum mengetahui dan tidak mampu melaksanakan atau membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas), tidak mampu mengoperasikan komputer atau LCD dan lain sebagainya. Bisa dikatakan program sertifikasi guru tidak tepat pada sasaran, sehingga hal ini berdampak rendahnya mutu pendidikan. Selain itu, guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru tidak ada kemauan dan kemampuan guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya dalam pembelajaran. Banyak guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru dalam proses pembelajaran masih tradisional. Banyaknya model-model pembelajaran kurang mengetahui dan memahaminya, meskipun telah mengikuti program sertifikasi melalui PLPG (Program Latihan Profesi Guru) ataupun lulus Portofolio. Program PLPG maupun Portofolio yang dilaksanakan pemerintah belum menjamin mampu meningkatkan kualitas guru. Program PLPG yang relatif singkat dengan materi yang banyak tentu tidak maksimal untuk menghantarkan guru menjadi profesional. Pengkajian dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan selalu berkembang pesat, sehingga menuntut seorang guru harus selalu mengembangkan pengetahuannya.

PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang saat ini baru gencar dicanangkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar. PAIKEM merupakan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ternyata masih banyak guru yang lulus sertifikasi belum memahaminya dan tidak diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran PAIKEM menuntut kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan jasmani untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam. Selain itu,


(20)

commit to user

xx

pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dan hal yang tak kalah pentingnya, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar, sehingga siswa responsif dengan pembelajaran yang diterimanya, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.

PAIKEM merupakan model pembelajaran yang menuntut kemampuan guru dalam mengorganisasi pembelajaran dan menuntut siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efektif. Apakah guru pasca sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan pada guru Penjasorkes di SMA Negeri se-Kabupaten Kebumen tahun 2010.

Berdasarkan kenyataan bahwa, sudah banyak para guru Penjasorkes di SMA se-Kabupaten Kebumen telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Namun belum diketahui apakah telah menerapkan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes. Masih banyak guru Penjasorkes dalam membelajarkan pendidikan jasmani kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan monoton. Selain permasalahan tersebut, masih banyak para siswa yang kurang senang dengan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang monoton dan siswa tidak aktif akan berdampak pada motivasi belajar menurun, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai.

Sebagai seorang guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi seharusnya mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Tetapi sebaliknya, pembelajaran yang monoton dan tidak menyenangkan, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan malas melaksanakan tugas ajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Untuk mengetahui apakah guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes, maka perlu


(21)

commit to user

xxi

Pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi yang telah Bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran

2010/2011”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011.

2. Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011.


(22)

commit to user

xxii

D. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitinan ini penting untuk diteliti dengan harapan memiliki manfaat antara lain:

1. Dapat diperoleh informasi tentang model pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran Penjasorkes, sehingga kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran Penjasorkes dapat diatasi.


(23)

commit to user

xxiii

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pusataka

1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. Di dalam intensitifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani sangat penting yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Berkaitan dengan pendidikan jasmani Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 4) menyatakan,

“Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan


(24)

commit to user

xxiv

meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Agus Mahendra (2004: 17)

bahwa, “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,

permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Sedangkan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai

tujuan pendidikan melalui gerak fisik”.

Berdasarkan pengertian pendidikan jasmani yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Menurut Agus Mahendra (2004: 7-8) bahwa, secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup:

1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi kulaitas pertumbuhan itu sendiri.

2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.

Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak. 3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cikup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan dikemudian hari.


(25)

commit to user

xxv

Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.

4) Menyalurkan energi yang berlebihan

Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum.

5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral.

Sedangkan Rusli Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan jasmani menuju perkembangan menyeluruh sebagai berikut:

Gambar 1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh (Rusli Lutan, 2000: 4)

Pendidikan Jasmani

Praktik pengajaran berorientasi pada karakteristik perkembangan dan pertumbuhan anak

Psikomotorik

Kesegaran jasmani Perseptual motorik

Afektif Kognitif

Konsep diri Intelegensia

emosional & watak Penalaran & pembuatan keputusan

Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan


(26)

commit to user

xxvi

Skema tersebut menunjukkan bahwa cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaannya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.

Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa, upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan. Dengan kata lain, dari aspek perilaku yang teramati, proses belajar itu tertuju pada dua hal yaitu (1) belajar untuk bergerak atau menguasai keterampilan gerak dan (2) belajar melalui gerak bermakna.

Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh. Konsentrasinya lebih lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan dan sistem metabolisme dan lain-lain). Bila kesegaran jasmani ditekankan pada aspek kesehatan, maka disebut dalam istilah kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan kesehatan, dan apabila ditekankan pada penampilan performa gerak seperti pada pencapaian prestasi olahraga disebut kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa.

Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang untuk menerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan diprogramkan sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras dengan rangsang. Dampak langsung dari aktivitas jasmani yang merangsang dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaan sistem saraf.

Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan


(27)

commit to user

xxvii

olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan.

Domain afektif menyangkut sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih penting diantaranya konsep diri dan komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia, emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fundasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa.

Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi (kata hati) yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaian sukses hidup bermasyarakat. Tidak ada pekerjaan yang dapat mencapai hasil terbaik tanpa ketekunan, seperti juga halnya tentang pentingnya kemampuan memotivasi diri, kemadirian untuk tidak selalu diawasi dalam penyelesaian tugas apapun. Kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain. Karena itu, empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial antar orang.

Dampak yang jelas dari pendidikan jasmani adalah memberikan sumbangan kepada prestasi akademik. Sebagian ahli percaya, sumbangannya melalui perantaraan perkembangan konsep diri yang lebih positif. Sebagian ahli lainnya percaya bahwa, kemampuan akademis itu didukung oleh perkembangan perseptual motorik yang merangsang kecerdasan otak.

b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan. Banyak disiplin ilmu yang mendasari dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, seorang guru pendidikan jasmani harus memahami dan mengusai beberapa disiplin ilmu yang mendukung dalam pendidikan jasmani. Dengan menguasai beberapa disiplin ilmu


(28)

commit to user

xxviii

yang mendasari pendidikan jasmani, maka dalam mengajarkan pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan baik dan benar. Adang Suherman (2000: 34) menggambarkan skema unsur-unsur disiplin ilmu yang melandasi pendidikan jasmani sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani (Adang Suherman, 2000: 34)

Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, landasan ilmiah dalam pendidikan jasmani ada delapan unsur yaitu: sport medecine, training theory, sport biomechanic, sport psikolgi, sport pedagogi, sport sosiologi, sport history dan sport philosopy. Dari kedelapan disiplin ilmu yang mendasari pendidikan jasmani tersebut harus dipahami dan dikuasai oleh guru pendidikan jasmani.

2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan a. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Wina Sanjaya (2006: 77)

menyatakan, “Mengajar jangan diartikan sebagai proses penyampaian materi

Sport Sociology

Sport Pedagogy General and Specific theory of

Instruction

Training Theory

Sport

Biomechanic

Sport Psichology

Pendidikan Jasmani Pendidikan melalui aktivitas

jasmani dan pendidikan tentang jasmani dan

aktivitas jasmani Sport Medecine

Sport Phylosophy Sport History


(29)

commit to user

xxix

pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar

sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya”.

Kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M. Sobry Sutikno (2009: 32)

berpendapat pembelajaran adalah “Segala upaya yang dilakukan guru (pendidik)

agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003

yang dikutip Syaiful Sagala (2005: 62) bahwa:

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Secara implisit di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan:

1) Peran guru telah berubah dari:

a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.


(30)

commit to user

xxx

b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu: a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam

proses pembelajaran.

b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan.

c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengetahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lahi berperan hanya sebagai sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan


(31)

commit to user

xxxi

tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik dari pembelajaran dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang terlibat di dalamnya. Karena pembelajaran merupakan proses, maka harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar mengenai kemana proses akan diarahkan, apa yang harus dibahas dalam proses tersebut, bagaimana cara melakukannya dan bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. Hal ini artinya, dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui komponen-komponen

yang terlibat di dalamnya. Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Komponen

-komponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga

kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. H.J. Gino

dkk., (1998: 30) berpendapat, “Komponen-komponen dalam suatu kegiatan

pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan

evaluasi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis


(32)

commit to user

xxxii

Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 30)

Komponen-komponen pembelajaran tersebut pada prinsipnya saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Hal senada tentang komponen-komponen pembelajaran dikemukakan. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa,

“Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan

pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5)

media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Untuk lebih jelasnya komponen

-komponen pembelajaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mempunyai jenjang dari yang luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Oleh karena itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan faktor utama yang harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah pembelajaran. Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapaiannya.

Tujuan

Metode dan alat

Penilaian Bahan


(33)

commit to user

xxxiii

2) Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikonsumsi oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi pelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Nana Sudjana (2005: 69) menyatakan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.

2) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencaan pembelajaran terbatas pada konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan pelajaran tidak pula diuraikan terinci.

3) Menetapkan materi pelajaran harus serasi dengan urutan tujuan.

4) Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas).

5) Materi pelajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkret menuju yang abstrak. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.

6) Sifat materi pelajaran ada yang faktual dan ada yang konseptual.

Untuk menetapkan materi pelajaran hendaknya harus selalu berpedoman pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3) Kegiatan Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam interaksi dengan materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang lebih aktif, bukan guru. Keaktifan siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan sendirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan


(34)

commit to user

xxxiv

bersama. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal, hendaknya guru memperhatikan perbedaan individual siswa, baik aspek biologis, intelektual dan psikologis. Ketiga aspek ini diharapkan memberikan informasi pada guru bahwa, setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo yang berlainan. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa mampu belajar mandiri. Guru juga harus mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai salah satu sumber yang penting dalam kegiatan eksplorasi.

4) Metode

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89) metode pembelajaran terdiri dari:

1) Metode ceramah 2) Metode tanya jawab 3) Metode diskusi

4) Metode tugas belajar dan resitasi 5) Metode kerja kelompok

6) Metode demonstrasi dan eksperimen 7) Metode sosio drama (role-playing) 8) Metode problem solving

9) Metode sistem regu (team taching) 10)Metode latihan (drill)

11)Metode keryawisata (field trip)

12)Metode resource person (manusia sumber) 13)Metode masyarakat

14)Metode simulasi

Menguasai dan memahami metode-metode pembelajaran tersebut sangat penting bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, maka dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan macam-macam metode pembelajaran menurut kebutuhan.


(35)

commit to user

xxxv

5) Media

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan media pembelajaran,

Muhammad Ali 2004: 88) menyatakan, “Media pengajaran merupakan bagian

integral dalam sistem pengajaran. Banyak media pengajaran yang dapat digunakan. Penggunaannya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses

belajar dan mengajar”.

Pendapat tersebut menujukkan, penggunaan media atau alat dalam pembelajaran sangat penting. Penggunaan media atau alat yang tepat sesuai materi pelajaran, maka akan memperbesar hasil belajar. Oleh karena itu, untuk mndukung kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memanfaatkan media pembelajaran yang tepat.

6) Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut M. Sobry Sutikno

(2009: 39) bahwa, “Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena manfaat”.

Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk keperluan belajar.

7) Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.


(36)

commit to user

xxxvi

pembelajaran berfungsi (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran. (2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan

guru”.

Evaluasi merupakan aspek yang penting yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau sampai mana terdapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai atau tidak, apakah materi pelajaran yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak, dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak.

c. Model Pembelajaran Penjasorkes

Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang dikutip Suharno dkk., (1998: 25-26) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Nurulwati yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain dikemukakan

Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:

Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Dalam model


(37)

commit to user

xxxvii

pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung perangkat-perangkat pembelajaran yang baik dan ideal, maka memperbesar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan pendidikan jasmani yang tepat, perlu diterapkan model pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers (1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk Sekolah Menengah Pertama (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut:

1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).

2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills.

3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu: movement education (problem solving techniques).

4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction (CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).

5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasamni berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration). 6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan

pemikiran bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antra guru dengan murid dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Model pada spektrum gaya mengajar berjumlah sebelas (11) yaitu: komando


(38)

commit to user

xxxviii

(commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check), inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent production), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).

7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.

Dari model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas dapat menerapkannya dalam pembelajaran menurut kebutuhannya. Selain model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang model-model pembelajaran. Hal ini karena, pengakajian tentang model-model pembelajaran selalu dilakukan oleh praktisi-praktisi pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dewasa ini sedang digalakkan dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran model PAIKEM.

d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Seorang guru harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.

Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan keharusan bagi seorang guru. Untuk itu seorang guru Penjasorkes harus memiliki beberapa kompetensi. Rusli Lutan dkk., (2002: 68-69) menyatakan:


(39)

commit to user

xxxix

Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani sekurang-kurangnya terdapat 5 kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu:

1) Pemahaman dan pengahayatan etika dan tindakan moral yang melandasi profesi dalam pendidikan jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan (misalnya, memberikan isntruksi, mengoreksi dan lain-lain) yang dapat dipertanggungjawabkan secara etik, termasuk nilai-nilai agama.

2) Penguasaan keterampilan gerak dan atau dasar-dasar keterampilan beberapa cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan dan ketentuan khusus dalam cabang olahraga).

3) Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan yang bersifat integrative, sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama disesuaikan dengan asas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

4) Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metode dan strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi dalam melaksanakan asesmen hasil belajar.

5) Komptensi sosial yang melibatkan keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama dalam tim.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru cukup komplek, baik secara umum maupun secara spesifik sebagai guru pendidikan jasmani. Seorang guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang studinya, maka akan mampu bekerja secara maksimal. Kinerjanya menjadi lebih baik, karena mengetahui dan menguasainya tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan sesuai dengan bidangnya. Menurut Nana Sudjana (2005: 19) bahwa,

Kompetensi yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: (1) Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinannya.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetsni yang harus dimiliki seorang guru Penjasorkes mencakup empat aspek yaitu: merencanakan program pembelajaran, melaksanakan dan memimpin pembelajaran, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran sesuai dengan bidang studinya.


(40)

commit to user

xl

e. Pembelajaran yang Sukses

Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak guru maupun siswa. Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka perlu penerapan desain sistem pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Heinich dkk (2005) yang dikutip Benny A. Pribadi (2009: 19-21) mengemukakan, perspektif pembelajaran sukses yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu:

1) Peran aktif siswa (active participation)

Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.

2) Latihan (practice)

Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.

3) Perbedaan individual (individual differences)

Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

4) Umpan balik (feedback)

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.

5) Konteks nyata (realitic context)

Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(41)

commit to user

xli 6) Interaksi sosial (social interaction)

Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu, adanya umpan balik, ada konmteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pembelajaran Model PAIKEM

a. Pengertian PAIKEM

PAIKEM (Pembelajaran Akktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) merupakan salah satu model pembelajaran yang baru dikembangkan di Indonesia pada saat ini. PAIKEM pada awalnya berasal dari model pembelajaran PAKEM. Selanjutnya melalui pengkajian oleh para ahli ilmu pengetahuan dijadikan atau dirubah dengan nama PAIKEM. PAIKEM lahir dari pengkajian pembelajaran aktif, dimana pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Dasim Budimansyah dkk., (2009: 7) menyatakan:

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dinilai memang dapat:

1) Menciptakan ketertarikan bagi siswa (creating exicitement in the classroom).

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir dan bekerja (getting students to think and work).

Dari model pembelajaran PAKEM inilah dilakukan pengkajian lebih dalam lagi hingga dirubah atau ditambah menjadi model pembelajaran PAIKEM. PAIKEM memiliki kepanjangan yaitu: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. (htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05). Model pembelajaran PAIKEM merupakan salah satu usaha mendorong terus ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran di lapangan yang benar-benar


(42)

commit to user

xlii

berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari masing-masing kata tersebut menurut Madyo Ekosusilo (2007: 2) yaitu:

1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gagasan.

2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan.

3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan.

5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada apa yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan setiap kesulitan yang dihadapi siswa guru memberi solusi atau jalan keluarnya. Lebih lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) menyatakan:

1) PAIKEM dari segi guru yaitu: (1) Aktif:

(a) Memantau kegiatan belajar siswa. (b) Memberi umpan balik.

(c) Mengajukan pertanyaan yang menantang. (d) Mempertanyakan gagasan siswa

(2) Inovatif:

(a) Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru. (3) Kreatif:

(a) Mengembangkan kegiatan yang beragam. (b) Membuat alat bantu belajar sederhana. (4) Efektif:

(a) Mencapai tujuan pembelajaran. (5) Menyenangkan:

(a) Tidak membuat anak: (b) Takut salah

(c) Takut ditertawakan (d) Takut dianggap sepele


(43)

commit to user

xliii 2) PAIKEM dari siswa:

(1) Aktif: (a) Bertanya

(b) Mengemukakan pendapat

(c) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. (2) Inovatif:

(a) Berusaha menemukan hal-hal yang baru. (3) Kreatif:

(a) Merancang/membuat sesuatu. (b) Menulis/mengarang.

(4) Efektif:

(a) Menguasai keterampilan yang diperlukan. (5) Menyenangkan:

(a) Membuat anak berani: (b) Mencoba/berbuat (c) Bertanya

(d) Mengemukakan pendapat/gagasan (e) Mempertanyakan gagasan orang lain.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, PAIKEM dilihat dari guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru.

b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran

Munculnya model pembelajaran PAIKEM melalui proses dan pengkajian dari para ahli yang cukup lama. Dasim Budimansyah dkk., (2009: 72) menyatakan:

PAIKEM berasal dari akronim PAKEM. Sementara PAIKEM adalah PAKEM yang ditambah dengan satu ciri pengembangan dari pembelajaran kreatif, yakni pembelajaran inovatif. Dari program MBE (Managing Basic Education) selalu mengkaitkan antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam satu kesatuan (three in one) program MBE.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran ada tiga unsur yang saling mempengaruhi dan saling mendukung.


(44)

commit to user

xliv

Dapat dikatakan, tidak ada PAIKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang berbasis sekolah (MBS) dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh peran serta secara aktif orang tua dan masyarakat (PSM).

Munculnya PAIKEM sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penerapan PAIKEM dalam proses pembelajaran secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.

3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.

4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan inetraktif, termasuk cara belajar kelompok.

5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. (http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11pembelajaran-aktif-novatif-kreatif-efektif-dan menyenangkan).

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, PAIKEM menuntut siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru berperan mengkondisikan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Kerjasama antara siswa dan guru sangat dibutuhkan dalam PAIKEM. Dengan kerjasama yang baik antara guru dan siswa, maka pembelajaran akan berjalan efektif, siswa lebih kreatif dan lebih senang mengikuti pembelajaran.

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan (PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Madyo Ekosusilo (2007: 4) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PAIKEM yaitu:


(45)

commit to user

xlv

Anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi-modal dasar perkembangannya sikap kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur untuk perkembangannya kedua sifat tersebut.

2) Mengenal anak secara perorangan:

Anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan tercermin dalam pembelajaran.

3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar:

Sebagai makhluk sosial suka berkelompok, tugas kelompok, bertukar pikiran dan berinteraksi.

4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan: Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, maka perlu kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sehingga melahirkan alternatif pemecahan masalah. Tugas guru mengembangkan dengan cara memberi tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka.

5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik: Hasil pekerjaan siswa perlu dipajang secara rapi untuk memberi motivasi bekerja lebih baik lagi. Pajangan dapat menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya dan dapat sebagai rujukan bagi guru.

6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar:

Lingkungan (fisik, sosial, budaya) sebagai bahan ajar dan sumber belajar perlu dimanfaatkan oleh guru, sehingga anak menjadi lebih lebih senang, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, membuat gambar dan lain sebagainya.

7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan:

Umpan balik merupakan bentuk interaksi guru-siswa, hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan dan perlu diberikan secara santun untuk menanamkan rasa percaya diri siswa. Guru harus konsisten memberikan hasil pekerjaan siswa.

8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental:

Aktif mental harus diutamakan sehingga menimbulkan keberanian bagi siswa. Guru harus mampu menghilangkan penyebab rasa takut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu: memahami sifat anak, mengenal secara peroarangan, memanfaatkan perilaku anak, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan umpan balik dan membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka memberi peluang yang besar pembelajaran akan berhasil. ciri-ciri keberhasilan PAIKEM menurut Madyo


(46)

commit to user

xlvi

Ekosusilo (2007: 5) yaitu: “Berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri,

bertanggungjawab, bias bekerjasama, mencari dan memanfaatkan informasi,

memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan”.

4. Sertifikasi Guru a. Hakikat Sertifikasi Guru

Profesi guru merupakan termasuk profesi tua di dunia, karena pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di Indonesia pada zaman kolonial. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya dalam beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan Nasional pun dinilai terpuruk.

Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perkembangan global. Sampai saat ini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi. Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik, maka pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Di dalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting, maka sangat dibutuhkan guru-guru yang profesional.

Salah satu langkah untuk meningkatkan profesionalisme guru, pemerintah Indonesia telah melaksanakan program sertifikasi guru. Farida Sarimaya (2009:

25) menyatakan, “Program sertifikasi guru adalah program yang berisi tentang


(47)

commit to user

xlvii

program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikasi profesi guru

sebagai tenaga profesional”.

Secara garis besar program sertifikasi guru dibedakan menjadi dua yaitu: program sertifikasi untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan) dan program sertifikasi untuk calon guru. Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan diperuntukan bagi guru yang telah ada baik guru negeri maupun swasta yang belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Farida Sarimaya (2009: 25) menyatakan:

Dalam program sertifikasi guru dalam jabatan, sertifikat guru sebagai profesi dapat diperoleh melalui:

1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutrkan dengan uji sertifikasi (bila lulus dalam uji sertifikasi).

2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk pengakuan kompetensi keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh Pemerintah (bila lulus dalam uji sertifikasi).

Program sertifikasi untuk calon guru diperuntukkan bagi calon guru yang berminat mengambil profesi guru atau bagi guru dalam jabatan yang memerlukannya sebelum mengikuti uji sertifikasi. Program sertifikasi untuk caon guru juga dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Kemendiknas dalam Panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG) (2010: 18) dijelaskan, sertifikasi guru sebagai pendidik diperoleh melalui proses pendidikan profesi dengan ketentuan sebagai berikut:

1) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV kependidikan untuk TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sedarajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester.

2) SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV kependidikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai 20 (dua puluh) satuan kredit semester. 3) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV kependidikan selain untuk TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang


(48)

commit to user

xlviii

sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

4) SD/MI/TKLB atau bentuk lain lulusan S-1/D-IV kependidikan selain untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester. 5) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat dan pada satuan

pendidikan SD/MI/SDLB atau bentuk lain lulusan S-1 Psikologi adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

6) SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan satuan pendidikan SD/MI/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sedarajat, lulusan S-1/D-IV kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, guru yang berhak mendapat sertifikasi memiliki ketentuan seperti di atas. Uji sertifikasi yang dilakukan baik untuk guru dalam jabatan maupun untuk calon guru meliputi ujian tertulis dan ujian kinerja yang dapat ditempuh secara parsial. Secara parsial artinya, ujian tulis dan ujian kinerja dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. Ujian kinerja dilakukan secara holistik yang mencakup ujian komptensi, pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Secara holistik artinya, keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan kompeten yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.

Dalam pelaksanaan program sertifikasi dalam bentuk pendidikan profesi diakhiri dengan ujian sertifikasi. Setelah dinyatakan lulus uji sertifikasi, maka guru atau calon guru berhak mendapatkan sertifikat guru sebagai profesi berikut hak dan kewajiban yang melekat padanya. Sertifikat pendidik berlaku sah setelah mendapat nomor unik dari Depertemnen Pendidikan nasional. Nomor unik merupakan nomor resmi sertifikat pendidik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai nomor identitas pemegang sertifikat pendidik dalam satuan atau lebih bidang studi/keahlian yang berbeda anatar pemegang satu dengan lainnya. Dimana seseorang dapat memperoleh lebih dari satu sertifikat pendidik, nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasionalnya hanya satu.


(49)

commit to user

xlix

b. Prosedur Sertifikasi

Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Direktorat Jenderal peningkatan Mutu pendidik dan tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK)/Dinas pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelola guru dan Ditjen Dikti/Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi. Sebagai pengelola guru, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) (sebagai jajaran Ditjen PMPTK) bertugas menyiapakan guru agar siap mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan, jika pesertanya melebihi kapasitas yang ditetapkan.

Menurut Farida Sarimaya (2009: 29) beberapa pertimbangan untuk menyusun urutan daftar calon peserta sertifikasi guru antara lain:

1) Penguasaan terhadap kompetensi.

2) Prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, guru berprestasi dan lain sebagainya.

3) Daftar urut kepangkatan. 4) Masa kerja

5) Usia

Penyelenggara uji sertifikasi dilaksanakan oleh Konsorsium Penyelenggara Sertifikasi dari LPTK, Dirjen Dikti dan Dirjen PMPTK. Adapun tahapan atau prosedur sertifikasi guru menurut Depdiknas (2007: 3) digambarkan sebagai berikut:


(1)

commit to user

cii

23.Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari pengembangan ilmu pengetahuan (literatur buku) atau hanya dari PLPG? { } ya

{ } tidak

24.Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes dengan model pembelajaran PAIKEM?

{ } ya { } tidak

25.Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki inovasi-inovasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes, jika sarana tidak tersedia?

{ } ya { } tidak

Beri contoh inovasi………..

26.Apakah guru Penjasorkes saudara menemui masalah dalam membelajarkan Penjasorkes?

{ } ya { } tidak

Beri contohnya……….

27.Apakah guru Penjasorkes saudara tahu tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas)?

{ } ya { } tidak

Beri penjelasan……….

28.Apakah guru Penjasorkes saudara pernah membuat PTK?

{ } ya { } tidak


(2)

commit to user

ciii

29.Apakah setiap dalam pembelajaran Penjasorkes siswa mengalami kesulitan guru Penjasorkes saudara membuat PTK?

{ } ya { } tidak

Beri penjelasan………

30.Apakah PTK yang dibuat guru Penjasorkes saudara relevan dengan model pembelajaran PAIKEM?

{ } ya { } tidak

Beri penjelasan……….

31.Apakah guru Penjasorkes saudara selalu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan? { } ya

{ } tidak

32.Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS?

{ } ya { } tidak

33.Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki referensi-refensi model

pembelajaran PAIKEM sehingga dapat mendukung pembelajaran

Penjasorkes? { } ya

{ } tidak

34.Apakah guru Penjasorkes saudara termasuk guru yang tidak peduli dengan

perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga dalam membelajarkan

Penjasorkes monoton? { } ya


(3)

commit to user

civ

35.Adanya model pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah apakah ada perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes?

{ } ya { } tidak

 Jika dalam pengisian penjelasan para guru kurang pada tempat yang tersedia, mohon dengan hormat dapat ditulis di sebalik halaman/kertas sesuai dengan nomor item yang dijelaskan.

 Mohon dengan hormat dan kesedianannya untuk melampirkan fotokopi


(4)

commit to user

cv

Dokumentasi Try Out

.


(5)

commit to user

cvi


(6)

commit to user


Dokumen yang terkait

KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 20152016

0 7 278

MASALAH YANG DIHADAPI GURU DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI DAN MTs SE KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2010 2011

0 13 77

STUDY TENTANG PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN PENJASORKES DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2009 2010

1 33 62

STUDI TENTANG PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) MATA PELAJARAN PENJASORKES DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2010

0 4 107

Pelaksanaan Pembelajaran Guru Yang Berijazah Penjasorkes, Dengan Guru Yang Tidak Berijazah Penjasorkes, Di Smk Swasta Se Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 1

(ABSTRAK) MASALAH YANG DIHADAPI GURU DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI DAN MTs SE KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes SMA Negeri Se-Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Tahun 2009.

0 0 1

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE-KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE-KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 85

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES.

0 1 90