KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 20152016

(1)

KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI

KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA

PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SE-KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Universitas Negeri Semarang

oleh

BAGAS ANUNG HANDHINITO

6101411132

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS

NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ABSTRAK

Bagas Anung Handhinito. 2015. Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Tahun

Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi/S1. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd.

Kata Kunci: Kreativitas, Guru Penjasorkes, Sarana dan Prasarana Olahraga Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sehingga guru Penjasorkes dituntut untuk kreatif dalam mengatasi keterbatasan tersebut supaya pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan teknik pengambilan data menggunakan angket sebagai data primer, serta observasi, dokumentasi, dan wawancara sebagai data sekunder. Populasi penelitian ini adalah semua guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang berjumlah 23 guru. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%). Berdasarkan masing-masing faktor diperoleh hasil sebagai berikut: 1) faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah dalam kategori Sedang (52,17%), 2) faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide dalam kategori Sedang (30,43%), 3) faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru dalam kategori Sedang (34,78%). Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, guru Penjasorkes sudah cukup kreatif dalam pembelajaran dan secara keseluruhan sarana dan prasarana Penjasorkes memiliki kelengkapan 66,57%. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa guru Penjasorkes mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana dengan cara memodifikasi dan memanfaatkan sarana dan prasarana Penjasorkes.

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah secara umum kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%). Saran dari peneliti adalah: 1) guru Penjasorkes perlu meningkatkan lagi kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes, 2) Sekolah maupun pemerintah perlu meningkatkan lagi kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana Penjasorkes.


(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya: Nama : Bagas Anung Handhinito NIM : 6101411132

Jurusan/Prodi : PJKR/PJKR Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Judul Skripsi : “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen

Tahun Pelajaran 2015/2016”

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sumber hukum sesuai ketentuan yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia.

Semarang, Desember 2015


(4)

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016”ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Jumat

Tanggal : 4 Desember 2015

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Yang mengajukan

Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd. Bagas Anung Handhinito NIP.

19650821 199903 2 001

NIM. 6101411132

Mengetahui


(5)

PENGESAHAN

Skripsi atas nama Bagas Anung Handhinito NIM 6101411132 dengan judul

Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan

Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan

Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016” telah dipertahankan

di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu tanggal 23 Desember 2015.

Panitia Ujian


(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

 “Hidup adalah sebuah perjuangan (Ahmad Dhani).

Menuntut ilmu adalah takwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah, mengulang ilmu adalah dzikir, mencari ilmu adalah jihad” (Imam Al-Ghozali).

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Teruntuk yang tercinta dan tersayang, kedua orang tuaku Bapak Sutrisno Hadi dan Ibu Nuraeni Endah Suwarni, terima

kasih atas doa, dukungan, dan

semangatnya.

 Kakakku Okta Restia Kusumawati, adikku Gusti Husnul Anami dan keponakanku Muhammad Nur Hakim.

 Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan Jurusan PJKR 2011.

Almamater FIK UNNES.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016". Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan PJKR, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kemudahan administrasi sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan, pengarahan, kritikan, dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

5. Bapak dan Ibu Dosen PJKR FIK UNNES, yang telah menanamkan ilmu dan pengetahuan sebagai bekal yang bermanfaat.

6. Staf Tata Usaha PJKR FIK UNNES, yang telah memberikan bantuan segala bentuk urusan administrasi.

7. Kepala UPTD Unit Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan rekomendasi izin penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

8. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan izin penelitian dan pengambilan data.

9. Kedua orang tua, Bapak Sutrisno Hadi dan Ibu Nuraeni Endah Suwarni, serta keluarga yang selalu memanjatkan doa, memberikan dukungan, maupun motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan Jurusan PJKR 2011, yang selalu memberikan motivasi dan saran-saran yang membantu terselesaikannya skripsi ini. 11. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan baik serta mendapat pahala dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi diri penulis dan semua pihak pada umumnya.

Semarang, Desember 2015

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK... ii

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN ... iv

PERNGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah... 10

1.5 Tujuan Penelitian... 10

1.6 Manfaat Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kreativitas ... 13

2.1.1 Ciri-ciri Kreativitas ... 15

2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas ... 18

2.2 Penjasorkes... 20

2.2.1 Tujuan Penjasorkes... 22

2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes ... 26

2.3 Kurikulum Penjasorkes ... 27

2.3.1 KTSP... 28

2.3.2 Ruang Lingkup ... 29

2.4 Guru Penjasorkes... 31

2.4.1 Peranan Guru Penjasorkes ... 35

2.4.2 Guru Penjasorkes yang Kreatif ... 36

2.4.3 Profil Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar ... 40

2.5 Pembelajaran ... 41

2.6 Inovasi dan Modifikasi Pembelajaran ... 43

2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Penjasorkes ... 47

2.7.1 Standar Sarana dan Prasarana Penjasorkes... 50

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sarana dan Prasarana Penjasorkes.. 52

2.7.3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana... 53

2.8 Kecamatan Prembun... 54


(10)

2.8.1 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun,

Kabupaten Kebumen... 56

2.9 Kajian Penelitian yang Relevan ... 59

2.10 Kerangka Berpikir ... 60

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 62

3.2 Variabel Penelitian... 62

3.3 Populasi dan Sampel... 63

3.3.1 Populasi ... 63

3.3.2 Sampel ... 64

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.4.1 Observasi ... 65

3.4.2 Dokumentasi ... 65

3.4.3 Wawancara ... 66

3.4.4 Angket ... 67

3.5 Instrumen Penelitian... 68

3.5.1 Uji Validitas Instrumen ... 72

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 74

3.6 Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi ... 78

4.2 Deskripsi Subjek... 79

4.3 Waktu Penelitian ... 80

4.4 Hasil Penelitian... 81

4.4.1 Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ... 82

4.4.2 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .. 85

4.4.2.1 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... 88

4.4.2.2 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ... 91

4.4.2.3 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... 94

4.4.3 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... 97

4.4.3.1 Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... 100

4.4.3.2 Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... 103

4.4.4 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... 106

4.4.4.1 Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 109

4.4.4.2 Indikator Pengetahuan ... 112

4.5 Pembahasan ... 115

4.5.1 Kreativitas Guru Penjasorkes ... 115

4.5.1.1 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .. 116

4.5.1.2 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... 117


(11)

4.5.1.3 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal

Baru ... 119

4.5.2 Hasil Observasi Pembelajaran Penjasorkes ... 121

4.5.3 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan, Kabupaten Kebumen ... 127

4.5.4 Hasil Wawancara ... 130

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 132

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA... 134

LAMPIRAN ... 136


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal Sarana dan Prasarana Penjasorkes di

Beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 5 Tabel 2.1

Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1

Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran Penjas untuk Jenjang SD Standar Umum Sarana dan Prasarana Sekolah dan Olahraga atau Kesehatan ... Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain atau Berolahraga ... Jumlah Data Satuan Pendidikan Jenjang SD Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... Jumlah Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen...

29 50 52 58 64 Tabel 3.2 Bobot Skor Jawaban ... 68 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam

Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 71 Tabel 3.4 Data Uji Validitas Instrumen... 73 Tabel 3.5 Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam

Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 74 Tabel 3.6 Data Uji Reliabilitas Instrumen... 75 Tabel 3.7 Interval dan Kategori ... 77 Tabel 4.1 Data Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,

Kabupaten Kebumen ... 79 Tabel 4.2 Waktu Pengambilan Data Penelitian... 80 Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Kreativitas Guru

Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 81 Tabel 4.4

Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ...

82 83 85 86


(13)

Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23

Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar... Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... Skor dan Kategori Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Distribusi Frekuensi Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Skor dan Kategori Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... Skor dan Kategori Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi... Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi... 88 89 91 92 94 95 97 98 100 101 103 104 106 107 109 110 Tabel 4.24 Skor dan Kategori Indikator Pengetahuan ... 112 Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan... 113 Tabel 4.26 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 127


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 2.1 Peta Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 56 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6

Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan... Histogram Kreativitas Guru Pejasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar... Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... Histogram Kreativitas Guru Pejasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ...

83 86 89 92 95 98 Gambar 4.7 Histogram Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana 101 Gambar 4.8

Gambar 4.9

Histogram Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru...

104 107 Gambar 4.10 Histogram Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 110 Gambar 4.11 Histogram Indikator Pengetahuan ... 113 Gambar 4.12

Gambar 4.13 Gambar 4.14

Modifikasi Lapangan Bola Voli Mini di SD Negeri 2 Pesuningan ... Modifikasi Pemukul Kasti pada Pembelajaran Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri ... Modifikasi Tongkat pada Pembelajaran Lari Estafet di SD Negeri Sembirkadipaten... 122 122 123 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18

Modifikasi Gawang di SD Negeri Sembirkadipaten ... Modifikasi Ring Basket pada Pembelajaran Basket di SD Negeri 1 Prembun ... Modifikasi Kasur Busa pada Pembelajaran Senam Lantai di SD Negeri 4 Prembun ... Modifikasi Cones pada Pembelajaran Atletik di SD Negeri 2 Tersobo... 123 124 125 125 xiv


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 137

Lampiran 2 Usulan Tema dan Judul Skripsi... 138

Lampiran 3 Pengesahan Proposal Skripsi ... 139

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Fakultas... 140

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Izin Penelitian UPTD Unit Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 141

Lampiran 6 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Prembun ... 142

Lampiran 7 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Prembun ... 143

Lampiran 8 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 3 Prembun ... 144

Lampiran 9 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 4 Prembun ... 145

Lampiran 10 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Kabekelan... 146

Lampiran 11 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Kabekelan... 147

Lampiran 12 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Tunggalroso ... 148

Lampiran 13 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Tunggalroso ... 149

Lampiran 14 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kedungwaru... 150

Lampiran 15 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Bagung ... 151

Lampiran 16 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Tersobo... 152

Lampiran 17 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Tersobo... 153

Lampiran 18 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 3 Tersobo... 154

Lampiran 19 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Sidogede... 155

Lampiran 20 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Sidogede... 156

Lampiran 21 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Sembirkadipaten ... 157

Lampiran 22 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kedungbulus ... 158


(16)

Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28

Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Mulyosri ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Mulyosri ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Pesuningan ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Pesuningan ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kabuaran ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Pecarikan... 159 160 161 162 163 164

Lampiran 29 Instrumen Angket Uji Coba ... 165

Lampiran 30 Instrumen Angket Penelitian ... 169

Lampiran 31 Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Penelitian ... 173

Lampiran 32 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 174

Lampiran 33 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 177

Lampiran 34 Tabulasi Data Hasil Penelitian Kreativitas Guru Penjasorkes. 179 Lampiran 35 Kategorisasi Data Kreativitas Guru Penjasorkes ... 180

Lampiran 36 Lampiran 37 Lampiran 38 Lampiran 39 Lampiran 40 Lampiran 41 Lampiran 42 Lampiran 43 Lampiran 44 Lampiran 45 Lampiran 46 Lampiran 47 Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Kategorisasi Data Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar... Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ... Kategorisasi Data Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ... Kategorisasi Data Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... Kategorisasi Data Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... Kategorisasi Data Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru... Kategorisasi Data Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 Lampiran 48 Kategorisasi Data Indikator Pengetahuan ... 193

Lampiran 49 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Penjasorkes ... 194


(17)

Lampiran 50 Panduan Observasi Daftar Check-list Sarana dan Prasarana 195 Lampiran 51 Transkip Observasi Daftar Check-list Sarana dan Prasarana. 196

Lampiran 52 Panduan Dokumentasi... 219

Lampiran 53 Panduan Wawancara... 220

Lampiran 54 Transkip Wawancara ... 222

Lampiran 55 Dokumentasi Penelitian ... 242


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Pendidikan akan selalu ada di kehidupan manusia. Pendidikan sebagai gejala yang universal merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena di samping sebagai gejala pendidikan juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur, dan didasarkan atas pemikiran yang matang.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Menurut Harsuki (2003:47) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan keolahragaan nasional.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab II Pasal 4, terdapat tujuan keolahragaan nasional yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,


(19)

prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di antaranya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Apabila mempunyai kesegaran dan daya tahan tubuh yang baik diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) dapat berjalan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan yang mendukung, dan penilaian. Guru dan sarana prasarana merupakan unsur yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran Penjasorkes. Namun, unsur utama untuk keberhasilan tersebut adalah guru itu sendiri. Pada umumnya jumlah siswa di sekolah lebih banyak dibandingkan dengan alat dan fasilitas yang ada. Hal tersebut membuat siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, guru Penjasorkes harus mampu membawa siswa ke dalam situasi belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes.

Semua unsur yang mendukung keberhasilan di dalam proses pembelajaran Penjasorkes saling terkait satu dengan yang lainnya. Sarana dan prasarana Penjasorkes merupakan satu di antara unsur penunjang keberhasilan proses pembelajaran Penjasorkes yang tak jarang pula sering menimbulkan dan


(20)

3 3

menjadi masalah di beberapa sekolah di Indonesia. Soepartono (2000:13) menyatakan bahwa fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di negara kita dan ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata, serta masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal. Sekolah-sekolah yang ada memiliki kecenderungan kurang memikirkan penyediaan atau pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, Penjasorkes perlu mendapat dukungan sarana dan prasarana yang memadai karena sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran Penjasorkes dan tanpa adanya sarana dan prasarana proses pembelajaran akan mengalami hambatan bahkan terhenti, sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai.

Sarana dan prasarana Penjasorkes yang ideal menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana yang dapat menunjang lancarnya proses pembelajaran pendidikan jasmani di tingkat Sekolah Dasar meliputi tempat berolahraga yang berfungsi sebagai tempat bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler. Tempat bermain atau berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m²/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain atau berolahraga 500 m². Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m. Tempat berolahraga yang merupakan ruang terbuka sebag ian ditanami pohon penghijauan. Diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas. Tidak digunakan untuk parkir. Tempat dengan beberapa kriteria di atas maksudnya adalah sebuah tempat atau ruang bebas yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat


(21)

pohon, saluran air, dan benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.

Seiring dengan banyaknya cabang olahraga yang akan dilakukan dan telah diprogram dalam kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana yang baik sangat dibutuhkan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mencukupi dan sesuai dengan perbandingan siswa yang ada, sangat membantu guru Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran. Guru akan lebih mudah dan terarah dalam menyampaikan materi dengan berbagai variasi dan metode pembelajaran. Begitu juga dengan siswa. Siswa menjadi lebih maksimal dalam menerima materi pembelajaran. Siswa lebih sering dalam melakukan berbagai keterampilan dan aktivitas di dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang baik menimbulkan banyak hambatan dalam proses pembelajaran. Akibatnya jika guru tidak kreatif, maka dalam pembelajaran Penjasorkes guru tidak dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan frekuensi dan intensitas yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga berdampak terhadap siswa. Siswa tidak dapat maksimal dalam menerima materi pembelajaran dan tidak maksimal dalam melakukan berbagai gerak keterampilan dalam permainan ataupun aktivitas jasmani lainnya, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.

Prembun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah yang terletak di sebelah timur Kebumen dan perbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah. Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23.


(22)

5 5

No Sekolah Alat Jumlah Keterangan

1. SD Negeri Pecarikan Bola sepak Net voli Tenis meja Net takraw Pemukul kasti Bola kasti Peluru Cakram Bola plastik Lapangan sepak bola 1 1 1 set 1 1 5 1 set 1 set 5 1 Baik Rusak Baik Rusak Baik Baik Baik Rusak Baik Baik

2. SD Negeri 2 Pesuningan Bola sepak Bola voli Net voli 2 3 1 Baik Baik Baik Berdasarkan observasi awal kondisi dan jumlah sarana dan prasarana olahraga pada hari Rabu, 13 Mei 2015 di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ternyata masih minim. Sekolah-sekolah kebanyakan tidak mempunyai lapangan tersendiri untuk berolahraga. Halaman sekolah yang ada untuk olahraga kurang luas, sehingga pada saat aktivitas Penjasorkes sangat mengganggu pembelajaran siswa lain yang ada di dalam kelas. Sarana atau alat penunjang dalam pembelajaran sangat kurang. Jumlah bola yang diperlukan untuk bermain tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada. Sebagian sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dengan keadaan yang demikian, proses pembelajaran Penjasorkes tidak dapat berlangsung secara maksimal sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Berikut hasil observasi awal dengan melihat langsung sarana dan prasarana Penjasorkes di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal Sarana dan Prasarana Penjasorkes di Beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen


(23)

Lapangan voli Bola kasti Pemukul kasti Bola kasti Cone Tongkat estafet Bola plastik Lapangan sepak bola 1 5 2 5 10 5 5 1 Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Baik Baik

3. SD Negeri 1 Prembun Bola sepak Bola futsal Bola voli Bola basket Tenis meja Bola takraw Pemukul kasti Bola kasti Cone Lembing Tongkat estafet Matras senam Bola plastik Lapangan sepak bola 3 2 4 2 1 set 1 3 10 10 10 6 3 10 1 Baik Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

4. SD Negeri Bagung Bola sepak

Bola voli Bola basket Tenis meja Bola takraw Peluru Pemukul kasti Bola kasti Lembing Cakram Tongkat estafet Matras senam Bola plastik 2 1 1 1 set 2 1 set 2 5 5 1 set 5 1 5 Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sumber: Bagas Anung H, 2015.

Berdasarkan observasi pada saat pembelajaran bola voli, bola sering mati saat permainan dan membuat pembelajaran kurang lancar. Bahkan terasa membosankan bagi siswa karena menunggu giliran main, serta hanya menggunakan satu lapangan bola voli. Bola yang digunakan kurang memadai


(24)

7 7

dengan jumlah siswa yang banyak, minimal sekolah mempunyai 6 buah bola, serta bola terasa berat dan sakit saat digunakan servis. Selain itu, pada saat pembelajaran sepak bola, para siswa kesulitan menggunakan bola. Siswa merasa kesakitan saat menendang bola. Selain itu, bola terasa berat saat ditendang.

Guru Penjasorkes sebaiknya memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena siswa SD masih senang bermain dan berlomba yang menyenangkan. Dalam hal ini, guru harus berpikir kreatif salah satunya adalah dengan memodifikasi bola yang lebih ringan dan lunak, misalnya: menggunakan bola plastik yang dilapisi bahan karet tipis atau dengan membuat plastik bekas dibentuk bulat. Dengan berpikir kreatif, maka kualitas pembelajaran bisa ditingkatkan dan diharapkan materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan mudah.

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu, 13 Mei 2015 dengan guru Penjasorkes SD Negeri Pecarikan yaitu Bapak Wisnu Septyadi, S.Pd., dan guru Penjasorkes SD Negeri 2 Pesuningan yaitu Bapak Nur Sahid, S.Pd., mengakui bahwa sarana dan prasarana Penjasorkes masih minim, jumlah alat tidak sebanding dengan jumlah siswa, pembelajaran kurang berjalan dengan efektif, kesempatan siswa masih kurang dalam mempraktikkan materi pembelajaran, guru Penjasorkes sebagian masih ada yang pasrah dan monoton dalam memberikan materi atau pembelajaran karena keterbatasan sarana dan prasarana tersebut.

Guru yang profesional tidak bersikap pasrah, menerima, dan pasif jika ada masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana Penjasorkes, tetapi diharapkan dapat menyikapi secara kreatif untuk mengatasinya. Dengan


(25)

keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah, maka guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen hendaknya mampu memotivasi siswa-siswanya, menciptakan ide-ide baru, kreatif memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran. Guru dapat memodifikasi sarana dan prasarana dengan apa yang ada di sekitarnya atau dapat pula menggunakan sarana dan prasarana lain yang fungsinya sama sebagai pengganti sarana dan prasarana yang sebenarnya atau dengan usaha lain yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran Penjasorkes yang diharapkan atau lebih baik lagi. Seorang guru Penjasorkes harus mampu dalam pengelolaan kelas yang baik, serta berkreasi ketika mengajar. Mengingat Penjasorkes merupakan kajian terhadap gerak manusia yang disusun dalam muatan yang aktual.

Materi Penjasorkes disampaikan dalam rangka memberi kesempatan bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang secara proporsional, rasional, ranah psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan permasalahan yang dihadapi, seorang guru Penjasorkes harus jeli dan mampu mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi di lapangan. Oleh karena itu, guru Penjasorkes dituntut kreatif dan selalu mencari pemecahan dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Penjasorkes di Sekolah Dasar merupakan awal dari jenjang pendidikan. Di Sekolah Dasar, guru Penjasorkes mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar harus mampu membimbing dan mengembangkan kemampuan gerak, menanamkan nilai dan sikap. Selain itu, guru Penjasorkes harus dapat memacu dan mengarahkan siswa dalam masa pertumbuhan. Seorang guru Penjasorkes


(26)

9 9

harus mampu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah, karena dalam proses pembelajaran Penjasorkes akan menemukan berbagai faktor yang menghambat proses pembelajaran di sekolah salah satunya keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga perlu adanya kreativitas seorang guru dalam mengelola pembelajaran Penjasorkes. Minimnya sarana dan prasarana Penjasorkes yang tidak merata serta tidak sesuai dengan kondisi murid, menuntut guru Penjasorkes lebih kreatif. Oleh karena itu, guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana Penjasorkes yang tersedia di sekolah.

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang bagaimana tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

1. 2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

2. Minimnya alat, perkakas, dan fasilitas Penjasorkes yang dimiliki sekolah. 3. Tidak sebandingnya antara jumlah sarana dan prasarana yang ada dengan

jumlah siswa sehingga proses pembelajaran Penjasorkes berjalan kurang baik.


(27)

10 10

4. Belum diketahui seberapa tinggi tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

1. 3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Dengan keterbatasan peneliti baik waktu maupun dana, maka peneliti hanya membatasi masalah pada

“Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen”.

1. 4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana Tingkat Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen?”.

1. 5 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-


(28)

11 11 11 11

1. 6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis

a. Dapat dijadikan gambaran atau informasi tentang tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan keterampilan meneliti terutama pada bidang yang dikaji.

b. Bagi Guru Penjasorkes

Dapat dijadikan masukan atau bahan evaluasi agar dapat mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes sehingga pembelajaran tercapai dengan baik.

c. Bagi Lembaga

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dan lembaga pendidikan agar lebih memperhatikan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes supaya lebih lengkap agar proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah lebih maksimal.


(29)

12 12

d. Bagi Instansi Terkait

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Dinas Dikpora, Kabupaten Kebumen agar lebih memperhatikan kualitas dan kuantitas maupun keadaan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD


(30)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kreativitas

Setiap individu pada zaman globalisasi ini dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan tujuan memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, individu dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini. Begitu juga dengan guru Penjasorkes, dituntut kreatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes supaya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk menunjang pemahaman mengenai kreativitas, berikut disajikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kreativitas.

Menurut Conny Semiawan, dkk (1990:7) kreativitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Sedangkan, menurut Oemar Hamalik (2008:179) seseorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi, dapat dikatakan melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen. Pembahasan tentang kreativitas bertalian dengan aspek-aspek abilitet kreatif, mempelajari abilitet-abilitet itu, serta mengembangkan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah (problem solving). Abilitet-abilitet kreatif sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas apa yang dia miliki, bersifat umum, dan dapat diterapkan pada macam-macam tugas.


(31)

14 14

Selain itu, menurut Utami Munandar (2009:12) kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Dengan demikian, baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Sedangkan, menurut Clark Moustakis sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2009:18) kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, alam, dan orang lain.

Lebih lanjut, menurut Slameto (2010:145) kreativitas adalah penemuan sesuatu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan, tingkah laku, suatu bangunan, hasil-hasil kesusasteraan, dan lain- lain.

Sedangkan, menurut Momon Sudarma (2013:18) kreativitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi (power) yang ada dalam diri individu. Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sedangkan menurut Robert Franken sebagaimana dikutip oleh Momon Sudarma (2013:18) ada tiga dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu: 1) kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang baru, bervariasi, dan lebih baik, 2) dorongan untuk mengomunikasi nilai dan ide, serta 3) keinginan untuk memecahkan masalah. Ketiga dorongan itulah yang kemudian menyebabkan seseorang untuk berkreasi. Dengan kata lain, masalah kreativitas ini dapat dimaknai sebagai sebuah energi


(32)

15 15 15 15

atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah, kemampuan menemukan ide-ide baru dari hasil menganalisis dan dapat mengubahnya menjadi kenyataan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

2.1.1 Ciri-Ciri Kreativitas

Biasanya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan mempunyai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memiliki sifat kreatif menurut para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut Conny Semiawan, dkk (1990:7) kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri afektif (non-aptitude), seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Selain itu, menurut Conny Semiawan, dkk (1990:10) ciri-ciri mencerminkan kepribadian yang kreatif adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat. 2. Mempunyai inisiatif.

3. Mempunyai minat yang luas. 4. Bebas dalam berpikir. 5. Bersifat ingin tahu.


(33)

16 16

7. Percaya pada diri sendiri. 8. Penuh semangat.

9. Berani mengambil risiko.

10. Berani dalam pendapat dan keyakinan.

Sedangkan, menurut Guilford sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2009:10) ciri-ciri utama dari kreativitas, membedakan antara aptitude dan non- aptitude traits. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir. Ciri-ciri non- aptitude (afektif) seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian.

Menurut Utami Munandar (2009:36) ciri-ciri pribadi yang kreatif sebagai berikut: 1) imajinatif, 2) mempunyai prakarsa, 3) mempunyai minat luas, 4) mandiri dalam berpikir, 5) ingin tahu, 6) senang berpetualang, 7) penuh energi, 8) percaya diri, 9) bersedia mengambil risiko, 10) berani dalam pendirian dan keyakinan. Sedangkan, ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol, digambarkan sebagai berikut: 1) berani dalam pendirian, 2) ingin tahu, 3) mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, 4) bersibuk diri dengan kerjanya, 5) intuitif, 6) ulet, dan 7) tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Lebih lanjut, menurut Utami Munandar (2009:71) ciri-ciri untuk kreativitas sebagai berikut:

1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam. 2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah. 4. Bebas dalam menyatakan pendapat.


(34)

17 17 17 17

6. Menonjol dalam suatu bidang seni.

7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang. 8. Mempunyai rasa humor yang luas.

9. Mempunyai daya imajinasi.

10. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

Menurut Sund sebagaimana dikutip oleh Slameto (2010:147) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. 3. Panjang akal.

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.

5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. 6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. 8. Berpikir fleksibel.

9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak.

10. Kemampuan membuat analisis dan sintesis. 11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti. 12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, ciri-ciri kreativitas secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan dalam melihat masalah, 2) memiliki kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk


(35)

18 18

memecahkan masalah, 3) terbuka pada hal-hal baru serta tanggap menerima hal-hal tersebut.

2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas

Menurut Guilford (Nursito, 2000) aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut:

1. Fluency yaitu kesigapan, kelancaran untuk menyampaikan banyak gagasan.

2. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.

3. Orisinalitas yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang asli. 4. Elaborasi yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau

terperinci.

5. Redefinition yaitu kemampuan untuk menentukan batasan-batasan dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim.

Sedangkan aspek-aspek kreatif menurut Utami Munandar (2009) yaitu: 1. Keterampilan berpikir lancar yaitu kemampuan mencetuskan banyak

gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.

2. Keterampilan berpikir luas yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Keterampilan berpikir orisinal yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli.


(36)

19 19 19 19

4. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu kemampuan mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detail-detail dari suatu gagasan hingga menjadi lebih menarik.

5. Keterampilan menilai atau mengevaluasi yaitu kemampuan menentukan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak.

Lebih lanjut, menurut Utami Munandar (2009:20) aspek-aspek dari kreativitas berdasarkan 4P, yaitu:

1. Pribadi.

Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan orisinilitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.

2. Proses.

Untuk mengembangkan kreatif, perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara aktif.

3. Produk.

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) yang kreatif.

4. Press.

Bakat kreatif akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi


(37)

20 20

Selain itu, menurut Oemar Hamalik (2008:179) aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir devergen (devergen thinking), yang memiliki ciri-ciri:

1. Fleksibilitas, menggambarkan keragaman (devergency) ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulus.

2. Originalitas, menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu masalah, kejadian, dan gejala.

3. Fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output), menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa ada beberapa aspek kreatif yaitu: 1) kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran, 2) kemampuan menciptakan ide atau gagasan yang unik dan asli, jawaban- jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dalam pemecahan masalah, 3) terbuka terhadap hal-hal yang baru.

2.2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Menurut Abdulkadir Ateng (1992:4) pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual, dan sosial.

Sedangkan, menurut Harsuki (2003:47) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan


(38)

21 21 21 21

individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik.

Selain itu, menurut E. Mulyasa (2003:90) pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyedian pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain, dan atau berolahraga yang direncanakan secara sistematis dengan memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan guna merangsang perkembangan fisik, keterampilan berpikir, emosional, sosial, dan moral. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina dan sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif di sepanjang hayat. Melalui pendidikan jasmani siswa bukan hanya memperoleh kemampuan dalam hal aktivitas, tetapi juga keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Menurut Sukintaka (2004:17) pendidikan jasmani pada dasarnya adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan namun kadang sering dianggap orang adalah sesuatu yang tidak penting dan hanya sebagai pelengkap dari sistem pendidikan. Sebagian orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan pendidikan jasmani sebagai wahananya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat,


(39)

22 22

dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan keolahragaan nasional.

2.2.1 Tujuan Penjasorkes

Menurut Abdulkadir Ateng (1992:7) tujuan dari pendidikan jasmani adalah: 1. Pembentukan Gerak.

1) Memenuhi serta mempertahankan gerak.

2) Penghayatan ruang, waktu, dan bentuk serta pengembangan perasaan irama.

3) Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri.

4) Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap. 5) Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan

pengalaman gerak. 2. Pembentukan Prestasi.

1) Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan .

2) Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri). 3) Penguasaan emosi.

4) Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri.

5) Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat, dan olahraga.


(40)

23 23 23 23

3. Pembentukan Sosial.

1) Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma bersama.

2) Mengikutsertakan ke dalam struktur kelompok fungsional, belajar bekerja sama, menerima pimpinan, dan memberikan pimpinan.

3) Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi.

4) Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan, memberi perlindungan dan berkorban.

5) Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara aktif untuk pengisian waktu senggang.

4. Pertumbuhan Badan.

1) Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak dengan baik, dan untuk dapat berprestasi secaraa optimal (kuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan, dan kesiapsiagaan).

2) Meningkatan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat.

Sedangkan, menurut Adang Suherman (2000:23) secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Perkembangan Fisik.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang


(41)

24 24

2. Perkembangan Gerak.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna.

3. Perkembangan Mental.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan

menginterpretasikan keseluruan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.

4. Perkembangan Sosial.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Selain itu, menurut Rusli Lutan (2000:1-2) pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Dijelaskan pula tujuan ideal pendidikan jasmani adalah bahwa program pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral dengan maksud kelak anak muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, disiplin, sehat, bugar, dan hidup bahagia. Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan


(42)

25 25 25 25

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antarorang.

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tujuan pendidikan jasmani secara umum adalah pengembangan individu yang bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup


(43)

26 26

2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes

Menurut Rusli Lutan (2000:5-7) aspek-aspek pendidikan jasmani sebagai berikut:

1. Aspek Psikomotor.

Mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual- motorik, bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik, sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri.

2. Aspek Kognitif.

Mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan.

3. Aspek Afektif.

Mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih penting di antaranya adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia emosional dan watak. Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati.


(44)

27 27 27 27

2.3 Kurikulum Penjasorkes

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum merupakan perangkat utama dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan. Kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancang, direncanakan, diprogramkan, dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak didiknya dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum pendidikan jasmani adalah kurikulum yang terdiri dari semua situasi yang secara sadar dipilih dan diorganisasi dengan maksud untuk mengembangkan kepribadian anak didik meliputi pengetahuan atau wawasan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kemampuan- kemampuan (Nadisah, 1992:3).

Dalam mata pelajaran Penjasorkes mengalami perubahan yaitu dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berubah menjadi pendidikan jasmani, yang lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai mata pelajaran yang menitikberatkan pada ranah jasmani dan psikomotor, pendidikan jasmani tetap tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif. Ketiga ranah tersebut tetap diberikan kepada siswa agar siswa mampu berkembang dengan baik dan seimbang antara kemampuan fisik dan kemampuan berpikir.

Dalam materi pendidikan jasmani, selain dibekali dengan materi teori, peserta didik juga dibekali dengan materi praktik. Materi yang dipelajari dapat


(45)

28 28

berupa permainan, atletik, maupun yang lainnya. Dalam pendidikan jasmani mencakup materi, antara lain: kesadaran akan tubuh dan gerakan, keterampilan motorik dasar, kesegaran jasmani, aktivitas jasmani, aktivitas pengkondisian tubuh, modifikasi permainan dan olahraga, keterampilan mandiri di alam terbuka, serta gaya hidup aktif dan sportif.

2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah bahwa pada tingkat satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Pemerintah hanya memberikan rambu-rambu penyusunan atau pengembangannya. Satuan pendidikan


(46)

29 29 29 29 Aspek/Sub Aspek SD/MI Kelas

1 2 3 4 5 6

Permainan dan Olahraga Olahraga tradisional Permainan Eksplorasi gerak Keterampilan lokomotor Keterampilan non-lokomotor Keterampilan manipulatif Atletik Kasti v v v v v v - - v v v v v v - - v v v v v v - - v v v v v v v v v - - - - - v v v - - - - v v v diharapkan bisa mengembangkan KTSP sebagai dasar untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Standar Ketuntasan Belajar Minimal adalah batas minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik pada setiap Kompetensi Dasar. Oleh sebab itu, bagi peserta didik yang belum dapat mencapai batas miimal harus mengikuti remidi.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarka prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus.

2.3.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani untuk jenjang SD/MI adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani untuk Jenjang SD/MI


(47)

30 30 Rounders Kippers Softball Baseball Bola tangan Sepak bola Bola basket Bola voli Tenis meja Tenis Bulutangkis Beladiri Aktivitas lainnya - - - - - - - - - - - - v - - - - - - - - - - - - v - - - - - - - - - - - - v v v v v - v v v v v v - v v v v v - v v v v v v - v v v v v - v v v v v v - v Aktivitas Pengembangan Mekanika/sikap tubuh

Komponen kebugaran jasmani Aktivitas lainnya v v v v v v v v v - v v - v v - v v Uji Diri/Senam Ketangkasan sederhana Ketangkasan tanpa alat Ketangkasan dengan alat Senam lantai Aktivitas lainnya v v v - v v v v - v - v v - v - v v - v - v v - v - v v v v Aktivitas Ritmik Gerak bebas Senam pagi SKJ Senam aerobik Aktivitas lainnya v - - - v v - - - v v v v - v v v v - v - v v - v - v v v v Akuatik

Permainan di air Keselamatan di air Keterampilan di air Renang Aktivitas lainnya v v - - v v v - - v v v - - v v v v v v - v v v v - v v v v Pendidikan Luar Kelas

Piknik Pengenalan lingkungan Berkemah Menjelajah Mendaki gunung v v - - - v v - - - v v - - - v v - v - v v v v - v v v v v Sumber: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SD dan MI.


(48)

31 31 31 31

Ruang lingkup pendidikan jasmani terdiri dari enam aspek, yaitu: 1) permainan dan olahraga, 2) aktivitas pengembangan, 3) uji diri/senam, 4) aktivitas ritmik, 5) akuatik, 6) pendidikan luar kelas. Guru dapat memilih aktivitas pembelajaran sesuai dengan kondisi lingkungan dan situasi sekolah, dan memperhatikan faktor pertumbuhan dan perkembangan siswa. Guru diharapkan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia untuk pelaksanaan pembelajaran, baik halaman sekolah, ruang kelas, atau benda-benda lain di sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran.

2.4 Guru Penjasorkes

Seorang pendidik dalam hal ini guru, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dijelaskan juga pada Bab II Pasal 4 bahwa kedudukan seorang guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Selain itu, dalam Bab III Pasal 7 dijelaskan bahwa guru sebagai tenaga profesional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.


(49)

32 32

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Menurut Oemar Hamalik (2001:118) guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru memerlukan persyaratan yang berat antara lain:

1. Harus memiliki bakat sebagai guru. 2. Harus memiliki keahlian sebagai guru.

3. Harus memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat.

5. Berbadan sehat.

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia yang berjiwa Pancasila. 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.


(50)

33 33 33 33

Menurut Mark Sund sebagaimana dikutip oleh Guntur Talajan (2012:35) ciri-ciri yang mempengaruhi kreativitas seorang guru adalah sebagai berikut: 1. Guru kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga mendorong

seorang guru untuk mengetahui hal-hal yang baru yang berkaitan dengan aktivitas dan pekerjaannya sebagai guru.

2. Guru kreatif memiliki sikap yang ekstrovert atau bersikap lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru dan selalu ingin mencoba untuk melakukannya, dan dapat menerima masukan dan saran dari siapapun yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan menganggap bahwa hal-hal baru tersebut dapat menjadi pengalaman dan pelajaran baru bagi dirinya. 3. Guru kreatif biasanya tidak kehilangan akal dalam menghadapi masalah

tertentu, sehingga sangat kreatif dan panjang akal untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang muncul.

4. Guru kreatif sangat termotivasi untuk menemukan hal-hal baru baik melalui observasi, pengalaman dan pengamatan langsung, dan melalui kegiatan- kegiatan penelitian.

Guru Penjasorkes adalah seseorang yang memiliki jabatan atau profesi yang membutuhkan suatu keahlian khusus dalam pendidikan dengan jalan memberikan pendidikan jasmani. Guru Penjasorkes sebagai orang profesional harus memiliki kemampuan dasar setiap cabang olahraga yang diajarkan di sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat itu. Profesi guru Penjasorkes secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Guru Penjasorkes tugasnya tidak hanya menyampaikan


(51)

34 34

materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh.

Guru Penjasorkes merupakan tenaga kependidikan yang sangat dibutuhkan dalam semua jenjang pendidikan yaitu dari pra sekolah hingga sekolah menengah atas, bahkan di perguruan tinggi. Hal ini karena manfaat pendidikan yang sudah diketahui hasilnya yaitu dalam rangka mendewasakan siswa pada ranah afektif, kognitif, fisik, dan psikomotorik. Dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan jasmani sangat dibutuhkan pada semua jenjang pendidikan.

Sukintaka (2004:72-74) menyatakan bahwa agar mempunyai profil guru pendidikan jasmani, maka seorang guru memiliki banyak kriteria atau setidaknya yang harus dipenuhi antara lain:

1. Sehat jasmani, rohani, berprofil olahragawan. 2. Mempunyai kemampuan motorik.

3. Tidak gagap. 4. Tidak buta warna. 5. Pandai dan cerdas.

6. Energik dan berketerampilan motorik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Penjasorkes merupakan seseorang yang bertugas untuk mengajarkan pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah


(52)

35 35 35 35

yang dibutuhkan dalam semua jenjang pendidikan untuk mendewasakan siswa dalam ranah afektif, kognitif, fisik, dan psikomotorik, serta dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional.

2.4.1 Peranan Guru Penjasorkes

Menurut Supandi (1992:48-51) peranan guru Penjasorkes sebagai berikut: 1. Guru sebagai Pemimipin.

Sudah selayaknya guru Penjasorkes menjadi pemimpin siswa-siswanya. Sebab ditinjau dari umur, pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai guru ini melebihi siswa-siswanya. Guru sebagai pemimpin akan tampak nyata dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani. Sebagai pemimpin, guru itu berada di depan siswanya agar keteladannya itu menjadi sumber belajar siswanya. 2. Guru sebagai Manajer Proses Belajar-Mengajar.

Dalam kesehariannya, guru Penjasorkes harus merencanakan kegiatan, menciptakan lingkungan belajar, dan menggerakkan siswa-siswanya ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru ini, jelas bahwa guru Penjasorkes ini dapat digolongkan sebagai manajer proses belajar-mengajar pendidikan jasmani. Kemampuan manajerial tersebut dikemukakan berikut ini: 1) kemampuan menyusun rencana pelajaran yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kurikulum, 2) pengorganisasian proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, 3) pengendalian kegiatan belajar siswa, 4) penilaian, bisa berhubungan dengan hal belajar dan prosesnya.


(53)

36 36

3. Guru sebagai Fasilitator Proses Belajar-Mengajar.

Peranan ini merupakan tindak lanjut dari anggapan bahwa siswa itu merupakan pusat proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, fasilitator adalah guru yang membantu dan membimbing siswa mencapai tujuan belajarnya. Guru sebagai fasilitator merupakan paduan antara pemimpin dan manajer proses belajar-mengajar. Secara garis besar peranan fasilitator adalah sebagai berikut: 1) menekankan pada perencanaan pelaksanaan proses pembelajaran dan bukan pada kontrol proses tersebut, 2) membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dan kontrol terhadap proses tersebut dilakukan bersama guru dan siswa, 3) memberikan petunjuk-petunjuk bila diperlukan selama proses pembelajaran dan menetapkan bahwa tujuan belajarnya telah tercapai.

Mengacu pada peranan guru yang majemuk ini, ternyata tugas guru itu banyak sekali. Namun demikian, apapun peranannya tugas pokok guru itu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Membina dan mengembangkan kreativitas siswa.

2. Merencanakan dan melaksanakan proses belajar-mengajar secara lebih efektif dan efisien.

3. Membimbing siswa ke arah yang telah ditetapkan dalam rumusan tujuan pembelajaran.

2.4.2 Guru Penjasorkes yang Kreatif

Menjadi guru Penjasorkes yang profesional tidak semudah yang dibayangkan orang selama ini. Salah jika ada yang menganggap mereka hanya dengan modal peluit bisa menjadi guru Penjasorkes di sekolah. Bahkan sebaliknya, bahwa untuk menjadi guru Penjasorkes yang profesional akan lebih


(54)

37 37 37 37

sulit dibandingkan menjadi guru mata pelajaran yang lain. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran Penjasorkes lebih kompleks permasalahannya dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu, tidak bisa guru mata pelajaran lain diminta untuk mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani atau sebaliknya.

Memang dirasakan cukup banyak dan kompleks syarat untuk menjadi seorang guru Penjasorkes. Hal ini memang pantas mengingat pentingnya Penjasorkes sebagai sebuah profesi. Sebagai seorang yang profesional, guru harus mampu dan mau melihat masalah dan memecahkan atau mengatasinya salah satunya dengan kreativitasnya. Kreativitas guru dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah yang ada yang berhubungan dengan sarana dan prasarana Penjasorkes. Memiliki kreativitas yang baik merupakan suatu keharusan, terutama bagi guru Penjasorkes agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Selain itu, seorang guru harus selalu berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses pembelajaran Penjasorkes dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya sebagai upaya mengatasi masalah dan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas. Akan tetapi, untuk menjadi seorang guru Penjasorkes yang memiliki kreativitas yang baik tidaklah mudah perlu adanya proses pembelajaran dan kemauan yang tinggi.

Pembelajaran khususnya dalam Penjasorkes dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science). Sebagai seni, pembelajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat


(55)

38 38

dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi, guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar.

Pembelajaran Penjasorkes dipandang sebagai seni dan ilmu, guru dituntut harus memiliki kreativitas dan menciptakan siswa menjadi kreatif pula. Untuk menciptakan siswa yang kreatif tidaklah mudah perlu adanya strategi atau metode yang baik dalam pembelajaran dan didesain sedemikian rupa oleh guru sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru akan mengajar kreatif dan efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas. Perencanaan yang matang akan menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa (Slameto, 2010:93).

Dalam Penjasorkes, pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja tetapi pembelajaran dapat dilakukan di alam terbuka, lapangan, atau tempat lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran. Maka, guru dihadapkan pada persoalan bagaimana guru memperlakukan siswanya atau dengan kata lain gaya mengajar yang dipakai oleh guru, sehingga siswa tetap termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, aktif, dan kreatif.

Guru yang kreatif bukan hanya pandai dalam pengambilan keputusan dan mendominasi kelas, tetapi bagaimana mendesain suatu gaya mengajar yang melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan sehingga membuat siswa aktif, variatif, dan kreatif dalam setiap episode pembelajaran. Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar dalam Penjasorkes perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar-mengajarnya. Begitu pula dengan gaya mengajar, tidak ada gaya mengajar yang baik untuk selamanya atau berpatokan hanya


(56)

39 39 39 39

pada satu gaya mengajar. Dalam gaya mengajar perlu adanya sentuhan kreativitas dari pengajar sehingga gaya mengajar yang dilakukan menjadi lebih hidup dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Selain itu, menjadi seorang guru Penjasorkes dalam proses pembelajaran ternyata banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya tentang karakteristik dan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Karakteristik dan tahap- tahap pertumbuhan dan perkembangan anak mutlak dimengerti bagi guru Penjasorkes yang mana gunanya untuk menciptakan metode-metode pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki cara berpikir yang kreatif sehingga dapat menemukan konsep baru atau gagasan baru yang dapat menunjang pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, gaya mengajar konvensional atau tradisional harus segera diubah menjadi gaya mengajar yang modern sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dengan tidak meninggalkan guru sebagai pengajar. Sebagai seorang guru yang profesional, guru Penjasorkes harus selalu berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses pembelajaran Penjasorkes. Salah satu wujudnya dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes sebagai upaya mengatasi masalah dan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas agar siswa lebih aktif dalam


(57)

40 40

2.4.3 Profil Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar

Menurut Supandi (1992:52-53) kemampuan guru Penjasorkes di SD adalah sebagai berikut:

1. Memahami karakteristik anak SD, tentang: 1) Pertumbuhan fisik.

2) Perkembangan mental.

3) Perkembangan sosial dan emosional, sesuai fase-fase pertumbuhan dan perkembangan anak SD.

2. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada anak SD untuk berkreatif dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan dan keterampilan motorik anak SD.

3. Mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak SD dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai, serta mengoreksi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SD.

5. Memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak. 6. Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi jasmani.

7. Memilki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani.

8. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam dunia olahraga.


(1)

Gambar 43. Gudang Olahraga di SD Negeri Kedungbulus

Gambar 44. Sarana Tenis Meja di SD Negeri Kedungbulus


(2)

Gambar 46. Pembelajaran Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri

Gambar 47. Modifikasi Pemukul Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri


(3)

Gambar 49. Bola Plastik dan Tali Kapal di SD Negeri 2 Mulyosri

Gambar 50. Lapangan SD Negeri 1 Pesuningan


(4)

Gambar 52. Lapangan Bola Voli Mini di SD Negeri 2 Pesuningan

Gambar 53. Bola voli di SD Negeri Kabuaran


(5)

Gambar 55. Matras di SD Negeri 1 Pesuningan

Gambar 56. Catur di SD Negeri 1 Pesuningan


(6)

Gambar 58. Bat Tenis Meja di SD Negeri Pecarikan

Gambar 59. Sarana Tenis Meja di SD Negeri Pecarikan


Dokumen yang terkait

STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENJASORKES SD SE KECAMATAN GONDANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008

0 14 105

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 4 107

SURVEI KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES DALAM PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-GUGUS MELIWIS KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES (Suatu Penelitian Pada Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2008/2009).

0 1 85

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES.

0 1 90

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN GURU PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SLEMAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2015/2016.

0 0 95

TINGKAT KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENYIKAPIKETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN PENJAS MELALUI MODIFIKASI DI SD SE-KECAMATAN PALIYAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 114

KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI TERBATASNYA SARANA DAN PRASARANA PENJAS DI SD NEGERI SE- GUGUS JOGOTIRTO KECAMATAN BERBAH.

0 1 99

TINGKAT KREATIVITAS GURU UNTUK MENGATASI KETERBATASAN SARANA PRASARANA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO.

0 7 102

KREATIVITAS GURU KETRAMPILAN DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN

0 0 5