LANDASAN TEORI KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 20152016

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kreativitas

Setiap individu pada zaman globalisasi ini dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan tujuan memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, individu dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini. Begitu juga dengan guru Penjasorkes, dituntut kreatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes supaya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk menunjang pemahaman mengenai kreativitas, berikut disajikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kreativitas. Menurut Conny Semiawan, dkk 1990:7 kreativitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan, menurut Oemar Hamalik 2008:179 seseorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi, dapat dikatakan melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen. Pembahasan tentang kreativitas bertalian dengan aspek-aspek abilitet kreatif, mempelajari abilitet-abilitet itu, serta mengembangkan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah problem solving. Abilitet-abilitet kreatif sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas apa yang dia miliki, bersifat umum, dan dapat diterapkan pada macam-macam tugas. 13 Selain itu, menurut Utami Munandar 2009:12 kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Dengan demikian, baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Sedangkan, menurut Clark Moustakis sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar 2009:18 kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, alam, dan orang lain. Lebih lanjut, menurut Slameto 2010:145 kreativitas adalah penemuan sesuatu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan, tingkah laku, suatu bangunan, hasil-hasil kesusasteraan, dan lain- lain. Sedangkan, menurut Momon Sudarma 2013:18 kreativitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi power yang ada dalam diri individu. Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sedangkan menurut Robert Franken sebagaimana dikutip oleh Momon Sudarma 2013:18 ada tiga dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu: 1 kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang baru, bervariasi, dan lebih baik, 2 dorongan untuk mengomunikasi nilai dan ide, serta 3 keinginan untuk memecahkan masalah. Ketiga dorongan itulah yang kemudian menyebabkan seseorang untuk berkreasi. Dengan kata lain, masalah kreativitas ini dapat dimaknai sebagai sebuah energi atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah, kemampuan menemukan ide-ide baru dari hasil menganalisis dan dapat mengubahnya menjadi kenyataan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

2.1.1 Ciri-Ciri Kreativitas

Biasanya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan mempunyai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memiliki sifat kreatif menurut para ahli adalah sebagai berikut. Menurut Conny Semiawan, dkk 1990:7 kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif aptitude seperti kelancaran, keluwesan fleksibilitas, dan keaslian orisinalitas dalam pemikiran, maupun ciri-ciri afektif non-aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Selain itu, menurut Conny Semiawan, dkk 1990:10 ciri-ciri mencerminkan kepribadian yang kreatif adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat. 2. Mempunyai inisiatif. 3. Mempunyai minat yang luas. 4. Bebas dalam berpikir. 5. Bersifat ingin tahu. 6. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru. 7. Percaya pada diri sendiri. 8. Penuh semangat. 9. Berani mengambil risiko. 10. Berani dalam pendapat dan keyakinan. Sedangkan, menurut Guilford sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar 2009:10 ciri-ciri utama dari kreativitas, membedakan antara aptitude dan non- aptitude traits. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir. Ciri-ciri non- aptitude afektif seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian. Menurut Utami Munandar 2009:36 ciri-ciri pribadi yang kreatif sebagai berikut: 1 imajinatif, 2 mempunyai prakarsa, 3 mempunyai minat luas, 4 mandiri dalam berpikir, 5 ingin tahu, 6 senang berpetualang, 7 penuh energi, 8 percaya diri, 9 bersedia mengambil risiko, 10 berani dalam pendirian dan keyakinan. Sedangkan, ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol, digambarkan sebagai berikut: 1 berani dalam pendirian, 2 ingin tahu, 3 mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, 4 bersibuk diri dengan kerjanya, 5 intuitif, 6 ulet, dan 7 tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Lebih lanjut, menurut Utami Munandar 2009:71 ciri-ciri untuk kreativitas sebagai berikut: 1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam. 2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik. 3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah. 4. Bebas dalam menyatakan pendapat. 5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam. 6. Menonjol dalam suatu bidang seni. 7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang. 8. Mempunyai rasa humor yang luas. 9. Mempunyai daya imajinasi. 10. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah. Menurut Sund sebagaimana dikutip oleh Slameto 2010:147 menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. 3. Panjang akal. 4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti. 5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. 6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan. 7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. 8. Berpikir fleksibel. 9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. 10. Kemampuan membuat analisis dan sintesis. 11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti. 12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik. 13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, ciri-ciri kreativitas secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 memiliki kemampuan dalam melihat masalah, 2 memiliki kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah, 3 terbuka pada hal-hal baru serta tanggap menerima hal-hal tersebut.

2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas

Menurut Guilford Nursito, 2000 aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut: 1. Fluency yaitu kesigapan, kelancaran untuk menyampaikan banyak gagasan. 2. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. 3. Orisinalitas yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang asli. 4. Elaborasi yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau terperinci. 5. Redefinition yaitu kemampuan untuk menentukan batasan-batasan dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim. Sedangkan aspek-aspek kreatif menurut Utami Munandar 2009 yaitu: 1. Keterampilan berpikir lancar yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan. 2. Keterampilan berpikir luas yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. 3. Keterampilan berpikir orisinal yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli. 4. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu kemampuan mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detail-detail dari suatu gagasan hingga menjadi lebih menarik. 5. Keterampilan menilai atau mengevaluasi yaitu kemampuan menentukan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak. Lebih lanjut, menurut Utami Munandar 2009:20 aspek-aspek dari kreativitas berdasarkan 4P, yaitu: 1. Pribadi. Kreativitas adalah ungkapan ekspresi dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan orisinilitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. 2. Proses. Untuk mengembangkan kreatif, perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara aktif. 3. Produk. Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong press seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kesibukan, kegiatan yang kreatif. 4. Press. Bakat kreatif akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri motivasi internal untuk menghasilkan sesuatu. Selain itu, menurut Oemar Hamalik 2008:179 aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir devergen devergen thinking, yang memiliki ciri-ciri: 1. Fleksibilitas, menggambarkan keragaman devergency ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulus. 2. Originalitas, menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu masalah, kejadian, dan gejala. 3. Fluency keluwesan, keaslian, dan kuantitas output, menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa ada beberapa aspek kreatif yaitu: 1 kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran, 2 kemampuan menciptakan ide atau gagasan yang unik dan asli, jawaban- jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dalam pemecahan masalah, 3 terbuka terhadap hal-hal yang baru.

2.2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Menurut Abdulkadir Ateng 1992:4 pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual, dan sosial. Sedangkan, menurut Harsuki 2003:47 pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik. Selain itu, menurut E. Mulyasa 2003:90 pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyedian pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain, dan atau berolahraga yang direncanakan secara sistematis dengan memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan guna merangsang perkembangan fisik, keterampilan berpikir, emosional, sosial, dan moral. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina dan sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif di sepanjang hayat. Melalui pendidikan jasmani siswa bukan hanya memperoleh kemampuan dalam hal aktivitas, tetapi juga keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Menurut Sukintaka 2004:17 pendidikan jasmani pada dasarnya adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan namun kadang sering dianggap orang adalah sesuatu yang tidak penting dan hanya sebagai pelengkap dari sistem pendidikan. Sebagian orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan pendidikan jasmani sebagai wahananya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan keolahragaan nasional.

2.2.1 Tujuan Penjasorkes

Menurut Abdulkadir Ateng 1992:7 tujuan dari pendidikan jasmani adalah: 1. Pembentukan Gerak. 1 Memenuhi serta mempertahankan gerak. 2 Penghayatan ruang, waktu, dan bentuk serta pengembangan perasaan irama. 3 Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri. 4 Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap. 5 Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak. 2. Pembentukan Prestasi. 1 Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan . 2 Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri. 3 Penguasaan emosi. 4 Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri. 5 Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat, dan olahraga. 3. Pembentukan Sosial. 1 Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma bersama. 2 Mengikutsertakan ke dalam struktur kelompok fungsional, belajar bekerja sama, menerima pimpinan, dan memberikan pimpinan. 3 Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi. 4 Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan, memberi perlindungan dan berkorban. 5 Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara aktif untuk pengisian waktu senggang. 4. Pertumbuhan Badan. 1 Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak dengan baik, dan untuk dapat berprestasi secaraa optimal kuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan, dan kesiapsiagaan. 2 Meningkatan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat. Sedangkan, menurut Adang Suherman 2000:23 secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Perkembangan Fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang physical fitness. 2. Perkembangan Gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna. 3. Perkembangan Mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. 4. Perkembangan Sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Selain itu, menurut Rusli Lutan 2000:1-2 pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Dijelaskan pula tujuan ideal pendidikan jasmani adalah bahwa program pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral dengan maksud kelak anak muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, disiplin, sehat, bugar, dan hidup bahagia. Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. 3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. 4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan. 5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antarorang. 6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tujuan pendidikan jasmani secara umum adalah pengembangan individu yang bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral.

2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes

Menurut Rusli Lutan 2000:5-7 aspek-aspek pendidikan jasmani sebagai berikut: 1. Aspek Psikomotor. Mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual- motorik, bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik, sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. 2. Aspek Kognitif. Mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan. 3. Aspek Afektif. Mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih penting di antaranya adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia emosional dan watak. Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati.

2.3 Kurikulum Penjasorkes

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan perangkat utama dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan. Kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancang, direncanakan, diprogramkan, dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak didiknya dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum pendidikan jasmani adalah kurikulum yang terdiri dari semua situasi yang secara sadar dipilih dan diorganisasi dengan maksud untuk mengembangkan kepribadian anak didik meliputi pengetahuan atau wawasan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kemampuan- kemampuan Nadisah, 1992:3. Dalam mata pelajaran Penjasorkes mengalami perubahan yaitu dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berubah menjadi pendidikan jasmani, yang lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai mata pelajaran yang menitikberatkan pada ranah jasmani dan psikomotor, pendidikan jasmani tetap tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif. Ketiga ranah tersebut tetap diberikan kepada siswa agar siswa mampu berkembang dengan baik dan seimbang antara kemampuan fisik dan kemampuan berpikir. Dalam materi pendidikan jasmani, selain dibekali dengan materi teori, peserta didik juga dibekali dengan materi praktik. Materi yang dipelajari dapat berupa permainan, atletik, maupun yang lainnya. Dalam pendidikan jasmani mencakup materi, antara lain: kesadaran akan tubuh dan gerakan, keterampilan motorik dasar, kesegaran jasmani, aktivitas jasmani, aktivitas pengkondisian tubuh, modifikasi permainan dan olahraga, keterampilan mandiri di alam terbuka, serta gaya hidup aktif dan sportif.

2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah bahwa pada tingkat satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Pemerintah hanya memberikan rambu-rambu penyusunan atau pengembangannya. Satuan pendidikan AspekSub Aspek SDMI Kelas 1 2 3 4 5 6 Permainan dan Olahraga Olahraga tradisional Permainan Eksplorasi gerak Keterampilan lokomotor Keterampilan non-lokomotor Keterampilan manipulatif Atletik Kasti v v v v v v - - v v v v v v - - v v v v v v - - v v v v v v v v v - - - - - v v v - - - - v v v diharapkan bisa mengembangkan KTSP sebagai dasar untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, pencapaian kompetensi untuk penilaian. Standar Ketuntasan Belajar Minimal adalah batas minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik pada setiap Kompetensi Dasar. Oleh sebab itu, bagi peserta didik yang belum dapat mencapai batas miimal harus mengikuti remidi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rencana yang menggambarka prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus.

2.3.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani untuk jenjang SDMI adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani untuk Jenjang SDMI Rounders Kippers Softball Baseball Bola tangan Sepak bola Bola basket Bola voli Tenis meja Tenis Bulutangkis Beladiri Aktivitas lainnya - - - - - - - - - - - - v - - - - - - - - - - - - v - - - - - - - - - - - - v v v v v - v v v v v v - v v v v v - v v v v v v - v v v v v - v v v v v v - v Aktivitas Pengembangan Mekanikasikap tubuh Komponen kebugaran jasmani Aktivitas lainnya v v v v v v v v v - v v - v v - v v Uji DiriSenam Ketangkasan sederhana Ketangkasan tanpa alat Ketangkasan dengan alat Senam lantai Aktivitas lainnya v v v - v v v v - v - v v - v - v v - v - v v - v - v v v v Aktivitas Ritmik Gerak bebas Senam pagi SKJ Senam aerobik Aktivitas lainnya v - - - v v - - - v v v v - v v v v - v - v v - v - v v v v Akuatik Permainan di air Keselamatan di air Keterampilan di air Renang Aktivitas lainnya v v - - v v v - - v v v - - v v v v v v - v v v v - v v v v Pendidikan Luar Kelas Piknik Pengenalan lingkungan Berkemah Menjelajah Mendaki gunung v v - - - v v - - - v v - - - v v - v - v v v v - v v v v v Sumber: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SD dan MI. Depdiknas. 2006. Ruang lingkup pendidikan jasmani terdiri dari enam aspek, yaitu: 1 permainan dan olahraga, 2 aktivitas pengembangan, 3 uji dirisenam, 4 aktivitas ritmik, 5 akuatik, 6 pendidikan luar kelas. Guru dapat memilih aktivitas pembelajaran sesuai dengan kondisi lingkungan dan situasi sekolah, dan memperhatikan faktor pertumbuhan dan perkembangan siswa. Guru diharapkan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia untuk pelaksanaan pembelajaran, baik halaman sekolah, ruang kelas, atau benda-benda lain di sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran.

2.4 Guru Penjasorkes

Seorang pendidik dalam hal ini guru, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dijelaskan juga pada Bab II Pasal 4 bahwa kedudukan seorang guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Selain itu, dalam Bab III Pasal 7 dijelaskan bahwa guru sebagai tenaga profesional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang tugas. 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Menurut Oemar Hamalik 2001:118 guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru memerlukan persyaratan yang berat antara lain: 1. Harus memiliki bakat sebagai guru. 2. Harus memiliki keahlian sebagai guru. 3. Harus memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat. 5. Berbadan sehat. 6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia yang berjiwa Pancasila. 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik. Menurut Mark Sund sebagaimana dikutip oleh Guntur Talajan 2012:35 ciri-ciri yang mempengaruhi kreativitas seorang guru adalah sebagai berikut: 1. Guru kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga mendorong seorang guru untuk mengetahui hal-hal yang baru yang berkaitan dengan aktivitas dan pekerjaannya sebagai guru. 2. Guru kreatif memiliki sikap yang ekstrovert atau bersikap lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru dan selalu ingin mencoba untuk melakukannya, dan dapat menerima masukan dan saran dari siapapun yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan menganggap bahwa hal-hal baru tersebut dapat menjadi pengalaman dan pelajaran baru bagi dirinya. 3. Guru kreatif biasanya tidak kehilangan akal dalam menghadapi masalah tertentu, sehingga sangat kreatif dan panjang akal untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang muncul. 4. Guru kreatif sangat termotivasi untuk menemukan hal-hal baru baik melalui observasi, pengalaman dan pengamatan langsung, dan melalui kegiatan- kegiatan penelitian. Guru Penjasorkes adalah seseorang yang memiliki jabatan atau profesi yang membutuhkan suatu keahlian khusus dalam pendidikan dengan jalan memberikan pendidikan jasmani. Guru Penjasorkes sebagai orang profesional harus memiliki kemampuan dasar setiap cabang olahraga yang diajarkan di sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat itu. Profesi guru Penjasorkes secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Guru Penjasorkes tugasnya tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Guru Penjasorkes merupakan tenaga kependidikan yang sangat dibutuhkan dalam semua jenjang pendidikan yaitu dari pra sekolah hingga sekolah menengah atas, bahkan di perguruan tinggi. Hal ini karena manfaat pendidikan yang sudah diketahui hasilnya yaitu dalam rangka mendewasakan siswa pada ranah afektif, kognitif, fisik, dan psikomotorik. Dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan jasmani sangat dibutuhkan pada semua jenjang pendidikan. Sukintaka 2004:72-74 menyatakan bahwa agar mempunyai profil guru pendidikan jasmani, maka seorang guru memiliki banyak kriteria atau setidaknya yang harus dipenuhi antara lain: 1. Sehat jasmani, rohani, berprofil olahragawan. 2. Mempunyai kemampuan motorik. 3. Tidak gagap. 4. Tidak buta warna. 5. Pandai dan cerdas. 6. Energik dan berketerampilan motorik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Penjasorkes merupakan seseorang yang bertugas untuk mengajarkan pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah yang dibutuhkan dalam semua jenjang pendidikan untuk mendewasakan siswa dalam ranah afektif, kognitif, fisik, dan psikomotorik, serta dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional.

2.4.1 Peranan Guru Penjasorkes

Menurut Supandi 1992:48-51 peranan guru Penjasorkes sebagai berikut: 1. Guru sebagai Pemimipin. Sudah selayaknya guru Penjasorkes menjadi pemimpin siswa-siswanya. Sebab ditinjau dari umur, pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai guru ini melebihi siswa-siswanya. Guru sebagai pemimpin akan tampak nyata dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani. Sebagai pemimpin, guru itu berada di depan siswanya agar keteladannya itu menjadi sumber belajar siswanya. 2. Guru sebagai Manajer Proses Belajar-Mengajar. Dalam kesehariannya, guru Penjasorkes harus merencanakan kegiatan, menciptakan lingkungan belajar, dan menggerakkan siswa-siswanya ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru ini, jelas bahwa guru Penjasorkes ini dapat digolongkan sebagai manajer proses belajar-mengajar pendidikan jasmani. Kemampuan manajerial tersebut dikemukakan berikut ini: 1 kemampuan menyusun rencana pelajaran yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kurikulum, 2 pengorganisasian proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, 3 pengendalian kegiatan belajar siswa, 4 penilaian, bisa berhubungan dengan hal belajar dan prosesnya. 3. Guru sebagai Fasilitator Proses Belajar-Mengajar. Peranan ini merupakan tindak lanjut dari anggapan bahwa siswa itu merupakan pusat proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, fasilitator adalah guru yang membantu dan membimbing siswa mencapai tujuan belajarnya. Guru sebagai fasilitator merupakan paduan antara pemimpin dan manajer proses belajar-mengajar. Secara garis besar peranan fasilitator adalah sebagai berikut: 1 menekankan pada perencanaan pelaksanaan proses pembelajaran dan bukan pada kontrol proses tersebut, 2 membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dan kontrol terhadap proses tersebut dilakukan bersama guru dan siswa, 3 memberikan petunjuk-petunjuk bila diperlukan selama proses pembelajaran dan menetapkan bahwa tujuan belajarnya telah tercapai. Mengacu pada peranan guru yang majemuk ini, ternyata tugas guru itu banyak sekali. Namun demikian, apapun peranannya tugas pokok guru itu dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Membina dan mengembangkan kreativitas siswa. 2. Merencanakan dan melaksanakan proses belajar-mengajar secara lebih efektif dan efisien. 3. Membimbing siswa ke arah yang telah ditetapkan dalam rumusan tujuan pembelajaran.

2.4.2 Guru Penjasorkes yang Kreatif

Menjadi guru Penjasorkes yang profesional tidak semudah yang dibayangkan orang selama ini. Salah jika ada yang menganggap mereka hanya dengan modal peluit bisa menjadi guru Penjasorkes di sekolah. Bahkan sebaliknya, bahwa untuk menjadi guru Penjasorkes yang profesional akan lebih sulit dibandingkan menjadi guru mata pelajaran yang lain. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran Penjasorkes lebih kompleks permasalahannya dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu, tidak bisa guru mata pelajaran lain diminta untuk mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani atau sebaliknya. Memang dirasakan cukup banyak dan kompleks syarat untuk menjadi seorang guru Penjasorkes. Hal ini memang pantas mengingat pentingnya Penjasorkes sebagai sebuah profesi. Sebagai seorang yang profesional, guru harus mampu dan mau melihat masalah dan memecahkan atau mengatasinya salah satunya dengan kreativitasnya. Kreativitas guru dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah yang ada yang berhubungan dengan sarana dan prasarana Penjasorkes. Memiliki kreativitas yang baik merupakan suatu keharusan, terutama bagi guru Penjasorkes agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Selain itu, seorang guru harus selalu berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses pembelajaran Penjasorkes dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya sebagai upaya mengatasi masalah dan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas. Akan tetapi, untuk menjadi seorang guru Penjasorkes yang memiliki kreativitas yang baik tidaklah mudah perlu adanya proses pembelajaran dan kemauan yang tinggi. Pembelajaran khususnya dalam Penjasorkes dapat dipandang sebagai seni dan ilmu art and science. Sebagai seni, pembelajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi, guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar. Pembelajaran Penjasorkes dipandang sebagai seni dan ilmu, guru dituntut harus memiliki kreativitas dan menciptakan siswa menjadi kreatif pula. Untuk menciptakan siswa yang kreatif tidaklah mudah perlu adanya strategi atau metode yang baik dalam pembelajaran dan didesain sedemikian rupa oleh guru sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru akan mengajar kreatif dan efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas. Perencanaan yang matang akan menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa Slameto, 2010:93. Dalam Penjasorkes, pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja tetapi pembelajaran dapat dilakukan di alam terbuka, lapangan, atau tempat lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran. Maka, guru dihadapkan pada persoalan bagaimana guru memperlakukan siswanya atau dengan kata lain gaya mengajar yang dipakai oleh guru, sehingga siswa tetap termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, aktif, dan kreatif. Guru yang kreatif bukan hanya pandai dalam pengambilan keputusan dan mendominasi kelas, tetapi bagaimana mendesain suatu gaya mengajar yang melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan sehingga membuat siswa aktif, variatif, dan kreatif dalam setiap episode pembelajaran. Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar dalam Penjasorkes perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar-mengajarnya. Begitu pula dengan gaya mengajar, tidak ada gaya mengajar yang baik untuk selamanya atau berpatokan hanya pada satu gaya mengajar. Dalam gaya mengajar perlu adanya sentuhan kreativitas dari pengajar sehingga gaya mengajar yang dilakukan menjadi lebih hidup dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu, menjadi seorang guru Penjasorkes dalam proses pembelajaran ternyata banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya tentang karakteristik dan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Karakteristik dan tahap- tahap pertumbuhan dan perkembangan anak mutlak dimengerti bagi guru Penjasorkes yang mana gunanya untuk menciptakan metode-metode pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki cara berpikir yang kreatif sehingga dapat menemukan konsep baru atau gagasan baru yang dapat menunjang pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, gaya mengajar konvensional atau tradisional harus segera diubah menjadi gaya mengajar yang modern sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dengan tidak meninggalkan guru sebagai pengajar. Sebagai seorang guru yang profesional, guru Penjasorkes harus selalu berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses pembelajaran Penjasorkes. Salah satu wujudnya dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes sebagai upaya mengatasi masalah dan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran Penjasorkes di sekolah.

2.4.3 Profil Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar

Menurut Supandi 1992:52-53 kemampuan guru Penjasorkes di SD adalah sebagai berikut: 1. Memahami karakteristik anak SD, tentang: 1 Pertumbuhan fisik. 2 Perkembangan mental. 3 Perkembangan sosial dan emosional, sesuai fase-fase pertumbuhan dan perkembangan anak SD. 2. Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada anak SD untuk berkreatif dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan dan keterampilan motorik anak SD. 3. Mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak SD dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. 4. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai, serta mengoreksi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SD. 5. Memiliki pemahaman dan penguasaan keterampilan gerak. 6. Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi jasmani. 7. Memilki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani. 8. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam dunia olahraga. 9. Memiliki kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga. Profil guru Penjasorkes di SD ini menunjukkan bahwa banyak hal yang harus dikuasai guru bersangkutan baik yang bersifat pengetahuan maupun keterampilan serta nilai-nilai. Namun yang strategis untuk menjadi bahan menyusun strategi belajar-mengajar adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa SD dan kemampuan menguraikan gerak dasar dari keterampilan gerak yang kompleks dan memanfaatkannya dalam menyusun suatu strategi belajar-mengajar pendidikan jasmani.

2.5 Pembelajaran

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menfasilitasi proses belajar. Kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai pengelola, atau “director learning”. Husdarta dan Yudha M. Saputra, 2000:1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 20 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar. Menurut Oemar Hamalik 2008:57 pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material dalam pembelajaran meliputi buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya. Sedangkan, menurut Oemar Hamalik 2008:65-66 ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu: 1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. 2. Kesalingtergantungan interdependence, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. 3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Selanjutnya menurut Oemar Hamalik 2008:69-70 untuk menjamin suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya, sebagai berikut: 1. Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas. Guru harus bersikap menunjang, membantu, adil, dan terbuka kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung, karena sikap tersebut pada akhirnya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta menciptakan sikap antusiasme peserta didik terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. 2. Perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik di dalam kelas. Suasana disiplin ini juga sebenarnya ditentukan oleh perilaku guru, kemampuan guru memberikan pengajaran, serta suasana dalam diri siswa sendiri. 3. Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang serasi, selaras, dan seimbang dalam kelas yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang tersusun secara sistematis antara pendidik guru dan peserta didik siswa dalam situasi pendidikan yang terdiri dari berbagai tujuan yang ingin dicapai, serta dilakukan untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran itu sendiri mempunyai bermacam-macam komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

2.6 Inovasi dan Modifikasi Pembelajaran

Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:1 penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu Developmentally Appropriate Prace DAP, artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian, tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini, harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik. Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi. Sementara itu, cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pembelajaran. Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: 1 tujuan, 2 karakteristik materi, 3 kondisi lingkungan, dan 4 evaluasi. Untuk lebih jelasnya beberapa analisa modifikasi yang harus dipertimbangkan para guru tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi antara lain: 1 Tujuan Perluasan. Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk dan wujud keterampilan yang dipelajari tanpa memperrhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. 2 Tujuan Penghalusan. Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. 3 Tujuan Penerapan. Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efektivitas gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. 2. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan materi yang dipelajarinya antara lain: 1 Komponen Keterampilan Skill. Guru dapat memodifikasi keterampilan yang dipelajari siswa tersebut dengan cara mengurangi atau menambah komfleksitas dan kesulitannya. 2 Klasifikasi Materi Skill. Guru dapat memodifikasi materi pembelajaran tersebut dengan cara mengurangi dan menambah tingkat kesulitan dan komfleksitas materi pelajaran berdasarkan klasifikasi keterampilannya. 3 Kondisi Penampilan Skill. Guru dapat memodifikas kondisi penampilan siswa dengan cara mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitannya. 4 Jumlah Skill. Guru dapat memodifikasi materi pembelajaran dengan cara mengurangi atau menambah jumlah keterampilan yang dilakukan siswa. 5 Perluasan Jumlah Perbedaan Respon. Guru dapat menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menambah jumlah dan perbedaan respon terhadap konsep yang sama. 3. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya antara lain: 1 Peralatan atau Sarana dan Prasarana Olahraga. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu. 2 Penataan Ruang Gerak dalam Berlatih. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam berlatih. 3 Jumlah Siswa yang Terlibat. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlah siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar. 4 Organisasi atau Formasi Berlatih. Formasi belajar juga dapat dimodifikasi agar lebih berorientasi pada curahan waktu aktif belajar. 4. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan evaluasi pembelajaran antara lain: 1 Self-testing Individu atau Berpasangan. Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes secara individu atau berpasangan tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya. 2 Self-testing Kelompok atau Grup. Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes secara kelompok tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya. 3 Pertandingan. Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes penguasaan materi yang sudah dipelajarinya dalam bentuk variasi pertandingan. Dalam memodifikasi sarana dan prasarana yang harus diperhatikan atau menjadi perhatian oleh guru adalah: 1 mendorong partisipasi maksimal siswa, 2 memperhatikan keselamatan, 3 efektivitas dan efisien gerak siswa, 4 memenuhi tuntutan perbedaan kemampuan anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, 5 memperkuat keterampilan yang sudah dipelajarinya, 6 meningkatkan perkembangan emosional dan sosial. Jadi, modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP termasuk di dalamnya “body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran Penjasorkes. Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya salah satunya yaitu peralatan atau sarana dan prasarana olahraga. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu.

2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Penjasorkes

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 45 Ayat 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Sarana Penjasorkes merupakan peralatan yang sangat membantu dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Sarana pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak permanen, dapat dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Soepartono 2000:6 istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Peralatan apparatus. Peralatan atau apparatus adalah sesuatu yang digunakan, contoh: peti loncat, palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda, dan lain-lain. 2. Perlengkapan device. Perlengkapan atau device, yaitu: 1 sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas, dan lain-lain, 2 sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya: bola, raket, pemukul, dan lain-lain. Sedangkan, menurut Soepartono 2000:5 prasarana berarti sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses usaha atau pembangunan. Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan. Beberapa contoh prasarana olahraga ialah: lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung olahraga atau hall, stadion sepakbola, stadion atletik, dan lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga. Prasarana atau perkakas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah atau bisa semi permanen tetapi berat atau sulit, contohnya: matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis meja, trampolin, dan lain- lain. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah rusak, kecuali kalau memang tempatnya terbatas sehingga harus selalu bongkar pasang. Sedangkan, fasilitas olahraga adalah semua prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perlengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga. Keberadaan sarana dan prasarana Penjasorkes dalam proses pembelajaran sangat penting, karena tanpa ada sarana dan prasarana pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar dan dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan pendidikan yang tercapai. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian sarana, maka dapat disimpulkan bahwa sarana Penjasorkes adalah perlengkapan yang mendukung kegiatan pembelajaran Penjasorkes yang sifatnya dinamis, dapat berpindah- pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya: bola, raket, net, pemukul, dan lain-lain. Sedangkan, prasarana Penjasorkes adalah sesuatu yang mempermudah atau mempelancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen, salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan, misalnya: lapangan sepak bola, basket, tenis lapangan, lapangan bulutangkis, gedung olahraga, dan lain sebagainya. Jml Kelas Jml Siswa Kebutuhan Prasarana Sekolah Kebutuhan Prasarana Olahraga Jenis Prasarana Olahraga yang Disediakan Min. 5 kelas 125 siswa 1.250 m² I 1.100 m²  Lapangan olahraga serba guna 15 x 30 m²  Atletik 500 m² 6-10 kelas 8 m²siswa II 1.400 m²  I  Bangsal terbuka 12,5 x 25 m², tinggi 6 m

2.7.1 Standar Sarana dan Prasarana Penjasorkes

Fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di Indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata. Sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah sebagian besar masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal. Banyak fasilitas olahraga yang pemakaiannya belum sesuai dengan kondisi sebenarnya dan belum sesuai dengan kebutuhan sekolah bahkan terkesan sia-sia dalam pengadaannya karena tidak terawat dengan baik dan pengalihan fungsi fasilitas tersebut yang tidak tepat. Kegiatan olahraga memerlukan ruang untuk bergerak, kebutuhan ruang untuk bergerak itu ditentukan dengan standar kebutuhan ruang. Di Indonesia, standar minimal fasilitas olahraga untuk sekolah telah dihasilkan oleh Ditjen Dikluspora melalui Lokakarya Fasilitas Olahraga tahun 1978-1979. Untuk fasilitas olahraga di sekolah diusulkan rata-rata 7 m²siswa. Dikatakan rata-rata karena memang tidak dibagi secara proporsional penggunaannya, berapa untuk lapangan terbuka, gedung olahraga, dan kolam renang. Standar umum prasarana sekolah dan olahraga atau kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.2 Standar Umum Prasarana Sekolah dan Olahraga atau Kesehatan 11-12 kelas 8 m²siswa III 2.000 m²  Lapangan olahraga serba guna dan atletik  Bangsal terbuka  Lapangan volibasket  Lapangan lain 15 x 30 m² Di atas 20 kelas, min. 500 siswa 10 m²siswa IV 2700 m²  III  Lapangan serbaguna 20 x 40 m² Catatan:  Angka-angka yang tercantum merupakan standar kebutuhan minimum.  Dimensi yang tercantum tidak mutlak harus diikuti disesuaikan dengan kondisi setempat Sumber: Soepartono 2000:14. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana olahraga untuk tingkat SD disebutkan: 1. Tempat bermain atau berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler. 2. Tempat bermain atau berolahraga memiliki rasio luas minimum 3m²peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain atau berolahraga 500 m². Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m. 3. Tempat bermain atau berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan. 4. Tempat bermain atau berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas. 5. Tempat bermain atau berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir. 6. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga. 7. Tempat bermain atau berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain atau Berolahraga No Jenis Rasio Deskripsi 1 Peralatan Pendidikan 1.1 Tiang bendera 1 buahsekolah Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku 1.2 Bendera 1 buahsekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku 1.3 Peralatan bola voli 1 setsekolah Minimum 6 bola 1.4 Peralatan sepak bola 1 setsekolah Minimum 6 bola 1.5 Peralatan bola basket 1 setsekolah Minimum 6 bola 1.6 Peralatan senam 1 setsekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat, simpai, bola plastik, tongkat. 1.7 Peralatan atletik 1 setekolah Minimum lembing, cakram, peluru, tongkat estafet, bak loncat. 1.8 Peralatan seni budaya 1 setsekolah Disesuaikan dengan potensi daerah masing- masing. 1.9 Peralatan keterampilan 1 setsekolah Disesuaikan dengan potensi daerah masing- masing. 2 Perlengkapan lain 2.1 Pengeras suara 1 setsekolah 2.2 Tape recorder 1 buahsekolah Sumber: Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana.

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sarana dan Prasarana Penjasorkes

Menurut Agus S. Suryobroto sebagaimana dikutip oleh Wahyu Putra Perdana 2015:16 tujuan sarana dan prasarana adalah: 1. Memperlancar jalannya pembelajaran. 2. Mempermudah gerakan. 3. Mempersulit gerakan. 4. Memacu siswa dalam gerak. 5. Kelangsungan aktivitas. 6. Menjadikan siswa tidak takut melakukan gerakan. Sedangkan, manfaat sarana dan prasarana adalah: 1. Memacu pertumbuhan dan perkembangan siswa. 2. Mempermudah dan mempersulit gerakan. 3. Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa. 4. Menarik siswa. Menurut Agus S. Suryobroto sebagaimana dikutip oleh Wahyu Putra Perdana 2015 mengenai syarat sarana dan prasarana Penjasorkes yang baik, yaitu: 1. Aman. 2. Mudah dan murah. 3. Menarik. 4. Memacu untuk bergerak. 5. Sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. 6. Tidak mudah rusak. 7. Sesuai dengan lingkungan.

2.7.3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Penjasorkes

Menurut Abror Hisyam sebagaimana dikutip oleh Wahyu Putra Perdana 2015:19 prinsip-prinsip pemeliharaan adalah: 1. Kebijakan dan tata cara memelihara sarana dan prasarana olahraga harus direncanakan untuk memperpanjang umur peralatan. 2. Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk menjamin keselamatan bagi semua orang yang menggunakan alat-alat. 3. Hanya orang-orang yang berhak hendaknya diberi kedudukan sebagai pemimpin kepala tata usaha. 4. Alat-alat seharusnya diawasi secara periodik untuk memperoleh keselamatan dan kondisi alat-alat. 5. Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi alat-alat. 6. Menutupi dan melindungi peralatan yang layak akan menolong dan menjamin pemeliharaan secara ekonomis dan aman.

2.8 Kecamatan Prembun

Prembun adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Letak Kecamatan Prembun berada di paling timur bagian geografis Kebumen dan dilalui oleh jalur nasional yaitu jalur selatan Jawa Tengah. Kecamatan Prembun berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Kota Kecamatan ini terletak pada Koordinat di 7° 43’ 23” Lintang Selatan S dan 109° 48’ 2” Bujur Timur E, dan berada di ketinggian 14 meter di atas permukaan laut. Menilik letak geografisnya maka daerah ini termasuk daerah yang panas, namun sangat diuntungkan oleh suasana pedesaan dan masih sangat banyaknya pepohonan sehingga udara lebih terasa hangat bahkan masih terasa sejuk di pagi hari, apalagi di pagi hari pada musim kemarau. Luas wilayah Kecamatan Prembun adalah 2.296,00 Ha dengan jumlah penduduk 25.935 orang, dengan rincian penduduk laki-laki 12.793 orang dan perempuan 13.142 orang. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten adalah 21,00 km melalui Kutowinangun-Kebumen dengan menggunakan angkutan umum, bus, dan pedesaan. Jumlah RT di Kecamatan Prembun yaitu 130 dan RW sebanyak 40, yang terbagi dalam 13 DesaKelurahan. Berikut daftar nama DesaKelurahan di Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen: 1. KelurahanDesa Bagung Kodepos : 54394. 2. KelurahanDesa Kabekelan Kodepos : 54394. 3. KelurahanDesa Kabuaran Kodepos : 54394. 4. KelurahanDesa Kedungbulus Kodepos : 54394. 5. KelurahanDesa Kedungwaru Kodepos : 54394. 6. KelurahanDesa Mulyosri Kodepos : 54394. 7. KelurahanDesa Pecarikan Kodepos : 54394. 8. KelurahanDesa Pesuningan Kodepos : 54394. 9. KelurahanDesa Prembun Kodepos : 54394. 10. KelurahanDesa Sembirkadipaten Kodepos : 54394. 11. KelurahanDesa Sidogede Kodepos : 54394. 12. KelurahanDesa Tersobo Kodepos : 54394. 13. KelurahanDesa Tunggalroso Kodepos : 54394. Sebagian besar wilayah Kecamatan Prembun merupakan daerah dataran rendah dan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian bertani dan berkebun. Ciri khas dari Kecamatan Prembun adalah buah bengkoang yang sering kita jumpai di pinggir jalan lintas selatan Jawa Tengah tepatnya di Kota Prembun. Prembun juga terdapat stasiun kereta api yaitu Stasiun Prembun kode:PRB yang merupakan stasiun kereta api kelas tiga. Stasiun yang terletak pada ketinggian +9 m ini berada di Daerah Operasi V Purwokerto. Stasiun Prembun berada di belakang Pasar Prembun. Stasiun ini memiliki 3 jalur kereta api aktif dan 1 jalur buntu badug. Gambar 2.1 Peta Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Sumber: http:keboemen.comwp- contentuploads201408kecamatan_prembun_kebumen.jpg diakses tanggal 260615.

2.8.1 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen

Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan bertingkah laku baik. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan oleh Negara maupun yayasan tertentu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagian institusi yang kompleks, sekolah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses peningkatan tertentu. Sekolah Dasar SD adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah, anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran. Secara umum pengertian Sekolah Dasar dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Kecamatan Prembun memiliki SD Negeri yang berjumlah 23. Sebagian besar letak SD Negeri yang ada di Kecamatan Prembun berada di pedesaan, antara lain: SD Negeri Pecarikan, SD Negeri Kabuaran, SD Negeri 1 dan 2 Pesuningan, SD Negeri 1 dan 2 Mulyosri, SD Negeri Kedungbulus, SD Negeri Sembirkadipaten, SD Negeri 1 dan 2 Sidogede. Sedangkan yang letaknya berada di kota yaitu SD Negeri 1, 2, 3, dan 4 Prembun, SD Negeri 1, 2 dan 3 Tersobo, SD Negeri Bagung, SD Negeri Kedungwaru, SD Negeri 1 dan 2 Tunggalroso, SD Negeri 1 dan 2 Kabekelan. Sarana dan prasarana SD Negeri se-Kecamatan Prembun, khususnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes secara umum masih minim. Sekolah-sekolah kebanyakan tidak mempunyai lapangan tersendiri untuk berolahraga. Halaman sekolah yang ada untuk olahraga kurang luas, sehingga pada saat aktivitas Penjasorkes sangat mengganggu pembelajaran siswa lain yang ada di dalam kelas. Sarana atau alat penunjang dalam pembelajaran sangat kurang. Jumlah bola tidak sebanding dengan jumlah siswa. Sebagian sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dengan keadaan yang demikian, proses pembelajaran Penjasorkes tidak dapat berlangsung secara maksimal sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Untuk itu, bagaimana kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se- Kecamatan Prembun sebagai salah satu upaya guru untuk menyikapi masalah No NPSN Nama Satuan Pendidikan Alamat Kelurahan Status 1. 20305727 SD N 1 Prembun Jl. Raya Kutoarjo Km. 1 Prembun Prembun Negeri 2. 20304852 SD N 2 Prembun Ds. Prembun Prembun Negeri 3. 20330252 SD N 3 Prembun Dk. Kranggan Prembun Negeri 4. 20304693 SD N 4 Prembun Dk. Wonocolo Prembun Negeri 5. 20305331 SD N 1 Kabekelan Jl. Raya Kutoarjo Km. 1 Prembun Kabekelan Negeri 6. 20305572 SD N 2 Kabekelan Dk. Sidodadi Kabekelan Negeri 7. 20305809 SD N 1 Tunggalroso Dk. Kaibon Tunggalroso Negeri 8. 20304934 SD N 2 Tunggalroso Ds. Tunggalroso Tunggalroso Negeri 9. 20305165 SD N Kedungwaru Ds. Kedungwaru Kedungwaru Negeri 10. 20305251 SD N Bagung Ds. Bagung Bagung Negeri 11. 20305780 SD N 1 Tersobo Jln. Slamet Riyadi No. 43 Tersobo Tersobo Negeri 12. 20304834 SD N 2 Tersobo Ds. Tersobo Tesobo Negeri 13. 20304681 SD N 3 Tersobo Ds. Tersobo Tersobo Negeri 14. 20305846 SD N 1 Sidogede Jl. Wadaslintang Km. 1 Sidogede Negeri 15. 20304825 SD N 2 Sidogede Ds. Sidogede Sidogede Negeri 16. 20305232 SD N Sembirkadipaten Ds. Sembir Sembir Negeri 17. 20305169 SD N Kedungbulus Ds. Kedungbulus Kedungbulus Negeri 18. 20305716 SD N 1 Mulyosri Jl. Wadaslintang Km. 3 Mulyosri Negeri keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes sehingga pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Tabel 2.4 Jumlah Data Satuan Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen 19. 20305649 SD N 2 Mulyosri Jln. Wadaslintang Km. 3 Mulyosri Negeri 20. 20305733 SD N 1 Pesuningan Ds. Pesuningan Pesuningan Negeri 21. 20304857 SD N 2 Pesuningan Jl. Wadaslintang Km. 5 Pesuningan Negeri 22. 20305330 SD N Kabuaran Ds. Kabuaran Kabuaran Negeri 23. 20305127 SD N Pecarikan Jl. Pituruh Km. 1,5 Pecarikan Negeri Sumber:http:dapodik.pdkjateng.go.idnpsn_pddk_dasarkecamatan030500sek olah030509 diakses tanggal 260615.

2.9 Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Johan Prakoso 2013, Wahyu Putra Perdana 2015. Johan Prakoso 2013 skripsi yang berjudul “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Menyikapi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Penjas di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas guru Penjasorkes dalam menyikapi keterbatasan sarana dan prasarana Penjas di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo dalam kategori Sedang. Secara rinci terdapat 3 guru 9,38 dalam kategori Sangat Tinggi, 8 guru 25,00 dalam kategori Tinggi, 10 guru 31,25 dalam kategori Sedang, 9 guru 28,13 dalam kategori Rendah, 2 guru 6,25 dalam kategori Sangat Rendah. Wahyu Putra Perdana 2015 skripsi yang berjudul “Kreativitas Guru dalam Memodifikasi Sarana dan Prasarana Penjas se-Kabupaten Jepara ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam memodifikasi sarana dan prasarana dalam pembelajaran Penjas di SMP se-Kabupaten Jepara sebanyak 26 orang guru dengan persentase 57,64 kreativitasnya termasuk Tinggi dan 42,31 kreativitasnya termasuk Sedang. Menggunakan beberapa faktor antara lain: 1 kemampuan dalam melihat masalah berhubungan dengan sarana dan prasarana Penjas pada kategori Sedang, 2 kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide pada kategori sedang, 3 sikap terbuka terhadap hal-hal baru pada kategori Sedang.

2.10 Kerangka Berpikir

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Penjasorkes tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan secara umum karena merupakan bagian dari pendidikan secara menyeluruh yang sangat penting keberadaannya. Dalam pembelajaran Penjasorkes tak lepas dari beberapa unsur yang sangat berpengaruh terhadap lancar dan suksesnya pembelajaran Penjasorkes tersebut, salah satunya sarana dan prasarana. Kebutuhan akan sarana dan prasarana sangatlah mutlak karena bukan hanya sekadar sebagai alat bantu semata tetapi bisa dikatakan sebagai media utama yang digunakan guru dalam mengajar Penjasorkes. Kebutuhan sarana dan prasarana dalam Penjasorkes sangat beragam baik jenis maupun jumlahnya sesuai dengan materi dalam kurikulum yang ada. Keberadaan dan kebutuhan bagi guru baik dalam memenuhi jumlahnya maupun pemanfaatannya sebagian besar di sekolah keberadaan sarana dan prasarana belum mencukupi untuk dapat digunakan guru Penjasorkes dalam mengajar semua materi kepada siswanya. Terbatasnya sarana dan prasarana, alat, dan fasilitas Penjasorkes di sekolah menuntut guru Penjasorkes harus memiliki banyak kreativitas dalam memanfaatkan sarana dan prasarana agar materi pembelajaran dapat disampaikan dan dapat diterima dengan baik oleh siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kreativitas seorang guru Penjasorkes tergantung pada usaha yang dilakukannya untuk mengatasi masalah yang ada. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau perihal berkreasi seseorang dengan merubah terhadap hal lama menjadi sesuatu yang baru. Kreativitas guru Penjasorkes dapat dilihat dari kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan tersebut dapat dimulai dari ketika guru Penjasorkes melihat sebuah masalah yang ada, apakah ia memperhatikan atau tidak memperhatikan sama sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana prasarana Penjasorkes antara lain: 1 kemampuan melihat atau memecahkan suatu masalah yang ada, 2 menciptakan ide atau gagasan untuk diterapkan dalam memecahkan suatu masalah yang ada tersebut, 3 sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal atau cara-cara baru yang dianggapnya lebih efektif dan efisien yang digunakan untuk mengajar, sehingga tujuan dari pembelajaran Penjasorkes dapat tercapai secara maksimal.

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENJASORKES SD SE KECAMATAN GONDANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008

0 14 105

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 4 107

SURVEI KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENJASORKES DALAM PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-GUGUS MELIWIS KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES (Suatu Penelitian Pada Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2008/2009).

0 1 85

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES.

0 1 90

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN GURU PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SLEMAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2015/2016.

0 0 95

TINGKAT KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENYIKAPIKETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN PENJAS MELALUI MODIFIKASI DI SD SE-KECAMATAN PALIYAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 114

KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI TERBATASNYA SARANA DAN PRASARANA PENJAS DI SD NEGERI SE- GUGUS JOGOTIRTO KECAMATAN BERBAH.

0 1 99

TINGKAT KREATIVITAS GURU UNTUK MENGATASI KETERBATASAN SARANA PRASARANA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO.

0 7 102

KREATIVITAS GURU KETRAMPILAN DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN

0 0 5