PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD SWASTA CHANDRA KUSUMA DELI SERDANG.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
IV SD SWASTA CHANDRA KUSUMA DELISERDANG

TESIS
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:
ROSIANNA AGUSTINA SIMARMATA
NIM.8146122037

PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRACT

ROSIANNA AGUSTINA SIMARMATA NIM. 8146122037. The Effect of
Instructional Model and Creative Thingking Ability on Mathematic Learning Outcomes

of Grade 4 Chandra Kusuma Primary School Deli Serdang, Thesis Medan : Educational
Technology Programme State University of Medan.

The porpose of this research was to determine : (1) the Mathematic learning outcomes of
primary students taught by Problem Posing and Direct Instruction; (2)the differences
between the learning outcomes of students who have high creative thinking ability and
students with low creative thinking ability; (3) the interaction between instructional
model and creative thinking ability on students’ Mathematic learning outcomes.
The population of this research was all grade 4 of Chandra Kusuma Primary School Deli
Serdang. There are 3 classes of grade 4 with the total number of students is 72. Cluster
Random Sampling was used to find the total sample, and this research sample consisted
of 48 students.The Measurement of Mathematics learning outcomes instrument was
objective test with four possible answers, consisted of 26 items that had been tested the
validity and reliability. To obtain data on students' creative thinking ability was done by
using a questionnaire that had been tested the validity and reliability. Point Biserial
Correlation Formula was used to analyze the Mathematic learning outcome and Product
Moment Formula was used to analyze the creative thinking ability. The research method
was Quasi experiment with 2 x 2 factorial design. The technique of data analysis using
ANOVA two ways at the significance level α = 0,05. Before the data analized by using
ANOVA, the distribution of data should be normal and homogen. The Normality of data

is measured by Lilifors Provision and the homogenity of data was measured based on
Fisher and Barlett Test
Based on the results, researcher obtained that : ( 1 ) the Mathematics learning outcomes
of students taught by Problem Posing were higher than the mathematics learning
outcomes of students taught by Direct instruction; (2) the Mathematics learning outcomes
of students with high creative thinking ability were higher than students with low creative
thinking ability; (3) there is an interaction between instructional model and creative
thinking ability on students’ Mathematic learning outcomes.
From the data analysis can be concluded that the usage of Problem Posing Instructional
Model in learning Mathematic is more effective for students with high creative thinking
ability. This is also a good opportunity for students with low creative thinking ability to
increase their creative thinking ability. Implication of this research is appointed to
Mathematic teachers to apply Problem Posing Model in teaching Mathematic and also
recognize students’ characteristics like creative thinking ability.

ABSTRAK

ROSIANNA AGUSTINA SIMARMATA NIM. 8146122037. Pengaruh Model
Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang Tesis

Medan : Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana, Universitas
Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan hasil belajar
Matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing
dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung, (2) perbedaan
hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, (3) interaksi model
pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar Matematika,.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Swasta Chandra
Kusuma Deli Serdang sebanyak 3 kelas dengan jumlah 72 siswa. Teknik penarikan
sampel dilakukan dengan Cluster Random Sampling. Sampel penelitian terdiri dari 48
siswa. Instrumen pengukuran untuk mengukur hasil belajar Matematika digunakan tes
objektif berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban terdiri dari 26 butir soal yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk memperoleh data kemampuan berpikir
kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan angket yang telah diuji kevalidan dan
reliabilitasnya. Bentuk soal adalah tes uraian terbatas sebanyak 25 butir soal. Untuk
menganalisis tes hasil belajar Matematika digunakan rumus Korelasi Point Biserial,
sedangkan analisis angket kemampuan berpikir kreatif menggunakan rumus Product
Moment. Metode penelitian menggunakan Quasi eksperimen, dengan desain penelitian 2
x 2, sedangkan teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur pada taraf

signifikansi ∝ = 0.05. Syarat ANAVA adalah data harus berdistribusi normal
berdasarkan ketentuan tabel Lilifors dan data harus memiliki varians populasi homogeny
berdasarkan uji Fisher dan uji Barlett.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) hasil belajar Matematika siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dari
hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung,
(2) hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih
tinggi dari hari hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif
rendah, (3) terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kemampuan
berpikir kreatif dalam mempengaruhi hasil belajar Matematika.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran Matematika lebih efektif digunakan
bagi siswa dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi. Implikasi penelitian ini secara
khusus ditujukan kepada guru Matematika agar menerapkan model pembelajaran
Problem Posing dalam pembelajaran serta memperhatikan perkembangan kemampuan
berpikir kreatif siswa selama pembelajaran.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerahNya yang

besar maka peneliti dapat menyusun tesis ini dengan baik.
Melalui Penelitian ini penulis mengajukan sebuah penelitian pendidikan yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli
Serdang”. Penelitian ini diajukan dibawah bimbingan dua dosen pembimbing yaitu :
Prof.

Dr.

Mukhtar,

M.Pd

dan Prof.Dr.

Julaga Situmorang,

M.Pd.

Penulis


menyampaikan terima kasih yang besar kepada beliau yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan selama penyusunan tesis ini, dosen-dosen penguji yaitu
Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Prof. Dr. Abdul
Murad, M.Pd yang sudah memberikan banyak masukan untuk perbaikan tesis ini,
serta rekan-rekan mahasiswa yang sudah memberikan kontribusi yang besar dalam
perbaikan penelitian ini.
Ada banyak tahapan proses yang peneliti alami sehingga tesis ini bisa
diselesaikan dengan baik. Dalam proses intelektual peneliti sebagai pribadi sekaligus
pendidik yang harus terus belajar, dan dari beberapa refleksi peneliti tentang
pendidikan maka lahirlah tesis sederhana ini, yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi guru, sekolah dan dunia pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna, oleh sebab itu
peneliti dengan segala kerendahan hati menerima saran, ide-ide baru dan kritikan
yang membangun untuk perbaikan

penelitian ke depan. Selamat menelusuri karya

sederhana ini. Terima kasih.
Medan,


Agustus 2016

Rosianna Agustina Simarmata

UCAPAN TERIMA KASIH

Pujian Syukur hanya bagi Allah Bapa yang telah memelihara hati dan pikiran
penulis selama ini, secara khusus sepanjang perkuliahan di UNIMED sampai
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Judul tesis ini adalah “
Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang”.
Penulis bersyukur karena mendapatkan banyak bantuan, dukungan dan
motivasi dari banyak pihak dan kepada mereka penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan atas kerelaan hatinya mendukung dan memberikan kontribusi
yang besar selama kuliah, secara khusus selama penyusunan tesis ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai dosen
pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd sebagai dosen
pembimbing II, atas pembelajaran yang penulis dapatkan selama penyusunan tesis
ini. Ucapan terima kasih kepada dosen-dosen penguji sekaligus nara sumber yaitu

Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Bapak
Prof. Dr. Abdul Murad, M.Pd yang sudah memberikan banyak masukan untuk
perbaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pasca Sarjana UNIMED dan juga
Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan PPs
UNIMED.
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Malahayati Holland selaku pemimpin Yayasan Sekolah Chandra Kusuma
yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melanjutkan pendidikan pada
Program Pasca Sarjana UNIMED
2. Ibu Helena Moore, S.Pd selaku kepala sekolah SD Swasta Chandra Kusuma yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di SD

Swasta Chandra Kusuma dan Bapak Adhiwan Siahaan yang telah membantu
penulis dalam administrasi penelitian.
3. Seluruh rekan guru SD Swasta Chandra Kusuma, secara khusus Ibu Bintang
Simaremare, S.Pd dan Ibu Meher, SS yang telah memberikan kesediaannya
sebagai guru yang menerapkan pembelajaran Problem Posing dan Direct
Instruction, di kelas penelitian. Dan Ibu Fausiah Ariyanti, SE yang telah bersedia
meminjamkan sepeda motornya demi kelancaran penyusunan tesis.

4. Keluarga besarku, Kak Bertha Febrida Simarmata, SS dan keluarga, Bang Wesly
Bisono Simarmata dan keluarga, Vivi Meriaty Simarmata, SE dan keluarga,
Renata Oktaviani, S.Sn dan keluarga, yang telah memberikan doa, semangat dan
mendengarkan suka duka penulis selama mengikuti perkuliahan
5. Orang tuaku, Tulang Elsa B.Silalahi dan Nantulang H.br.Siallagan serta Inanguda
terkasih P.br.Silalahi, S.Pd yang telah menjadi orang tua bagiku selama ini.
Terima kasih buat Tulang Nowfa A. Silalahi dan Nantulang M.br. Sinaga yang
sudah memberikan dukungan, doa dan semangat dari jauh
6. Teman-teman Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), Friska Sihombing yang telah
memberikan hidangan mi gomak spesial, Rusmawati Nainggolan yang telah
menemani ke rumah dosen , Evaluasi Hulu yang telah membantu mencari buku
Evaluasi Pendidikan karangan Karno To, Mey Manalu yang telah membantu
memperbaiki abstract , Dorismawati Sihombing, Meilasrina, Rohani Hutabarat
dan Daniely Aroz Daely untuk doa dan semangat yang diberikan.
7. Rekan-rekan mahasiswa PPs UNIMED angkatan XXIV kelas B-2 untuk
kebersamaan selama hampir dua tahun, berdiskusi , belajar dan bercanda bersama.
Kiranya ilmu yang kita peroleh semakin mendukung kinerja dan integritas kita
sebagai guru dan pendidik karakter bangsa
8. Bou Hotma br. Siadari dan Kak Hotma br. Ambarita yang telah memberikan
tempat berteduh kepada penulis selama perkuliahan di UNIMED.


Tesis ini bukanlah akhir dari perjalanan intelektual penulis, namun ini merupakan
salah satu karya sederhana yang bisa penulis persembahkan bagi guru, mahasiswa,
sekolah dan bagi siapapun yang mencintai dunia pendidikan. Berharap penulis juga
semakin termotivasi untuk melakukan penelitian-penelitian sederhana di kelas yang
diharapkan memberikan solusi terhadap masalah-masalah belajar dan pengembangan
pembelajaran di kelas. Terima kasih, Tuhan memberkati senantiasa.

Medan, Agustus 2016
Penulis

Rosianna Agustina Simarmata
NIM.8146122037

DAFTAR ISI

ABSTRACT ………………………………………………………………….

i


ABSTRAK……………………………………………………………………

ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………….

iii

UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………

iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………

x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..

xii

DAFTAR LAMPIRAN..……………………………………………………

xiii

BAB I
A.
B.
C.
D.
E.
D.

PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………
Identifikasi Masalah………………………………………………...
Batasan Masalah…………………………………………………….
Rumusan Masalah…………………………………………………..
Tujuan Penelitian…………………………………………………….
Manfaat Penelitian…………………………………………………..

BAB II

1
12
12
13
13
14

KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Kajian Teoretik………………………………………………………
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika………………………………
a. Defenisi Belajar……………………………………………..
b. Defenisi Hasil Belajar Matematika………………………….
2. Hakikat Model Pembelajaran……………………………………
a. Model Pembelajaran…………………………………………
b. Model Pembelajaran Problem Posing……………………….
1. Pengertian Pembelajaran Problem Posing………………
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Problem Posing………….
3. Sintakmatik Pembelajaran Problem Posing……………..
c. Model Pembelajaran Langsung……………………………...
1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung……………..

15
15
15
18
20
20
21
21
23
26
29
29

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Langsung…………………
3. Sintakmatik Pembelajaran Langsung……………………

30
31

3. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif……………………………
a. Defenisi Berpikir …………………………………………
b. Defenisi Berpikir Kreatif…………………………………
c. Kemampuan Berpikir Kreatif…………………………….

32
32
33
35

B. Penelitian Yang Relevan…………………………………………….
C. Kerangka Berpikir Penelitian………………………………………..
D. Pengajuan Hipotesis ………………………………………………...

38
39
48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian………………………………………..
B. Populasi dan sampel Penelitian……………………………………..
1. Populasi Penelitian………………………………………………
2. Sampel Penelitian……………………………………………….
C. Variabel Dan Defenisi Operasional…………………………………
D. Metode dan Desain Rancangan Penelitian………………………….
E. Prosedur dan Pelaksanaa Penelitian…………………………………
F. Pengontrolan Perilaku……………………………………………….
1. Validitas Internal………………………………………………..
2. Validitas Eksternal………………………………………………
G. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian………………
1. Teknik Pengumpulan data……………………………………….
2. Instrumen Penelitian……………………………………………..
H. Uji Coba Instrumen………………………………………………….
1. Uji Coba Instrumen Tes Hasil belajar…………………………...
a. Indeks Kesukaran……………………………………………..
b. Daya Pembeda…………………………………………………
c. Uji Reliabilitas…………………………………………………
d. Uji Validitas…………………………………………………...
2. Uji Coba Non Tes Kemampuan Berpikir Kreatif……………….
a. Uji Validitas……………………………………………………
b. Uji Reliabilitas…………………………………………………
I. Analisa Data………………………………………………………….

49
49
49
50
51
52
53
57
57
58
59
59
59
64
64
64
66
67
69
74
74
78
79

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data………………………………………………….
B. Uji Normalitas………………………………………………….
C. Uji Homogenitas……………………………………………….
D. Pengujian Hipotesis…………………………………………….
1. Hipotesis pertama …………………………………………...
2. Hipotesis kedua………………………………………………
3. Hipotesis ketiga……………………………………………..
E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………..
F. Keterbatasan Penelitian………………………………………..
BAB V

82
94
98
101
102
103
104
109
119

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………….
B. Implikasi……………………………………………………….
C. Saran…………………………………………………………..

120
120
124

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

126

DAFTAR TABEL
Halaman
1.Tabel 2.1 Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing…………………

28

2. Tabel 2.2 Fase Model Pembelajaran Langsung…………………………….

31

3. Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Problem Posing dengan Model
Pembelajaran Langsung……………………………………………………..

44

4. Tabel 3.1 Distribusi siswa kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma…………

50

5. Tabel 3.2 Desain factorial 2 x 2 …………………………………………….

53

6. Tabel 3.3 Kisi-kisi angket kemampuan berpikir kreatif ……………………

60

7. Tabel 3.4 Kisi-kisi tes hasil belajar Matematika …………………………..

63

8. Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ………………………………….

65

9. Tabel 3.6 Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar Matematika………………..

71

10.Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji coba tes hasil belajar Matematika ……….

72

11.Tabel 3.8 Kisi-kisi instrumen angket kemampuan berpikir kreatif………..

76

12.Tabel 3.9 Validitas angket kemampuan berpikir kreatif…………………..

78

13.Tabel 4.1 Deskripsi data hasil belajar Matematika yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Problem Posing ………………………..

82

14. Tabel 4.2 Deskripsi data hasil belajar Matematika yang dibelajarkan dengan
Model pembelajaran Langsung ………………………………

84

15. Tabel 4.3 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
Berpikir kreatif tinggi …………………………………………… 85
16. Tabel 4.4 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
Berpikir kreatif rendah …………………………………………..

87

17. Tabel 4.5 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
Berpikir kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan Model pembelajaran
Problem Posing…………………………………………………… 88

18. Tabel 4.6 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
Berpikir kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Problem Posing ………………………………………………….

90

19. Tabel 4.7 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
Berpikir kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Langsung ………………………………………………………..

91

20. Tabel 4.8 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Langsung ……………………………………………………….

93

21. Tabel 4.9 Analisis uji normalitas hasil belajar Matematika ……………….

94

22. Tabel 4.10 Rangkuman analisis uji homogenitas kelompok sampel siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing dan
model pembelajaran Langsung …………………………………

99

23. Tabel 4.11 Rangkuman analisis uji homogenitas kelompok sampel siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan berpikir
kreatif rendah ………………………………………………….

99

24. Tabel 4.12 Rangkuman analisis uji homogenitas interaksi model pembelajaran
dan kemampuan berpikir kreatif …………………………......

100

25. Tabel 4.13 Ringkasan hasil perhitungan analisis deskriptif ……………..

101

26.Tabel 4.14 Rangkuman analisis factorial 2 x 2 …………………………..

102

27. Tabel 4.15 Rangkuman uji Scheffe ……………………………………..

105

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Gambar 2.1 Keunggulan model pembelajaran Problem Posing ……………

42

2. Gambar 4.1 Histogram hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Problem Posing .......................................

82

3. Gambar 4.2 Histogram hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Langsung……. .........................................

84

4. Gambar 4.3 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif Tinggi………………………………………….

86

5. Gambar 4.4 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif Rendah…………………………………………

87

6. Gambar 4.5 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Problem Posing…………………………………………………
89
7. Gambar 4.6 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Problem Posing……………………………………………………..
90
8. Gambar 4.7 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Langsung……………………………………………………….
92
9. Gambar 4.8 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Langsung……………………………………………………….
93
10.Gambar 4.9 Interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif
terhadap hasil belajar Matematika………………………….....

108

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Lampiran 1 :Silabus…………………………………………… 129-130
2. Lampiran 2 :RPP Model Pembelajaran Problem Posing……… 131-147
3. Lampiran 3 : RPP Model Pembelajaran Langsung…………… 148-169
4. Lampiran 4 : Instrumen Tes Hasil Belajar dan Angket……….

170-183

5. Lampiran 5 : Uji coba Instrumen Tes dan Non Tes…………..

184-200

6. Lampiran 6 : Tabel Validitas dan Reliabilitas ………………..

201-205

7. Lampiran 7 : Perhitungan Distribusi Frekuensi……………….

206-229

8. Lampiran 8 : Tabel Uji Normalitas…………………………… 230-238
9.Lampiran 9 : Tabel Uji Homogenitas…………………………

239-241

10. Lampiran10: Perhitungan Uji Hipotesis……………………… 242-245
11. Lampiran 11: Perhitungan Uji Scheffe……………………….. 246-249
12. Lampiran 12 :SPSS…………………………………………… 250-251
13. Lampiran 13:Dokumentasi…………………………………… 252-260
14. Lampiran Surat pengantar melakukan penelitian dari PPs Unimed
15. Lampiran Surat izin penelitian di Sekolah SD Swasta Chandra Kusuma
16.Lampiran Surat keterangan validasi instrumen angket kemampuan berpikir kreatif
17. Lampiran Riwayat Peneliti

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi pendidikan memandang proses belajar sebagai suatu peristiwa
internal. Dikatakan sebagai peristiwa internal karena proses belajar terjadi di
dalam diri siswa. Itu sebabnya jika seorang guru atau pendidik hanya
memberitahukan pengetahuan dan bukan mengajarkan maka peserta didik hanya
seperti sebuah botol kosong yang bersikap pasif dan bukannya aktif. Belajar
bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada
seorang peserta didik.

Peserta didik tidak akan pernah belajar jika ia tidak

melewati sebuah proses yang melibatkan dirinya sendiri. Karena belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan juga tindakan peserta didik tersebut.
Sebuah ungkapan bijak mengatakan “Teachers can tell students what they need to
know very fast. But they will forget what you tell them even faster.“ Artinya adalah
“ Guru dapat memberi tahu peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui
dengan sangat cepat. Tetapi bahkan mereka akan lebih cepat melupakan apa yang
guru beritahukan kepada mereka.”
Pernyataan di atas tepat sekali, penjelasan dan peragaan yang diberikan
guru yang demikian tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya dan tahan
lama. Hanya cara belajar aktif saja yang mampu mengubah hal tersebut.
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah hal yang sangat penting.
Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran sesungguhnya tidak
ditentukan oleh kurikulum yang digunakan. Apapun kurikulumnya sesungguhnya
1

2

kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas pendidiknya (guru ). Anis Baswedan
selaku Menteri Pendidikan dan kebudayaan menyatakan bahwa "Peningkatan
kualitas pendidikan tidak tergantung pada kurikulum, melainkan tergantung pada
kualitas guru. Karena itu peningkatan kualitas guru perlu terus dilakukan. Guruguru sebagai pendidik harus terus dididik menjadi guru yang bisa memberikan
inspirasi bagi siwa. Dengan demikian siswa bisa menyelesaikan pendidikan
dengan kualitas mumpuni disertai dengan karakter yang baik," (dikutip dari
Harian Suara Pembaharuan, 23 Maret 2015 ).
Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Jika
pembelajaran tidak dipersiapkan sama sekali maka dapat dipastikan hasil belajar
tidak akan berkualitas. Masalah pembelajaran ini sesungguhnya sangat kompleks,
karena meliputi semua unsur atau komponen yang terkait pada semua lapisan
kegiatan. Kegiatan pembelajaran

meliputi

tujuan pembelajaran,

metode

pembelajaran, media pembelajaran, dan tentunya penilaian terhadap pembelajaran
tersebut. Pembelajaran tentunya adalah sebuah proses aktif peserta didik dan
bukan didominasi oleh peran guru. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
merupakan indikator bahwa peserta didik benar-benar mengalami pembelajaran
tersebut.
Ada beragam model pembelajaran yang dapat dipakai guru di dalam kelas.
Guru hanya perlu menyesuaikan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari
serta mempertimbangkan kesesuaian model tersebut terhadap tingkat pemahaman
peserta didik. Terutama jika pembelajaran tersebut dilakukan pada peserta didik
sekolah dasar.

3

Mengenal karakteristik peserta didik merupakan hal yang esensial bagi
seorang guru. Guru tidak bisa menyamaratakan kondisi siswa, tanpa melihat dan
mengenali karakteristik yang mereka miliki. Karakteristik ini merupakan kekuatan
mereka, dan gurulah yang diharapkan berperan sebagai fasilitator untuk
membantu peserta didik untuk melihat hal tersebut. Salah satu karakteristik siswa
adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif bagi setiap siswa
berbeda-beda. Kemampuan ini pun dapat dikembangkan atau ditingkatkan
kualitasnya.
Sangat penting untuk memahami kebutuhan peserta didik sekolah dasar.
Secara psikologis, anak usia sekolah dasar (6 – 12 tahun) cenderung menyukai
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan yang melibatkan audio, visual dan
kinestetik. Itu artinya mereka tidak hanya cukup mendengar tetapi mereka harus
melihat dan bahkan melakukan kegiatan. Seorang psikolog pembelajaran
berkebangsaan Amerika Serikat yang lahir tahun 1915 bernama Jerome Bruner
mengungkapkan dalam bukunya “Toward the theory of Instruction” bahwa
ada tiga tahapan supaya anak dapat belajar dengan baik. Ketiga tahapan itu
adalah: (1) konkrit/enactive,
abstrak/symbolic.

(2)

Jika pembelajaran

semi

konkrit/econic,

dan

(3)

pada peserta didik sekolah dasar

berlangsung seperti itu Bruner menjamin bahwa peserta didik akan mampu
mengembangkan pengetahuannya jauh melebihi apa yang pernah mereka terima
dari gurunya (Raharjo :2008:5)
Sekolah dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dasar, dalam
proses pembelajarannya

harus

kemampuan

keterampilan

dasar serta

lebih

diarahkan
berpikir

dan

pada

pengembangan

pemahaman

konsep

4

sebagai dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya dan bekal untuk hidup di
era global. Pada dasarnya sejak kanak-kanak

manusia

sudah

memiliki

kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Sebagai makhluk
rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan halhal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada
berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan
berpikirnya. Kecenderungan ini dapat ditemukan pada seorang anak kecil
yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu
dan menguji coba segala sesuatu yang memancing rasa ingin tahunya lalu
menarik kesimpulan dari hal-hal yang ditemuinya. Kurangnya memberikan
keterampilan

berpikir kreatif dalam proses pembelajaran dapat mengarahkan

siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan
dan mengapa mereka melakukannya. Sementara yang terjadi dibanyak sekolah
selama ini lebih menekankan kepada belajar informasi dan isi/materi dari
pada kemampuan berpikir dan pemahaman konsepnya.

Padahal di dalam

kehidupan di era global yang penuh dengan tantangan dan perubahan yang
serba cepat terjadi sekarang ini, peserta didik membutuhkan kemampuan
mengembangkan

konsep

berpikir

kreatif.

Hal

inilah yang seharusnya

dimasukkan ke dalam kurikulum karena pada dasarnya kebutuhan terhadap
pengembangan

kemampuan

berpikir

ditandai

oleh

pertumbuhan

yang

mengacu pada berpikir kreatif dan inovatif.
Pernyataan di atas sejalan dengan Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi)
yang menyatakan bahwa mata pelajaran matematika diberikan kepada semua
peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,

5

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena
itu sangat diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Proses pembelajaran yang masih banyak menganut cara konvensional,
yang menuntut atau mengharuskan peserta didik hanya “menelan” apa yang
disampaikan

guru.

Memang

sulit

mengharapkan

peserta didik mampu

mengajukan pikirannya sendiri. Apalagi yang unik. Mereka cenderung tampil
sebagai individu yang melakukan hal-hal yang biasa dilakukan. Itulah yang
terjadi pada proses pembelajaran kita saat ini.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak mudah bagi guru
matematika

mengubah

paradigma

tersebut

dan

melakukannya

dalam

pembelajaran. Masih banyak ditemukan pembelajaran Matematika dilakukan
secara

konvensional berupa penyampaian konsep, memberi contoh, dan

memberi latihan yang semuanya mengacu pada buku teks tertentu yang tetap
menjadikan peserta didik pasif dalam pembelajaran. Guru mengalami kesulitan
untuk menggali potensi siswa disebabkan peserta didik sudah terbiasa dengan
pembelajaran yang bersifat menerima dari guru dan pasif. Permasalahan tersebut
merupakan salah satu masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik di SD
Chandra Kusuma, Deli Serdang. Dari beberapa kali observasi yang peneliti
lakukan terhadap siswa dan guru di sekolah dasar swasta Chandra Kusuma Deli
Serdang, siswa telah terbiasa dengan metode pembelajaran ceramah, memberi
contoh dan mengerjakan latihan demi latihan. Dan guru pun terbiasa dengan
metode tersebut dan menganggap bahwa pembelajaran Matematika akan berhasil
jika dilakukan latihan demi latihan. Pengulangan (retensi) merupakan salah satu

6

teknik yang tentunya tidak salah untuk diterapkan dalam pembelajaran. Namun
kondisi siswa dan karakteristik siswa sangat perlu dipelajari untuk mengetahui
permasalahan dan kesulitan mereka dalam menerima pembelajaran. Terutama
untuk memecahkan soal cerita Matematika yang membutuhkan pemahaman dan
penalaran.
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan (pada bulan
November-Desember 2015) terhadap beberapa guru kelas (secara khusus guru
kelas IV) diperoleh bahwa kecenderungan siswa kurang bergairah, tidak serius,
dan merasa tidak mampu mengerjakan tugas atau latihan Matematika yang
diberikan oleh guru. Selain itu, dalam mengukur pencapaian tujuan pembelajaran
, setiap akhir program pembelajaran tentunya dilakukan evaluasi. Indikator
keberhasilan tujuan pembelajaran itu adalah kemampuan belajar siswa yang
diwujudkan dalam bentuk Ujian Akhir Semester. Dari 2 tahun terakhir, nilai ratarata mata pelajaran Matematika khususnya kelas IV masih di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu 70. Permasalahan ini telah
diupayakan untuk diatasi, namun hasilnya masih belum signifikan. Mengingat
pembelajaran Matematika pada tingkat sekolah dasar merupakan salah satu
modal dasar bagi peserta didik untuk memahami materi pada level atau kelas
yang lebih tinggi. Dan karena Matematika merupakan pembelajaran yang erat
kaitannya dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Permasalahan belajar ini
menjadi kian penting untuk diselesaikan.
Rendahnya hasil belajar Matematika ini disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya yang bisa peneliti temukan di lapangan, terletak pada pengemasan
proses pembelajaran. Pembelajaran cenderung satu arah dan jarang sekali peserta

7

didik diajak untuk secara aktif berproses membangun pengetahuan di dalam
dirinya. Keaktifan peserta didik lebih terlihat hanya dalam mengerjakan soal-soal
latihan. Untuk beberapa peserta didik strategi practice and drill bisa jadi
merupakan cara yang tepat. Namun, bagaimana dengan peserta didik lainnya?
Sebagai seorang pendidik, idealnya guru harus memikirkan model pembelajaran
apa atau strategi pembelajaran apa yang mampu membangun kegairahan peserta
didik dalam belajar sehingga tidak membuat mereka merasa tertekan.
Pembelajaran Matematika harus mampu menjadikan siswa aktif, baik
secara fisik maupun mental. Hal tersebut akan memperkuat rekaman memori
(Long Term Memory) di otak siswa, mempermudah dan mempercepat siswa
memahami sesuatu, meningkatkan keterampilan siswa, serta meningkatkan
sikap positif siswa terhadap mata pelajaran Matematika.
Munculnya berbagai permasalahan dalam setiap proses pembelajaran,
telah mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk menciptakan beberapa model
pembelajaran. Dan salah satu model pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran Problem Posing. Pada awalnya model pembelajaran Problem
Posing ini hanya diterapkan pada pelajaran Matematika. Kemudian oleh karena
perkembangan ilmu pengetahuan diterapkan juga pada mata pelajaran lainnya.
Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model
pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri
untuk belajar soal atau berlatih soal secara mandiri maupun berkelompok. Model
pembelajaran Problem Posing ini memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk berpikir, bertanya dengan menyampaikan atau mengajukan
masalah/soal, berdiskusi dan memberikan jawaban. Peserta didik dirangsang dan

8

dibentuk untuk aktif. Orang yang memiliki kemampuan mencipta (berkreasi)
dikatakan memiliki sikap kreatif. Dengan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengajukan soal, itu artinya mereka belajar secara mental, fisik, dan
sosial serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelidiki dan juga
membuat jawaban.(Thobroni:2015:282).
Model pembelajaran pengajuan soal ini dapat meningkatkan kemampuan
belajar peserta didik karena pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang
kemampuan tersebut. Dengan membuat soal, peserta didik perlu membaca
informasi yang diberikan dan mengkomunikasikan pertanyaan secara verbal
maupun tertulis. Menulis pertanyaan dari informasi yang ada dapat menyebabkan
ingatan siswa menjadi jauh lebih baik. Kemudian dalam pengajuan soal siswa
diberikan kesempatan menyelidiki dan menganalisis informasi untuk dijadikan
soal. Kegiatan penyelidikan tersebut membuat peserta didik benar-benar belajar,
karena ia diajak untuk memantapkan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Dalam pembelajaran Matematika, Problem Posing (pengajuan soal)
menempati posisi yang strategis. Karena model pembelajaran Problem Posing ini
akan melatih peserta didik untuk memahami, memperkuat dan memperkaya
konsep-konsep dasar Matematika. (Thobroni :2015:289)
Dalam tulisannya, Edward Silver (1994:19-26) mencatat beberapa hal
penting tentang pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran Matematika (
On Mathematical Problem Posing) yaitu : (1) Problem posing as a feature of
creative activity or exceptional mathematical ability (Problem Posing adalah
ciri dari kegiatan yang kreatif), (2) Problem posing as a feature of inquiry
oriented instruction (Problem Posing merupakan ciri dari pembelajaran yang

9

berorientasi pada pembelajaran inkuiri), (3) Problem posing as a prominent
feature

of mathematical

activity (Problem Posing merupakan ciri

dari

pembelajaran Maematika yang efektif),(4) Problem posing as a means to
improving students' problem solving (Problem Posing sebagai sarana untuk
memperbaiki kemampuan siswa menyelesaikan masalah), (5) Problem posing as a
window into students' mathematical understanding (Problem Posing merupakan
jendela bagi siswa terhadap pemahaman yang lebih baik terhadap Matematika),
(6) Problem posing as a

means of improving student

disposition

toward

mathematics (Problem Posing sebagai sarana untuk mengubah paradigma siswa
terhadap Matematika).
Model pembelajaran Problem Posing ini merupakan model yang dibangun
berdasarkan

teori

belajar

Konstruktivisme.

Belajar

merupakan

proses

menemukan, pembentukan pengetahuan. Siswa aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep, menyesuaikan, dan memberi makna tentang hal-hal
yang dipelajari. Siswa dipandang sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan
menjadi dasar mengonstruksi pengetahuan yang baru. Peranan guru adalah
membantu agar proses pengonstruksian belajar oleh siswa berjalan dengan lancar.
Guru membantu siswa membentuk pengetahuannya (Thobroni :2015 : 65).
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, model pembelajaran Problem
Posing ini menjadi menarik untuk dijadikan alternatif pembelajaran di kelas.
Model Pembelajaran Problem Posing dapat membangun suasana yang aktif,
lingkungan belajar yang mendukung, pengembangan kreatifitas siswa sesuai
dengan karakteristik mereka serta dorongan atau minat untuk menemukan

10

kebermaknaan dalam belajar, merupakan strategi pembelajaran yang layak
dibangun di dalam kelas. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan seluasluasnya bagi siswa untuk menciptakan, membuat dan mengajukan soal atau
masalah yang berakar dari pengetahuan dan minat mereka (Silver : 1994:24)
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model
pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran Matematika, terdapat beberapa
pengaruh positif yang sangat signifikan bagi peserta didik. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Selim Guvercin dan Viktor Verbovskiy (2014)
terhadap 54 siswa sekolah dasar. Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka
menyimpulkan bahwa:
“Problem posing improves not only students but also teachers’ attitudes;
alleviate misunderstanding about the nature of mathematics. Problem posing
activities gives more responsibility to the students who are motivated for the
problems during the mathematics class. Problem posing methods of learning
bring up the students for the future as social an individual that meets the
expectation of modern society”.
Dari pernyataan di atas, sebagai pendidik kita didorong untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, dengan melakukan strategi-strategi
pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan yang membantu mereka
untuk menghubungkan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan nyata
mereka. Pembelajaran Matematika merupakan sarana bagi siswa untuk menjawab
tantangan tersebut. Guru harus membangun kesadaran siswa bahwa pembelajaran

11

Matematika akan melatih mereka memecahkan persoalan, membandingkan,
menganalisa, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis dan kreatif.
Penelitian yang menggunakan pembelajaran Problem Posing juga
dilakukan oleh Singer (2015:51) bersama dengan rekannya Moscovici, mereka
menyimpulkan bahwa “ The role of problem posing in a constructivist approach
to instruction as that of consolidating and extending what they have learned”.
(peran Problem Posing dalam pembelajaran adalah mengkonsolidasi atau
meneguhkan dan memperluas pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
mereka pelajari).
Ketika guru atau pendidik melatih siswanya untuk lebih terampil dalam
menemukan dan menyelesaikan masalah, itu artinya guru/pendidik telah berperan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dan siswa yang mau belajar dan
melatih kemampuan berpikir kreatifnya berarti mempersiapkan mereka untuk
menganalisa kemampuan mereka dalam berpikir kreatif. (Meador: 2007:38-39).
Berdasarkan masalah belajar yang telah diuraikan di atas, untuk
meningkatkan mutu pembelajaran Matematika secara khusus siswa Sekolah
Dasar, maka perlu dilakukan suatu penelitian penerapan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif berpikir, berdiskusi dan berinovasi. Terutama untuk
menjawab persoalan siswa yang mengalami kendala atau kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran Matematika. Peneliti memilih dan tertarik dengan model
pembelajaran Problem Posing. Karena model ini merupakan model pembelajaran
yang berbasis pada siswa sebagai peserta didik. Pada pembelajaran Problem
Posing ini peserta didik dibimbing dan diarahkan untuk aktif berpikir, bertanya

12

dan menemukan solusinya. Peneliti juga akan menyertakan karakteristik siswa
yaitu kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel moderator. Untuk itu adapun
judul penelitian ini adalah “Pengaruh model pembelajaran dan kemampuan
berpikir kreatif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Swasta
Chandra Kusuma, Deli Serdang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh identifikasi
masalah sebagai berikut : (1) rendahnya hasil belajar Matematika siswa, (2)
rendahnya kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan siswa, (3) rendahnya minat siswa dalam
memecahkan soal-soal Matematika, (4) penggunaan media pembelajaran yang
masih terbatas, (5) pembelajaran yang masih cenderung menggunakan latihan
demi latihan saja.

C. Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada : (1) model
pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran Problem Posing dan model
pembelajaran Langsung, (2) kemampuan berpikir kreatif siswa, (3) hasil belajar
Matematika siswa kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang.

13

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan
masalah yang telah dikemukan, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan

model

pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Langsung?
2. Apakah hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
berpikir kreatif siswa tehadap hasil belajar Matematika?

E. Tujuan Penelitian
Berikut adalah tujuan penelitian ini :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing dan model
pembelajaran Langsung
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika siswa dengan
kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan berpikir kreatif
rendah
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa tehadap hasil belajar Matematika
siswa kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma.

14

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis .
Manfaat secara teoritis adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah
pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran dan
hubungannya dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan
pengaruhnya terhadap hasil belajar Matematika siswa Sekolah Dasar.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip atau
bahkan

menemukan

dalil-dalil

mengenai

penerapan

model

pembelajaran bagi peningkatan hasil belajar siswa.
Manfaat secara praktis adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan hasil belajar siswa
secara khusus siswa Sekolah Dasar dan mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif mereka.
2. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong kepedulian dan perhatian
guru terhadap hasil belajar serta menambah wawasan dan keterampilan
guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana meningkatkan hasil belajar
tersebut.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, uji persyaratan, uji hipotesis dan pembahasan
hasil penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran
Problem Posing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar Matematika
siswa yang belajarkan dengan model Pembelajaran Langsung.
2. Hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif
tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar Matematika siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.
3. Terdapat interaksi antara model Pembelajaran dengan kemampuan berpikir
kreatif dalam mempengaruhi hasil belajar Matematika siswa. Bagi siswa
dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi

lebih efektif jika dibelajarkan

dengan model Pembelajaran Problem Posing.
B. Implikasi
Sesuai dengan kesimpulan pertama dari hasil ppenelitian ini yang
menyatakan bahwa hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan
model Pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model Pembelajaran Langsung. Maka implikasi yang
dapat diupayakan bagi perbaikan pembelajaran di kelas adalah: (1) secara

120

121

praktis ,hasil temuan ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru-guru mata
pelajaran Matematika khususnya untuk menggunakan model Pembelajaran
Problem Posing dalam pembelajaran Matematika tingkat Sekolah Dasar. Oleh
karena itu hasil penelitian ini dapat disosialisasikan pihak sekolah kepada
guru-guru yang mengajar Matematika khususnya, walaupun tidak tertutup
kemungkinan model ini juga dapat diterapkan pada pembelajaran lainnya.
Dalam kegiatan pembelajaran, Problem Posing dipandang sebagai sebuah
pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif
serta

mampu

memperkaya

pengalaman-pengalaman

belajar

mereka.

Pembelajaran ini akan merangsang peserta didik untuk mengajukan soal
sendiri dari materi –materi pelajaran yang telah dipelajari dan juga dari
pengalaman-pengalaman belajar mereka sebelumnya. Ada interaksi sosial
antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Lingkungan belajar seperti
inilah yang sesungguhnya dibutuhkan peserta didik saat ini. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri, yang
pertama bisa mengajukan soal sendiri berdasarkan materi yang telah
dipelajari, yang kedua dapat dilakukan dengan mengajukan soal berdasarkan
wacana, gambar, grafik atau situasi yang diberikan oleh guru. Pengajuan soal
juga dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Secara
berkelompok akan efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta
didik. Masing-masing kelompok mengajukan soal dan meminta kelompok lain
menyelesaikan soal tersebut. Pengajuan soal secara individu dapat dilakukan
dengan meminta peserta didik membuat soal sendiri atau mengajukan soal
berdasarkan wacana atau situasi yang diberikan guru. Peserta didik tidak

122

hanya diminta untuk mengajukan soal tetapi sekaligus menyelesaikan soal
tersebut secara mandiri. Pembelajaran ini akan efektif dan menyenangkan jika
guru menyediakan media seperti gambar, grafik, diagram, cerita dan media
lainnya yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Model Pembelajaran Problem Posing

ini akan sangat efektif jika

diterapkan pada pembelajaran Matematika. Peserta didik yang mengajukan
soal dan menyelesaikan sendiri soal tersebut akan merasa puas dan bangga
dengan hasil karyanya. Merumuskan soal merupakan salah satu pola berpikir
matematis untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari
ketidaksengajaan melainkan melalui upaya-upaya mereka menemukan
hubungan-hubungan dari informasi yang mereka pelajari. Semakin luas
informasi yang dimiliki maka semakin mudah pula menemukan hubunganhubungan tersebut.
Melalui pembelajaran Problem Posing guru juga dapat melihat sejauhmana
kemampuan

berpikir

peserta

didiknya,

dan

sejauh

mana

mereka

mengkonstru