Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: IRMA IDRISAH NIM : 108016200002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: IRMA IDRISAH NIM: 108016200002

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Dedi Irwandi, M.Si NIP: 19710528 200003 1 002

Pembimbing II

Burhanudin Milama, M.Pd NIP: 19770201 200801 1 011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(3)

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : IRMA IDRISAH

Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 07 September 1989

NIM : 108016200002

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Dosen Pembimbing : 1. Dedi Irwandi, M.Si

2. Burhanudin Milama, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda.

Jakarta, 9 September 2014 Mahasiswa Ybs

Irma Idrisah


(5)

i

Muttaqin Bekasi. S1-Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darul Muttaqin Bekasi pada bulan Mei 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian non-equivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 26 murid (kelas eksperimen) dan 26 murid (kelas kontrol). Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kreatif dan nontes berupa observasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen sebesar 73,35 dan kelompok kontrol sebesar 58,15. Hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung sebesar 4,64 lebih besar dari

ttabel yaitu 1,68 dengan taraf signifikansi 5%, maka hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model inkuri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.


(6)

ii

High School. S1-Thesis, Chemistry Education Program, Department of Natural Science, Faculty of Tarbiyah and Teaching , Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this study was to determine the effect of the inquiry model on creative thinking ability of students. This research was conducted at Darul Muttaqin Bekasi High School in May 2013. The method used in the study was quasi-experimental research design with non-equivalent control group design. Samples were taken by purposive sampling technique. Samples were consisted of 26 students ( experimental class ) and 26 students ( control class ). The research instruments were test of abilities to creative thinking and non-test form of observation. The results of the data analysis showed that the average value of posttest experimental group was 73,35 and control group was 58,15. T-test results for 4,64 show that t is greater than t table is 1,68 with a significance level of 5%, then the alternative hypothesis (Ha) is accepted. The results showed that there is a significant effect of inquiry model for the creative thinking ability of students.


(7)

iii

segala nikmat dan kasih sayang-Mu. Salawat teriring salam senantiasa tercurah untuk kekasih-Mu, Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 program studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis lakukan di SMA Darul Muttaqin Bekasi.

Adalah termasuk orang yang tidak pandai bersyukur kepada Allah SWT. manakala kita tidak bisa berterimakasih kepada orang lain. Penulis sadar, dalam rangka menuntaskan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, kupersembahkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa‟I, M.A., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus dosen pembimbing I yang selalu membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan.

4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan.

5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen penasehat akademik sekaligus dosen penguji I dan Ibu Salamah Agung, S.Si, A.Pt, M.A, selaku dosen penguji II.

6. Bapak Asep Romli, S.Ag, kepala sekolah SMA Darul Muttaqin Cibarusah Bekasi yang telah memberikan izin penelitian. Bapak Slamet Utomo, S.Pd dan


(8)

iv

7. Miftahudin, M.Si, suami tercinta yang selalu setia mendampingi dan mendukung, menjadi tempat berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta semangat, bagian kehidupan tak tergantikan.

8. Ayahanda tercinta H. Idris Marzuki dan Ibunda tersayang Hj. Komariah, teriring doa, “Ya Allah limpahkanlah selalu kasih sayang-Mu kepada orang yang telah mebimbing dan membesarkan kami dengan segala jerih payahnya. Bahagiakanlah mereka, karena kebahagiaan terbesar kami adalah melihatnya bahagia”.

9. Abi dan Umi mertua KH. Ahmid dan Hj. Dedeh Muti‟ah yang kasih sayang serta doanya kepada peneliti tak terhingga, semoga Allah SWT. selalu memberi kesehatan kepada keduanya.

10. Kakanda tercinta: Pelda Aa Setiawan dan Ella, Ida Hasanah, S.Si dan H. Nasa, Kurniawan, S.Pd. serta keponakan tersayang Satria Tarezza Pahlawan dan Almirah Khanza Akoba yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat. 11. Rekan-rekan sahabat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Angkatan

2008, lebih khusus kepada Eka, Fitri, Tsem, Vivi, Okta, Lena dan member bunga yang telah menjadi konsultan dan teman terbaik.

Kami berharap skripsi ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat, April 2014


(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 6

A. Deskripsi Teoretis ... 6

1. Model Inkuiri ... 6

2. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 16

3. Konsep Hidrolisis Garam ... 24

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 30

B. Metode dan DesainPenelitian ... 30

1. Metode Penelitian ... 30


(10)

vi

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 33

1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 33

2. Observasi ... 34

G. Kalibrasi Instrumen ... 35

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 35

2. Lembar Observasi ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 39

1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 39

2. Data Observasi ... 43

I. Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Pretest Berpikir Kreatif Siswa ... 45

2. Hasil Posttest Berpikir Kreatif Siswa ... 47

3. Hasil Lembar Observasi ... 49

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Pretest ... 50

1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Hipotesis ... 52

C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Posttest ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Homogenitas ... 53

3. Uji Hipotesis ... 54


(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 66


(12)

viii

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 33

Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran ... 37

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa ... 40

Tabel 3.6 Bobot Nilai Item Observasi Berdasarkan Skala Likert ... 43

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Lembar Observasi ... 44

Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 45

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Berpikir Kreatif Siswa .... 46

Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47

Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Berpikir Kreatif Siswa .. 48

Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri Terbimbing ... 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 51

Tabel 4.8 Uji Hipotesis Hasil Pretest ... 52

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 53

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 54


(13)

ix

Lampiran A3 : Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 106

Lampiran B1 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) .... 112

Lampiran B2 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) ... 117

Lampiran B3 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) ... 129

Lampiran B4 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) ... 134

Lampiran B5 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) ... 138

Lampiran B6 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) ... 146

Lampiran B7 : Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen ... 149

Lampiran B8 : Rubrik Penilaian Observasi ... 151

Lampiran C1 : Hasil Uji Validitas Tes Berpikir Kreatif (Anates) ... 155

Lampiran C2 : Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Pretest dan Posttest) ... 162

Lampiran C3 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Pretest) ... 163

Lampiran C4 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Posttest) ... 165

Lampiran C5 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Pretest) ... 167

Lampiran C6 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Posttest) ... 169


(14)

x

Lampiran D5 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest)... 182

Lampiran D6 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest) ... 184

Lampiran D7 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest) ... 186

Lampiran D8 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) ... 188

Lampiran D9 : Uji Homogenitas Pretest ... 190

Lampiran D10 : Uji Homogenitas Posttest... 191

Lampiran D11 : Uji Hipotesis Pretest ... 192

Lampiran D12 : Uji Hipotesis Posttest ... 194


(15)

1

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Proses pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka, menuntut siswa untuk menguasai materi pelajaran. Penekanannya lebih pada hapalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih. Padahal, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki pengetahuan saja tetapi juga harus memiliki keterampilan (life skill) dalam menciptakan sesuatu yang kreatif.

Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa.1 Menjadi kreatif adalah ciri manusia yang berharga, lebih-lebih dalam era pembangunan ini sangat dituntut manusia-manusia kreatif, manusia pembangunan.2 Dengan demikian, kemampuan berpikir kreatif siswa dalam hal menciptakan sesuatu yang kreatif sangat penting untuk dilatih.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau

1

Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 9

2

Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan


(16)

metode yang bervariasi (divergen).3 Dalam berpikir kreatif, proses dasar berpikir digunakan untuk penemuan hal-hal baru, karya seni, gagasan-gagasan yang konstruktif yang berkaitan dengan persepsi atau konsep, yang menekankan aspek intuisi ataupun rasional dalam berpikir.4 Pemikir kreatif dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.5

Menurut Guilford Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.6 Hasil studi yang dilakukan oleh Getzels dan Jackson, dan Torrance mengungkapkan bahwa guru cenderung lebih suka terhadap siswa yang lebih penurut, jinak, pendiam, dan yang dapat diramalkan dari pada terhadap siswa yang bersikap bebas aktif dan kreatif.7 Padahal, proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.8 Hasil penelitian Sarjono menyatakan bahwa pembelajaran sains selama ini dilakukan tidak melalui inkuiri ilmiah melainkan didominasi oleh kegiatan transfer informasi dan bersifat hafalan, sehingga hasil belajar sains menjadi rendah dan tidak bermakna panjang.9

Melihat kenyataan di atas jelaslah bahwa pentingnya kemampuan berpikir kreatif dilatih pada siswa. Untuk itu sangat perlu sekali dalam

3

Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara :

FMIPA Unesa, 2005),h. 6

4

Wiwik Haryani & Purwandhi, Jurnal BORNEO, Vol.1 No. 1; Pengembangan

Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir, (Bandung : FKIP Unmul, 2007), h. 12

5

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 218

6

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi

Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 45

7

Moh. Amien, op.cit., h. 170

8

Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46

9

Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus No. 2; Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD,


(17)

pembelajaran di sekolah dikembangkan suatu model pembelajaran yang mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Suatu model pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan kemampuan konsep siswa tetapi juga dapat melatih kemampuan berpikir kreatif sehingga menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih bermakna. Proses pembelajaran yang mendorong siswa belajar atas prakarsa sendiri dapat mengembangkan kemampuan kreatif karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru.

Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi kreatif tidak akan muncul sendiri secara baik bila individu tidak menjumpai lingkungannya yang memacu sejak awal.10 National Science Education Standards, menekankan pemahaman konsep sains dilakukan dalam standard inkuiri.11 Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang sesuai untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena model inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap sesuatu sendiri secara langsung. Selain itu, model inkuiri dapat mempermudah siswa untuk mampu memperoleh pengetahuan secara mendalam karena siswa mengkonstruk sendiri suatu konsep.

Dengan model inkuiri siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya.12 Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah.13 Model inkuiri pada dasarnya merupakan salah satu usaha dari guru untuk dapat merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan, serta adanya suatu proses pemecahan masalah.14

10

Moh. Amien, op. cit., h. 173

11

Zulfiani dkk, op. cit., h. 47

12

Paul Suparno, op. cit., h. 65

13

Yuli Nurul Fauziah, Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan Keterampilan

Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,

(Bandung: UPI, 2011), h. 98

14

Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1; Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Dalam Mengembangkan Berpikir kreatif Siswa pada Bidang Studi IPS Ekonomi Melalui Isu-isu


(18)

Karakteristik model inkuiri sesuai jika diterapkan pada konsep yang memungkinkan keaktifan siswa menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik suatu konsep yang sedang dipelajari. Konsep yang sesuai dengan karakteristik model inkuiri salah satunya adalah konsep hidrolisis garam. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian mengenai penerapan model inkuiri perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, dapat diamati beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Masih rendahnya daya serap peserta didik.

2. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu teori.

3. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih. 4. Peserta didik hanya mampu mengingat fakta/teori tanpa memahami

pengetahuan yang dimiliki untuk dihubungkan dengan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah model inkuiri terbimbing.

2. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford yang meliputi: keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (fleksibel), keterampilan berpikir orisinal (originality), dan keterampilan merinci (elaboration). 3. Materi kimia yang menjadi objek penelitian ini dibatasi pada konsep


(19)

D. Perumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan melalui pertanyaan penelitian berikut. “Apakah terdapat pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri serta dapat dijadikan sebagai studi banding dan dasar pemikiran bagi timbulnya gagasan-gagasan baru dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran

dengan mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru serta melatih siswa untuk berpikir kreatif dengan merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan serta adanya suatu proses pemecahan masalah.

3. Bagi lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam.


(20)

6 BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis

1. Model Inkuiri

a. Pengertian Model Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.1 Carin dan Sund mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.2 Dalam proses belajar mengajar, inkuiri digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa (Henrichsen dan Jarrett).3

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).4

1

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam

Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 85

2

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108

3

Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119

4

Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),h. 43


(21)

Salah satu prinsip utama inkuiri yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.5 Welch mendefinisikan inkuiri sebagai proses dimana manusia mencari informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of thought. Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) lebih menjelaskan inkuiri sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.6 Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dari Schmidt.7

Dari berbagai pengertian model inkuiri yang telah dikemukakan oleh para pakar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model inkuiri menitikberatkan pada aktivitas siswa. Dalam model inkuiri siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan berproses memecahkan masalah dari persoalan yang diajukan guru menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik. Secara umum metode ilmiah itu seperti mengidentifikasi persoalan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

b. Tingkatan Model Inkuiri

Dalam Standard for Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:8

1) Discovery/Structured Inquiri

5

Zulfiani dkk, loc. cit.

6

Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 65

7

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc. cit.

8


(22)

Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.

2) Guided Inquiry

Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.

3) Open Inquiry

Tindakan utama pada Open Inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

c. Inkuiri Terbimbing

Pada penelitian ini, tingkatan model inkuiri yang digunakan terbatas pada inkuiri terbimbing (guided inquiry). Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.9 Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan intensif guru.10

Model pembelajaran guided inquiry digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.11 Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan

9

Paul Suparno, op. cit., h. 68

10

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op.cit., h. 89

11

Suherli Kusmana, Model Pembelajaran Siswa Aktif, (Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya, 2010), h. 49


(23)

baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), guru banyak terlibat dalam hal membuat perencanaan dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri sehingga siswa tidak begitu bebas dalam hal mengembangkan gagasan dan idenya. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran dilatih bekerja seperti ilmuan. Dengan begitu, penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

d. Karakteristik Inkuiri Terbimbing

Orlich menyatakan ada beberapa karakteristik inkuiri terbimbing yang harus diperhatikan, yaitu:13

1) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui observasi spesifik hingga mampu membuat inferensi atau generalisasi.

2) Sasarannya adalah mempelajari proses pengamatan kejadian atau objek dan menyusun generalisasi yang sesuai.

3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian, data,materi dan berperan sebagai pemimpin kelas.

4) Setiap siswa berusaha membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas.

5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran. 6) Biasanya sejumlah generalisasi akan diperoleh dari siswa.

7) Guru memotivasi seluruh siswa untuk mengkomunikasikan hasil dari generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

12

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc.cit.

13


(24)

e. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri

Secara umum proses pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:14

1) Orientasi

Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatuy persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang untuk berpikir.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infiormasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dipertanggung jawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Kindsvatter, Wilen, dan Ishler mengemukakan bahwa model inkuiri secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses seperti: (1) identifikasi persoalan, (2) membuat

14


(25)

hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menganalisis data, dan (5) mengambil kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut nampak jelas bahwa model inkuiri ini menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum ataupun teori. Secara umum metode ilmiah itu punya langkah seperti: (1) merumuskan persoalan, (2) membuat hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, (4) menganalisis data yang diperoleh, dan (5) mengambil kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak.15 Secara umum, Gulo menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.16

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3) Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

4) Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Factor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟.

15

Paul Suparno, op. cit., h. 65-66

16

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 137-138


(26)

Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5) Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Hampir sama dengan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses belajar mengajar dengan model inkuiri yang telah diungkapkan oleh para pakar diatas, Massialas mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan model inkuiri sebagai berikut: (1) guru memilih tingkah laku (tujuan), (2) guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa menumbuhkan pendapatnya, (3) siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban), (4) secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga, baik secara individu maupun secara kelompok, atau siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga. Dalam hal siswa tidak banyak berusaha mencari informasi, peran guru sebagai pembimbing/fasilitator sangat dibutuhkan, (5) siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/siswa menarik kesimpulan.17

f. Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa prinsip, antara lain:18

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir dan berorientasi pada proses belajar. Keberhasilan pembelajaran ini terlihat pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu yang merupakan gagasan yang pasti.

17

Suherli Kusmana, op. cit., h. 56-57

18


(27)

2) Prinsip interaksi

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dimana guru berperan sebagai pengatur lingkungan dan pengatur interaksi belajar, guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

3) Prinsip bertanya

Guru juga berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk bertanya pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. 4) Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar merupakan proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak secara maksimal.

5) Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Untuk itu siswa hendaknya diberikan kebebasan untuk mencoba sesuatu sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

g. Syarat Inkuiri Dapat Berjalan Baik

Model inkuiri akan efektif apabila: (1) guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan sehingga penguasaan materi bukan tujuan utama karena ynag terpenting adalah proses belajar, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan adalah berupa kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) siswa adalah anak yang memiliki kemauan dan kemapuan berpikir, (5) jumlah siswa tidak terlalu banyak agar mudah dikendalikan, dan (6) guru memiliki banyak waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.19

19


(28)

Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:20

1) Membimbing kegiatan laboratorium. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.

2) Modifikasi inquiry. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok.

3) Kebebasan inquiry. Guru mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan “kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi

masalah dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari.

4) Inquiry pendekatan peranan. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ilmiawan.

5) Mengundang ke dalam inquiry. Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim untuk memecahkan masalah yang masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data, proses penilaian.

6) Teka teki bergambar. Salah satu teknik untuyk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa didalam diskusi kelompok. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.

7) Synectics lesson. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar supaya dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal itu dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu dalam

20

Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 7; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 77-79


(29)

melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

8) Kejelasan nilai-nilai. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan self-concept siswa.

Agar teknik inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:21

1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi. 2) Kondisi lingkungan yang responsif.

3) Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian. 4) Kondisi yang bebas dari tekanan.

h. Kelebihan Model inkuiri

Teknik inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:22

1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5) Memberti kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

21

Ibid., h. 79

22


(30)

9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka

dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif a. Pengertian Berpikir Kreatif

Edward de Bono mendefinisikan berpikir sebagai: “Proses kreatif yang berkaitan dengan pemecahan masalah”.23 Berpikir merupakan keterampilan operasional yang memungkinkan inteligensi bekerja atas dasar pengalaman.24 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kreatif didefinisikan sebagai memiliki daya cipta; mempunyai kemampuan untuk mencipta; bersifat mencipta; misal suatu pekerjaan yang menghendaki selain kecerdasan juga imaginasi.25 Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.26

Pemikiran kreatif adalah pemikiran yang berusaha melahirkan sesuatu yang baru, dan disandarkan kepada prinsip-prinsip kemungkinan.27 Pemikir kreatif dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.28 Mereka yang menanamkan kebiasaan berpikir kreatif melihat kemungkinan-kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani bereksperimen tanpa takut berbuat salah.29

23

Edward De Bono, Mengajar Berpikir, (Cet 2; Jakarta: Erlangga, 1992), h. 34

24

Ibid., h. 36

25

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet 5; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), h. 526

26

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 214-215

27

Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2005), h. 37

28

Elaine B. Johnson, op. cit., h. 218

29


(31)

Beberapa ahli psikologi percaya bahwa kreativitas atau berpikir kreatif harus terbatas pada penemuan atau penciptaan suatu ide atau konsep baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh manusia. Para ahli lainnya mendefinisikan kraetivitas secara inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari individu. Pandangan ini lebih bermaksud bagi guru/dosen yang berusaha untuk mengembangkan kemampuan kreatif siswa/mahasiswa dan membantu mereka dalam menggali dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dengan kata lain bahwa kreativitas atau berpikir kreatif dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara sepontan dan imaginatif, yang mencirikan hasil-hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.30

Utami munandar menyimpulkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.31

Biasanya, orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.32

2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.33

Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata

30

Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan

Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166

31

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi

Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47

32

Ibid., h. 47

33


(32)

banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya.34

3) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Munandar, S. C. U., 1997).35

Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa berpikir kretif adalah suatu cara berpikir divergen, keterampilan mental yang senantiasa memperluas pemikiran, memupuk ide-ide asli untuk menghasilkan suatu pemikiran yang berbeda dan merupakan hal yang baru.

b. Ciri-Ciri Siswa Kreatif

Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal secara mudah sekali melalui pengamatan ciri-ciri berikut:36 1) Hasrat ingin mengetahui,

2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, 3) Panjang akal,

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti,

5) Cenderung lebih suka untuk melakukan tugas-tugas yang berat dan sulit,

6) Mencari jawaban-jawaban yang memuaskan dan komprehensip, 7) Bergairah, aktif dan dedikasi dalam melakukan tugas-tugasnya, 8) Berfikir fleksibel,

9) Menanggapi npertanyaan-pertanyaan dan kebiasaan untuk memberikan jawaban yang lebih banyak,

10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis, 11) Kemampuan membuat abstraksi,

12) Memiliki semangat “inqury”, dan

34

Ibid., h. 48

35

Ibid., h. 50

36


(33)

13) Keluasan dalam latar belakang kemampuan membaca.

Tes luar negeri yang mengukur kreativitas ialah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan kerincian berpikir.37 Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari kreativitas, Guilford (1959) membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kretif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen.38 Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, dengan proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.39

Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) meliputi : 1) Keterampilan berpikir lancar

Keterampilan berpikir lancar adalah kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.40 Sebagaimana definisi Guilford, kelancaran diartikan dengan mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik dalam bentuk kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya. Sedangkan peneliti Helmi Al-Moligi berpendapat bahwa kelancaran yaitu pemikiran yang mengalir secara luar biasa, sehingga akal kreatif seakan-akan merupakan ledakan pemikiran baru yang bebas.41

Keterampilan berpikir lancar yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa sebagai berikut:42

a) Mengajukan banyak pertanyaan.

37

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta,

2009), h. 73

38

Ibid., h. 10

39

Utami Munandar, op.cit., h. 88

40

Ibid., h. 88

41

Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 176

42


(34)

b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. c) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. d) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari pada anak-anak lain.

f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) adalah kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.43 Maksud dari fleksibilitas adalah memunculkan berbagai pengetahuan dengan amat mudah. 44 Guilford juga berpendapat bahwa fleksibilitas mencerminkan kemampuan untuk cepat menghasilkan berbagai pemikiran yang berkembang menjadi berbagai macam pemikiran yang berbeda dan berkaitan dengan suatu sikap tertentu.45

Keterampilan berpikir luwes yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:46

a) Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek.

b) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

c) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. d) Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang

diberikan orang lain.

43

Ibid., h. 88-89

44

Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 177

45

Ibid., h. 177

46


(35)

e) Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.

f) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.

g) Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda.

h) Mampu mengubah arah berpikir secara spontan.

3) Keterampilan berpikir orisinal

Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.47 Maksud dari orisinalitas sesuai dengan interpretasi yang diberikan oleh peneliti Sayyid Khairullah adalah kemampuan untuk menghasilkan beberapa reaksi yang orisinil. Atau diartikan dengan sedikit melakukan pengulangan secara statistikal dalam suatu masyarakat dimana seseorang itu memiliki loyalitas kepadanya.48

Keterampilan berpikir orisinal yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:49

a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.

b) Mempertanyakan cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c) Memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat disain. d) Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.

e) Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.

f) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.

47

Ibid., h. 89

48

Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 178

49


(36)

g) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

4) Keterampilan merinci (mengelaborasi)

Keterampilan merinci (mengelaborasi) adalah kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.50 Elaborasi diartikan dengan memodifikasi reaksi yang dilakukan dengan cara menambahkan beberapa reaksi lainnya. Seperti mengambil suatu pemikiran yang sederhana, kemudian dimodifikasi dan menjadikannya lebih menarik. Atau, menambah perincian atas suatu pemikiran tertentu, dengan syarat perincian-perincian ini sesuai dengan pemikiran utamanya.51

Keterampilan berpikir merinci (mengelaborasi) yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:52

a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.

d) Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.

e) Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau orang lain.

Berpikir kreatif, yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:53

a) Mengajukan pertanyaan.

b) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.

50

Ibid.,h. 90

51

Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 179

52

Utami Munandar, loc.cit.

53


(37)

c) Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda. d) Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.

e) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.

f) Mendengarkan intuisi.

c. Kendala Penghambat Kreativitas

Di antara banyak kendala yang membungkam kretivitas, yang berikut ini khususnya merusak:54

1) Sensor internal dari seseorang.

2) Orang-orang yang mencari kesalahan.

3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang. 4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya.

5) Pengotakngotakan. 6) Memusuhi intuisi.

7) Takut membuat kesalahan.

8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung.

Mengembangkan kebiasaan menghubungkan berbagai hal dengan bebas merupakan unsur penting dari berpikir kreatif.55 Dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering digunakan cara paksaan agar mereka belajar. Amabile mengemukakan empat cara yang mematikan kreativitas, yaitu:56

1) Evaluasi

Rogers (dalam Vernon,1982) menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi.

2) Hadiah

3) Persaingan (kompetisi)

54

Ibid., h. 221

55

Ibid., h. 217

56


(38)

4) Lingkungan yang membatasi

Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan.

3. Konsep Hidrolisis Garam

a. Pengertian Hidrolisis Garam

Hidrolisis berasal dari kata “hidro” yang artinya air dan “lisis” berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air membentuk ion-ionnya.57 Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau anion dari suatu garam dengan air.58 Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hydronium (H3O+).59

b. Sifat Larutan Garam

Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa dapat bersifat asam, basa, atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam basa yang direaksikan.60

1) Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral.61 Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation dan anion yang dalam air hanya terhidrasi. Kation dan anion tersebut disajikan dalam tabel 2.1 berikut:62

57

Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia

untuk SMA/MA, (Cet 1; Jakarta: Ganeca Exact, 2007) h. 244

58

Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2, (Cet 2; Yudhistira, 2009), h. 195

59

Omay Sumarna dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Cet 1; Bogor: Regina, 2006), h.

251

60

Sandri Justiana dan Muchtaridi, loc. cit.

61

Ibid., h. 195

62


(39)

Tabel 2.1 Kation dan Anion yang Terhidrasi dalam Air

Kation Anion

K+ Na+ Rb+ Cs+ Cl− Br− I− SO42−

Mg+2 Ca2+ Sr2+ Ba2+ ClO3− ClO4− BrO3− NO3−

2) Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam.63

3) Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa.64

4) Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam, basa, atau netral.65 Garam dari asam lemah dan basa lemah sifatnya bergantung pada harga tetapan ionisasi asam dan basanya. Ka < Kb: bersifat basa, Kb < Ka: bersifat asam, Ka = Kb: bersifat netral.66

c. pH Larutan Garam

Untuk menghitung pH simak uraian berikut ini:67 1) pH Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral dan mempunyai pH = 7.

2) pH Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah

63

Sandri Justiana dan Muchtaridi, loc. cit.

64

Ibid., h. 196

65

Ibid., h. 196

66

Omay Sumarna, op. cit., h. 252

67


(40)

Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mempunyai pH <7. Rumus untuk menghitung pH larutan garam sebagai berikut:

3) pH Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat

4) pH Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah

d. Aplikasi Hidrolisis Garam

Berikut beberapa contoh aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:68

1) Pelarutan Sabun

Salah satu peristiwa hidrolisis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat kita perhatikan pada sabun cuci. Perhatikan pada garam natrium stearat, C17H35COONa (sabun cuci). Garam tersebut

akan mengalami hidrolisis jika dilarutkan dalam air, menghasilkan asam stearat dan basanya, yaitu natrium hidroksida.

Reaksinya: C17H35COONa + H2O ↔ C17H35COOH + NaOH

68


(41)

Oleh karena itu, jika garam tersebut digunakan untuk mencuci, airnya harus bersih dan tidak mengandung garam Ca2+ atau Mg2+. Garam Ca2+ dan Mg2+ banyak terdapat dalam air sadah. Jika air yang digunakan mengandung garam Ca2+, terjadi reaksi dengan asam stearat.

Reaksinya: 2(C17H35COOH) + Ca2+ → (C17H35COO)2Ca + 2H+

Sehingga buih yang dihasilkan sangat sedikit. Akibatnya, cucian tidak bersih karena fungsi buih untuk memperluas permukaan kotoran agar mudah larut dalam air.

2) Penjernihan Air

Penjernihan air minum oleh PAM berdasarkan prinsip hidrolisis, yaitu senyawa aluminium fosfat (Al2(PO4)3) yang

mengalami hidrolisis total.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Putu Arnyana yang berjudul “pengaruh penerapan strategi pembelajarn inovatif pada pembelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA”, menunjukan bahwa kelompok siswa yang belajar dedngan strategi kooperatif GI, PBL dan Inkuiri memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI.69

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto yang berjudul “mengembangkan kreaivitas siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri” menunjukan bahwa melalui inkuiri siswa dapat memperaktekkan dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk memecahkan

69

Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP No. 3 Th, XXXIX,

ISSN 0215-8250; Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran

Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Singaraja: fakultas pendidikan


(42)

masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berpikir sistematis, kritis, logis, dan kreatif.70

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono yang berjudul “upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pengajuan masalah”, menunjukkan bahwa tidak semua aspek kemampuan berpikir meningkat terutama fleksibilitas dalam memecahkan masalah. Tetapi untuk aspek pemahaman terhadap informasi masalah, kebaruan dan kefasihan dalam menjawabsoal mengalami peningkatan. Hasil lain menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan mengajukan masalah mengalami kemajuan/peningkatan.71

4. Penelitian yang dilakukan oleh Awaludin yang berjudul “Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa dengan kemampuan matematis rendah melalui pembelajaran open ended dengan pemberian tugas tambahan”, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kemampuan matematis rendah yang mendapat pembelajaran open ended dengan perlakuan pemberian tugas tambahan labih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan pemberian tugas tambahan.72

70

Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1; Mengembangkan Kreaivitas

Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri, (Bengkulu: FKIP

Universitas Bengkulu, 2011)

71

Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara :

FMIPA Unesa, 2005)

72

Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah

Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan, dapat diakses di


(43)

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir D. Perumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung oleh landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan penggunaan model inkuiri dengan alat peraga sederhana terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hipotesis yang dibuat dalam perbandingan adalah : H0 :Tidak terdapat pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan

berpikir kreatif siswa.

Ha : Terdapat pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan

berpikir kreatif siswa. Model Inkuiri

Merumuskan hipotesis

Membuat kesimpulan Mengajukan pertanyaan

atau permasalahan

Analisis data

Keterampilan Berpikir Lancar

Keterampilan Berpikir Luwes

Keterampilan Berpikir Orisinal

Keterampilan Berpikir Merinci

Kemampuan Berpikir Kreatif Mengumpulkan data


(44)

30

Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2013 pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 dikelas XI-A dan XI-B yang bertempat di SMA Darul Muttaqin yang berlokasi di Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Metode kuasi eksperimen berbeda dengan penelitian eksperimen karena tidak memenuhi karakteristik atau syarat dari suatu penelitian eksperimen, yaitu manipulasi, kontrol, dan randominasi. Dalam penelitian kuasi eksperimen tidak dilakukan randominasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Dalam metode kuasi eksperimen kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat, atau secara penuh.1

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa

nonequivalent control group design (desain pretest-posttest kelompok kontrol tanpa acak).2 Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan secara acak, misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan

1

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Cet. 5; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 44

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


(45)

siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya.3 Di mana dalam desain ini dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1),

disebut pretest, dan sesudah eksperimen/tes akhir (Y2), disebut posttest.

Perbedaan antara Y1 dan Y2 diasumsikan merupakan dari treatment

(eksperimen). Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.4

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen (R) Y1 X Y2

Kontrol (R) Y1 - Y2

Keterangan:

R : kelas eksperimen dan kelas kontrol

Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest

Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest

X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu model inkuiri

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.5 Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Darul Muttaqin, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas XI SMA Darul Muttaqin.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.6 Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas

3

Nana Sudjana dan Ibrahim, loc. cit.

4

Ibid., h. 44

5

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan danPeneliti Pemula (Cet. VI; Bandung: ALFABETA,2009), h. 54

6


(46)

dari kelas XI SMA Darul Muttaqin yaitu kelas XI-A sebagai kelas kontrol dan kelas XI-B sebagai kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.7 Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang siswa kelas XI-A dan 26 orang siswa kelas XI-B.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas atau variabel prediktor (independent variable) sering diberi notasi X adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain.8 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri.

2. Variabel terikat atau variabel respons (dependent variable) sering diberi notasi Y adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas.9 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, suatu data dibutuhkan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.10 Data dikumpulkan oleh peneliti menggunakan cara atau teknik, sehingga dikenal dengan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang peneliti

7

Riduwan, op.cit., h. 63

8

Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 12

9

Ibid., h. 12

10


(47)

gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa tes kemampuan berpikir kreatif siswa dan teknik nontes berupa observasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.11 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.12 Bentuk instrumen tes kemampuan berpikir kreatif berupa soal uraian (essay) yang memenuhi seluruh indikator tes yaitu: (1) kemampuan berpikir lancar (fluency), (2) kemampuan berpikir luwes (flexibility), (3) kemampuan berpikir merinci (elaboration), (4) kemampuan berpikir orisinal (originality). Adapun tes yang dibuat berupa 17 soal uraian sebelum diuji coba (soal terlampir pada halaman 111), setelah dilakukan uji coba (uji validitas) dihasilkan 10 soal uraian yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian (soal terlampir pada halaman 133). Materi tes yang diberikan kepada siswa mencakup konsep hidrolisis garam. Berikut kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif No. Indikator Sub indikator Nomor Butir

Soal 1 Fluency  Menghasilkan banyak gagasan, 1, 4

11

Ibid., h. 69

12


(48)

(Berpikir lancar)

jawaban dan penyelesaian masalah.

 Memikirkan lebih dari satu jawaban. 2, 3* 2 Flexibility (berpikir luwes)

 Menghasilkan gagasan, jawaban dan penafsiran (interpretasi) yang bervariasi terhadap suatu masalah.

 Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda.

5*, 6*, 7*

8*, 9, 10

3

Elaboration

(Berpikir merinci)

 Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

 Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan.

11, 12*, 13*

14*, 15*

4

Originality

(Berpikir orisinal)

 Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.

 Mampu melahirkan ungkapan yang baru.

16

17*

Keterangan : * = Butir soal yang valid

2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.13 Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai dengan

13


(49)

kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.14 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing. Adapun lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing terlampir pada halaman 148.

G. Kalibrasi Instrumen

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Suatu instrumen dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketepatan atau keajegannya atau reliabilitasnya.15 Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes terlebih dahulu diuji cobakan di kelas yang telah mendapatkan materi hidrolisis garam untuk mengukur validitas dan reliabilitas soal. Langkah selanjutnya dilakukan analisis butir soal untuk mengetahui tingkat kesukaran (difficulty level) dan daya pembeda sehingga didapatkan soal yang memenuhi syarat.

a. Validitas Instrumen

Didalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: a test is valid if it measures what it purpose to measure. Jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.16

Validitas soal di uji dengan rumus korelasi product moment.17 3-1

14

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Cet.2;

Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 36

15

Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet 14; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12

16

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Cet 10; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64-65

17


(50)

Di mana:

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

Dalam penelitian ini, untuk perhitungan validitas instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates terdapat 10 butir soal yang valid dari 17 butir soal uraian. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.18

Pengujian reliabilitas soal dalam bentuk uraian (essay) di uji dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:19

3-2 Keterangan:

r11 : Reliabilitas yang dicari

: Jumlah varians skor tiap-tiap item : Varians total

Dalam penelitian ini, untuk perhitungan reliabilitas instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates menghasilkan nilai reliabilitas tes sebesar 0,81. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154.

c. Uji Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai

18

Nana sudjana, op. cit., h. 16

19


(51)

semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.20 Dengan kata lain, soal yang baik berada pada tingkat kesukaran sedang.

Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran/proportion correct (p)adalah:21

3-3 Keterangan:

p : tingkat kesukaran

: jumlah peserta didik yang menjawab benar N : jumlah peserta didik

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria dalam tabel 3.3 sebagai berikut:22

Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran

Nilai (P) Kategori

p > 0,70 Mudah

0,30 ≤p ≤ 0,70 Sedang

p < 0,30 Sukar

Dalam penelitian ini, untuk perhitungan taraf kesukaran instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates dari 10 butir soal yang valid diperoleh 6 soal berkategori sedang dan 4 soal berkategori sukar. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154. d. Daya Pembeda (Discriminating Power)

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).23

20

Ibid., h. 207

21

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet 3; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 272

22


(52)

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:24

3-4 Di mana:

DP = daya pembeda

WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas n = 27% x N (jumlah peserta didik)

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel pada tabel 3.4 sebagai berikut:25

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda

Nilai (DP) Kategori

0,40 and up Very good items

0,30 – 0,39 Reasonably good

0,20 – 0,29 Marginal items

Below – 0,19 Poor item

Dalam penelitian ini, untuk perhitungan daya pembeda instrumen peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Anates dari 10 butir soal yang valid diperoleh 4 soal berkategori jelek, 4 soal berkategori cukup, 1 soal berkategori baik dan 1 soal berkategori baik sekali. Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154.

23

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 211

24

Zainal Arifin, op.cit., h. 273

25


(53)

2. Lembar Observasi

Untuk mengetahui validitas instrumen observasi dalam penelitian ini digunakan validitas logis. Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.26

Dari pengkajian konstruksi teoritik pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa, tersusunlah lembar observasi untuk mengukur keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing. Adapun lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing terlampir pada halaman 148.

H. Teknik Analisis Data

1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Data yang didapat kemudian dihitung dan dinilai dengan memberikan skor. Setelah seluruh butir soal jawaban siswa diberi skor, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase skor jawaban dari tiap item atau butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

3-5 Setelah menghitung persentase skor jawaban dari tiap butir soal, selanjutnya menghitung persentase skor jawaban berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir lancar

(fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir merinci (elaboration), dan kemampuan berpikir orisinal (originality). Masing-masing skor ideal dalam persentase diberi bobot 100 dan skor minimal diberi bobot 0, yang selanjutnya berdasarkan selisih (range) persentase maksimal (ideal) dan minimal dengan jumlah kelas sebanyak 5,

26


(1)

27 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2005), h. 37

28 Elaine B. Johnson, Contextual ... h. 218 29 Elaine B. Johnson, Contextual ... h. 222

30 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166

31 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47 32 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 47 33 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 48 34 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 48 35 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 50 36 Moh. Amien, Mengajarkan ... h. 170

37 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 73

38 Utami Munandar, Pengembangan ... h. 10 39 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 88 40 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 88 41 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan

Kreativitas ... h. 176

42 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 88 43 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 88-89 44 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan

Kreativitas... h. 177

45 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas ... h. 177


(2)

47 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 89 48 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan

Kreativitas ... h. 178

49 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 89-90 50 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 90 51 Amal abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan

Kreativitas ... h. 179

52 Utami Munandar, Mengembangkan ... h. 90 53 Elaine B. Johnson, Contextual ... h. 215 54 Elaine B. Johnson, Contextual ... h. 221 55 Elaine B. Johnson, Contextual ... h. 217 56 Utami Munandar, Pengembangan ...h. 223 57 Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan

Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA, (Cet 1; Jakarta: Ganeca Exact, 2007) h. 244

58 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2, (Cet 2; Yudhistira, 2009), h. 195

59 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Cet 1; Bogor: Regina, 2006), h. 251

60 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195 61 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195 62 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk……… h. 253 63 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195 64 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 196 65 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 196 66 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk ……… h. 252 67 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ….. h. 197-199 68 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk ……… h. 267 69 Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan


(3)

Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Singaraja: Fakultas Pendidikan MIPA, 2006)

70 Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1; Mengembangkan Kreaivitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri, (Bengkulu: FKIP Universitas Bengkulu, 2011)

71 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara: FMIPA Unesa, 2005)

72 Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan, dapat diakses di http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tam pil&id=10330, 24/04/2014. 17:19 WIB.

BAB III

1 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Cet. 5; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 44

2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet ke-15; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 116

3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ... h. 44 4 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ... h. 44 5 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk


(4)

ALFABETA, 2009), h. 54

6 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ... h. 85 7 Riduwan, Belajar ... h. 63

8 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ...h. 12 9 Nana Sudjanadan Ibrahim, Penelitian ...h. 12 10 Riduwan, Belajar... h. 70

11 Riduwan, Belajar... h. 69 12 Riduwan, Belajar... h. 76 13 Riduwan, Belajar... h. 76

14 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Cet. 2; Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 36

15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet. 14; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12

16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Cet. 10; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64-65

17 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar... h. 72 18 Nana Sudjana, Penilaian... h. 16

19 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar... h.109 20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar... h. 207 21 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet. 3;

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 272 22 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 272 23 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar... h. 211 24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 273 25 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 274 26 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar ... h. 65 27 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005),


(5)

28 Riduwan, Belajar ... h. 120

29 Subana, dkk., Statistik Pendidikan (Cet. 10; Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 171-173

30 Riduwan, Belajar ... h. 88 31 Riduwan, Belajar ... h. 89

BAB IV

1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 95 2 Moh. Amin, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. vii

3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 11

4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 44

5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Cet. 6; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 75

6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses ... h. 94 7 Retno Dwi Suyanti, Strategi ... h. 44

Jakarta, April 2014

Yang Mengesahkan, Pembimbing I

Dedi Irwandi, M.Si NIP: 19710528 200003 1 002

Pembimbing II

Burhanudin Milama, M.Pd NIP: 19770201 200801 1 011


(6)