Uji hipotesis menggunakan teknik Multivariate Structur Equation Model SEM. Pemodelan SEM terdiri dari model pengukuran measurement model dan model struktural
struktural model. Model struktural ditujukan untuk menguji hubungan antara konstruk eksogen dan endogen. Sedangkan model pengukuran ditujukan untuk menguji hubungan
antara indikator dengan konstruk variabel laten Ballen 1989 dalam Imam Ghozali 2005. Penelitian ini mengukur dua bagian yaitu 1 pengaruh desentralisasi pengambilan
keputusan terhadap diterimanya impelentasi SIKD melalui variabel adaptasi dan pengaruh desain SIKD, 2 diterimanya impelementasi SIKD berpengaruh langsung terhadap kinerja
dan melalui kepuasan para pegawai. SEM dalam penelitian ini dianalisa menggunakan software AMOS.5.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Kuesioner disebarkan dengan cara melalui jasa pos dan mengantar langsung kepada responden. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data selama 3 bulan dimulai dari 1
September 2006 sampai dengan 1 Desember 2006. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 350 kuesioner dan yang dikembalikan sejumlah 157 kuesioner, dengan tingkat respon rate
sebesar 44,8. Sebanyak 9 kuesioner tidak dapat diikutsertakan dalam analisis karena pengisian yang tidak lengkap, oleh karena itu jumlah data yang bisa diolah untuk analisis
adalah sebanyak 148 kuesioner.
Uji Kualitas Data
Berdasarkan uji kualiditas data diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah reliabel dan valid sehingga bisa digunakan untuk pengujian hipotesis selanjutnya
hasil uji kualitas data dapat dilihat pada lampiran
Analisis Data
12
Pengujian dan Pembahasan Hipotesa
Setelah dilakukan analisa data menggunakan software AMOS versi 5.0 maka didapat hasil untuk menjawab hipotesis yang diajukan data terlampir
Hipotesis 1
Hipotesis pertama menyatakan bahwa semakin tinggi desentralisasi pengambilan keputusan akan menyebabkan tingginya adaptasi pegawai. Hasil uji terhadap parameter
estimasi standardized regression weight antara desentralisasi pengambilan keputusan DPK terhadap adaptasi pegawai ADT menunjukkan ada pengaruh positif 0.144, dengan nilai
critical ratio CR sebesar 6.423 dan nilai p-value . Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ± 1.96 dengan tingkat signifikansi artinya signifikan yaitu p berada di bawah
nilai signifikan 0.05. Dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Osborne dan Gaebler 1992, yang
menyatakan bahwa organisasi yang menerapkan struktur desentralisasi jauh lebih fleksibel daripada yang tersentralisasi, karena dapat memberikan respon yang lebih cepat terhadap
lingkungan dan kebutuhan yang berubah. Dengan desentralisasi, para aparat pemda mempunyai wewenang dan otoritas mengambil keputusan, pada kondisi ini para aparat
mampu mengambil keputusan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan lokal dan para pegawai secara cepat merespon perubahan situasi lokal yang terjadi. Hasil ini juga
mendukung penelitian sebelumnya Scott dan Bruce 1994; Tsai 2001, Arbenethy dan Jan Bouwens 2005 yang menemukan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan secara
langsung mempengaruhi adaptasi pegawai.
Hipotesis 2
Hipotesis H2 menyatakan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap diterimanya implementasi SIKD. Dalam hasil pengolahan data menunjukkan nilai
S.E 1.266 dengan nilai critical ratio CR sebesar -0.745 dan nilai p-value 0.456. Nilai CR tersebut berada jauh di bawah nilai kritis ± 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.456 artinya
13
tidak signifikan yaitu p berada di atas nilai signifikan 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat tidak dapat diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan
desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap diterimanya implementasi SIKD ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan
Bouwens 2005. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Susrani 2002 yang menemukan bahwa desentralisasi pengambilan keputusan tidak terbukti
mempengaruhi secara langsung diterimanya perubahan karakteristik Sistem Akuntansi. Perbedaan ini disebabkan kemugkinan disebabkan oleh fenomena yang terjadi di
Indonesia, dimana dengan diterapkannya desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan bergantinya regulasi atau undang-undang yang mengatur pembaruan sistem.
Perubahan pedoman dalam pelakuan SIKD menyebabkan kerancuan dalam implementasi. Para pegawai cenderung mengalami ketidakjelasan tugas, peran dan tujuan dalam kinerja
mereka sehubungan dengan perubahan sistem sehingga mengakibatkan sulitnya penerimaan implementasi SIKD
Hipotesis 3
Hipotesis H3 menyatakan bahwa Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah di mediasi oleh
kemampuan adaptasi para pegawai aparat Pemda. Besarnya pengaruh tidak langsung desentralisasi pengambilan keputusan terhadap
penerimaan implementasi SIKD melalui adaptasi pegawai sebesar 0.772 . Tanda positif tesebut memberi makna bahwa adaptasi pegawai terbukti memediasi antara desentralisasi
pengambilan keputusan dan penerimaan implementasi SIKD. Maka hipotesis H3 yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi Sistem
Informasi Keuangan Daerah di mediasi oleh kemampuan adaptasi para pegawai aparat pemda diterima. Desentralisasi pengambilan keputusan mengakibatkan aparat pemda dituntut
mampu beradaptasi terhadap implementasi sistem. Hal ini sesuai dengat teori adaptasi
14
menurut Buss et.al 1998 dalam Dicky 2000 bahwa adaptasi merupakan salah satu karakteristik yang berkembang secara reliabel yang berarti kemampuan menyesuaikan diri
dengan kondisi yang berubah. Proses adaptasi dari para pegawai pemda membuktikan mampu diterimanya implementasi SIKD.
Hasil ini juga mendukung penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens 2005 yang mengidentifikasikan bahwa desentralisasi mempunyai pengaruh positif terhadap adaptasi dan
adaptasi mengakibatkan sub unit manajer mampu menerima implementasi MAS Management Accounting Sistem secara efektif dan efisien. Adaptasi berperan sebagai
variabel intervening yang memediasi hubungan antara desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya implementasi MAS.
Hipotesis 4 Hipotesis H4 menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh terhadap
keterlibatan aparat pemda dalam mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah SIKD. Dalam hasil pengolahan data menunjukkan ada pengaruh positif 0.148, dengan nilai critical
ratio CR sebesar 7.223 dan nilai p-value . Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ± 1.96 dengan tingkat signifikansi artinya signifikan yaitu p berada di bawah nilai
signifikan 0.05. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan berpengaruh positif
terhadap keterlibatan pegawai dalam merekontruksi SIKD diterima. Desentralisasi akan menjadikan para aparat pemda lebih tahu dan fokus pada
kebutuhan lokal. Seiring dengan otoritas yang didelegasikan kepada aparat pemda kepala dinas,kepala badan, mereka akan semakin bertanggung jawab untuk kinerja departemennya.
Salah satu cara mencapai untuk hal ini adalah dengan menerapkan keterlibatan para pegawai mereka dalam mendesain sistem pada organisasi mereka. .Hasil ini juga mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan Bouwens 2005.
Hipotesis 5
15
Hipotesis H5 menyatakan Pengaruh desentralisasi pengambilan keputusan terhadap diterimanya implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dimediasi oleh keterlibatan
aparat pemda dalam mendesain Sistem Informasi Keuangan Daerah. Besarnya pengaruh tidak langsung desentralisasi pengambilan keputusan terhadap
penerimaan implementasi SIKD melalui pengaruh desain SIKD sebesar 0.834. Maka hipotesis H5 yang menyatakan desentralisasi pengambilan keputusan dan diterimanya
implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dimediasi oleh keterlibatan desain Sistem Informasi Keuangan Daerah diterima.
Atasan yang mendukung implementasi sistem dengan memberikan kebebasan pada pegawainya untuk terlibat dalam mendesain sebuah sistem terbukti membantu diterimanya
implementasi SIKD. Hasil ini sesuai dengan teori TRA Theory of Reasoned Action yang dikemukan Fishben dan Ajzen 1975 mengenai sikap dan perilaku individu dalam
melaksanakan kegiatan yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi informasi, apabila dikaitkan dengan aparat pemda maka dapat dilihat sikap para pegawai pemda
menerima implementasi SIKD merupakan hal yang terjadi akibat dari adanya pengaruh desain SIKD. Para pegawai yang telibat langsung dalam mendesain SIKD dapat melihat segi
positif dan manfaat dari SIKD sehingga membantu proses penerimaan implementasi SIKD. Hal ini juga mendukung teori yang menyatakan bahwa adanya dukungan atas
keterlibatan merekontruksi desain sebuah sistem berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi sistem karena adanya kekuasaan desentralisasi yang dimiliki atasan atas
sumber daya yang dimilikinya. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Arbenthy 2005 yang menemukan bahwa pengaruh desain sistem memediasi secara positif
desentralisasi pengambilan keputusan dan penerimaan implementasi sistem.
Hipotesis 6
Hipotesis keenam menyatakan bahwa penerimaan implementasi SIKD akan menyebabkan tingginya kepuasan pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi standardized regression
16
weight antara penerimaan implementasi SIKD terhadap kepuasan pegawai menunjukkan ada pengaruh positif 0.160, dengan nilai critical ratio CR sebesar 6.447 dan nilai p-value .
Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ± 1,96 dengan tingkat signifikansi artinya signifikan yaitu p berada di bawah nilai signifikan 0,05. Dengan demikian hipotesis
keenam dapat diterima. Kepuasan mengacu pada keyakinan pegawai selaku pengguna sistem, bahwa sistem yang mereka dapatkan memang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan
Ives,1984. Penerimaan implementasi sebuah sistem cenderung berhubungan positif dengan kepuasan pengguna. Penerimaan implementasi sistem oleh pengguna terhadap sistem yang
dikembangkan akan memberikan keyakinan nyata bahwa sistem tersebut mampu memotivasi kinerja mereka Ives,1984.
Pada lingkungan aparat pemda, penerimaan implementasi SIKD merupakan wujud dari keyakinan para pegawai pemda terhadap SIKD bahwa SIKD memang sesuai dengan
yang mereka harapkan dan yang mereka butuhkan. Hasil ini mendukung penelitian Arbenethy 2005 bahwa penerimaan implementasi sistem akan meningkatkan kepuasan
pegawai. Dukungan yang berpengaruh positif dengan diterimanya implementasi SIKD akan meningkatkan kepuasan pegawai.
Hipotesis 7
Hipotesis tujuh menyatakan bahwa penerimaan implementasi SIKD berpengaruh terhadap kinerja. Dalam hasil pengolahan data menunjukkan parameter estimasi
standardized regression weight ada pengaruh positif 0.226 dengan nilai critical ratio CR sebesar 2.843 dan nilai p-value 0.004. Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ±
1,96 dengan tingkat signifikansi 0.004 artinya signifikan yaitu p berada di bawah nilai signifikan 0,05. Dengan demikian hipotesis ketujuh dapat diterima. Teori yang dikemukakan
Macintosh 1994 bahwa penerimaan implementasi sistem merupakan bagian yang sangat penting dalam spektrum mekanisme kontrol keseluruhan yang digunakan untuk memotivasi,
mengukur, dan memberi sanksi tindakan-tindakan para manajer dan karyawan organisasi.
17
Adanya penerimaan implementasi sistem mampu meningkatkan perencanaan dan kontrol aktivitas organisasi dengan lebih baik sehingga meningkatkan kinerja.
Dalam lingkungan pemda peneriman implementasi SIKD akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi sumber daya. Konsekuensi penerimaan implementasi SIKD dapat
membantu pekerjaan lebih efisisen selaras dengan kesesuaian tugas, sehingga disimpulkan bahwa penerapan SIKD akan meningkatkan kinerja. Menurut Hunton 1996 penggunaan
sistem informasi akan meningkatkan kinerja manajerial. Penerimaan implementasi sistem akan membantu para pegawai dalam melaksanakan kegiatan operasional kerja mereka, para
pegawai cenderung akan memberdayakan implementasi sistem semaksimal mungkin sehingga secara otomatis akan meningkatkan kinerja mereka. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Arbenethy dan Jan Bouwens 2005.
Hipotesis 8
Hipotesis delapan menyatakan bahwa pengaruh implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap kinerja operasi para aparat pemda dimediasi oleh kepuasan
kerja aparat pemda Besarnya pengaruh tidak langsung penerimaan implementasi SIKD terhadap kinerja
pegawai melalui kepuasan pegawai sebesar 0.096. Tanda positif tesebut memberi makna bahwa kepuasan pegawai terbukti memediasi antara penerimaan implementasi SIKD dan
kinerja pegawai. Maka hipotesis H8 yang menyatakan terdapat pengaruh antara implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dan kinerja operasi pegawai melalui
kepuasan pegawai diterima. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukan Mawhinney 1990 bahwa terdapat dua hal yang memiliki korelasi kuat dan konsisten dengan diterimanya
implementasi sebuah sistem pemanfaatan teknologi yaitu kepuasan pengguna dan kinerja pada tingkat komptensi sistem.
Merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Strauss dan Syales, yang dikutip Handoko 1992 bahwa kepuasan kerja merupakan hal yang penting untuk aktualisasi diri. Karyawan
18
yang tidak memiliki kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologis. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan
psikologik dan pada gilirannya akan frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan
kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan
dan absensi. Jika kepuasan kerja karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun.
Dengan adanya implementasi SIKD memberikan pengaruh postif terhadap karyawan. Dukungan yang berpengaruh positif dengan diterimanya implementasi SIKD akan
meningkatkan kepuasan pegawai. Apabila kepuasan pegawai meningkat maka akan membantu meningkatkan kinerja pegawai. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Hunton dan Price 1997 yang menguji kemungkinan adanya hubungan antara diterimanya MAS Management Accounting Sistem dan kinerja tak
langsung, yang dioperasionalisasikan lewat kepuasan. Hasil ini juga mendukung penelitian Arbenthy 2005 yang menemukan bahwa kepuasan pegawai memediasi penerimaan
implementasi sistem dengan kinerja pegawai.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan