MANFAAT PENELITIAN URGENSI PENELITIAN

15

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai kemiskinan telah banyak dilakukan dengan berbagai macam metode dan pendekatan. Semuanya bertujuan untuk memecahkan masalah mengurangi dan mengentaskan kemiskinan. Namun kemiskinan itu sendiri tidak pernah hilang bahkan sering cenderung bertambah. Manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan identifikasi kemiskinan di kota Yogyakarta. Identifikasi menyangkut pemetaan, struktur dan area kemiskinan, sehingga diperoleh profil kemiskinan yang relatif lengkap yang dapat dijadikan patokan dalam perlakuan dan penerapan program pengentasan kemiskinan yang tepat. 2. Mengevaluasi program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Dari data responden akan diperoleh gambaran mengapa program pemerintah tidak berjalan dengan baik. Penelitian akan menghasilkan identfikasi masalah kekurangberhasilan program pemerintah. 3. Mengetahui respons kebijakan yang dilakukan oleh penduduk miskin perkotaan terhadap program-program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Dengan mengetahui ekspresi kemiskinan menurut definisi apa yang mereka rasakan mereka, pemerintah dapat merumuskan kebijakan sesuai dengan kebutuhan.

E. URGENSI PENELITIAN

Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat yang miskin adalah tidak memiliki sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh, tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multidimensional, mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain sehingga secara umum masyarakat miskin sebagai suatu kondisi masyarakat yang berada dalam situasi kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasinya. Situasi ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal 16 kehidupannya secara layak manusiawi. Mengingat persoalan yang struktural dan multi dimensi tersebut, maka upaya-upaya penanggulangan kemiskinan seharusnya diletakkan dan dipercayakan kepada masyarakat itu sendiri, dengan dukungan fasilitasi dari pemerintah maupun pihak swasta dunia usaha dan organisasi masyarakat sipil lainnya. Sehingga penanggulangan kemiskinan akan menjadi suatu gerakan masyarakat yang lebih menjamin potensi kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan tersebut, dibandingkan bila dilakukan oleh pemerintah atau pihak di luar masyarakat. Sampai tahun 1997 Indonesia dipandang sebagai perekonomian yang sukses dan menakjubkan. Dimulai pada tahun 1965 pasca rezim Sukarno yang ditandai dengan turunnya GDP sebesar 8 persen, pembangunan mulai tumbuh semenjak adanya booming harga minyak. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk perkotaan di Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan turun drastis dari 38,8 pada tahun 1976 menjadi 9,7 pada tahun 1996. Jumlah penduduk perkotaan yang hidup dibawah garis kemiskinan turun dari 10 juta pada tahun 1976 menjadi 7,2 juta pada tahun 1996. Akan tetapi sejak ekonomi dan politik berubah dinamis di Indonesia pada pertengahan 1997 jumlah penduduk miskin perkotaan pada tahun 1998 naik tajam menjadi 22,6 juta atau 28,8 dari jumlah penduduk perkotaan secara keseluruhan. Tabel 1 Jumlah Penduduk Perkotaan yang Hidup Dibawah Garis Kemiskinan Tahun Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan Jumlah Penduduk di Perkotaan Persentase 1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 10,0 8,3 9,5 9,3 9,3 9,7 9,4 8,7 7,2 25,8 26,9 32,8 33,1 40,3 48,3 56,0 64,9 74,2 38,8 30,8 29,0 28,1 23,1 20,1 16,8 13,4 9,7 17 1998 2003 22,6 10,7 78,5 92,4 28,8 11,6 Begitu pula di kota besar seperti di Yogyakarta pun tak luput dengan permasalahan kemiskinan yang selalu menjadi topik utama guna mencari solusi pengentasan kemiskinan. Penyelesaian problem kemiskinan menjadi salah satu prioritas Pemkot Yogyakarta hingga kini. Namun, alih-alih angka kemiskinan berkurang, namun justru bertambah. Padahal, “intervensi” anggaran yang disediakan pemkot dari tahun ke tahun terus naik. Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Masyarakat Bapemas, angka kemiskinan di Yogyakarta tak kunjung berkurang dalam tiga tahun terakhir. Kondisi seperti ini tentunya akan dapat menjadi beban dalam upaya pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia. Karena, pekerjaan rumahuntuk mengentaskan kemiskinan masih tetap menjadi tantangan yang belum dapat dijawab dengan baik sampai saat ini. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA