Pengertian Hukum Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan

15 BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Hukum Ketenagakerjaan

2.1.1 Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Pada prinsipnya pengertian hukum perburuhan tidak berbeda dengan hukum ketenagakerjaan, hanya saja istilah ketenagakerjaan lebih luas dari pada hukum perburuhan. Ada beberapa pengertian hukum perburuhan menurut beberapa ahli, yaitu: 2.1.2.1 Molenaar “Hukum perburuhan Arbeidstrecth adalah bagian dari hukum yang berlaku, yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan penguasa.” 2.1.2.1 Mr. M. G. Levenbach “Hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan kehidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja.” 2.1.2.2 Imam Soepomo “Hukum perburuhan sebagai himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.” 16 Mengkaji pengertian di atas, pengertian yang diberikan oleh pakar hukum indonesia Imam Soepomo tampak jelas bahwa hukum perburuhan setidak-tidaknya mengandung unsur: 1 Himpunan peraturan baik tertulis dan tidak tertulis 2 Berkenaan dengan suatu kejadianperistiwa 3 Seseorang bekerja pada orang lain 4 Upah Lalu Husni, 2003: 17. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kesimpulan hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis, maupun yang tidak berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah. Menurut Abdul Khakim, mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian yang sangat luas dan untuk menghindarkan adanya kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah lain yang kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan hubungan industrial, maka Abdul Khakim berpendapat bahwa “istilah Hukum Ketenagakerjaan lebih tepat dibanding dengan istilah Hukum Perburuhan” Abdul Khakim, 2003:5.

2.1.2 Ketenagakerjaan

Pengertian ketenagakerjaan menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sedangkan pengertian Tenaga Kerja menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah: “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.“ Berdasarkan uraian tersebut diatas maka tenaga kerja merupakan tulang punggung pembangunan yang dalam ini adalah pertumbuhan industri, 17 maka kegiatan yang dilakukan, akan mengandung aspek hubungan sosial, hubungan hukum, dan hubungan antar dan inter organisasi yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban dan dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja menurut ketentuan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi berupa tenaganya sendiri baik fisik maupun fikiran. Ciri khas dari hubungan kerja disini ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah. Iman Soepomo 1992:32 dalam bukunya Pengantar Hukum Perburuhan mengatakan, ”istilah tenaga kerja juga sangat luas, yaitu semua orang yang mampu dan dibolehkan melakukan pekerjaan, baik yang sudah mempunyai pekerjaan-dalam hubungan-kerja atau swapekerja maupun yang belum mempunyai pekerjaan.” Tenaga kerja mempunyai pengertian yang sangat luas karena meliputi 3 tiga kurun waktu yaitu pra employment sebelum memasuki hubungan kerja, during-employment dalam hubungan kerja dan post-employment sesudah bekerja baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja . 18

2.1.3 Pekerja Buruh