Keterpakaian Koleksi Kebutuhan Pengguna

27 surat kabar, majalah dan terbitan lain yang mempunyai kala terbit tertentu. 2 Peta 3 Gambar 4 Brosur, pamflet, booklet dan lain-lain 5 Makalah 2. Tidak Tercetak a. Rekaman gambar, misalnya film, CD, microfilm, mikrofis Sedangkan menurut Yulia 1993:3 jenis bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan adalah : 1. Karya cetak, seperti buku dan terbitan berseri 2. Karya non cetak seperti rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, bahan grafika dan bahan kartografi. 3. Bentuk mikro, seperti mikro film, mikrofis, dan mikroorpague. 4. Karya dalam bentuk eleketronik, seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan tidak hanya dalam bentuk buku tetapi juga ada jenis bahan pustaka lainnya seperti bahan bukan buku yaitu peta, gambar, terbitan berkala dan bahan tidak tercetak seperti rekaman suara, gambar, dan rekaman data digital.

2.4 Keterpakaian Koleksi

Kata tingkat keterpakaian mempunyai dua suku kata yaitu “tingkat” dan “keterpakaian”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002: 615 “tingkat” berarti tinggi rendah, pangkat, derajat, taraf, kelas yang mempunyai makna nilai yang menghasilkan data. Sedangkan kata “keterpakaian” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002: 410 yang kata dasarnya pakai, mempunyai makna guna atau manfaat. Maka dapat ditarik pengertian, tingkat keterpakaian itu adalah data yang menunjukkan banyak tidaknya fasilitas pendukung layanan yang dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Menurut Mount Sount Vincent University dalam Yulvimar 2003 : 11 mengemukakan bahwa ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat keterpakaian koleksi yaitu : 1. Memperhatikan tingkatan judul berdasarkan standar umum, dapat dilihat melalui: a. Katalog perpustakaan b. Bibliografi subjek 28 c. Analisis subjek d. Review essays e. Bibliografi khusus f. Daftar usulan dari staf pengajar 2. Sistem data perpustakaan Mencakup keseluruhan judul dalam subjek tertentu yang berhubungan dengan pengadaan, frekuensi sirkulasi peminjaman dan statistik silang layan 3. Menguji secara langsung ke rak 4. Survei Pengguna tentang cakupan, kedalaman, kesesuaian, dan kemutakhiran koleksi. Sedangkan menurut ISO 11620-1998 ada dua cara untuk mengukur tingkat keterpakaian koleksi, yaitu: 1. Ambil sampel secara representatif dari dokumen yang dimiliki perpustakaan, periksa dan catat apakah setiap dokumen dalam sampel sedang dipinjam atau sedang digunakan. 2. Gunakan sistem komputer untuk menghitung jumlah dokumen yang sedang digunakan di perpustakaan pada hari yang sama.

2.5 Pemanfaatan Koleksi

Pemanfaatan koleksi merupakan kegiatan atau aktivitas pengguna menggunakan koleksi perpustakaan untuk mencari yang dibutuhkan bersifat ilmiah. Uraian tersebut merupakan pengembangan dari pengertian pemanfaatan menurut Kamus Besar Indonesia Kontemporer 2002: 928 yang menyebutkan bahwa pemanfaatan mengandung arti proses, cara, perbuatan pemanfaatan . Menurut Handoko dalam Handayani 2007: 28, bahwa dari segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: 1. Kebutuhan Yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi 2. Motif Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu 3. Minat Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu Faktor eksternal meliputi: 1. Kelengkapan koleksi Banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa 29 2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan 3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali Dari Penyataan diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal yang meliputi kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali.

2.5.1 Tujuan Pemanfaatan Koleksi

Sebagai pusat informasi, perpustakaan dituntut untuk selalu memberikan pelayanan kepada pengguna. Untuk itu perpustakaan terus berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi bahan-bahan yang relevan bagi penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan koleksi. Sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat tercapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 : 1216, ”Tujuan bermakna arahan, haluan jurusan, yang dituju, maksud, tuntutan yang dituntut”. Sedangkan menurut Salim 2002: 928 pengertian pemanfaatan sebagai proses, cara atau perbuatan memanfaatkan. Dari kedua pendapat tersebut diartikan bahwa tujuan pemanfaatan adalah sebagai proses, cara dan perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan koleksi perpustakaan.

2.5.2 Frekuensi Pemanfaatan Koleksi

Tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada penguna. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 : 322, “Arti frekuensi pengguna adalah kekerapan”. Sedangkan menurut Salim 2002 : 425, dijelaskan bahwa ”Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”. 30 Dari definisi di atas diketahui bahwa frekuensi pemanfaatan adalah kekerapan atau keseringan pengguna. Dalam hal ini frekuensi pemanfaatan yaitu keseringan pengguna dalam memanfaatkan koleksi buku komputer.

2.6 Kebutuhan Pengguna

Tujuan dari penyediaan koleksi perpustakaan adalah memenuhi dan bermanfaat bagi kebutuhan pengguna perpustakaan. Untuk dapat mengetahui kebutuhan masyarakat pengguna perpustakaan, pihak perpustakaan harus dapat memahami kebutuhan tersebut, bagaimana yang diinginkan oleh masyarakat penggunanya. Setelah dapat memahami kebutuhan perpustakaan dapat menyediakan koleksi yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan pengguna. Banyak teori yang membahas tentang kebutuhan manusia. Teori-teori kebutuhan tersebut lahir dari ilmu kejiwaan atau lebih dikenal dengan istilah Psikologi. Salah satu teori kebutuhan dikeluarkan oleh Abraham Maslow. Teori kebutuhan berangkai dari Maslow Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam Yusup, 1995:2 : 1. Kebutuhan fisiologis, misalnya haus dan lapar; 2. Kebutuhan rasa aman, misalnya rasa aman dari gangguan dan ancaman; 3. Kebutuhan rasa cinta dan memiliki; 4. Kebutuhan rasa harga diri, seperti rasa prestise, keberhasilan, serta respek pribadi; 5. Kebutuhan rasa aktualisasi diri, misalnya hasrat untuk berdiri sendiri. Manusia memiliki banyak kebutuhan untuk melangsungkan kehidupannya. Mulai dari kebutuhan ragawi sampai kebutuhan yang bersifat rohani. Salah satunya adalah kebutuhan akan informasi. Perpustakaan memiliki masyarakat pengguna yang kebutuhannya terus menerus berubah. Memahami kebutuhan informasi pengguna memerlukan kerjasama antara pengolah informasi dan pengguna informasi. Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam Yusup 1995:8 lebih jauh menjelaskan: ”Karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan, bagaimana caranya agar dapat memecahkan masalah tersebut. Salah satu cara adalah mencari tambahan pengetahuan melalui membaca berbagai media bahan bacaan yang sebagian besar tersedia di perpustakaan- perpustakaan”. 31 Sedangkan menurut Guha dalam Syaffril 2004: 18-19 Ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi: 1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi. 2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna. 3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap. 4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan. Kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut dengan cara mencari dan mengumpulkan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan.

2.6 Pustakawan