perjanjian bilateral tersebut telah dilakukan sesuai ketentuan internasional.
5 Negara pengimpor berhak melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung terhadap situasi dan kondisi penyakit hewan menular dan
berbahaya yang ada di negara pengekspor approval and accreditation. 6 Melengkapi komoditi tersebut dengan Surat Keterangan Kesehatan atau
Sanitasi dan surat keterangan lainnya yang menerangkan bahwa komoditi tersebut bebas dari hama dan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan
manusia, hewan dan lingkungan hidup, disamping menerangkan pemenuhan persyaratan ketentuan teknis seperti tersebut di atas.
7 Pengangkutan komoditi impor tersebut harus langsung ke negara tujuan pengimpor tanpa transit di negara lain, kecuali telah disetujui oleh ke dua
negara dalam perjanjian bilateral atau trilateral dengan ketentuan negara transit minimal mempunyai situasi dan kondisi penyakit hewan yang
sama dengan negara pengimpor. 8 Negara pengimpor berhak melakukan tindakan-tindakan penolakan dan
pencegahan masuknya penyakit hewan menular dan berbahaya, jika dijumpai hal yang mencurigakan, dilaporkan tidak benar atau ada
kemungkinan bahwa komoditi tersebut dapat bertindak sebagai media pembawa hama penyakit hewan menular dan berbahaya.
9 Tindakan karantina diutamakan terhadap hewan yang tidak atau belum sempat dilaksanakan di negara pengekspor sesuai dengan persyaratan
teknis yang telah disepakati
B. Hambatan-Hambatan Pengawasan Karantina Tumbuhan dan Hewan
Dalam pelaksanaan tugasnya di lapangan kiranya menurut hasil penelitian penulis masih terdapat berbagai macam hambatan yang ditemui oleh Balai Besar
Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan yang dapat daiuraikan sebagai berikut :
1. Personil Tenaga personil belum mampu untuk mengungkapkan temuana-temuan
yang menonjol akibat kurangnya penguasaan mengenai materi, terutama di bidang
Universitas Sumatera Utara
teknis pemeriksaan mengingat tenaga personil yang mempunyai bidang keahlian pada satu hal sangat kurang, misalnya tenaga yang memahami masalah tumbuhan
dan hewan dan sebagainya. Dari tenaga personil yang ada dirasakan sangat kurang sekali, mengingat
banyaknya jumlah jenis tumbuhan dan hewan yang akan diawasi dan diproses. Jika dibandingkan dengan keadaan dan situasi serta luas wilayah kerjabidang
pengawasan Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan, maka idealnya aparat pengawasan yang harus ada di daerah Balai Besar Karantina
Tumbuhan dan Hewan Belawan dapat disesuaikan. 2. Sarana Pendukung Operaisonal
Dalam menjalankan tugasnya para pemeriksa pada Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan pada umumnya peralatanyang dipergunakan
kurang didukung oleh teknologi yang canggih sehingga mengakibatkan pemeriksaan terhadap tumbuhan dan hewan yang membahayakan bagi kesehatan
kurang dapat diperiksa dengan hasil yang maksimal. 3. Tindak Lanjut
Hambatan yang dirasakan lainnya adalah saeringnya tindak lanjut hasil pemeriksaan kurang ditanggapitidak ditanggapi oleh pihak yang menjadi obyek
yang diperiksa, sehingga aparat pengawasan Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan seolah-olah dianggap bekerja hanya untuk main-main dan
menjadikan objek yang diperiksa meremehkan aparat pengawasan. 4. Mentalitas Aparat Yang Diperiksa
Adanya objek yang diperiksa khususnya tumbuhan dan hewan dimana pemilik tumbuhan dan hewan atau suatu badan usaha belum menyadari betapa
pentingnya arti pengawasan sehingga mereka merasa antipati apabila pihak Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan melakukan pemeriksaan dan
mengakibatkan ditemuinya kesulitan-kesulitan yang seharusnya tidak terjadi dalam proses pemeriksaan.
5. Pengusaha Abaikan Sertifikasi Karantina Pelaku usaha di Sumatera Utara dinilai masih mengabaikan proses
sertifikasi Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan, Medan. Penilaian itu didasarkan pada banyaknya kasus penolakan produk Indonesia melalui Pelabuhan
Universitas Sumatera Utara
Belawan di luar negeri yang tidak memenuhi standar sertifikasi di negara tujuan ekspor.
Pelaku usaha tidak serius melengkapi sertifikasi yang diminta negara tujuan. Tanpa kelengkapan itu produk mereka tidak akan bisa diterima. Pengusaha
ingin mengambil keuntungan sebesar-besarnya dengan mengabaikan sertifikasi.
27
Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan menyesalkan keengganan pengusaha melakukan melaporkan produknya kepada balai karantina. Tindakan pengusaha
itu, kata dia, berdampaknya pada kelangsungan ekspor produk serupa di negara tertentu. “Padahal tujuan pemerintah memberlakukan sertifikasi pada setiap
produk ekspor untuk melindungi kepentingan usaha. Jika tidak dilakukan, selain terjadi penolakan barang, kredibilitas balai karantina akan turun di mata dunia
internasioal.
28
Pada bulan yang sama, produk kayu karet 19.112 kg ditolak untuk negara tujuan China. Pada Oktober, 72.000 kg lidi sawit ditolak otoritas pelabuhan Pakistan, dan
pada bulan yang sama Jepang menolak produk 7.775 batang bunga sansieviera. “Semua kasus penolakan produk itu karena tidak lengkap syarat sertifikasi yang
diminta negara tujuan. Dari catatan Kantor Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan
sepanjang tahun 2009 terdapat enam kasus penolakan produk Indonesia. Kasus penolakan produk itu terjadi untuk pelapis lantai dari kayu pada Januari 2009
sebanyak enam kontainer dengan negara tujuan Guatemala. Pada Februari, produk biji cokelat sebanyak 58.000 kilogram kg dengan tujuan Singapura.
29
Kasus penolakan produk Indonesia di luar negeri bisa dipastikan lebih dari enam kasus selama 2007. Enam kasus yang ada dalam data BBKT adalah kasus yang
sempat tersimpan dalam dokumen tertulis saja. Banyak pengusaha yang baru minta sertifikasi setelah barang berada di tempat tujuan.
30
27
Hasil Wawancara Dengan Hafni Zahara Kabag Pengawasan Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan Tanggal 17 Desember 2010
28
Hasil Wawancara Dengan Hafni Zahara Kabag Pengawasan Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan Tanggal 17 Desember 2010
29
Hasil Wawancara Dengan Hafni Zahara Kabag Pengawasan Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan Tanggal 17 Desember 2010
30
Hasil Wawancara Dengan Hafni Zahara Kabag Pengawasan Balai Besar Karantina Tumbuhan dan Hewan Belawan Tanggal 17 Desember 2010
Universitas Sumatera Utara
Para pengusaha, berupaya melobi pejabat balai karantina agar diterbitkan surat sertifikasi tanpa ada pemeriksaan langsung. Permintaan itu, kata dia, kerap
dilakukan dengan cara menyuap atau memberi sesuatu agar urusan lancar. Hafni mengatakan BBKT tidak bisa memenuhi karena barang sudah ada di negara
tujuan. “Kasus seperti ini banyak terjadi. Mereka diam-diam membawa barang ke luar negeri tanpa melapor terlebih dahulu.
31
C. Upaya-Upaya Dalam Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam Pengawasan Karantina Tumbuhan dan Hewan.