Deskripsi Morphologi, Anatomi dan Prilaku Ulat Sutera Liar Cricula Trifenestrata Helfer (Lepidoptera Saturniidae)

ISSN 1978-3736

PENGARUH KONSENTRASI MINYAK PELUMAS BEKAS TERHADAP PERTUMBUHAN
Lysinibacillus sphaericus strain HytAP-B60
DAN INDEKS EMULSIFIKASI BIOSURFAKTAN YANG DIHASILKANNYA

Diah Suprapti, Muhammad Abdul kィッャAアセ@

Megga Ratnasari Pikoli dan Owi Sandri

AKTIVITAS ANTIBAKTERI PERUSAK PANGAN MINYAK ATSIRI JAHE
(Zingiber officinale) HASIL DISTILASJ

Oede Sukandar, Nani Radiastuti dan Khoeriyah
PERAN HORMON TUMBUHAN PADA PERBANYAKAN Plwneria sp.
SECARA IN VITRO

Ira Ojajanegara
EFEK PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET PADA KERANG HIJAU
(Perna viridis L.) TERHADAP KANDUNGAN LOGAM Hg, Pb DAN Cd


Alfian Owi Prasetyo, Lily Surayya Eka Putri dan Zainal Arifin
EFEK PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP KOMPOSISI DAN DIVERSITAS VEGETASI
POHON DI SEBAGIAN KAWASAN HUTAN HUJAN TROPIS
GUNUNG POHEN BALI

Sutomo dan Oini Fardila
PENGARUH FISIK GOA TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS KELELAWAR PADA
BEBERAPA GOA KARST DI GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN
JAWATENGAH

Fahma Wijayanti, Oedy Ouryadi Solihin, Hadi Sukadi Ali Kodra dan Ibnu Maryanto
SELEKSI TANAMAN GENERASI Fl HASIL PERSILANGAN HEMEROCALLIS KULTIVAR
"AFTER THE FALL" DENGAN "HAPPY RETURN"

Uah Siti Muthmainah, Dasumiati dan Darliah
DESKRIPSI MORFOLOGI, ANATOMI DAN PERILAKU
ULAT SUTERA LIAR Cricula triji!llestrata Helfer (Lepidoptera: Satumiidae)

Suriana, Dedy Duryadi Solihin, R.R. Noor dan A.M. Thohari


"

Jumal
Biologi
ingkungan

Volume

Nomor

Oktober

Halaman

ISSN

4

2


2010

65-132

1978-3736

NMセ@

I|セ@

). 01,0.,J ,e ·1

I ISSN 1978-3736

o

Jumal
Biologi
Lingkungan


Volume
4

Nomor
2

Oktober
2010

Halaman
65-132

ISSN
1978-3736

OIDSKRIPSI MORFOLOGI, ANATOMI DAN PERILAKU
ULAT SUTERA LIAR Cricula trifenestrata Helfer (Lepidoptera: Saturniidae)
Suriana1), Dedy Duryadi Solibin2), セァ@

Nool) dan A.M. Tbobari4)


1) Mayor

Bio Sains Hewan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2)Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; Institut Pertanian Bogor
3)Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor
4)Departemen Konservasi, Fakultas Kehutanan, Institut Per/anian Bogor

Abstract

Cricula trifenestrata Helfer is known as a wild silkworm by the name of the avocado worm, walnut
worm or kipat worm. This study was aimed to describe the morphological, anatomical, and ウー・」セヲゥ@
behaviors in the development phase C. trifenestrata. Samples were obtained from 3 locations
around campus IPB Darmaga, namely Graduation Widya Building parking lot, Cage C FAPET
r DCiimaga Campus IPB 'and Darmaga Bara Tomb Complex. Observations were made at each stage
Qf development, including egg, larvae, pupa and imago. The イ・ウオゥエセ@
showed that egg-shaped oval
with black spots on one end. Egg white, yellowish when newly laying, and turned into gray before
hatching. Eggs were laid in rows on the surface of the upper and lower leaf surfaces of host plants.
Larval instal' I to early third instar young yellow had bright red color and black stripes on the next

instal'. Larva/body was divided based on head-chest and stomach. Head of the larvae had a mouth
appliance, spinneret, and compound eyes. The dorsal chest and abdomen were covered with
feathers. There were 3 pairs of thoracic legs, and 5 pairs of prolegs. Larval abdomen consists of
nine sections. Pupa had yellowish brown color. In the ventral, it was contained the head, chest and
abdomen. Imago had yellowish brown color. Females imago were larger than males imago. Front
wing of females imago had typically 3 transparent spots, while males imago had only 2 spots.
Anatomy of the fifth instar larvae was dominated by the silk gland, in addition to their visceral
tools. Typical behavior of C. trifenestrata is that the egg laying and cocoon formation.
Key words: C. trifenestrata, wild silkworm, morphology, anatomy, behaviour

PENDAHULUAN
Serangga dari famili Bombycoidae dan
Saturniidae merupakan serangga (ngengat)
yang menguntungkan (beneficial insect), sebab
serangga tersebut menghasilkan kokon sebagai
sumber serat sutera alamo Terdapat sekitar
400-5000 spesies ngengat penghasil sutera,
tetapi hanya 8 spesies yang telah digunakan
secara komersial, dan yang telah didomestikasi
hanya Bombyx mori (famili Bombycoidae).


Ngengat B. mori menghasilkan 99%
dari sutera di dunia (Dingle dkk., 2005).
Hanya 1% serat sutera lainnya yang dihasilkan
oleh beberapa spesies ulat sutera liar famili
Saturniidea. mat sutera liar dari famili tersebut
antara lain: Antheraea mylitta (tasar
silkworm), A. assama (Muga silkworm), A.
royle; dan Samia cinthya ricini yang endemik
di India (Mahendran dkk., 2006; Arunkumar
dkk., 2008); A. yamamai (Japanese oak
silkworm) yang endemik di Jepang (Tamura,

124
Jurnal Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

•Suriana dkk.

Des!t7ipsi Morfologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar


1987); A. pernyi (Chinese oak silkworm) yang
endemik di Cina (Liu, 2008); A. proylei, hibrid
dari A. pemyi dan A. roylei yang terdapat di
India (Arunkumar dkk., 2008; Kakati dan
Chutia, 2009),
Attacus atlas (fagaria
silkmoth) yang terdapat di India dan Indonesia
(Kalshoven, 1981; Mahendran dkk., 2006;
Kakati dan Chutia, 2009); dan C. trifenestrata
yang tersebar di kawasan Asia dan Amerika
Latin (Situmorang, 1996; Tuskes dkk., 1996;
Kakati dan Chutia, 2009).
Umumnya Satumiidae terdapat pada
hutan tropis dan subtropis, dengan keragaman
terbesar di daerah tropis Dunia Barn dan
Meksiko (Tuskes dkk., 1996). Nassig dkk.
(1996) te1ah mempublikasikan Saturniidae
Indonesia, khususnya yang ditemukan di
Sumatera.
Famili

Saturniidae
yang
ditemukannya meliputi 8 genus yang terdiri
dari 25 spesies, yaitu genus Attacus,
Archaeoattacus, Samia, Actias, Cricula,
Anthereae, Leopa dan Lemaireia. Tiga spesies
dari famili Saturniidae ditemukan di Vietnam,
yaitu C. trifenestrata Helfer 1837, C. jordan
Bryle 1944 dan C. vietname nsp (Nassig dan
Naumann, 1999). Di Malaysia Barat
ditemukan 3 spesies, yaitu C. elaezia Jordan
1909, C. cameronensis U.L.H Paukstadt 1998
dan C. trifenestrata Helfer 1873. Di pulau
Andamanica India ditemukan C. andamanica
Jordan 1909 yang merupakan salah satu
spesies Cricula endemik. Spesies lain yang
ditemukan di daerah Mindanao (philipina)
sebelumnya diidentifikasi sebagai kelompok
spesies C. elaezia Jordan, namun temyata
mindanaensis.

Spesies IllI
adalah C.
berhubungan
dekat
dengan
C.
qUinquefenestrata Roepke yang ditemukan di
Pulau Sulawesi tetapi berbeda alat kelamin
jantannya. Selain itu, subspesies yang juga
ditemukan di daerah Mindano adalah C.
luzonica kardi ssp. nov (Nassig dkk., 1996).
Meskipun ulat alpukat terdistribusi
luas, beberapa bersifat endemik rli beberapa
pulau di Indonesia, dan telah dimanfaatkan
sutera serta aksesoris,
untuk produksi ウ・ョセエ@

Jurnal Biologi Lingkungan. Volume 4. Nomor 2, Oktober 2010

namun kajian-kajian yang berhubungan

dengan ulat ini masih kurang. Dari analisis
karyotipe, diketahui serangga ini memiliki
kromosom haploid sebanyak 31 buah (Narang
dan Gupta, 1989). Kajian lainnya hanya
terbatas
pada
usaha
menekan
laju
pertumbuhan populasinya pada tanaman
pertaniankhususnya jambu mete ( Ali dan
Karim,
1991; Wikardo
dkk.,
1996;
Syafaruddin dan Rahmatiah, 1999), Di India,
C. trifenestrata lebihdikenal sebagai hama
tanaman mangga (devoliator mango) (Ali dan
Karim, 1991)'
Database taksa sebagai referensi untuk
identifikasi maupun konservasi hewan sangat
dibutuhkan, demikian juga dengan usaha
pemanfaatan dan budidaya C. trifenestrata
sebagai sumber serat sutera alamo Oleh karena
itu, penelitian mengenai deskripsi morfologi
dan anatomi serta perilaku C. trifenestrata
diharapkan dapat
memenuhi
sebagian
kebutuhan tersebut.
METODE PENELITIAN
IllI
dilakukan
di
Penelitian
Laboratorium Biologi Molekuler Pusat
Penelitian Sumber Daya Hayati dan
Bioteknologi IPB. Penelitian dimulai pada
bulan Desember 2009 sampai April 2010.
Sampel diperoleh dari 3 lokasi di sekitar
Kampus IPB, yaitu lapangan parkir Gedung
Widya Wisuda, Kandang C F APET Kampus
Darmaga IPB dan Kompleks Makam Bara
Darmaga.
Materi yang digunakan adalah telur,
larva, pupa, kokon dan imago C. trifenestrata.
Alat yang digunakan adalah alat pengukur,
kamera digital, alat bedah dan kandang
pemeliharan pupa. Beberapa parameter yang
diamati yaitu telur mulai ketika diletakkan
(oviposisi), larva, pupa dan imago. Setiap
karakteristik umum maupun khusus dicatat
dan didokumentasikan. Data-data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan
foto.

125

Suriana dkk.

Deskripsi Moifologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar ,

BASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi dan Perilaku C trifenestrata
C. trifenestrata mengalami metamorfosis sempuma, dari telur-Iarva-pupa-imago.
Berikut ini adalah deskripsi morfologi masingmasing fase perkembangan.

Telur
Telur C. trifenestrata berbentuk lonjong
dan agak gepeng. Pada ujung tumpulnya
terdapat stilus yang tampak sebagai bintik hitam, tempat larva keluar ketika menetas.
Ketika diletakkan (oviposition), telur berwarna
kuning pucat. Wama ini berasal dari cairan
perekat telur yang dikeluarkan oleh induknya.
Telur akan berwama putih setelah kering. Pada
telur fertil, warna akan berubah dari putih
tulang menjadi putih abu-abu menjelang
menetas. Telur diletakkan satu demi satu dan
direkatkan satu sarna lain secara berj ej er
sebaris atau lebih pada permukaan atas dan
atau permukaan bawah daun. Jumlah telur
berkisar 165-325 per induk (Gambar 1).
Perilaku peletakan telur bervariasi
pada
serangga. Pada B. mori telur juga diletakkan
dengan cara bergerombol, tetapi pada serangga
lain seperti kupu-kupu dan Attacus atlas, telur
diletakkan satu persatu (observasi peneliti).
Cara peletakan tersebut berkorelasi dengan
'prediksi' induk betina akan keberhasilan
hidup keturunannya (Fugo dan Arisawa, 1992;
Cappucino, 2000).
Induk
betina
C.
trifenestrata
meletakkan telur dengan gerakan maju sambil
mengepak-ngepakknya
sayapnya
untuk
menjaga keseimbangan. Setelah satu deret
memenuhi pinggiran daun, induk betina akan
memulai peletakan telur di tempat awal. Jika
C. trifenestrata tidak menemukan daun, maka
telur akan melekat pada lubang pelepasan, atau
terlepasas pada substrat tetapi secara
bergerombol. Peletakan telur spesifik untuk
setiap serangga. Hal tersebut disebabkan induk
betina dapat menentukan di tempat mana harns
meletakkan telur, berapa banyak telur yang
harus diletakkan, serta poia peletakkan telur

berdasarkan petunjuk berupa senyawa volatile
antara lain flavonoid yang dikeluarkan oleh
tanaman inang. Induk betina juga memiliki
kemampuan untuk mendeteksi substrat tempat
meletakkan telur' yang meyakinkan bahwa
keturunannya akan tumbuh secara maksimal
(Fanara dkk., 1999; Monique dan Simmonds,
2001). Senyawa kimia yang dikeluarkan oleh
tanaman ketika dimakan oleh serangga juga
dapat berfungsi sebagai petunujuk bagi
serangga
lain
(parasitoid)
untuk
meletakkanlmenyuntikkan
telumya
pada
serangga inang (Colazza dkk., 2004).

Larva
Larva ulat alpukat berbentuk silindris,
berwana kuning muda ketika instar I sampai
awal instar III, dan berwana hitam bergaris
merah pada instar selanjutnya. Ukuran larva
berkisar 1 mm pada instar I dan 50-75 mm
pada instar V. Larva dapat dibedakan atas
kepala, dada dan perut. Pada kepala terdapat
sepasang mata, alat mulut dan spinneret. Dada
teidiri atas 3 ruas, tetapi hanya dapat dikenali
dari kenampakan ventral oleh adanya 3 pasang
kaki toraks. Bagian dorsal dada sekilas seperti
bagian kepala dan bagian perut lainnya, yaitu
beruas-ruas dan pada setiap ruas ditemukan
penonjolan tempat keluamya bulu. Perut
terdiri atas 9 ruas. Pada ruas ke-3 sampai ke-6
masing-masing terdapat sepasang kaki yang
disebut proleg. Proleg ini juga ditemukan
sepasang pada ruas terakhir, diantarai oleh
lubang anal (Gambar 2).
Ciri larva seperti teFsebut di atas,
merupakan ciri yang juga ditemukan pada
larva kebanyakan kupu-kupu dan ngengat. Hal
yang membedakan adalah pola wama, garis
dan bulunya. Pada larva yang tidak berbulu
biasanya terdapat setae (Miller dan Hammond,
2003).

Kokon dan Pupa
Kokon C. trifenestrata berwama
kuning keemasan, merupakan rajutan dari serat
sutera dengan struktur khas yaitu berlubang-

126
Juma/ Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

·

Deskripsi Morfologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar

Suriana dkk.

Gambar 1. Oviposisi dan telur C. Trifenestrata

5

8

6

7

Gambar 2. Larva ulat alpukat: (1) kepala; (2) dada; (3) badan; (4) kaki toraks; (5) kaki palsu; (6)
lubang anal; (7) buIu; dan (8) kaki palsu bagian perut

Gambar 3. Kokon C. trifenestrata

Jumal Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

127

Suriana dkk.

lubang. Kokon ini khas, karena kokon ulat
sutera lainnya tersusun dalam lingkaran utuh,
lubang hanya terdapat pada salah satu
ujungnya yang merupakan jalan keluar imago
ketika eklosi. Istilah kokon (cocoon) umumnya
hanya diberikan pada serangga penghasil
sutera. Sebenarnya struktur ini dibuat sebagai
pelindung bagi serangga fase pupa. Jadi pupa
berada di dalam kokon (Gambar 3). Pelindung
pupa pada kupu-kupu disebut chrysalish
(Miller dan Hammond, 2003), --. atau
kepompong seperti nama yang lazim diberikan
bagi pelindung pupa serangga holometabola
(Chapman, 2000).
Imago

Imago C. trifenestrata menunjukkan
dimorfisme seksual dalam hal ukuran dan ciri
morfologi. Imago jantan cenderung lebih kecil
dibanding imago betina. Seperti namanya,
imago betina memiliki 3 jendela (jenestrata),
yaitu spot atau cincin transparan pada sayap
depannya. Spot seperti itu juga terdapat pada
sayap depan imago jantan, tetapi jumlahnya
hanya 2 buah. Selain itu antena pada imago
betina lebih halus dan tipis dibanding antena
imago jantan yang tampak seperti sisir.
Secara ュッイヲャァセ@
C. trifenestrata
terbagi atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan
perut. Pada kepala terdapat sepasang antenna,
sepasang mata majemrik dan sepasang mata
tunggal. Seluruh permukaan kepala, kecuali
bagian yang disebut di depan, ditutupi oleh
bulu halus. Dada terdiri atas 3 ruas. Pada
setiap ruas bagian ventral terdapat sepasang
kaki, sedangkan pada bagian lateral ruas
pertama dan kedua masing-masing terdapat
sepasang sayap. Perut terdiri atas 9 ruas. Pada
ruas paling belakang terdapat lubang anal
(Gambar 5). Ciri morfologi seperti tersebut di
atas, merupakan ciri yang juga ditemukan pada
serangga lain, khususnya anggota Lepidoptera.
Hal yang membedakan adalah pola/corak,
warna dan jumlah serta posisi spot pada sayap

Deskripsi Moryologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar.

masing-masing serangga (Tuskes dkk., 1996;
Miller dan Hammond, 2003).
Seperti halnya imago Saturnidea
lainnya, imago C. trifenestrata menghabiskan
waktu hidupnya hanya untuk kawin (dan
bertelur bagi imago betina). Imago tidak
memperlihatkan aktivitas makan (Nassig dkk.,
1996; Rath dkk., 2006).
Anatomi C trifenestrata
Beberapa bagian menonjol yang ditemukan
pada bagian dalam larva C. trifenestrata
adalah jejeran trakea dari anterior ke posterior
tubuh, masing-masing berhubungan dengan
spirakel. Pada bagian bawah bangunan ini
terdapat saluran pencernaan makanan yang
membentang dari mulut ke bagian anaL Pada
masing-masing sisi dari saluran makanan
ditempati oleh kelenjar sutera. Kelenjar ini
memanjang dan anterior ke posterior (Gambar
6).
Struktur yang sarna juga ditemukan
pada serangga lain, kecuali bahwa kelenjar
sutera hanya terdapat pada serangga penghasil
sutera
yaitu
famili
Saturniidae
dan
Bombycydae (Mondal dkk., 2007). Jika
saluran pencernaan dibuang maka rongga
::> tubuh ulat alpukat dipenuhi
oleh kelenjar
sutera. Kelenj ar ini bertambah ukuran dan
volumenya sesuai tahap perkembangan.
Perkembangan maksimal teIjadi pada akhir
instar 5 (Gambar 7),
yaitu saat ulat
membentuk kokon. Setelah itu C. trifenestrata
memasuki fase pupa.
Kelenjar sutera pada C. trifenestrata
memiliki bagian..bagian yang sarna dengan
kelenjar sutera pada B. mori. Kelenjar ini
terdiri atas bagian anterior yang berhubungan
dengan lubang pelepasan serat sutera, bagian
tengah (media) yang merupakan tempat
sintesis perekat serat sutera, dan bagian
belakang (posterior) yaitu tempat sintesis serat
sutera (Mondal dkk., 2007).

128
Jumal Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

·

.

Suriana dkk.

Deskripsi Moifologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar

Gambar 4. Pupa C. trifenestrata: (A) jantan; (B) betina; (C) pandangan iateral; (1) mata; (2)
antenna; (3) sayap; (4) plat kaki ; (5) plat genetial; (6) kremaster; (7) spirakel

Gambar 5. Imago C. trifenestrata: (A) betina; (B) jantan; (C) pandangarllateral imago betina; (D)
pandangan ventral imago jantan setelah sayap dipotong

KESIMPULAN
1. Telur C. trifenestrata berbentuk bulat
lonjong dengan bintik hitam pada salah
satu ujungnya. Telur berwarna putih
bam
kekuning-kuningan
ketika
diletakkan, dan berubah menjadi warna

abu-abu menjelang menetas. Telur
diletakkan
secara
berderet
pada
permukaan atas maupun permukaan
bawah daun tanaman inang.

129
Jumal Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

Suriana dkk.

Deskripsi Moifologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar.

o

Gambar 6. Anatomi C. trifenestrata: (1) kepala; (2) saluran'pencemaan; (3) trakea; (4) daerah
kelenjar sutera; (5) daerah anal

Gambar 7. Kelenjar sutera ditarik dari rongga tubuh C. trifenestrata: (1) anterior; (2) median; (3)
posterior
2. Larva instar I sampai awal instar TIl
berwarna kuning muda, dan berwarna
merah terang bergaris hitam pada instar
berikutnya. Tubuh dibedakan atas kepaladada dan perut. Kepala larva memiliki alat
mulut, spinneret dan mata majemuk.
Bagian dorsal dada dan perut ditumbuhi
bulu. Terdapat 3 pasang kaki toraks dan 5
pasang kaki palsu. Perut terdiri atas 9
ruas.
3. Pupa berwana coklat kekuning-kuningan.
Pada bagian ventral terdapat plat kepala,
dada dan perut.

4. Imago berwama coklat kekuningkuningan. Imago betina lebih besar
daripada imago jantan. Pada sayap betina
terdapat 3 spot transparan. Pada sayap
j antan terdapat 2 spot transparan.
5. Anatomi larva instar V didominasi oleh
kelenjar sutera, selain alat-alat viceralnya.
6. PerHaku khas C. trifenestrata adalah pada
peletakan telur dan pembentukan kokon.
DAFTAR PUS TAKA
Ali, M.I. dan M.A. Karim. 1991. Notes on the
biology, behavior and biocontrol agent

130
Jurnal Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

,.
..

Suriana dkk.

Deskripsi kfoJjologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Liar

of
mango
defoliator
Cricula
(Lepidoptera:
trifenestrata
Satuniidae). Pemberitaan Penelitian
Tanaman Industri 1: 83-87.
Arunkumar, K.P., A. Tomar, T. Daimon, T.
Shimada dan l Nagaraju. 2008.
WildSilkBase: An EST Database of
Wild Silkmoths. BMC Genomic 9:
338.
Cappucino, N. 2000. Oviposition Behavior of
Insects Used in the Biological Control
of Weeds. Proceedings of the X
on
International
Symposium
Biological Control of Weeds 4-14 July
1999. Montana State University,
Bozeman, Montana, USA (Neal R.
Spencer, ed.) pp. 521-53l.
Colazza, S., A. Fucarino, E. Peri, G. Salerno,
E. Conti dan F. Bin. 2004. Insect
oviposition induces volatile emission
in herbaceous plants that attracts egg
of
The
Journal
parasitoids.
Experimental Biology 207: 47-53.
Dingle, J.G., E. Hassan, M. Gupta, D.
George, L. Anota dan H. Begum.
2005. Silk Production in Australia.
Rural Industries Research and
Development Corporation 5: 105.
Fanara, J.J., A. Fontdevala, E.E. Hasson.
1999. Oviposition preference and life
history traits in cactophilic Drosophila
koepferae and D. buzzatii in
association with their natural hosts.
Evolutionary Ecology 13: 173-190.
Fugo, H. dan N. Arisawa. 1992. Oviposition
Behavior of Moth which Mated with
Males Sterilized by High Temprature
in the Silkworm Bombyx mori. J. Serio
Sci. Japan 61: 110-115.
Gupta, M.L. dan R.C. Narang. 1981.
Karyotype and meiotic mechanism in
Muga silkmoths, Antheraea compta
Roth. and A. assamaensis (Helf)
(Lepidoptera: Saturniidae). Genetics
57: 21-27.

Jurnal Biolog; Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010

Kakati, L.N. dan B.C. Chutia. 2009. Diversity
and ecology of wild sericigenous
insect in Nagaland India. Tropical
Ecology 50: 137-146.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in
Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta.
Liu, Y., Y. Li, M. Pan, F. Dai, X. Zhu, C. Lu
dan Z. Xiang. 2008. The complete
mitochondrial genome of the Chinese
oak silkmoth, Antheraea pemyi
(Lepidoptera:
Saturniidae).
Acta
Biochem. Biophys. Sin. 693-703.
Mahendran, B., S.K. Ghosh dan S.C. Kundu
Se. 2006. Molecular phylogeny of
silk-producing insect based on 16S
ribosomal RNA and cytochrome
oxidase subunit I genes. J. Genet. 85:
31-38.
Miller, lC. dan P.e. Hammond. 2003.
Lepidoptera of the Pacific Northwest:
Caterpillars and Adults. Dalam
Identification of Caterpillars and
Adults. Forest Health Technology
Enterprise Team. FHTET.
Mondal, M., K .. Trivedy dan S.N. Kumar.
2007. The silk protein, sericin, fibroin
in silkworm Bombyx mori Linn.: a
review. J. Env. Sci. 5: 63-67.
Monique, S. dan l Simmonds.
2001.
Importance of flavonoids in insectplant
interaction:
feeding
and
oviposisition. Phytochemistry 56: 245252.
Munan, A. 1986. Controlling Cricula
trifenestrata Heif. on cashew tree.
Pemberitaan Penelitian Tanaman
Industri 12: 36-40.
Nassig, W.A. dan S. Nauman. 1999.
Saturniidae of Vietnan.
Senckenbergiana Biologica 78: 187.
Paukstadt, U., S. Naumann, L.H. Paukstadt
dan T. Bouyer. 1995. Beschreibung
des bisher unbekannten Weibchens
von Samia,. peigleri Naumann &
Nassig 1995 von Sulawesi, Indonesien

131

Suriana dkk.

Deskripsi Moifologi, Anatomi dan Perilaku Ulat Sutera Lim;,

(Lepidoptera:
Saturniidae).
Entomologische Zeitschrljt (Essen)
105: 485-487.
Rath, S.S., M.K. Singh dan Suryanarayana.
2006. Change in rate of feeding and
assimilation in Antheraea mylitta fed
on two mayor food plant and its effect
on silk production and reproduction.
Agricultural Joumal 1: 24-27.
Situmorang, J. dan S.D. Mulatni. 2002.
Preference test of egg deposition of
Cricula
trifenestrata
Helf
(Lepidoptera: Saturniidae) on the host
plant of parent stock and other host
plant. Int. J. Wild Silkmoth Silk 7: 1923.
Syafaruddin, M. dan D. Rahmatia D. 1999.
Field trial of Beauveria bassina to
Canarium moth (Cricula trifenestrata)
on crop. Pemberitaan Penelitian

Tanaman Industri 429-432.
Tamura, T., H. Inoue dan Y. Suzuki. 1987.
Fibroin gen of Antheraea yamamai and
Bombyx mori are different in their core
region but reveal a striking sequence
similarity their 5' end. and 5' flanking
region. Mol. Gen Genet. 207: 189-195.
Tukes, P.M., J.P. Tuttle dan M.M Collins.
1996. The Wild SilkMoth o/North
America. Cornell University Press.
USA.
Wikardi, E.A., Wiratno dan Siswanto. 1996.
Beberapa hama tanaman jambu mete
dan
usaha
pengendaliannya.
Pemberitaan Penelitian Tanaman
Industri 124-13 L

132
Jumal Biologi Lingkungan, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2010