Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

EKSPLORASI POTENSI LIMBAH IMAGO ULAT SUTERA
LIAR Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

HARYATI ISTIQOMAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi Potensi
Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014
Haryati Istiqomah
NIM B04100199

ABSTRAK
HARYATI ISTIQOMAH. Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh DAMIANA RITA
EKASTUTI dan USAMAH AFIFF.
Ulat Sutera Liar Attacus atlas merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang
tersebar dari Aceh hingga Papua. Budidaya ulat sutera liar Attacus atlas telah
mulai dilakukan seiring dengan pemintaan pasar yang tinggi terhadap kokon ulat
tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi limbah imago yang
dihasilkan oleh budidaya ulat sutera liar Attacus atlas sebagai sumber bahan
pakan alternatif dan potensi sebagai antimikroba. Uji yang dilakukan adalah
analisis proksimat dan uji antimikroba dengan menggunakan metode difusi
cakram. Hasil uji menunjukkan bahwa imago ulat sutera liar Attacus atlas
mengandung protein 75.57%, lemak 5.94%, abu 3.80%, dan 14.64% bahan
ekstrak tanpa nitrogen dari bahan kering. Hasil ekstrak imago Attacus atlas
berwarna coklat, berbentuk gel, berupa lemak yang berpotensi sebagai sumber
lemak hewani. Ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas tidak menunjukkan

adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas sp,
Streptococcus, maupun Staphylococcus.
Kata kunci: Attacus atlas, antimikroba, imago, kandungan nutrisi

ABSTRACT
HARYATI ISTIQOMAH. Potential Exploration of Waste Wild Silkworm Imago
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by DAMIANA RITA
EKASTUTI dan USAMAH AFIFF.
Wild Silkworm Attacus atlas is an Indonesian native germplasm from
Aceh to Papua. Cultivation of wild silkworm Attacus atlas has started in line with
the high market demand on the caterpillar cocoon. The purpose of this study was
to determine the potential of imago waste produced by cultivation of wild
silkworm Attacus atlas as a source of alternative feed ingredients and the potency
as antimicrobial. Proximate analysis was done to find out nutrition in imago of
Attacus atlas, antimicrobial testing using the disk method. The results of the
proximate analysis test imago silkworm Attacus atlas shows that the imago
contains 75.57% protein, 5.94% fat, 3.80% ash, and 14.64% crude fiber from dry
matter. Attacus atlas imago extract is brown, gel, fat as a potential source of
animal fat. Antimicrobial test from 96% ethanol extract of imago Attacus atlas
with the disk method showed no antibacterial activity against Escherichia coli,

Pseudomonas, Streptococcus, and Staphylococcus.
Keywords: Attacus atlas, antimicrobial, imago, nutrition content

EKSPLORASI POTENSI LIMBAH IMAGO ULAT SUTERA
LIAR Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

HARYATI ISTIQOMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul

Nama
NIM

: Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas
(Lepidoptera: Saturniidae)
: Haryati Istiqomah
: B04100199

Disetujui oleh

Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS AIF
Pembimbing I

Drh Usamah Afiff, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet
Wakil Dekan


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanhu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Eksplorasi Limbah Imago Ulat
Sutera Liar Attacus atlas ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dimulai sejak
Desember 2013 hingga April 2014 di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dr Drh
Damiana Rita Ekastuti, MS AIF dan Drh Usamah Afiff, MSc selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan saran, masukan dan semangat kepada penulis.
Terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh Staf bagian Mikrobiologi dan
Fisiologi yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada keluarga besar, Bapak, Mamak, mbak Hati, Mas Heri
dan Ghani Akbar Habibie atas doa dan dorongan untuk kelancaran dan
kemudahan selama penulis menempuh pendidikan sarjana, Danny Hidayat alm
yang menjadi motivasi penulis selama ini, Nazula Shafriani atas segala bantuan
dan motivasinya. Tak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih kepada
penghuni 420 (Mirma, Ocha dan Nilam), sahabat (Tita, Fajar, Uni Windy, Mira,

Alyafie), keluarga Acromion 47, keluarga besar A19 A20 yang senantiasa
mendukung dan membantu penulis selama menempuh pendidikan di Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang diberikan. Akhir kata
semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Oktober 2014
Haryati Istiqomah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


1

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

5

Bahan dan alat

5

Metode Penelitian

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARAN

6
10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

13

DAFTAR TABEL
1 Hasil uji kandungan nutrien imago Attacus atlas

2 Hasil uji ekstrak imago Attacus atlas

6
8

DAFTAR GAMBAR
1 Siklus hidup Attacus atlas
2 Hasil uji ekstrak imago Attacus atlas

3
9

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan plasma nutfah, salah
satunya adalah ulat sutera Attacus atlas. Hewan penghasil benang sutera ini
tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua. Saat ini, ulat sutera
Attacus atlas mulai dibudidayakan oleh masyarakat untuk diambil kokonnya.
Kokon ulat sutera Attacus atlas dapat menghasilkan benang sutera setelah dipintal.
Kualitas benang sutera yang dihasilkan dari ulat sutera Attacus atlas jauh lebih

baik dibanding benang sutera dari ulat sutera Bombyx mori. Selain itu, harga
benang sutera yang dihasilkan dari ulat sutera Attacus atlas jauh lebih tinggi
dibanding benang sutera dari ulat sutera Bombyx mori. Selain menghasilkan
benang sutera, budidaya ulat sutera Attacus atlas juga berpotensi menghasilkan
limbah, salah satunya adalah imago dari Attacus atlas yang mati setelah bertelur.
Limbah berupa imago tersebut dapat menimbulkan polusi lingkungan akibat
degradasi limbah yang cenderung lambat. Selain itu limbah juga menyebabkan
gangguan kesehatan berupa gangguan pernafasan akibat serbuk-serbuk halus yang
terdapat pada imago. Penelitian mengenai Attacus atlas belum banyak dilakukan,
padahal sutera Attacus atlas banyak diminati karena mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi.
Pakan adalah makanan yang diberikan kepada ternak atau hewan peliharaan.
Pakan merupakan faktor utama dalam manajemen peternakan dan pemeliharaan.
Sumber pakan yang berkualitas tentu sangat mempengaruhi produksi ternak.
Pakan yang berkualitas baik akan menghasilkan produksi dan reproduksi yang
baik pula. Menurut Moreki et al. (2012) berbagai jenis serangga telah digunakan
sebagai salah satu sumber pakan alternatif. Salah satu jenis serangga yang dapat
dijadikan sumber pakan alternatif adalah belalang, menurut Farida et al. (2008)
belalang mempunyai kadar protein sebesar 70.26%. Selain belalang, tepung pupa
juga dapat dijadikan sumber protein alternatif pengganti tepung ikan (Mangisah et
al. 2002). Penelitian mengenai kandungan nutrien imago Attacus atlas
sebelumnya belum pernah dilakukan. Sebelum menggunakan sebuah bahan untuk
dijadikan sumber pakan perlu diketahui terlebih dahulu kandungan dalam bahan
pakan tersebut. Analisis proksimat adalah analisis untuk menentukan presentase
nutrien dalam bahan pakan berdasarkan sifat kimianya seperti kadar air, protein,
lemak, ekstrak bebas nitrogen, dan abu. Maka pada penelitian ini dilakukan
analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dari imago Attacus atlas
sehingga dapat digunakan sebagai sumber alternatif protein murah.
Menurut Faatih (2005) kokon sutera Attacus atlas mengandung antimikroba.
Namun belum pernah diteliti apakah dalam imago juga terdapat zat antimikroba.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi imago
Attacus atlas sebagai antimikroba.
Tujuan
Mengetahui potensi limbah imago Attacus atlas sebagai sumber bahan
pakan alternatif dan mengetahui potensi limbah imago Attacus atlas sebagai
antimikroba.

2

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi
limbah imago sebagai sumber bahan pakan alternatif dan sumber antimikroba
yang berasal dari hewan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan kepustakaan mengenai ulat sutera liar Attacus atlas.

TINJAUAN PUSTAKA
Attacus atlas
Ulat sutera liar Attacus atlas banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dan
subtropis seperti di Asia Tenggara, Asia bagian Selatan, Asia Timur daerah
selatan China, Malaysia, Thailand dan Indonesia (Peigler 1989). Klasifikasi
Attacus atlas menurut Peigler (1989) sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthopoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Saturniidae
Genus
: Attacus (Linnaeus)
Spesies
: Attacus atlas (Linnaeus)
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah salah satu serangga yang
memiliki ukuran imago sangat besar dan atraktif. Masyarakat sering menyebut
imago Attacus atlas sebagai kupu-kupu gajah. Imago atau ngengat ini aktif di
malam hari. Menurut Allex (2013) imago betina Attacus atlas memiliki ciri-ciri
antena yang lebih kecil dibandingkan dengan imago jantan. Tubuh imago betina
lebih besar dibanding imago jantan, begitu juga dengan bentang sayapnya.
Bentangan sayap iamgo jantan 15-22 cm sedangkan sayap imago betina 16,25-24
cm (Awan 2007).
Attacus atlas adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa
sempurna, yaitu melewati stadium telur, larva, pupa dan imago. Gambar 1 berikut
menunjukkan siklus hidup Attacus atlas menurut Chin (2012). Menurut Mulyani
(2008) stadia telur ngengat Attacus atlas berlangsung selama satu minggu,
sedangkan stadia larva mencapai waktu satu bulan dan stadia pupa berlangsung
selama 24 hari.

3

Gambar 1
Dimodifikasi dari (Chin 2012) http://butterflycircle.blogspot.com

Serangga sebagai Pakan Ternak
Pakan merupakan satu hal yang sangat penting di dalam peternakan,
keberhasilan suatu usaha peternakan sangat bergantung dari manajemen pakan.
Beberapa aspek penting dalam penyusunan pakan dengan mutu yang baik adalah
bahan baku, standar kebutuhan nutrien ternak, teknik pengolahan, formulasi dan
teknik pencampuran serta kontaminan (Achmadi 2007). Pakan yang seimbang
dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan digunakan sebagai
bahan penyusun. Untuk memilih bahan pakan yang akan digunakan dalam
penyusunan pakan perlu diketahui dahulu kandungan zat makanan dalam bahan
tersebut. Pakan ternak yang baik harus mengandung semua nutrien yang
dibutuhkan oleh tubuh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air,
mineral dan unsur anorganik.
Karbohidrat, protein dan lemak merupakan komponen utama yang harus
terdapat dalam pakan ternak. Karbohidrat adalah zat organik utama penyusun
pakan yang berasal dari tumbuhan. Hampir 50% hingga 75% bahan kering asal
tumbuhan adalah karbohidrat. Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji,
buah dan akar tumbuhan. Protein adalah senyawa organik yang terdiri atas atom
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan terkadang sulfur serta fosfor. Protein
tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relatif besar
(Devi 2010).
Sebuah studi yang dilakukan di Yale pada tahun 1914 oleh Thomas
Osborne membuktikan bahwa kelinci yang diberi protein hewani lebih cepat
bertambah beratnya dibanding kelinci yang diberi asupan protein nabati. Fungsi
lemak pada umumnya adalah sebagai sumber cadangan energi, dan bahan baku
hormon. Sumber protein hewani untuk bahan pakan ternak sebagian besar masih
berasal dari tepung tulang, tepung darah, tepung bulu dan tepung daging tulang.
Namun dewasa ini telah berkembang sumber protein untuk bahan pakan yang
berasal dari serangga, sebab serangga mempunyai kandungan protein dan lemak

4
yang tinggi. Menurut Prasetyawati (2012) kandungan protein total kokon Cricula
trifenestrata Helf. adalah sebesar 94,04%, protein fibroin 92,31%, dan protein
serisin 15,20%.
Antimikroba
Antimikroba adalah substansi kimiawi yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau membunuh mikroorganisme lain (Dorland 1995). Alexander Fleming adalah
penemu antimikroba generasi pertama pada tahun 1927, antimikroba tersebut
adalah penisilin. Terdapat dua jenis antimikroba, yaitu antimikroba sintetis dan
antimikroba non sintetis. Antimikroba sintetis adalah antimikroba yang diperoleh
dari atau dibentuk dan dihasilkan mikroorganisme yang pada umumnya adalah
jamur dan zat sintetis yang dalam jumlah sedikit mempunyai daya hambat atau
membasmi organisme lain (Kuncoro 2009). Antimikroba sintetis mempunyai efek
yang buruk bagi tubuh karena selain mematikan bakteri patogen tetapi juga
mematikan bakteri yang baik bagi tubuh (Yuningsih 2007). Antimikroba alami
adalah antimikroba yang diperoleh dari tumbuhan maupun hewan. Penghambatan
terhadap pertumbuhan koloni mikroba diduga disebabkan karena kerusakan yang
terjadi pada komponen struktural membran sel mikroba (Purwani et al. 2009).
Menurut Ganiswara (1995) antimikroba dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu antimikroba kerja luas (broad spectrum) dan antimikroba kerja sempit
(narrow spectrum). Antimikroba kerja luas mampu menghambat pertumbuhan
dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Contoh
golongan ini adalah tetrasiklin, sefalosporin dan kloramfenikol. Antimikroba kerja
sempit seperti streptomisin hanya aktif terhadap beberapa bakteri saja. Berdasar
cara kerjanya, terdapat beberapa mekanisme kerja antimikroba yaitu (1)
mengganngu metabolisme sel mikroba; (2) menghambat sintetis dinding sel
mikroba; (3) mengganggu permeabilitas membran sel mikroba; (4) menghambat
sintetis protein sel mikroba; dan (5) menghambat sintetis asam nukleat bakteri
(Ganiswara 1995).
Antibiotik mewakili kelompok terbesar dari zat antimikroba. Antibiotik
adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah
kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Saat
ini banyak antibiotik yang digunakan merupakan bentuk modifikasi dari produk
biosintetis mikroorganisme. Seleksi antimikroba yang tepat untuk mengobati
suatu penyakit tergantung dari beberapa faktor, yaitu: (1) sensitivitas
mikroorganisme infektif terhadap zat antimikroba tertentu; (2) efek samping dari
antimikroba; (3) biotransformasi mikroba secara in vivo; dan (5) bahan kimia yang
digunakan dalam antimikroba (Harmita dan Radji 2008).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada akhir bulan Desember 2013 hingga April 2014.
Pemeliharaan imago Attacus atlas dilakukan di Laboratorium Metabolisme

5
Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Uji potensi antimikroba dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian analisis proksimat dari sampel
dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari imago Attacus atlas,
biakan bakteri Gram positif dan negatif, lempengan Mueller–Hinton agar, dan
etanol 96%. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri,
kertas cakram 5 mm, pipet, tabung reaksi, pipet mikroliter, timbangan analitik,
labu Erlenmeyer, spidol, bunsen, oven, evaporator dan orbital shaking incubator.
Metodologi
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 22 Desember
2013 di perkebunan teh Purwakarta, sampel yang diambil berupa kokon Attacus
atlas liar. Kokon tersebut kemudian disimpan dalam suhu ruang dan ditunggu
hingga menjadi imago.
Uji potensi imago Attacus atlas sebagai sumber pakan
Uji yang dilakukan adalah analisis proksimat. Sampel yang diuji berupa
imago Attacus atlas yang telah dikeringkan pada suhu 60oC selama 72 jam,
sampel tersebut kemudian dibuat tepung dan diuji di Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Uji potensi imago Attacus atlas sebagai antimikroba
Ekstraksi sampel
Metode yang digunakan untuk mengekstrak imago adalah metode
maserasi. Imago yang akan diekstrak terlebih dahulu dikeringkan dengan
cara dioven pada suhu 60oC selama 72 jam. Setelah dikeringkan imago
dihaluskan dengan blender kemudian diayak hingga diperoleh serbuk.
Ekstraksi dilakukan dengan pelarut etanol 96%. Metode maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk imago dalam pelarut (etanol) dengan
perbandingan 1:10 (w/v). Maserasi dilakukan selama 24 jam dengan
digoyang secara teratur pada 125 rpm. Maserat yang diperoleh dipisahkan
menggunakan kertas saring dan proses maserasi diulang hingga maserat
yang diperoleh berwarna bening. Semua maserat yang diperoleh
dikumpulkan. Maserat kemudian diuapkan dan dipekatkan menggunakan
rotary evaporator dengan suhu 40oC sampai diperoleh sampel ekstrak
etanol 96% imago Attacus atlas.

6
Uji antimikroba
Pada penelitian ini uji antimikroba yang dilakukan menggunakan
metode difusi cakram. Uji ini menggunakan kertas cakram dengan
perbedaan konsentrasi ekstrak imago untuk mengetahui zona hambat ekstrak
imago terhadap pertumbuhan bakteri.
Pertama lempengan agar ditandai dengan nama, tanggal, konsentrasi
ekstrak imago, dan jenis bakteri. Kemudian cotton bud dicelupkan dalam
biakan bakteri, bakteri digores pada seluruh permukaan lempengan agar.
Untuk mendapatkan pertumbuhan merata, biakan digores secara mendatar,
kemudian lempengan diputar 90o dan goresan kedua lempengan diputar 45o
dan dibuat goresan ketiga. Lempeng dibiarkan mengering selama 5 menit,
kemudian cakram yang telah diberi ekstrak imago dengan berbagai
konsentrasi diletakkan pada permukaan lempengan. Cakram kertas ditekan
dengan menggunakan pinset pada permukaan lempengan, sehingga terdapat
kontak yang baik antara cakram dan permukaan lempengan agar.
Lempengan agar kemudian diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam.
Efektivitas ekstrak imago dilihat dari zona hambat yang terbentuk, berwarna
bening di sekitar kertas cakram.
Analisis Data
Analisis data menggunakan metode deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Imago Attacus atlas sebagai Sumber Bahan Pakan
Imago Attacus atlas yang telah dibuat tepung kemudian diuji. Hasil uji
kandungan nutrien imago Attacus atlas disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrien limbah imago Attacus atlas
dengan uji analisa proksimat
Parameter

Kadar (%) dari BK

Protein

75.57 ± 0.2545

Lemak

5.94 ± 0,4667

Abu

3.80 ± 0,0212

BETN

14.64 ± 0.2474

BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
BK : Bahan Kering

Hasil uji analisis proksimat imago ulat sutera Attacus atlas menunjukkan
bahwa imago tersebut mengandung protein 75.57%, lemak 5.94%, abu 3.80%,
dan 14.64% serat kasar dari berat kering imago. Hasil uji menunjukkan bahwa
imago ulat sutera liar Attacus atlas mengandung protein tinggi dengan kadar
75.57%. Kandungan protein imago Attacus atlas lebih tinggi bila dibandingkan

7
dengan tepung ikan yang hanya mengandung protein sebesar 54% (Rachmawati et
al. 2010). Kandungan protein pada imago Attacus atlas juga tidak berbeda jauh
dengan kandungan protein belalang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Farida et al. (2008) menunjukkan bahwa kandungan protein kasar pada belalang
adalah 70.26%. Kandungan protein imago Attacus atlas lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein pada bungkil kedelai dan meat bone meal yaitu
sebesar 49.45% dan 53.70% (Zuprizali et al. 2001). Semakin tinggi nilai protein
dalam suatu bahan pakan maka pakan yang dihasilkan akan mempunyai nilai
protein yang lebih tinggi pula. Protein berfungsi memperbaiki sel sel tubuh yang
rusak dan membantu pertumbuhan ternak dan meningkatkan produksi ternak.
Menurut Hosang (2010) bahan pakan yang mengandung protein sebesar >60%
berpotensi sebagai pakan ternak.
Lemak merupakan salah satu bahan yang diperlukan oleh tubuh sebagai
sumber dan cadangan energi. Selain sebagai sumber energi, lemak juga berperan
sebagai pembawa vitamin A, D, E, K. Umumnya lemak yang terdapat dalam
bahan makanan dan dalam cadangan lemak hewan berbentuk gliserida (Abun
2009). Imago Attacus atlas mempunyai kandungan lemak sebesar 5.94%.
Kandungan lemak pada tepung imago Attacus atlas tidak berbeda jauh dengan
kandungan lemak pada tepung ikan, yaitu sebesar 8.72% (Rachmawati et al.
2010). Kandungan lemak imago Attacus atlas lebih rendah jika dibandingkan
dengan kandungan lemak pada tepung pupa yaitu 28.93%, kandungan lemak yang
cukup tinggi pada tepung pupa akan mempengaruhi daya simpan tepung pupa
karena tepung tersebut akan mudah mengalami ketengikan (Mangisah et al.
2002). Perbedaan kandungan lemak tersebut menunjukkan bahwa daya simpan
imago Attacus atlas dimungkinkan lebih baik dibandingkan daya simpan tepung
pupa.
Kadar abu merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kandungan
zat anorganik seperti mineral. Kadar abu diperoleh dengan cara pemanasan hingga
600oC. Imago Attacus atlas mengandung abu sebesar 3.80%, kadar tersebut lebih
rendah dibandingkan kadar abu pada tepung ikan sebesar 25.72% (Rachmawati et
al. 2010). Abu merupakan bahan tidak tercernakan sehingga tidak menghasilkan
energi, oleh karena itu sebaiknya kandungan abu dalam bahan pakan bernilai
rendah (Rachmawati et al. 2010). Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen pada tepung
imago Attacus atlas adalah sebesar 16.64%. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
terdiri dari zat-zat monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut
dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi
1994). Bahan ekstrak tanpa nitrogen pada imago Attacus atlas dimungkinkan
berasal dari lapisan kitin, menurut Makfoeld et al. (2002) kitin merupakan polimer
karbohidrat yang terdiri dari N-asetil-glukosamine yang terdapat pada lapisan
dinding sel kulit serangga. Glukosamine telah banyak digunakan sebagai terapi
osteoarthritis pada manusia, menurut Fox dan Stephens (2007) glukosamine dapat
digunakan sebagai terapi untuk gejala osteoarthritis.
Penelitian yang dilakukan Dewi dan Setiohadi (2010) menunjukkan bahwa
tepung pupa Bombyx mori dapat menggantikan penggunaan tepung ikan pada
ransum burung puyuh karena kandungan nutrien dalam ransum mempunyai
kandungan protein dan energi yang relatif sama. Imago Attacus atlas mempunyai
kandungan nutrien yang hampir sama dengan tepung ikan dilihat dari hasil

8
analisis proksimatnya (Tabel 1) berdasarkan hasil tersebut imago Attacus atlas
berpotensi menggantikan tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan.
Potensi Imago Attacus atlas sebagai Antimikroba
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut (BPOM 2010).
Ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan zat aktif yang terkandung di dalam
sampel. Menurut BPOM (2010), terdapat dua jenis ekstraksi yaitu ektraksi panas
dan ekstraksi dingin. Maserasi merupakan salah satu cara ekstraksi dingin.
Ekstraksi imago Attacus atlas dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
etanol 96%. Ekstraksi imago Attacus atlas dari berat kering sebesar 34 gram
diperoleh 3.15 gram hasil ekstrak berupa gel berwarna coklat dengan tekstur
menyerupai lemak. Ekstrak tersebut dapat berpotensi sebagai sumber minyak
hewani yang dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pakan, maupun kosmetik.
Rendemen yang dihasilkan adalah 9.26%. Rendemen menyatakan besarnya hasil
ekstraksi dalam 100% bahan ekstrak yang dinyatakan dalam persen. Rendemen
dihitung dengan cara membagi jumlah hasil ekstraksi dengan jumlah total bahan
sebelum diekstrak dan dikali seratus persen. Hasil ekstrak dipengaruhi oleh jenis
dan perbandingan penyari, suhu serta lama ekstraksi (Amiarsi 2006; Nugroho
2012). Berdasarkan nilai hasil rendemennya, ekstrak imago Attacus atlas dapat
berpotensi sebagai sumber energi, sumber lemak hewani untuk farmasi maupun
kosmetika. Hasil ekstraksi kemudian digunakan untuk uji antimikroba dengan
metode difusi cakram. Pada uji ini digunakan lempengan agar yang telah disemai
bakteri. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme terlihat sebagai wilayah
jernih di sekitar pertumbuhan mikroorganisme (Lay 1994).

Tabel 2 Diameter hambat ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas
Pelarut

Konsentrasi
Bakteri
ekstrak
Escherichia Pseudomonas Streptococcus Staphylococcus
coli
sp

Milimeter
Dimethyl Kontrol
sulfoxide
75%
50%
25%
12,5%
Etanol
Kontrol
75%
50%
25%
12,5%
Akuades Kontrol
75%
50%
25%
12,5%

6

6

6

6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

9

A

B

C

D

Gambar 2 Hasil uji ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas dengan menggunakan
pelarut dimethyl sulfoxide, etanol maupun akuades pada bakteri (A)
Pseudomonas, (B) Staphylococcus, (C) E. coli, (D) Streptococcus
Uji antimikroba pada bakteri Escherichia coli, Pseudomonas sp,
Streptococcus, maupun Staphylococcus terhadap ekstrak Attacus atlas dengan
menggunakan metode Kirby Bauer tidak menunjukkan adanya daya hambat
pertumbuhan bakteri. Hasil uji antimikroba yang dilakukan terhadap keempat
bakteri tidak berbeda dengan kontrol. Hal ini terlihat dari tidak adanya zona
bening di sekitar kertas cakram. Berdasarkan hasil uji antimikroba pada Tabel 2
menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan hasil antara ekstrak imago Attacus
atlas dengan pelarut dimethyl sulfoxide, etanol maupun akuades. Ekstrak imago
Attacus atlas dengan menggunakan penyari etanol 96% dan uji metode difusi
cakram tidak mempunyai daya hambat terhadap bakteri tersebut dimungkinkan
karena hasil ekstraksi masih berupa ekstrak kasar sehingga zat aktif yang
terkandung dalam imago tidak dapat bekerja maksimal.
Imago Attacus atlas diekstraksi menggunakan etanol. Etanol merupakan
pelarut universal yang banyak digunakan untuk proses ekstraksi. Dalam hal
penyarian, etanol memiliki kelebihan dibandingkan dengan air dan metanol
(Salamah & Azizah 2013). Etanol 96% yang digunakan cenderung bersifat non
polar, menurut Saraswati dan Astutik (2011) semakin tinggi konsentrasi etanol
maka semakin rendah tingkat kepolarannya. Menurut Kimball (2008) senyawa
antibakteri larut dalam pelarut non polar. Namun dengan menggunakan etanol
96% senyawa aktif pada imago belum dapat tertarik sempurna. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Roihanah (2012) yang menunjukkan bahwa ektraksi
teripang menggunakan pelarut non polar mempunyai daya hambat antibakteri
yang paling besar. Perbedaan tersebut dapat dikarenakan zat yang diekstrak
berbeda. Ekstrak 96% imago Attacus atlas tidak menunjukkan adanya efektivitas
antimikroba dimungkinkan karena senyawa bioaktif imago Attacus atlas belum
tertarik sempurna saat ekstraksi menggunakan etanol 96%, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai ekstraksi imago Attacus atlas dengan

10
menggunakan berbagai penyari untuk mengetahui efektivitas antimikroba dari
ekstrak imago Attacus atlas dan perlu diketahui jenis senyawa bioaktif pada
imago Attacus atlas.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Limbah budidaya ulat sutera liar Attacus atlas berupa imago dapat
berpotensi sebagai sumber protein untuk pakan ternak. Ekstrak imago Attacus
atlas berbentuk gel berwarna coklat berupa lemak yang berpotensi sebagai sumber
lemak hewani. Ekstrak imago Attacus atlas dengan penyari etaanol 96% yang
diuji menggunakan metode difusi cakram tidak menunjukkan adanya aktivitas
penghambatan terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas sp, Streptococcus,
maupun Staphylococcus.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi limbah imago
Attacus atlas sebagai sumber glukosamine serta aktivitas antimikroba ekstrak
imago Attacus atlas dari berbagai penyari.

DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2009. Lipid dan asam lemak pada unggas dan monogastrik [bahan ajar]. Jatinangor
(ID): Universitas Padjadjaran. [diunduh 2014 Juli 08]. Tersedia pada:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/lipid_dan_asam_lemak.pdf.
Achmadi J. 2007. Kualitas pakan ternak yang baik dan aman untuk mendukung
kesuksesan usaha peternakan. Pertemuan Koordinasi Peternak, Pabrik Pakan,
Pengawas Mutu Pakan dan Dinas Terkait yang Menangani Fungsi Peternakan di
Jawa Tengah; 2007 April 19; Ungaran. Semarang (ID): [Balai Pengujian Mutu
Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian]; [diunduh
2014 Juni 2]. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/1724/1/jachmadi_fp_01.pdf
Allex M. 2013. Karakteristik imago betina ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera:
Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amiarsi D, Yulianingsih, Sabari SD. 2006. Pengaruh jenis dan perbandingan pelarut
terhadap hasil ekstraksi minyak atsiri mawar. J. Hort. 16(4): 356-359.
Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)
dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta
(ID): Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Chin WY. 2012. The atlas moth chronicles. [diunduh pada: 2014 Januari 19]. Tersedia
pada:http://butterflycircle.blogspot.com/2012/08/the-atlas-moth-chroniclesepisode2.html

11
Devi N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta (ID): Kompas.
Dewi SHC, Setiohadi J. 2010. Pemanfaatan tepung ulat sutera (Bombyx mori) untuk
pakan puyuh (Coturnix-coturnix japonica) jantan. J. Agrisains. 1(8): 1-6.
Dorland. 1995. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Kumala P, penerjemah; Nuswantari D,
editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Dorland’s Pocket Medical Dictionary.
Ed ke-25.
Faatih M. 2005. Aktivitas anti-mikrobia kokon Attacus atlas. J. Penelitian Sains &
Teknologi. 6(1): 35-48.
Farida WR, Wardani KK, Tjakradidjaja AS, Diapari D. 2008. Konsumsi penggunaan
pakan pada Tarsius (Tarsius bancanus) betina di Penangkaran. Biodiversitas 9(2):
148-151.
Fox BA, Stephen MM. 2007. Glucosamine hydrocloride for the treatment of osteoarthritis
symptoms. Clinical Interventions in Aging. 2(4): 599-604
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi Bagian Farmakologi. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia.
Harmita, Radji M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Ed ke- 3. Manurung J, editor. Jakarta
(ID): EGC.
Hosang MLA. 2010. Pemanfaatan hama Sexava sebagai pakan unggas. Sulawesi Utara
(ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kimball JW. 2008. Bacteria, Kimball’s Biology Pages. [diunduh pada 2014 Agustus 18].
Tersedia
pada:
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/E/Eubacteria.html.
Kuncoro P. 2009. Uji sensitifitas strain bakteri Salmonella typhi isolat jawa terhadap lima
jenis antibiotik [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Muhammadiyah Semarang.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Makfoeld D, Marseno DW, Hastuti P, Anggrahini S, Raharjo S, Sastrosuwignyo S,
Suhardi, Martoharsono S, Hadiwiyoto S, Tranggono. 2002. Kamus Istilah Pangan
dan Nutrisi. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Mangisah I, Estiningdriati I, Sumarsih S. 2002. Evaluasi nilai nutrisi tepung pupa ulat
sutera dan pengaruh penggunaannya dalam ransum ayam petelur petelur terhadap
performan produksi. Semarang (ID): Univeristas Diponegoro. [diunduh pada: 2014
Juni 25]. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/7829/1/631-ki-fpet-03.pdf .
Moreki JC, Tiroesele B, Chiripasi SC. 2012. Prospects of utilizing insects as alternative
sources of protein in poultry diet in Botswana. J. Anim Sci Adv 2(8): 649-658.
Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan daun
kaliki (Riccinus communis L.) dan jarak papag (Jatropha curcas L.) di
Laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nugroho M. 2012. Pengaruh suhu dan lama ekstraksi secara pengukusan terhadap
rendemen dan kadar albuminikan gabus (Ophiocephalus striatus). J. Teknol.
Pangan. 3(1): 64-75.
Peigler RS. 1989. A Revision of the Indo-Australian Genus Attacus. California (US): The
Lepidoptera Research Foundation, Inc.
Prasetyawati S. 2012. Komposisi protein kokon Cricula trifenestrata Helf. dan kadar
protein, air, abu, flavonoid, tanin daun jambu mete [skripsi]. Yogyakarta (ID): UIN
Sunan Kalijaga.
Purwani E, Hapsari SWN, Rauf R. 2009. Respon hambat bakteri gram positif dan negatif
pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diawetkan dengan ekstrak jahe
(Zingiber officinle). J Kesehatan. 2(1):61-70.
Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan kandungan
nutrisi larva Hermetia ilucens pada bungkil kelapa sawit. J. Entomol. Indon 7(1):
28-41.
Roihanah S, Sukoso, Andayani S. 2012. Aktivitas antibakteri ekstrak teripang Holothuria
sp. terhadap bakteri Vibriyo harveyi secara invitro. J. Exp. Life Sci 2(1): 1-5.

12
Salamah N, Azizah B. 2013. Standarisasi parameter non spesifik dan perbandingan kadar
kurkumin ekstrak etanol dan ekstrak terpurifikasi rimpang kunyit. J. Ilmiah
Kefarmasian. 23 (1): 21-30.
Saraswati ND, Astutik SE. 2011. Ekstraksi zat warna alami dari kulit manggis serta uji
stabilitasnya. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. [diunduh pada 2014
Agustus
8].
Tersedia
pada:
http://eprints.undip.ac.id/36701/1/8.ARTIKEL_PENELITIAN_1.pdf
Yuningsih R. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun Jawer Kotok
(Coleusscutellarioides [L.] Benth.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zuprizali, Ismail A, Karnali M, Supadmo. 2001. Evaluasi Nilai Nutritif Protein Bahan
Pakan untuk ternak unggas. Buletin Peternakan. 25(1): 17-24.

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bantul pada tanggal 4 Mei 1992 sebagai anak bungsu
dari Bapak Maryono dan Ibu Waliyem. Penulis tinggal dan besar di Yogyakarta,
menempuh pendidikan formal di SDN Tamansari II, SMPN 2 Yogyakarta dan
SMAN 2 Yogyakarta. Tahun 2010 penulis lulus ujian tulis Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan penulis bergabung dalam beberapa
organisasi yaitu sebagai anggota Departemen Sosial Lingkungan BEM FKH IPB
pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, anggota Himpunan Minat dan
Profesi Satwa Liar serta Ikatan Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulis
aktif mengikuti seminar dan kepanitaan yang diadakan di lingkungan kampus,
selain itu penulis juga mengikuti magang profesi di beberapa tempat antara lain di
Gembiraloka Zoo Yogyakarta, Cikananga Wildlife Center Sukabumi dan klinik
Kayu Manis Yogyakarta. Penulis beberapa kali terlibat menjadi petugas
pemeriksaan kesehatan hewan dan daging qurban di Kabupaten Bogor, Kota
Depok dan Kota Bogor. Selain itu penulis juga mengikuti Program Kreativitas
Mahasiswa (Tim) pada tahun 2012 dengan judul penelitian Onthel : Bunga Jantan
Sukun (Male Inflorscence Of Artocarpus Altilis) Sebagai Alternatif Lotion
Antinyamuk.