Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae).
PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR
Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Semen Imago
Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Firdauzi Akbar Wicaksono
NIM B04110094
ABSTRAK
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan
DAMIANA RITA EKASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil semen imago jantan ulat
sutera liar Attacus atlas dengan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama
dilakukan dengan mengoleksi semen imago jantan setiap dua jam sejak imago
keluar dari kokon hingga tidak mengeluarkan semen. Perlakuan kedua dilakukan
dengan mengoleksi semen secara terus menerus setelah imago ditunggu empat jam
sejak keluar dari kokon. Semen yang telah dikoleksi dilakukan evaluasi secara
makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan
pertama, rerata volume semen terbanyak adalah pada dua jam pertama yaitu
0.69±0.61 mL dengan kisaran 0.25−1.75 mL. Nilai rerata motilitas dan konsentrasi
spermatozoa tertinggi adalah pada dua jam kedua yaitu 72±10.85% dengan kisaran
50−85% dan 6675±7228×106/ mL dengan kisaran 1025−23625×106/ mL. Nilai
rerata volume semen, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa tertinggi pada
perlakuan kedua didapat pada koleksi pertama yaitu 0.87±0.30 mL dengan kisaran
0.4±1.5 mL, 65±12% dengan kisaran 30−75% dan 4370±2923×106/ mL dengan
kisaran 1450−10725×106/ mL.
Kata kunci: Attacus atlas, imago jantan, profil reproduksi, spermatozoa
ABSTRACT
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Male Imago Semen Profile Wild Silkworm
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by R IIS ARIFIANTINI and
DAMIANA RITA EKASTUTI.
The purpose of this study was to determine the semen profile of wild
silkworm Attacus atlas in two different treatments. The first treatment was
collecting semen continuously in every two hours after it hatched from cocoon until
semen production stopped. The second treatment was performed by collecting
semen continuously after four hours imago hatched from the cocoon. Collected
semen were evaluated by macroscopic and microscopic. The results indicated that
in the first treatment, the average volume of semen that can be collected is the
highest on the first two hours with average volume of 0.69±0.61 mL with a range
0.25−1.75 mL. The average motility value and the highest concentration of
spermatozoa on the second period which was 72±10.85% with interval of 50−85%
for motility and 6675±7228×106/ mL with interval between 1025−23625×106/ mL
for the concentration. The highest average value of the semen volume, motility, and
concentration of spermatozoa on the second treatment was obtained from the first
collection which was 0.87±0.30 mL with interval of 0.4±1.5 mL, 65±12% with
interval between 30−75% and 4370±2923×106/ mL with interval of
1450−10725×106/ mL.
Keywords: Attacus atlas, male imago, reproductive profile, spermatozoa
PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR
Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Banyak ilmu, pelajaran, dan masukan yang bermanfaat dirasakan oleh penulis
selama menyelesaikan karya ilmiah ini, sehingga pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih, kepada:
1. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti,
MS AIF selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan
memberikan arahan, saran, serta masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
2. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB atas segala ilmu bermanfaat
yang telah diberikan.
3. Karya ini penulis persembahkan untuk ayah, ibu, dan keluarga yang ada di
kampung, untuk bapak Bambang dan Ibu Dian serta kedua adik penulis.
4
Fitria Senja Murtiningrum, terima kasih banyak untuk waktunya, kesabaran,
dan semangatnya yang telah diberikan selama penulisan.
5. Bapak Bondan, Mbak Seli, dan Bapak Suganda Rais yang membantu dan
memberikan pengarahan kepada penulis saat melakukan penelitian di URR
FKH IPB.
6. Teman–teman ganglion yang selalu kompak memberikan semangat untuk
kelancaran dan kesuksesan penulisan karya ilmiah ini.
7. Serta semua pihak yang tidak tertuliskan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Pada akhirnya ijinkan penulis memohon maaf kepada semua pihak yang
terkait apabila dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat kelalaian. Semua saran dan
kritik sangat membangun bagi karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Bogor, September 2015
Firdauzi Akbar Wicaksono
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Taksonomi Ulat Sutera Liar Attacus atlas
2
Siklus Hidup Ulat Sutera Attacus atlas
2
Koleksi dan Evaluasi Semen
3
METODE
4
Waktu dan Tempat
4
Alat dan Bahan
4
Metodologi
4
Pengambilan Kokon dan Sexing
4
Penghitungan Bobot Pupa dan Imago
5
Koleksi dan Evaluasi Semen
5
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
6
6
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL
1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua
2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume
total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi
tiap dua jam (Rerata±SD).
3 Volume semen A. atlas, warna semen, konsistensi semen, motilitas dan
konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi terus menerus
(Rerata±SD).
4 Jumlah semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan
kedua (Rerata±SD).
6
7
9
9
DAFTAR GAMBAR
1 Bakal antena pupa betina dan jantan
2 Warna semen A. atlas krem dan putih susu
5
8
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berbagai jenis plasma nutfah
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Melalui suatu
proses budidaya dan pengolahan yang baik, sumber hayati unggulan dapat
dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai jual di pasar nasional maupun
internasional. Ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas) merupakan salah satu plasma
nutfah asli Indonesia yang dapat menghasilkan benang sutera.
Permintaan pasar terhadap benang sutera sangat tinggi. Menurut data yang
dikeluarkan oleh International Silk Association, China merupakan konsumen
terbesar sutera. China membutuhkan kokon dan benang sutera mentah mencapai
37.441 ton, diikuti India dan Nepal yang masing-masing membutuhkan kokon dan
sutera mentah sebanyak 1.529 ton dan 2 ton setiap tahun (ISA 2000). Menurut
Ekastuti (2014) harga benang sutera A. atlas sangat mahal, pada tahun 2009 satu kg
benang dihargai Rp 1.600.000,00 dan sekarang semakin sulit diperoleh. Tingginya
permintaan pasar dan harga tiap kilogramnya menyebabkan masyarakat melakukan
pengambilan kokon yang ada di alam secara besar−besaran. Pengambilan
besar−besaran ini dapat menyebabkan punahnya plasma nutfah asli Indonesia.
Menurut Ekastuti (2012) keberhasilan reproduksi A. atlas masih sangat
rendah akibat keberhasilan hidup di alam hanya 11%. Rendahnya keberhasilan
hidup ini tidak hanya disebabkan karena faktor parasitasi dan predasi, tetapi juga
karena tingginya stres dan faktor alam. Faktor lain yang berpengaruh adalah waktu
keluar imago jantan lebih cepat dari betina sehingga hanya sedikit jantan yang dapat
melakukan perkawinan (Awan 2007). Penyebab lain dari rendahnya keberhasilan
reproduksi adalah jantan dan betina yang bertemu belum tentu melakukan
perkawinan (Nugroho et al. 2014). Permasalahan ini dapat diatasi dengan
pengembangan teknologi reproduksi yaitu inseminasi buatan (IB) (Arifiantini et al.
2013).
Aplikasi IB pada ulat sutera liar A. atlas memerlukan data pendukung
seperti penelitian mengenai karakteristik organ imago jantan (Walidaini 2013) dan
betina A. atlas (Allex et al. 2014), karakteristik semen A. atlas (Rabusin et al. 2014),
preservasi semen (Septiadi et al. 2014), dan waktu optimal koleksi semen (Pramono
2014). Menurut Pramono (2014) koleksi semen dengan volume paling tinggi adalah
pada empat jam setelah imago keluar dari kokon, namun tidak dilakukan
pengamatan mikroskopis secara spesifik setiap dua jam. Pengamatan mikroskopis
dilakukan setelah sepuluh jam imago keluar dari kokon, sehingga secara spesifik
belum diketahui apakah volume koleksi semen yang tinggi diikuti dengan nilai
motilitas dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Nilai motilitas dan
konsentrasi spermatozoa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan preservasi
semen dan IB A. atlas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen imago
jantan A. atlas dengan melakukan pengamatan makro dan mikroskopis setiap semen
yang dikoleksi pada dua perlakuan yang berbeda.
2
Perumusan Masalah
Inseminasi buatan pada ulat sutera liar A. atlas membutuhkan kuantitas dan
kualitas semen yang baik. Peningkatan kuantitas dan kualitas semen dapat tercapai
jika mengetahui jumlah semen maksimal yang dapat dihasilkan oleh imago jantan
serta berapa besar nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa dari setiap koleksi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen (volume semen, warna
semen, konsistensi semen, motilitas spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa)
ulat sutera liar A. atlas sebagai penunjang keberhasilan IB pada A. atlas.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil
semen imago jantan A. atlas serta waktu yang tepat untuk melakukan koleksi semen,
sehingga dapat mendukung penyediaan bibit yang berkesinambungan melalui
pengoptimalan kuantitas dan kualitas semen.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar A. atlas
Attacus atlas merupakan serangga dari daerah tropis yang berpotensi untuk
dijadikan komoditas unggul karena menghasilkan kokon yang dapat diolah menjadi
benang sutera. Taksonomi merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan
penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang beragam (Campbell et al.
2000). Menurut Peigler (1989), A. atlas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili : Saturniidae
Genus : Attacus
Spesies : Attacus atlas ( Linnaeus )
Siklus Hidup A. atlas
Gullan dan Cranston (2000) menyatakan bahwa A. atlas merupakan
serangga yang bersifat holometabola. Holometabola adalah serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Waktu yang
diperlukan A. atlas mulai dari oviposisi (peletakan telur) pertama kali sampai
dengan imago bertelur kembali adalah 64–68 hari dengan pemberian pakan daun
sirsak (Awan 2007).
3
Telur A. atlas memiliki masa inkubasi selama delapan sampai sepuluh hari
(Desiana 2008). Telur memiliki cairan pelekat pada bagian bawahnya yang
berfungsi untuk melekat pada daun (Dewi 2010). Fase telur akan diakhiri dengan
keluarnya larva dari dalam telur. Larva merupakan stadium terlama yaitu 34–47
hari, stadium ini memiliki enam fase instar. Tahap paling lama adalah instar enam.
Tahap ini membutuhkan waktu lama karena terdapat fase dimana larva akan
berubah menjadi pupa dan akan mengokon (Awan 2007; Mulyani 2008).
Larva akan mengeluarkan cairan sutera dan menjadi serabut kokon ketika
cairan tersebut mengering (Dewi 2010). Fungsi kokon adalah menjaga agar kondisi
di dalam kokon tetap sesuai dan melindungi pupa dari pengaruh lingkungan luar
yang dapat mengganggu perkembangan pupa. Pupa akan mengalami pembentukan
sayap, kaki, kepala, dan organ reproduksi di dalam kokon, oleh karena itu kokon
harus selalu dijaga agar organogenesis berlangsung dengan sempurna. Tahapan
pupa dan pengokonan normal berlangsung selama 20–29 hari. Tahapan ini diakhiri
dengan mulai keluarnya imago dari lubang yang terdapat di bagian anterior dari
kokon (Awan 2007).
Imago A. atlas akan keluar dari kokon melalui lubang pada bagian anterior
di dekat tempat penempelan kokon pada daun. Menurut Awan (2007) imago yang
baru keluar dari kokon masih belum bisa terbang dikarenakan sayap imago yang
masih basah. Imago jantan memiliki antena dengan ukuran yang lebih lebar dari
imago betina. Imago jantan memiliki panjang antena 23–30 mm dan lebar 10–13
mm, sedangkan imago betina memiliki panjang antena 17–21 mm dan lebar 3 mm.
Antena imago jantan lebih panjang dan lebar karena berfungsi untuk
mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh imago betina (Mulyani 2008). Menurut
Dewi (2010) perkawinan akan berlangsung ketika imago jantan mendatangi imago
betina yang mengeluarkan feromon. Perkawinan berlangsung selama satu malam
penuh. Beberapa jam kemudian imago betina akan mengeluarkan telur. Menurut
Mulyani (2008) imago betina akan mengeluarkan telur selama 2–6 hari setelah
perkawinan dengan jumlah telur sebanyak 126–380 butir dalam sekali siklus
perkawinan. Umur dari imago jantan sangat pendek yaitu 2–4 hari, sedangkan
imago betina dapat bertahan hidup selama 2–10 hari (Awan 2007).
Koleksi dan Evaluasi Semen
Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara
normal diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu
terjadi kopulasi. Semen dapat dikoleksi dengan berbagai cara untuk keperluan
inseminasi buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan
spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan
oleh kelenjar vesikularis dan sedikit disekresikan oleh testis (Toelihere 1981).
Hafez (1993) mengemukakan bahwa plasma semen sangat penting sebagai
komponen dalam perkawinan alami karena berperan sebagai pembawa dan
protektor bagi spermatozoa. Plasma semen mempunyai fungsi utama sebagai
medium pembawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam
saluran reproduksi hewan betina. Fungsi ini dapat berjalan dengan baik kerena
plasma semen mengandung bahan-bahan penyangga untuk mempertahankan pH
dan menjadi sumber energi bagi spermatozoa (Toelihere 1981).
4
Koleksi semen pada imago jantan A. atlas berbeda dengan ruminansia.
Attacus atlas tidak memerlukan vagina buatan. Koleksi semen langsung dengan
menggunakan microtube yang diletakkan tepat di bawah kloaka dari imago jantan.
Semen akan keluar ketika pangkal sayap dipegang. Evaluasi semen dilakukan
setelah koleksi semen. Terdapat dua jenis evaluasi semen yaitu evaluasi
makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume, warna,
konsistensi dan pH, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa,
konsentrasi dan motilitas spermatozoa, serta abnormalitas spermatozoa (Arifiantini
2012).
Semen A. atlas memiliki karakteristik yang khas dengan morfologi
spermatozoa yang sangat kecil, berbentuk bulat dan tidak memiliki flagela.
Karakteristik makroskopis semen A. atlas, yaitu memiliki volume dengan rerata
0.42±0.47 mL dan kisaran 0.03−1.45 mL, nilai rerata pH 6.49±0.27 dengan kisaran
6.20−7.00, derajat kekentalan semen sedang, warna kuning krem dan bau yang
sangat khas. Karakteristik mikroskopis semen A. atlas, yaitu morfometri
spermatozoa A. atlas sangat kecil dengan ukuran hanya 1 µm, motilitas
spermatozoa 80−90% dan konsentrasi spermatozoa sebesar 318.5±206.61× 6 /mL
(Rabusin et al. 2014).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 di
Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi serta
Unit Reproduksi Rehabilitasi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, adalah kandang kasa,
microtube, gelas objek dan penutup, pipet tetes, termometer, Neubauer Chamber,
mikro pipet, kotak kardus, gunting, mikroskop binokuler (Olympus CH20), kertas
label, kapas, tisu, timbangan digital, dan koran. Bahan-bahan yang digunakan
adalah 21 ekor imago jantan, alkohol 70%, Formol salin, dan NaCl 0.9%.
Metodologi
Pengambilan Kokon dan Sexing
Kokon ulat sutera A. atlas yang digunakan didapat dari perkebunan teh di
daerah Purwakarta, Jawa Barat. Kokon yang digunakan harus hidup dan berkualitas
baik agar kualitas semen yang dihasilkan juga baik. Kokon ditempatkan pada
kandang kasa berukuran (50×50×50) cm3 dengan posisi tidak bertumpukan, hal ini
bertujuan agar ngengat dapat dengan mudah keluar dari kokon. Selanjutnya,
5
dilakukan proses sexing untuk mendapatkan imago jantan dengan cara
menggunting kokon melalui celah pada bagian anterior kemudian melihat bentuk
calon antena pada fase pupa. Pupa dengan calon antena besar akan menjadi imago
jantan, sedangkan pupa yang memiliki antena kecil akan menjadi imago betina.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan dan
kemunculan imago jantan.
A
A
B
B
Gambar 1 Bakal antena pupa betina (A) dan jantan (B)
Penghitungan Bobot Pupa dan Imago
Pupa yang telah dilakukan sexing kemudian ditimbang bobot badan setiap
hari sampai menjadi imago. Imago yang keluar ditimbang dan dikoleksi semennya
sesuai perlakuan. Dilakukan juga penimbangan terhadap bobot badan imago setelah
semen dikoleksi.
Koleksi dan Evaluasi Semen
Koleksi semen dilakukan dengan cara memegang kedua pangkal sayap
imago, kemudian bagian posterior abdomen sedikit dimasukkan ke dalam
microtube dan ditunggu beberapa saat hingga terjadi ejakulasi. Koleksi semen
dilakukan dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama semen dikoleksi pada sepuluh
imago setiap dua jam sejak keluar dari kokon hingga tidak lagi mengeluarkan semen.
Perlakuan kedua semen dikoleksi secara terus menerus pada sebelas imago setelah
ditunggu empat jam sejak keluar dari kokon hingga tidak dapat mengeluarkan
semen. Imago yang tidak dapat ejakulasi disebut dengan imago kering. Setiap
perlakuan menggunakan microtube yang berbeda.
Semen hasil koleksi langsung dievaluasi secara makroskopis dan
mikroskopis. Evaluasi makroskopis dilakukan dengan menimbang semen
menggunakan timbangan digital, menghitung volume semen dengan melihat pada
skala microtube, mengamati konsistensi dengan cara memiringkan microtube dan
mengembalikan ke tempat semula kemudian dilihat reaksi pergerakan semen, serta
memeriksa warna semen secara visual. Pemeriksaan semen secara mikroskopis
menggunakan mikroskop binokuler (Olympus CH20), meliputi gerakan massa,
konsentrasi, abnormalitas, dan motilitas spermatozoa, serta spermatozoa hidup
(Arifiantini 2012). Namun dalam penelitian ini tidak semua parameter dapat
6
diperiksa. Parameter yang dapat diamati pada penelitian ini adalah konsentrasi dan
motilitas spermatozoa.
Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan Neubauer Chamber
dan mikroskop dengan perbesaran 400×. Semen yang akan diperiksa diencerkan ke
dalam formol salin dengan perbandingan 2 µl semen dan 998 µl larutan formol salin.
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan satu tetes
semen pada gelas objek kemudian diencerkan dengan dua tetes NaCl 0.9% dan
dihomogenkan. Mengambil satu tetes dari homogenat kemudian diletakkan pada
gelas objek lain dan ditutup dengan gelas penutup selanjutnya dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop binokuler (Olympus CH20) dengan perbesaran
400×.
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan diuji secara statistik
dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah
yang diamati. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan
menggunakan SPSS 16.0. Data disajikan dalam rerata dan standar deviasi (SD).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bobot badan awal pada perlakuan pertama
adalah 5.16±0.84 g dengan kisaran 3.6−6.2 g. Perlakuan kedua menunjukkan bobot
badan awal sebesar 5.35±0.67 g dengan kisaran 4.1−6.3 g (Tabel 1). Bobot badan
hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan Alvianti (2014) yang
melaporkan bobot imago awal adalah 3.17±0.36 g. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan palatabilitas A. atlas saat tahap larva dan perbedaan jumlah energi yang
dibutuhkan imago untuk keluar dari dalam kokon. Penurunan bobot badan secara
drastis terjadi pada koleksi semen pertama pada kedua perlakuan (Tabel 2 dan 3).
Hasil ini berbanding lurus dengan jumlah semen yang dihasilkan pada koleksi
pertama yang cukup tinggi.
Tabel 1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua
Rerata±SD
BB awalp1 (g)
5.16±0.84
BB awalp2 (g)
5.35±0.67b
*P1: Perlakuan pertama, P2: Perlakuan kedua, SD: Standar Deviasi
Rerata volume semen paling tinggi pada perlakuan pertama adalah koleksi
dua jam setelah keluar dari kokon yaitu 0.69±0.61 mL dengan kisaran 0.25−1.75
mL dan menurun pada jam berikutnya (Tabel 2). Volume semen pada penelitian ini
berbeda dengan Pramono (2014) yang melaporkan volume semen tertinggi adalah
0.57±0.38 mL dengan kisaran 0.06−1.31 mL pada koleksi jam kedua dan menurun
pada jam berikutnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah volume yang dikoleksi
pada jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih tinggi dibandingkan
dengan dua jam berikutnya pada taraf uji 5%.
7
Persentase volume semen tiap koleksi terhadap volume semen total tertinggi
dihasilkan pada koleksi pertama dan kedua yaitu 32±0.20% dengan kisaran
14−69% dan 29±0.12% dengan kisaran 8−51% (Tabel 2). Volume semen pada
koleksi jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih besar dibandingkan
dengan dua jam berikutnya terhadap volume semen total yang dihasilkan pada taraf
uji 5%.
Tabel 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume total,
motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi tiap dua
jam (Rerata±SD).
Parameter
Koleksi
dua
jam ke-
Volume
(mL)
Volume tiap
2 jam/ vol.
total (%)
Warna
Konsistensi
Konsentrasi
Spermatozoa
(×106/ mL)
Motilitas
spermatozoa
(%)
1
0.69±0.61a
32±0.20a
K
Sedang
3900±3520a
63±7.9a
2
0.52±0.17a
29±0.12a
PK
Cair
6675±7228a
72±10.8 a
3
0.25±0.14bc
13±0.07b
PK
Cair
6537.5±9065.8a
38±14b
4
0.17±0.11bc
9±0.07bc
PK
Cair
5769.4±6711.3a
27±0.24bc
5
0.11±0.10bc
6±0.06bc
PK
Sedang
5355±7441a
16±0.17cd
6
0.10±0.85bc
6±0.05bc
PK
Cair
3210±2618a
15±0.17cd
7
0.08±0.16bc
3±0.06c
PS
Sedang
4835±7846.7a
10±12.6de
8
0.04±0.05bc
2±0.03c
PS
Sedang
6460±9483.9a
4±4.6de
0.2±0.00c
PK
Kental
3223±6800a
1±2.2e
9
0.003±0.01c
Total
1.96±2.20
−
−
−
−
−
*SD: Standar Deviasi, K: Krem, PK: Putih keruh, PS: Putih susu ∆BB: Selisih antara bobot badan awal dikurangi bobot
badan setelah ejakulasi dan bobot semen. Huruf superskrip dengan notasi berbeda pada kolom yang sama menyatakan
perbedaan yang nyata (P
Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Semen Imago
Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Firdauzi Akbar Wicaksono
NIM B04110094
ABSTRAK
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan
DAMIANA RITA EKASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil semen imago jantan ulat
sutera liar Attacus atlas dengan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama
dilakukan dengan mengoleksi semen imago jantan setiap dua jam sejak imago
keluar dari kokon hingga tidak mengeluarkan semen. Perlakuan kedua dilakukan
dengan mengoleksi semen secara terus menerus setelah imago ditunggu empat jam
sejak keluar dari kokon. Semen yang telah dikoleksi dilakukan evaluasi secara
makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan
pertama, rerata volume semen terbanyak adalah pada dua jam pertama yaitu
0.69±0.61 mL dengan kisaran 0.25−1.75 mL. Nilai rerata motilitas dan konsentrasi
spermatozoa tertinggi adalah pada dua jam kedua yaitu 72±10.85% dengan kisaran
50−85% dan 6675±7228×106/ mL dengan kisaran 1025−23625×106/ mL. Nilai
rerata volume semen, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa tertinggi pada
perlakuan kedua didapat pada koleksi pertama yaitu 0.87±0.30 mL dengan kisaran
0.4±1.5 mL, 65±12% dengan kisaran 30−75% dan 4370±2923×106/ mL dengan
kisaran 1450−10725×106/ mL.
Kata kunci: Attacus atlas, imago jantan, profil reproduksi, spermatozoa
ABSTRACT
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Male Imago Semen Profile Wild Silkworm
Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by R IIS ARIFIANTINI and
DAMIANA RITA EKASTUTI.
The purpose of this study was to determine the semen profile of wild
silkworm Attacus atlas in two different treatments. The first treatment was
collecting semen continuously in every two hours after it hatched from cocoon until
semen production stopped. The second treatment was performed by collecting
semen continuously after four hours imago hatched from the cocoon. Collected
semen were evaluated by macroscopic and microscopic. The results indicated that
in the first treatment, the average volume of semen that can be collected is the
highest on the first two hours with average volume of 0.69±0.61 mL with a range
0.25−1.75 mL. The average motility value and the highest concentration of
spermatozoa on the second period which was 72±10.85% with interval of 50−85%
for motility and 6675±7228×106/ mL with interval between 1025−23625×106/ mL
for the concentration. The highest average value of the semen volume, motility, and
concentration of spermatozoa on the second treatment was obtained from the first
collection which was 0.87±0.30 mL with interval of 0.4±1.5 mL, 65±12% with
interval between 30−75% and 4370±2923×106/ mL with interval of
1450−10725×106/ mL.
Keywords: Attacus atlas, male imago, reproductive profile, spermatozoa
PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR
Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE)
FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Banyak ilmu, pelajaran, dan masukan yang bermanfaat dirasakan oleh penulis
selama menyelesaikan karya ilmiah ini, sehingga pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih, kepada:
1. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti,
MS AIF selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan
memberikan arahan, saran, serta masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
2. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB atas segala ilmu bermanfaat
yang telah diberikan.
3. Karya ini penulis persembahkan untuk ayah, ibu, dan keluarga yang ada di
kampung, untuk bapak Bambang dan Ibu Dian serta kedua adik penulis.
4
Fitria Senja Murtiningrum, terima kasih banyak untuk waktunya, kesabaran,
dan semangatnya yang telah diberikan selama penulisan.
5. Bapak Bondan, Mbak Seli, dan Bapak Suganda Rais yang membantu dan
memberikan pengarahan kepada penulis saat melakukan penelitian di URR
FKH IPB.
6. Teman–teman ganglion yang selalu kompak memberikan semangat untuk
kelancaran dan kesuksesan penulisan karya ilmiah ini.
7. Serta semua pihak yang tidak tertuliskan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Pada akhirnya ijinkan penulis memohon maaf kepada semua pihak yang
terkait apabila dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat kelalaian. Semua saran dan
kritik sangat membangun bagi karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Bogor, September 2015
Firdauzi Akbar Wicaksono
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Taksonomi Ulat Sutera Liar Attacus atlas
2
Siklus Hidup Ulat Sutera Attacus atlas
2
Koleksi dan Evaluasi Semen
3
METODE
4
Waktu dan Tempat
4
Alat dan Bahan
4
Metodologi
4
Pengambilan Kokon dan Sexing
4
Penghitungan Bobot Pupa dan Imago
5
Koleksi dan Evaluasi Semen
5
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
6
6
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL
1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua
2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume
total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi
tiap dua jam (Rerata±SD).
3 Volume semen A. atlas, warna semen, konsistensi semen, motilitas dan
konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi terus menerus
(Rerata±SD).
4 Jumlah semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan
kedua (Rerata±SD).
6
7
9
9
DAFTAR GAMBAR
1 Bakal antena pupa betina dan jantan
2 Warna semen A. atlas krem dan putih susu
5
8
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berbagai jenis plasma nutfah
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Melalui suatu
proses budidaya dan pengolahan yang baik, sumber hayati unggulan dapat
dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai jual di pasar nasional maupun
internasional. Ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas) merupakan salah satu plasma
nutfah asli Indonesia yang dapat menghasilkan benang sutera.
Permintaan pasar terhadap benang sutera sangat tinggi. Menurut data yang
dikeluarkan oleh International Silk Association, China merupakan konsumen
terbesar sutera. China membutuhkan kokon dan benang sutera mentah mencapai
37.441 ton, diikuti India dan Nepal yang masing-masing membutuhkan kokon dan
sutera mentah sebanyak 1.529 ton dan 2 ton setiap tahun (ISA 2000). Menurut
Ekastuti (2014) harga benang sutera A. atlas sangat mahal, pada tahun 2009 satu kg
benang dihargai Rp 1.600.000,00 dan sekarang semakin sulit diperoleh. Tingginya
permintaan pasar dan harga tiap kilogramnya menyebabkan masyarakat melakukan
pengambilan kokon yang ada di alam secara besar−besaran. Pengambilan
besar−besaran ini dapat menyebabkan punahnya plasma nutfah asli Indonesia.
Menurut Ekastuti (2012) keberhasilan reproduksi A. atlas masih sangat
rendah akibat keberhasilan hidup di alam hanya 11%. Rendahnya keberhasilan
hidup ini tidak hanya disebabkan karena faktor parasitasi dan predasi, tetapi juga
karena tingginya stres dan faktor alam. Faktor lain yang berpengaruh adalah waktu
keluar imago jantan lebih cepat dari betina sehingga hanya sedikit jantan yang dapat
melakukan perkawinan (Awan 2007). Penyebab lain dari rendahnya keberhasilan
reproduksi adalah jantan dan betina yang bertemu belum tentu melakukan
perkawinan (Nugroho et al. 2014). Permasalahan ini dapat diatasi dengan
pengembangan teknologi reproduksi yaitu inseminasi buatan (IB) (Arifiantini et al.
2013).
Aplikasi IB pada ulat sutera liar A. atlas memerlukan data pendukung
seperti penelitian mengenai karakteristik organ imago jantan (Walidaini 2013) dan
betina A. atlas (Allex et al. 2014), karakteristik semen A. atlas (Rabusin et al. 2014),
preservasi semen (Septiadi et al. 2014), dan waktu optimal koleksi semen (Pramono
2014). Menurut Pramono (2014) koleksi semen dengan volume paling tinggi adalah
pada empat jam setelah imago keluar dari kokon, namun tidak dilakukan
pengamatan mikroskopis secara spesifik setiap dua jam. Pengamatan mikroskopis
dilakukan setelah sepuluh jam imago keluar dari kokon, sehingga secara spesifik
belum diketahui apakah volume koleksi semen yang tinggi diikuti dengan nilai
motilitas dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Nilai motilitas dan
konsentrasi spermatozoa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan preservasi
semen dan IB A. atlas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen imago
jantan A. atlas dengan melakukan pengamatan makro dan mikroskopis setiap semen
yang dikoleksi pada dua perlakuan yang berbeda.
2
Perumusan Masalah
Inseminasi buatan pada ulat sutera liar A. atlas membutuhkan kuantitas dan
kualitas semen yang baik. Peningkatan kuantitas dan kualitas semen dapat tercapai
jika mengetahui jumlah semen maksimal yang dapat dihasilkan oleh imago jantan
serta berapa besar nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa dari setiap koleksi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen (volume semen, warna
semen, konsistensi semen, motilitas spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa)
ulat sutera liar A. atlas sebagai penunjang keberhasilan IB pada A. atlas.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil
semen imago jantan A. atlas serta waktu yang tepat untuk melakukan koleksi semen,
sehingga dapat mendukung penyediaan bibit yang berkesinambungan melalui
pengoptimalan kuantitas dan kualitas semen.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar A. atlas
Attacus atlas merupakan serangga dari daerah tropis yang berpotensi untuk
dijadikan komoditas unggul karena menghasilkan kokon yang dapat diolah menjadi
benang sutera. Taksonomi merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan
penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang beragam (Campbell et al.
2000). Menurut Peigler (1989), A. atlas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili : Saturniidae
Genus : Attacus
Spesies : Attacus atlas ( Linnaeus )
Siklus Hidup A. atlas
Gullan dan Cranston (2000) menyatakan bahwa A. atlas merupakan
serangga yang bersifat holometabola. Holometabola adalah serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Waktu yang
diperlukan A. atlas mulai dari oviposisi (peletakan telur) pertama kali sampai
dengan imago bertelur kembali adalah 64–68 hari dengan pemberian pakan daun
sirsak (Awan 2007).
3
Telur A. atlas memiliki masa inkubasi selama delapan sampai sepuluh hari
(Desiana 2008). Telur memiliki cairan pelekat pada bagian bawahnya yang
berfungsi untuk melekat pada daun (Dewi 2010). Fase telur akan diakhiri dengan
keluarnya larva dari dalam telur. Larva merupakan stadium terlama yaitu 34–47
hari, stadium ini memiliki enam fase instar. Tahap paling lama adalah instar enam.
Tahap ini membutuhkan waktu lama karena terdapat fase dimana larva akan
berubah menjadi pupa dan akan mengokon (Awan 2007; Mulyani 2008).
Larva akan mengeluarkan cairan sutera dan menjadi serabut kokon ketika
cairan tersebut mengering (Dewi 2010). Fungsi kokon adalah menjaga agar kondisi
di dalam kokon tetap sesuai dan melindungi pupa dari pengaruh lingkungan luar
yang dapat mengganggu perkembangan pupa. Pupa akan mengalami pembentukan
sayap, kaki, kepala, dan organ reproduksi di dalam kokon, oleh karena itu kokon
harus selalu dijaga agar organogenesis berlangsung dengan sempurna. Tahapan
pupa dan pengokonan normal berlangsung selama 20–29 hari. Tahapan ini diakhiri
dengan mulai keluarnya imago dari lubang yang terdapat di bagian anterior dari
kokon (Awan 2007).
Imago A. atlas akan keluar dari kokon melalui lubang pada bagian anterior
di dekat tempat penempelan kokon pada daun. Menurut Awan (2007) imago yang
baru keluar dari kokon masih belum bisa terbang dikarenakan sayap imago yang
masih basah. Imago jantan memiliki antena dengan ukuran yang lebih lebar dari
imago betina. Imago jantan memiliki panjang antena 23–30 mm dan lebar 10–13
mm, sedangkan imago betina memiliki panjang antena 17–21 mm dan lebar 3 mm.
Antena imago jantan lebih panjang dan lebar karena berfungsi untuk
mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh imago betina (Mulyani 2008). Menurut
Dewi (2010) perkawinan akan berlangsung ketika imago jantan mendatangi imago
betina yang mengeluarkan feromon. Perkawinan berlangsung selama satu malam
penuh. Beberapa jam kemudian imago betina akan mengeluarkan telur. Menurut
Mulyani (2008) imago betina akan mengeluarkan telur selama 2–6 hari setelah
perkawinan dengan jumlah telur sebanyak 126–380 butir dalam sekali siklus
perkawinan. Umur dari imago jantan sangat pendek yaitu 2–4 hari, sedangkan
imago betina dapat bertahan hidup selama 2–10 hari (Awan 2007).
Koleksi dan Evaluasi Semen
Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara
normal diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu
terjadi kopulasi. Semen dapat dikoleksi dengan berbagai cara untuk keperluan
inseminasi buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan
spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan
oleh kelenjar vesikularis dan sedikit disekresikan oleh testis (Toelihere 1981).
Hafez (1993) mengemukakan bahwa plasma semen sangat penting sebagai
komponen dalam perkawinan alami karena berperan sebagai pembawa dan
protektor bagi spermatozoa. Plasma semen mempunyai fungsi utama sebagai
medium pembawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam
saluran reproduksi hewan betina. Fungsi ini dapat berjalan dengan baik kerena
plasma semen mengandung bahan-bahan penyangga untuk mempertahankan pH
dan menjadi sumber energi bagi spermatozoa (Toelihere 1981).
4
Koleksi semen pada imago jantan A. atlas berbeda dengan ruminansia.
Attacus atlas tidak memerlukan vagina buatan. Koleksi semen langsung dengan
menggunakan microtube yang diletakkan tepat di bawah kloaka dari imago jantan.
Semen akan keluar ketika pangkal sayap dipegang. Evaluasi semen dilakukan
setelah koleksi semen. Terdapat dua jenis evaluasi semen yaitu evaluasi
makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume, warna,
konsistensi dan pH, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa,
konsentrasi dan motilitas spermatozoa, serta abnormalitas spermatozoa (Arifiantini
2012).
Semen A. atlas memiliki karakteristik yang khas dengan morfologi
spermatozoa yang sangat kecil, berbentuk bulat dan tidak memiliki flagela.
Karakteristik makroskopis semen A. atlas, yaitu memiliki volume dengan rerata
0.42±0.47 mL dan kisaran 0.03−1.45 mL, nilai rerata pH 6.49±0.27 dengan kisaran
6.20−7.00, derajat kekentalan semen sedang, warna kuning krem dan bau yang
sangat khas. Karakteristik mikroskopis semen A. atlas, yaitu morfometri
spermatozoa A. atlas sangat kecil dengan ukuran hanya 1 µm, motilitas
spermatozoa 80−90% dan konsentrasi spermatozoa sebesar 318.5±206.61× 6 /mL
(Rabusin et al. 2014).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 di
Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi serta
Unit Reproduksi Rehabilitasi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, adalah kandang kasa,
microtube, gelas objek dan penutup, pipet tetes, termometer, Neubauer Chamber,
mikro pipet, kotak kardus, gunting, mikroskop binokuler (Olympus CH20), kertas
label, kapas, tisu, timbangan digital, dan koran. Bahan-bahan yang digunakan
adalah 21 ekor imago jantan, alkohol 70%, Formol salin, dan NaCl 0.9%.
Metodologi
Pengambilan Kokon dan Sexing
Kokon ulat sutera A. atlas yang digunakan didapat dari perkebunan teh di
daerah Purwakarta, Jawa Barat. Kokon yang digunakan harus hidup dan berkualitas
baik agar kualitas semen yang dihasilkan juga baik. Kokon ditempatkan pada
kandang kasa berukuran (50×50×50) cm3 dengan posisi tidak bertumpukan, hal ini
bertujuan agar ngengat dapat dengan mudah keluar dari kokon. Selanjutnya,
5
dilakukan proses sexing untuk mendapatkan imago jantan dengan cara
menggunting kokon melalui celah pada bagian anterior kemudian melihat bentuk
calon antena pada fase pupa. Pupa dengan calon antena besar akan menjadi imago
jantan, sedangkan pupa yang memiliki antena kecil akan menjadi imago betina.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan dan
kemunculan imago jantan.
A
A
B
B
Gambar 1 Bakal antena pupa betina (A) dan jantan (B)
Penghitungan Bobot Pupa dan Imago
Pupa yang telah dilakukan sexing kemudian ditimbang bobot badan setiap
hari sampai menjadi imago. Imago yang keluar ditimbang dan dikoleksi semennya
sesuai perlakuan. Dilakukan juga penimbangan terhadap bobot badan imago setelah
semen dikoleksi.
Koleksi dan Evaluasi Semen
Koleksi semen dilakukan dengan cara memegang kedua pangkal sayap
imago, kemudian bagian posterior abdomen sedikit dimasukkan ke dalam
microtube dan ditunggu beberapa saat hingga terjadi ejakulasi. Koleksi semen
dilakukan dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama semen dikoleksi pada sepuluh
imago setiap dua jam sejak keluar dari kokon hingga tidak lagi mengeluarkan semen.
Perlakuan kedua semen dikoleksi secara terus menerus pada sebelas imago setelah
ditunggu empat jam sejak keluar dari kokon hingga tidak dapat mengeluarkan
semen. Imago yang tidak dapat ejakulasi disebut dengan imago kering. Setiap
perlakuan menggunakan microtube yang berbeda.
Semen hasil koleksi langsung dievaluasi secara makroskopis dan
mikroskopis. Evaluasi makroskopis dilakukan dengan menimbang semen
menggunakan timbangan digital, menghitung volume semen dengan melihat pada
skala microtube, mengamati konsistensi dengan cara memiringkan microtube dan
mengembalikan ke tempat semula kemudian dilihat reaksi pergerakan semen, serta
memeriksa warna semen secara visual. Pemeriksaan semen secara mikroskopis
menggunakan mikroskop binokuler (Olympus CH20), meliputi gerakan massa,
konsentrasi, abnormalitas, dan motilitas spermatozoa, serta spermatozoa hidup
(Arifiantini 2012). Namun dalam penelitian ini tidak semua parameter dapat
6
diperiksa. Parameter yang dapat diamati pada penelitian ini adalah konsentrasi dan
motilitas spermatozoa.
Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan Neubauer Chamber
dan mikroskop dengan perbesaran 400×. Semen yang akan diperiksa diencerkan ke
dalam formol salin dengan perbandingan 2 µl semen dan 998 µl larutan formol salin.
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan satu tetes
semen pada gelas objek kemudian diencerkan dengan dua tetes NaCl 0.9% dan
dihomogenkan. Mengambil satu tetes dari homogenat kemudian diletakkan pada
gelas objek lain dan ditutup dengan gelas penutup selanjutnya dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop binokuler (Olympus CH20) dengan perbesaran
400×.
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan diuji secara statistik
dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah
yang diamati. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan
menggunakan SPSS 16.0. Data disajikan dalam rerata dan standar deviasi (SD).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bobot badan awal pada perlakuan pertama
adalah 5.16±0.84 g dengan kisaran 3.6−6.2 g. Perlakuan kedua menunjukkan bobot
badan awal sebesar 5.35±0.67 g dengan kisaran 4.1−6.3 g (Tabel 1). Bobot badan
hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan Alvianti (2014) yang
melaporkan bobot imago awal adalah 3.17±0.36 g. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan palatabilitas A. atlas saat tahap larva dan perbedaan jumlah energi yang
dibutuhkan imago untuk keluar dari dalam kokon. Penurunan bobot badan secara
drastis terjadi pada koleksi semen pertama pada kedua perlakuan (Tabel 2 dan 3).
Hasil ini berbanding lurus dengan jumlah semen yang dihasilkan pada koleksi
pertama yang cukup tinggi.
Tabel 1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua
Rerata±SD
BB awalp1 (g)
5.16±0.84
BB awalp2 (g)
5.35±0.67b
*P1: Perlakuan pertama, P2: Perlakuan kedua, SD: Standar Deviasi
Rerata volume semen paling tinggi pada perlakuan pertama adalah koleksi
dua jam setelah keluar dari kokon yaitu 0.69±0.61 mL dengan kisaran 0.25−1.75
mL dan menurun pada jam berikutnya (Tabel 2). Volume semen pada penelitian ini
berbeda dengan Pramono (2014) yang melaporkan volume semen tertinggi adalah
0.57±0.38 mL dengan kisaran 0.06−1.31 mL pada koleksi jam kedua dan menurun
pada jam berikutnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah volume yang dikoleksi
pada jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih tinggi dibandingkan
dengan dua jam berikutnya pada taraf uji 5%.
7
Persentase volume semen tiap koleksi terhadap volume semen total tertinggi
dihasilkan pada koleksi pertama dan kedua yaitu 32±0.20% dengan kisaran
14−69% dan 29±0.12% dengan kisaran 8−51% (Tabel 2). Volume semen pada
koleksi jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih besar dibandingkan
dengan dua jam berikutnya terhadap volume semen total yang dihasilkan pada taraf
uji 5%.
Tabel 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume total,
motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi tiap dua
jam (Rerata±SD).
Parameter
Koleksi
dua
jam ke-
Volume
(mL)
Volume tiap
2 jam/ vol.
total (%)
Warna
Konsistensi
Konsentrasi
Spermatozoa
(×106/ mL)
Motilitas
spermatozoa
(%)
1
0.69±0.61a
32±0.20a
K
Sedang
3900±3520a
63±7.9a
2
0.52±0.17a
29±0.12a
PK
Cair
6675±7228a
72±10.8 a
3
0.25±0.14bc
13±0.07b
PK
Cair
6537.5±9065.8a
38±14b
4
0.17±0.11bc
9±0.07bc
PK
Cair
5769.4±6711.3a
27±0.24bc
5
0.11±0.10bc
6±0.06bc
PK
Sedang
5355±7441a
16±0.17cd
6
0.10±0.85bc
6±0.05bc
PK
Cair
3210±2618a
15±0.17cd
7
0.08±0.16bc
3±0.06c
PS
Sedang
4835±7846.7a
10±12.6de
8
0.04±0.05bc
2±0.03c
PS
Sedang
6460±9483.9a
4±4.6de
0.2±0.00c
PK
Kental
3223±6800a
1±2.2e
9
0.003±0.01c
Total
1.96±2.20
−
−
−
−
−
*SD: Standar Deviasi, K: Krem, PK: Putih keruh, PS: Putih susu ∆BB: Selisih antara bobot badan awal dikurangi bobot
badan setelah ejakulasi dan bobot semen. Huruf superskrip dengan notasi berbeda pada kolom yang sama menyatakan
perbedaan yang nyata (P