Dakwah Rasulullah ditinjau dari sudut pendidikan

(1)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “DAKWAH RASULULLAH DITINJAU DARI SUDUT PENDIDIKAN” telah diujikan pada sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari jum’at, tanggal 10 November 2006. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Serjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 10 November, 2006 SIDANG MUNAQASAH

Dekan Pembantu Dekan

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. H. Rosyada, MA Prof. Dr. H Azis Fahrurrozi, MA

Nip. 150 231 356 Nip. 150 202 343

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Muarif Sam, M. Pd. Dra. Hj. Sopiah, M.Ag


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah, Dzat yang tiada duanya yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta karena-Nya juga skripsi ini dapat selesai yang berjudul “DAKWAH RASULULLAH SAW DITINJAU DARI SUDUT PENDIDIKAN”.

Shalawat beriringan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah merubah manusia dari keberingasan kepada rahmatan lilalamin, dari menyembah berhala kepada menyembah Allah Swt.

Sesunguhnya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini, namun satu demi satu, astaqfirullah wal hamdulillah, segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi, tentunya kerena pertolongan Allah dan dorongan berbagai pihak. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada. M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Drs. H Abd. Fatah Wibisono Ketua Jurusan PAI Ekstensi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah


(3)

3. Bapak Sopiudin Sidiq, M.Ag, sekretaris Jurusan PAI Ektensi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Akhmad Shodiq M.Ag, pembimbing yang selalu meluangkan waktunya, sehingga skripsi ini dapat terselsaikan.

5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak, Ibu, dan Dra. Mardhiah, yang selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kakkul, Ruslaini M. Pd, Drs. Azhar, yang telah banyak membantu baik pikiran maupun finansial sehingga skripsi dapat terselsaikan .

8. Zainuddin, Kamaliah, Hasan, Afidah, Atmo Nadia, Asrori Ika, dan seluruh temen-temen PAI, angkat 2002.

Akhirnya penulis hanya berdoa semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi dapat menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca. Amin.

Jakarta , 2006 M/ 1427 H Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 2

D. Metodologi Penelitian ... 3

E. Sistemetika Pembahasan ... 5

BAB II KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ... 7

A. Pengertian Pendidikan Islam ... 7

B. Tujuan Pendidikan Islam ... 9

C. Dasar Pendidikan Islam ... 13

1. Al- Qur’an ... 13

2. As-Sunnah ... 14

3. Ijtihad ... 15

D. Materi Pendidikan Islam ... 16

E. Evaluasi Pendidikan Islam ... 17

BAB III DAKWAH RASULULLAH SAW ... 19


(5)

B. Dakwah Dan Pendidikan ... 22

C. Krateristik Dakwah Rasulullah ... 23

D. Rasulullah sebagai Teladan Dakwah ... 25

E. Dakwah-dakwah Rasulullah Saw ... 27

1. Dakwah Rasulullah di Mekah ... 27

2. Dakwah Rasulullah di Madinah ... 31

BAB IV ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW... 45

A. Aspek Pendidikan Tauhid ... 45

B. Aspek Pendidikan Ibadah ... 51

C. Aspek Pendidikan Moral ... 55

D .Aspek Pendidikan Sosial ... 63

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... . 65

B. Saran ... 66


(6)

C. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rasulullah mengembangkan ajaran Islam selama 23 tahun dalam dua periode yaitu periode Mekah dan periode Madinah, tiga belas tahun di Mekah dan sepuluh tahun di Madinah, yaitu melalui penyampaian dakwah/khutbah Islam, yang mengandung aspek pendidikan yaitu tentang keimanan, ibadah, moral, sosial, dan sebagainya.

Aspek keimanan mengandung pelajaran kehidupan manusia yang bernilai pendidikan merentang kearah pembentukan keperibadian yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aspek Ibadah merupakan latihan rohani agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui pelaksanaan ibadah. Aspek moral yang menyangkut dengan perbuatan manusia yang hubungnnya sangat erat dengan sipat dan pembawaaan yang ada dalam hati seseorang. Aspek sosial yaitu mahluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama.

Keempat aspek tersebut merupakan modal dalam dunia pendidikan terutama dewasa ini dengan arus impormasi dan globalisasi dimana dapat mempengaruh akhlah generasi muda. Dengan demikian dakwah/khutbah Rasulullah saw dapat dijadikan tolak ukur untuk membentuk keperibadian peserta didik menjadi generasi yang beriman, bertaqwa dan bermoral kepada Allah Swt.

Berdasarkan alur pikiran seperti itu, penulis tertarik untuk menganalisa aspek-aspek pendidikan yang terdapat dalam dakwah Rasulullah baik di Mekah maupun di Madinah.


(7)

Yaitu dengan mengkaji masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang diberi judul:

“DAKWAH RASULULLAH SAW DITINJAU DARI SUDUT PENDIDIKAN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar lebih terfokus dan tidak meluas sehingga mengaburkan masalah yang akan dikaji, maka penulis membatasi sebagai berikut:

a. Yang dimaksud dengan dakwah Rasulullah dalam hal ini, adalah khutbah- khutbah yang dilaksanakan oleh Rasulullah di Mekah dan di Madinah b. Yang dimaksud dengan dakwah adalah seruan atau ajakan kepada sesuatu

c. Yang dimaksud sudut pendidikan adalah tinjauan tentang aspek-aspek pendidikan Islam, yang terdapat dalam dakwah Rasulullah mengenai aspek-aspek pendidikan iman, ibadah, moral, dan sosial.

2.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka persoalan inti yang yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: Aspek-aspek pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam dakwah Rasulullah.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(8)

Penelitian bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan yang terdapat dalam dakwah Rasulullah, sehingga dapat diimplementasikan dalam proses pendidikan agama baik di sekolah maupun di madrasah.

2. Manfaat Penelitian

a...Agar dakwah Rasulullah menjadi tolak ukur bagi umat Islam, didalamnya terdapat unsur-unsur pendidikan kemudian diaplikasikan kedalam peroses belajar mengajar di sekolah.

b. Agar konsep dakwah Rasulullah saw, dijadikan teori yang dapat dikembangkan dalam pendidikan.

c. Aspek pendidikan yang terdapat dalam dakwah Rasulullah dapat dijadikan sumber materi dalam pendidikan saat ini.

D. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengunakan teknik penelitian kepustakaan (Library research), yaitu penyelidikan atau penelitian yang dilakukan dengan membaca linteratur-linteratur.

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Objek/sasaran yang diteliti

Sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas, maka objek/sasaran yang akan diteliti adalah:

a. Dakwah Rasulullah saw di Mekah dan di Madinah

b. Tinjauan teoritis apakah terdapat aspek-aspek pendidikan dalam dakwah Rasulullah saw


(9)

1. Sumber Data

Sesuai dengan pokok masalah dan tujuan penelitian, maka sumber penulisan skripsi adalah buku serta dalil-dalil baik dari al-Qur’an maupun hadits yang menunjang penulisan dan relevan dengan pokok bahasan skripsi. Diantaranya: Buku-buku yang berisi konsep pendidikan Islam, seperti: Sitim Pendidikan Islam, karangan Drs. Hery Noer Aly, MA., buku-buku yang berhubungan dengan da’wah seperti: Rahasia Keberhasilan Da’wah K.H. Zainuddin, M.Z, karangan Drs. H. Mahfudh Syamsul Hasi, MR. Buku-buku sejarah Nabi Muhamad saw, seperti: Kelengkapan Tarich Nabi

Muhamad Saw,Karangan H. Munawar Chalil. Khobah-khotbah Rasul, karangan Syekh

Thaha Abdullah al-Afifi

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini yang dilakukan penulis dengan cara mempelajari atau mengkaji serta meneliti buku-buku yang berkenaan dengan masalah yang dibahas untuk dikumpulkan. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan penalaahan serta pengkajian untuk mengungkap isi yang berasal pada data tersebut sebagai bahan pedoman penulisan ini. 1

3. Teknik Analisa Data

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengunakan metode penelitian kepustakaan dengan teknik analisa data deskriptif analisis, yaitu mengambarkan data dan

1

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jogjakarta:Yayasan Penerbit Fak-Psikologi Yogyakarta),Cet-ke-14, h.42


(10)

fakta sejelas-jelasnya dengan mengunakan analisis secara cermat dan akurat. Teknik ini untuk memberi gambaran objektif kemudian diambil interprestasi dan dilanjutkan dengan penganalisaannya.

Adapun teknis penulisan skripsi ini secara umum mengacu kepada buku‘ Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Dan Disertasi “UIN JKT Press”, Cet I

E. Sistemetika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dibagi kedalam lima bab, namun secara keseluruhan bab-bab ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dimana bab-bab sebelumnya merupakan gambaran umum yang mempunyai korelasi kepada bab-bab berikutnya, sebagai penutup skripsi ini diakhiri dengan kesimpulan dan saran-saran. Adapun gambaran sekilas megenai bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :

Bab. I Pendahuluan

Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistemetika pembahasan.

BabII. Konsep Pendidikan Islam

Dalam bab ini akan dibahas tentang: Pengertian Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam, Dasar-dasar pendidikan Islam, Materi pendidikan islam, dan Evaluasi Pendidikan Islam


(11)

Dalam bab ini akan dibahas tentang: pengertian dan tujuan dakwah, Rasulullah sebagai teladan dakwah, dakwah dan pendidikan, Dakwah-dakwah Rasulullah, Dakwah di Mekah, Dakwah di Madinah.

Bab IV. Aspek Pendidikan dalam Dakwah Rasulullah Saw

Dalam bab ini akan dibahas tentang: Aspek pendidikan iman, aspek pendidikan ibadah, aspek pendidikan moral, dan aspek pendidikan sosial.


(12)

BAB II

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman Rasulullah. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh beliau dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran, memberi contoh melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendungkung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.

Orang Arab Mekah yang tadinya penyembah berhala, dengan usaha Nabi mereka berobah menjadi penyembah Allah dan membentuk keperibadian muslim dan sekaligus berarti Nabi Muhamad saw seorang pendidikan yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan Islam. 2

Secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam. Berikut ini penulis akan mencoba mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan Islam.

Omar Muhamad Al-Taumy Al-Syaebani, sebagaimana dikutip oleh H.M. Arifin, M.Ed, mengartikan: “Pendidikan Agama Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam

2


(13)

sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam.3

Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.4. Maksudnya keperibadian utama tersebut adalah keperibadian Muslim, yakni keperibadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertangung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Hasan Langgulung memaknai pendidikan sebagai proses untuk menyiapkan generasi muda dalam mengisi perannya, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan akhirat.5

Sedangkan al-syabainy; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai satu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat 6

3

H.M Arifin , Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta Aksara, 1994), Cet. 4, h. 14

4

D. Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan ( Bandung: PT al-Muarif ,1989), Cet, Ke-8. h.19.

5

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam , (Jakarta: Crsd Press, 2005), Cet. 1, h. 19-20.

6

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Peraktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet.1, h. 31


(14)

Muhamad Fadhil al-Jamaly mengemukan pendidikan Islam sebagai upaya menggembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.

Ahmad Tafsir; mendifinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.7

Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan Islam yang diyakininya.

B. Tujuan Pendidikan Islam

Dikalangan para ahli masih terdapat perbedaan pendapat mengenai pemakaian istilah tujuan pendidikan. Menurut al-Ghazali tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri mendekatkan diri kepada Swt, jika pendidikan tidak diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka akan timbul kedengkian dan permusuhan.

Jadi tujuan pendidikan sesuai dengan alasan kenapa manusia diciptakan, yaiu menyembah Allah, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur'an surat adzariat yaitu: "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali menyembah kepada Ku. 8

7


(15)

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidikan terhadap perkembangan jasmani da rohani siterdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama9.

Dari difinisi ini nampak jelas bahwa secara umum yang dituju oleh kegiatan pendidikan adalah terbentuknya keperibadian yang utama, atau dengan kata lain tujuan pendidikan adalah menuju manusia yang ideal. Menurut Mohamad Athiyah al-Abrasy, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak, adalah jiwa pendidikan Islam, mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam 10.

Pada difinisi ini nampak gambaran yang manusia yang ideal yang harus dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah manusia yang sempurna akhlaknya, hal ini berarti sesuai dengan misi Nabi Muhamad saw, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Lain lagi Hasan Langgulung: berbicara tentang tujuan pendidikan berarti mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuan hidup ini menurutnya tercermin dalam al-Qur’an yang artinya: "Katakanlah: Sesungguhnya sembahyang ku dan ibadah haji ku,

8

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. Ke-1, h. 162.

9

Ibid. h. 49

10


(16)

seluruh hidup dan matiku, semuanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (Q.S. alAn'am ayat 162)

Sejalan dengan pendapat Hasan langgulung di atas, M. Natsir mengatakan bahwa penghambaan kepada Allah yang jadi tujuan pendidikan dan menjadi tujuan hidup, bukanlah suatu penghambaan yang memberi keuntunggan obyek yang disembah, tetapi penghambaan yang mendatangkan kepada kebahagian kepada yang menyembah-Nya.

Ibnu Khaldun merumuskan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana yang dikutip oleh Muhamad ‘Athiyah al-Abrasyi, kepada:

a) Tujuan yang berorientasi akhirat, yaitu membentuk hamba-hamba Allah yang dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah.

b) Tujuan berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia-manusia yang mampu mengahadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.11

Secara filosofis tujuan pendidikan Islam menurut Hamka di bangun dari konsepnya tentang hidup, sebagai mana manusia tersusun dari unsur jasmani dan rohani. Unsur jasmani bersifat fana dan ia terbuat dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, sedangkan unsur rohani bersifat kekal dan ia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Maka konsekuensinya dari pemahaman di atas, selain dunia yang fana, manusia membutuhkan kehidupan akhirat yang kekal.12

11

. Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 23

12


(17)

Sejalan dengan ini hamka memandang bahwa pendidikan sebagai suatu proses bimbingan yang panjang harus dapat mengantarkan khidupan manusia di dunia dan akhirat. Keduanya berjalan seimbang sehingga diperoleh kebahagian sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an : ” Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”(Q.S. al-Baqarah ayat 201)

Kebahagian hidup akan diperoleh, bila manusia melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik yakni beribadah dalam arti yang seluas-luasnya. Disinilah pentingnya peran pendidikan yang mengarahkan dan membimbing segala aktifitas kehidupan manusia di dunia agar mengandung nilai pengabdian dan ibadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Nya

“Tidaklah aku ciptakan manusia dan jin kecuali menyembah kepada Ku” (Q.S. adz Dzariat 51: 56)

Dari dalil tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai dua dimensi, bahagia di dunia dan bahagia di akherat. Untuk mencapai tujuan itu, manusia harus menjalankan dengan baik, yaitu beribadah. Sehinga segala proses pendidikan pada akhirnya dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai hamba Allah.

D. Dasar- dasar Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam adalah ajaran Islam itu sendiri, ajaran itu bersumber dari al-Qur’an, sunnah Rasululah saw, dan ijtihad. Tiga sumber ini harus digunakan secara hararkis. Al-Qur’an harus didihulukan, apabila satu ajaran tidak ditemukan dalam


(18)

al-Qur’an, maka dicari didalam Sunnah, apabila juga tidak ditemukan, barulah digunakan ijtihad. Penulis akan coba memaparkan sedikit mengenai masing-masing dasar dari pendidikan Islam.

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhamad saw dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang mengandung masalahat bagi umat manusia di dunia dan diakhirat. Petunjuk al-Qur’an dikemukan Mahmud syaltut, dapat dikelompokan menjadi tiga pokok yang disebutkan sebagai maksud-maksud al-Qur’an, yaitu:

a. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan secara kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif.

c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.13

13


(19)

Pengelompokan tersebut dapat disederhanakan menjadi dua yaitu: petunjuk tentang akidah dan petunjuk tentang syariah. Adapun akhlak adalah buah dari iman, dengan kata lain bila seseorang sudah beriman kepada Allah maka akhlaknya akan baik.

2. Sunnah

Al-Qur’an disampaikan oleh Rasulullah dengan penuh amanah, tidak sedikit ditambah atau dikuranggi, selanjutnya manusialah yang harus memahaminya, menerimanya, kemudian mengamalkannya. Seringkali manusia mengalami kesulitan dalam memahaminya dan ini dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama menerima al-Qur’an. Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulullah saw yang memang Rasulullah diberi otoritas untuk itu, Allah Swt menyatakan otoritas dimaksud dalam firman-Nya dibawah ini:

“…dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada nereka”. (Q.S. An-Nahl/16:44)

Penjelasan itu disebut al-Sunnah, yang secara bahasa berarti althariqah (jalan); dan dalam hubunganya dengan Rasulullah saw berarti segala perkataan dan perbuatan, atau ketetapannya.

Para ulama menyatakan bahwa sunnah berfungsi merinci ajaran yang global di dalam al-Qur’an, mengikat yang mutlaknya, dan mengkhususkan yang umumnya, semuanya berati menjelaskan maksud-maksud al-Qur’an, karena kedudukannya itu. sunnah selalu mempunyai dasar pada al-Qur’an dan tidak mungkin bertentangan


(20)

dengannya. Atas dasar inilah muncul pernyataan para ulama, bahwa sunnah merupakan aplikasi praktis ajaran al-Qur’an.14

Dalam pendidikan Islam sunnah Rasulullah mempunyai fungsi yaitu: (1) menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. (2) menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuanya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukan.15

3. Ijtihad

Ijtihad istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan mengunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam untuk menetapkan/menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini boleh saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnah tersebut. Karena ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat.

Sasaran ijtihad adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangannya

14

Ibid, h. 40

15

Abdurrahman An-nawawi, Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam, (Bandung: CV Diponogoro, 1992), h. 47


(21)

zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja dibidang materi atau isi, melainkan juga di bidang sistem dalam artinya yang lebih luas.16

Dengan dmikian jelas bahwa ketiga dasar pendidikan Islam itu saling berkaitan dan saling menguatkan, sehingga masing-masing dari ketiga nya tidak akan bertentangan.

E.

Evaluasi Pendidikan Islam

Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dapat dilihat setelah melakukan evaluasi.17

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara sederhana evaluasi pendidikan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses pendidikan Islam. Menurut al-Rasyidin ada empat kegunaan evaluasi yaitu:

a. Untuk membantu seorang pendidik mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.

b. Membantu peserta didik untuk mengubah tingkah lakunya

c. Membantu pemikir pendidikan Islam untuk mengetahui kelemahan-kelemahan teori-teori pendidikan Islam.

d. Membantu pemerintah untuk membenahi kebijakan-kebijakan pendidikan.18

16

Zakiah Darazat dkk, op,cit,. h. 21

17


(22)

Kesemua keguanaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan pendidikan Islam dalam berbagai aspeknya dalam rangka peningkatan kualitasnya ke masa depan. Hal ini berarti bahwa proses evaluasi dalam pendidikan Islam memiliki umpan balik yang fositif sifatnya kearah yang perbaikan pendidikan Islam. Selain itu hasil evaluasi pengajaran juga dapat digunakan untuk:

a) Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.

b) Membuat diagnosis mengenal kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik.

c) Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.19

Menurut Dr Suharsimi Arikanto dalam bukunya yang berjudul “ Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan” Macam-macam tes ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa dibedakan atas tiga macam tes, yaitu:

a. tes diagnostik b. tes formatif c. tes sumatif 1. Tes diagnostik

Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa, sehingga dengan demikian dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang menyangkut kegiatan belajar-mengajar.

18

Ibid, h. 79

19


(23)

2. Tes formatif

Adalah tes yang digunakan kepada murid-murid pada setiap akhir program satuan pelajaran. Adapun aspek yang dinilai adalah hasil kemajuan belajar murid yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap pelajaran yang disajikan.

3. Tes Sumatif

Adalah tes yang dilakukan terhadap evaluasi hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan, satu semester, atau akhir tahun untuk menentukan kejenjang berikutnya. 20

Adapun aspek yang dinilai ialah kemajuan hasil pelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pelajaran yang diberikan.

20

Suharsimi Arikanto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke. XII, h. 31


(24)

BAB III

DAKWAH RASUL SAW

A. Pengertian dan Tujuan Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Menurut pengertian bahasa, dakwah berarti seruan atau ajakan kepada sesuatu. Menurut pengertian istilah, maka dakwah berarti seruan atau ajakan kepada Islam. Menurut Amrullah Ahmad ada dua pola pengertian dakwah yang berkembang selama ini. Pola pengertian yang pertama dapat dilihat dari pengertian dakwah yang dikemukakan oleh Syekh Ali Makhfuz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin yang dikutip Amrullah Ahmad sebagai berikut: “Mendorong manusia agar melaksanakan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mendapat kebahagian di dunia dan di akherat”.21

Pola pengertian yang kedua dapat diketahui dari konsepsi dakwah yang dikembangkan oleh H.M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah. Memberikan difinisi sebagai berikut: “Sebagai suatu kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku.Yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap

21


(25)

ajaran Agama, yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan. 22

Pola pengertian yang disampaikan oleh H.M. Arifin bahwa dakwah merupakan usaha perwujudan semua ajaran Islam. Dalam segi kehidupan dalam krangka ini, tablig/khutbah merupakan bagian dari dakwah Islam. Adapun pengertian khutbah adalah: ”ucapan atau perkataan yang disampaikan dalam ceramah, misalnya khutbah jum’at.23

Oleh karena pengertian dakwah yang dikemukakan oleh Amrullah Ahmad sangat luas, maka perlu pembatasan agar dapat dibedakan dengan kegiatan lain. Kritria awal yaitu suatu kegiatan dapat disebut dakwah jika merupakan sistem usaha bersama dalam rangka melearisir ajaran Islam, dalam semua segi kehidupan sosio-kultural melalui lembaga dakwah. Sedangkan tablig merupakan sistem menyiarkan ajaran Islam agar dipeluk oleh individu dan masyarakat, yang dilaksanakan oleh semua ahli sesuai dengan propesinya.

Al-ustazbakhi al-Khauli mentakrifkan dakwah sebagai: ”Suatu proses penghidupan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari pada sesuatu keadaan kepada keadaan lain. 24

Dalam hal ini, penulis condong kepada pendapat Al-ustazbakhi al-Khauli yang mentakrifkan dakwah sebagai: ”Suatu proses penghidupan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari pada sesuatu keadaan kepada keadaan lain.

22

. H. M. Arifin, Psikologi Dakwah. ( Jakarta : Bulan Bintang , 1997), h. 17

23

. Muhamad al-ghajali, Daa’iratul-Ma’arif, (Jakarta: Gema Insani , 2004) Cet.2. h.1

24

. Ghazali Darusalam, DinamikiaIlmu Dakwah Islam, (Jakarta: Nur Niaga SDN .BHD., 2002) Cet. 2, h. 5


(26)

Maksudnya, memindahkan umat dari kejahilan kepada ilmu pengetahuan, tanpa ada unsur pakasaan. Dakwah bukan hanya tugas para Da’i, tetapi seluruh ummat Islam tergantung propesi yang dia pegang. Minsalnya, guru, jenderal atau pejabat tinggi mempunyai hak untuk menyampaikan dakwah, tentunya didorong dan topang dengan prilaku yang baik, sehingga dapat memberikan motivasi sehingga terwujudnya tujuan dakwah.

2. Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah adalah mencapai akhlak mulia, ini pararel dengan misi besar Nabi Muhamad saw: “Bu’itstu li utamima maka-rimal akhla-q” (tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak). Sebab dengan akhlak yang mulia, manusia akan mengetahui fungsinya, yaitu menjadi hamba Allah, dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, kemudian menegakkan prinsip “ Amar ma’ruf dan Nahi munkar” Inilah esensi tujuan dakwah.25

Proses penyelengaraan dakwah yang terdiri dari berbagai aktivitas, dilakukan dalam rangka mencapai hasil tertentu yang diharapkan dapat dicapai dan diperoleh dengan jalan melakukan penyelengaraan dakwah. Maka tujuan dakwah merupakan salah satu paktor yang penting. Selanjutnya penulis akan mengemukakan tujuan dakwah secara khusus sebagai berikut:

a. Mengajak manusia yang sudah memeluk agama Islam agar selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt.

25


(27)

b. Mengajak ummat manusia yang belum beriman, agar beriman kepada Allah (memeluk agama Islam)

c. Membina mental agama, bagi kaum yang masih mualaf,yaitu mereka masih menghawatirkan keislaman dan keimanannya.

d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. 26 Dengan demikian tujuan dakwah tidak dapat dicapai hasilnya hanya dengan melakukan sekali tindakan saja, melainkan harus dilaksanakan serangkaian tindakan secara bertahap, pada setiap tahapan tersebut harus ditetapkan dan dirumuskan sasaran atau target yang akan dicapai.

B. Dakwah Dan Pendidikan

John Amos Comenius, paedagog terkemuka mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terciptanya anak menjadi dewasa. Islam lebih tajam lagi dalam konsepnya yaitu terciptanya seorang anak yang dewasa lahir dan bathin yang terdapat padanya keutuhan baik fisik maupun psikis yang diridhoi oleh Allah maha pencipta.

Sehingga dengan demikian akan menjadi orang yang bahagia, Islam mengajarkan kebahagian yang hakiki adalah kebahagian yang bernaung dibawah lindungan Allah, sehingga terjadi kedamaian dan ketenteraman, permasalahanya sekarang banyak orang yang mengetahui tentang hakikat kebahagian tersebut tetapi

26


(28)

tidak mau berupaya untuk mendapatkanya, penyebabnya adalah mereka tidak sadar. Disinilah fungsi dakwah berperan mengingatkan kembali orang-orang yang lupa.27

Sedangkan tujuan dakwah adalah mewujudkan manusia yang bertangung jawab pada dirinya sebagai hamba Allah sekaligus bertangung jawab sebagai khalifah. Adapun tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun bahwa tujuan berorientasi akhirat, yaitu membentuk hamba-hamba Allah yang dapat melaksanakan kewajiban kepada Allah. Adapun tujuan berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia-manusia yang mampu mengahadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.28

Dari pendapat diatas dapat dipahami antara dakwah dan pendidikan adalah dua peristilahan yang tidak bisa dipisahkan, didalam pendidikan ada unsur dakwah, dan didalam dakwah ada unsur pendidikan, hanya saja dakwah konotasinya lebih Islami dibandingkan pendidikan.

C.

Karakterristik Dakwah Nabi

Kerakteristik dakwah Nabi saw atau sikap-sikap beliau dalam berdakwah dapat dikelompokan menjadi empat bagian, dibawah ini akan dicantumkan satu persatu.

1. Memberikan Peringatan ( al-Indzar)

Al-Indzar adalah penyampaian dakwah dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya ke hidupan akhirat dengan segala konsekwensinya. Al-Indzar

27

Abd. Rasyid, Prinsip-Prinsip Metodologi Da’wah, ( Surabaya: Usaha offset printing, 1994), Cet. Ke-1, h. 39

28


(29)

ini biasanya dibarengi dengan ancaman hukuman bagi orang yang tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya.29

Al-Indzar ini ditujukan kepada orang-orang kafir atau orang-orang muslim yang suka berbuat maksiat, sehingga dengan peringatan tersebut diharapkan orang kafir akan masuk kedalam Islam, dan orang Islam supaya berhenti berbuat maksiat.

2. Mengembirakan (Al-Tabsyiri)

Al-Tabsyiri adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang mengembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Al-Qur’an juga banyak menyebutkan predikat basyir untuk Nabi Muhamad dan Nabi-nabi sebelumnya, hanya saja jumlahnya lebih sedikit dibandingkan nadzir.

3. Kasih sayang dan Lembah lembut (al Rifq wa al-Lin)

Diantara kerateristik dakwah yang dilakukan Rasulullah, beliau dalam menjalankan dakwah bersikap kasih sayang dan lembah lembut. Sikap ini beliau lakukan terutama apabila beliau menghadapi orang-orang yang tingkat budayanya masih rendah. Minsalnya, Nabi melarang untuk mengusir badui yang kencing di masjid.

4. Memberikan Kemudahan (al-Taisir)

Agama yang dibawa oleh baginda Rasulullah saw, serat dengan kemudahan-kemudahan, banyak aturan-aturan di dalamnya dianggap sulit tetapi sebenarnya tidak demikian. Minsalnya orang yang tidak dapat menjalankan shalat dengan berdiri, boleh

29

. Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1997), Cet. Ke-1, h. 49-50


(30)

mengerjakan dengan duduk, begitu juga dalam hal bersuci, kalau dikhawatirkan bersuci dengan air akan membahayakan maka boleh dengan tayamum.

Keempat kerakter tersebutlah merupakan cara dakwah Rasulullah sehingga mereka yang tadinya kafir dengan peringatan Nabi tentang adanya neraka dan diikuti dengan memberikan kabar gembira dengan syurga, kemudian memberikan kemudahan dan kasih sayang, mereka berbondong-bondong masuk kedalam Islam.

D. Rasulullah sebagai Teladan Dakwah

Rasulullah saw, adalah teladan didalam berdakwah, beliau telah melakukan khutbah berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kali pedoman beliau adalah al-Qur’an, Rasulullah saw berkhutbah kadang-kadang hanya berdiri diatas tanah, dan ada pula di atas mimbar, atau diatas onta. Mimbar beliau mempunyai anak tiga tangga. Sebelum mengunakan mimbar, beliau berkhutbah sambil bersandar pada pohon kurma.30

Bila Rasulullah berkhutbah maka matanya menjadi merah dan suaranya meninggi, keras dan lantang seolah-olah sedang mengarahkan pasukan perang, pada pembukaan khutbahnya beliau selalu membaca Hamdallah, adapun pendapat sebagian fukaha yang bahwa beliau memulai khutbah istisqa dengan ucapan Istiqfar dan khutbah dua hari raya dengan takbir, maka itu tidak ada dasarnya, sunnah beliau adalah membuka seluruh khutbah dengan Hamdalah.31

Dalam berkhutbah, beliau mengajarkan kepada para sahabat kaidah syariat Islam. Jika ada kejadian yang berkaitan dengan perintah atau larangan, beliau langsung

30

Indrus H.A. Khutbah Jaman Rasulullah, ( Solo: CV Aneka, 1987), Cet. Ke –1, h. 9

31


(31)

memerintah dan melarang mereka. Minsalnya, beliau menyuruh masuk masjid untuk shalat sunnah dan melarang melangkahi orang.

Dalam ad-Diin al-Khaalish, jus 4, yang berjudul ”Makruuhatul-Khutbah”, hal-hal yang makruh dalam berkhutbah. Disebutkan sebagai berikut:

a. Makruh meningalkan sunnah khutbah, khatib mengetok-ngetok mimbar. Ini salah, tidak ada dalilnya.

b. Makruh mengakat tangan ketika berdoa, cukup dengan mengangkat telunjuk, dalilnya perkataan Husain bin Abdurrahman. ”saat itu aku berada disamping Imarah Ru’aibah as salamy. Bisyar sedang menyampaikan khutbah kepada kami, ia mengangkat kedua tanganya ketika berdoa, Imarah berkata ”semoga Allah memburukan tangan mu” aku melihat Rasulullah hanya mengangkat telunjuk bila berdo’a.

c. Khatib makruh mengunakan kalimat ganda dan kata-kata sulit dipahami.

Ketiga hal tersebut perlu diperhatikan, karena masih sering terjadi pelangaran-pelangaran baik khatib mengakat kedua tangan sewaktu berdo’a dalam khutbah, atau khatib berkata yang sulit dimengerti oleh jama’ah, padahal seorang khotib/juru jama’ah tersebut terdiri dari, anak-anak, remaja, dewasa, dari orang yang awam sampai kepada intlek. Imam Ali berkata: ”Berbicaralah kepada orang lain dengan kalimat yang mereka pahami, apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR Ahmad, Muslim, dan lain-lain)


(32)

E. Dakwah-dakwah Rasulullah Saw

Nabi Muhamad saw telah melakukan khutbah berpuluh-puluh kali, bahkan beratus-ratus kali, baik sewaktu beliau berada di Mekah maupun di Madinah, berikut penulis akan mencantumkan beberapa contoh khutbah Rasulullah di Mekah dan Madinah.

1. Dakwah Rasulullah di Mekah

Priode Mekah berlangsung selama 12 tahun plus tiga puluh hari terhitung mulai dari 17 Ramadhan tahun 41 sampai awal bulan rabiul Awal tahun 54 dari tahun kelahiran Nabi. Yang berarti priode ini terhitung sejak Rasulullah menetap di kota Mekah yang bertepatan dengan masa beliau diangkat menjadi Rasul sampai beliau hijrah ke Madinah.32

Pada priode Mekah, ummat Islam masih terisolir dan lemah dari segi kualitas dan jumlahnya masih sedikit, sehingga belum dapat membentuk suatu pemerintahan yang kuat. Oleh karena itu yang menjadi prioritas Rasulullah pada periode ini adalah penyebaran/penanaman dakwah dalam rangka mengesakan Allah. Serta berusaha mengikis kemusrikan dan menegakan kalaimat “Laailaaha Illallah Muhamadur Rasulullah”. Selanjutnya penulis akan mencantumkan beberepa contoh dakwah /khutbah Rasulullah pada priode Mekah.

a. Dakwah Rasulullah Kepada Kaumnya Pada saat turun firman Allah Swt,

32

Sopiuddin, Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Jakarta: Amri, 2005 ) Cet. Ke -1. h. 8


(33)

”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat“ (Q.S. asyu’araa/26:214)

Rasulullah saw. Memerintahkan Ali untuk menyiapkan makanan. Untuk menjamu kaum Quraisy. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah berdiri, lalu membaca hamdalah, selanjutnya beliau bersabda:

“Seorang pemimpin tidak mendustai keluarganya. Demi Allah kalaupun aku mendustai seluruh ummat manusia, aku tidak akan mendustai kalian. Kalaupun aku memperdaya seluruh ummat manusia, aku tidak akan memperdaya kalian. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, aku benar-benar seorang utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada umat manusia secara menyeluruh. Demi Allah, kalian pasti akan mati seperti kalian tidur, kalian juga pasti akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun tidur. Kalian pasti akan dihisab atas amal kalian dan kalian pasti akan dibalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan. Dan disana hanya ada surga selamanya atau neraka selamanya”. (H.R. Abu Dawud, Ibnu Maajah, dan at-Tirmidzi)33

b. Dakwah Rasulullah di Bukit Shafa

33

Syekh Thaha Abdullah al-Afifi, Khobah-khotbah Rasul, (Jakarta: Gema Insani, 2004) Cet ke-1, h. 66


(34)

Setelah Allah memerintah Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, maka beliau Pergi menuju bukit Shafa dan berseru wahai pagi hari! Maka penduduk Quraisy pun berkumpul mendatangi beliau. kemudian beliau berkhutbah:

“Wahai Bani Abdi Manaf, wahai Bani Abdul Muthalib, apa pendapat kalian jika aku kabarkan sekawanan kuda telah mengeluarkan kaki bukit ini; apakah kalian percaya padaku?” mereka menjawab, “Sunguh kamu tidak pernah berbohong” maka beliau bersabda: “Sesunguhnya aku peringatkan kepada kalian bahwa dihadapku terdapat azab yang pedih.”34

c. Khotbah Rasulullah Tentang Tauhid

Dari Ibnu Abbas r.a, ia berujar: “Sesunguhnya aku hendak mengajarkan padamu beberapa kalimat yaitu jagalah Allah pasti Allah akan menjaga dirimu. Peliharalah Allah tentu Dia akan memuliakan dirimu. Kalau engkau hendak meminta sesuatu, mohonlah kepada Allah. Bila engkau mengharapkan pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah jua! Bahwa meski bagaimanpun sekelompok bersepakat untuk

34

. Muhamad Amahzun, Manhaj Da’wah Rasulullah, ( Jakarta Qisthi Press, 2004), Cet ke-1, h. 61


(35)

memberikan manfaat kepadamu, maka mereka pasti tidak akan dapat melakukannya kecuali bila sesuatu manfaat itu telah ditetapkan oleh Allah bagimu. Sebaliknya, jika mereka bersepakat buat menimpakan musibah pada dirimu, mereka tentu tidak akan kuasa melaksanakannya kecuali bila suatu musibah tersebut sungguh-sungguh sudah dicatat oleh Allah atas dirimu.” ( HR. At-Tarmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini bagus atau sah ) 35

d. Khutbah Rasulullah Mengenai Syirik

Abu Ali, seorang dari bani Kaahil, mengatakan bahwa Abu Musa al-Asy berkata,”Wahai manusia, waspadailah syirik karena ia lebih samar dari pada rayapan semut”. Mendengar pernyataan tersebut Abdullah bin Hazan dan Qais bin al-Mudharib mendekat, mereka berkata kamu harus tunjukan kepada kami dalilnya, aku akan tunjukan dalilnya, kata Abu Musa pada suatu hari Rasulullah saw, berkhutbah didepan kami, beliau bersabda: “Wahai manusia, waspadailah syirik, karena syirik lebih samar dari pada rayapan semut”. 36

e. Khutbah Perintah menyelamatkan Dari Neraka

Abu hurairah mengatakan bahwa ketika turun ayat asyu’araa yang berbunyi:

”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat“ (Q.S. asyu’araa:214)

35

Hamzah Muhamad Shalih Ajaj, Menyikap Tirai 55 Wasiat Rasul, (Jakarta: Pustaka Panjimas), h. 7

36


(36)

Rasulullah, memangil seluruh warga Quraisy, setelah mereka berkumpul beliau bersabda: “Wahai bani Ka’ab bin Lu’ay selamatkan diri kalian dari neraka. wahai bani Murrah bin Ka’ab, selamatkan diri kalian dari neraka, wahai bani Hasyim, selamatkan diri kalian dari neraka, wahai bani Abdul Muthalib, selamatkan diri kalian dari neraka. Wahai Fatimah, selamatkan dirimu dari neraka. Aku tidak dapat menolong kalian dari siksa Allah.” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tamidzi, dan an-Nasa’I) 37

2. Dakwah di Madinah

Priode Madinah dimulai dari Rasulullah hijrah, sampai beliau wafat, lamanya 9 tahun 9 bulan 9 hari, dari awal bulan Rabiul Awal tahun 54 sampai 9 Dzulhizah tahun 63 dari kelahiran Nabi. Atau sering dibulatkan lama priode ini adalah digenapkan 10 tahun, pada priode ini Islam telah memperlihatkan kekuatannya, dari segi kualitas jumlah ummat pun bertambah banyak. Ummat Islam pada priode ini telah membetuk sebuah komunitas yang mendirikan sebuah Negeri.

Pada sisi lain ummat Islam pada priode Madinah ini, sudah kondosif dan lebih maju, kondisi ini menyababkan dakwah Islam bukan lagi terfokus kepada masalah keimanan seperti yang terjadi di masa Mekah, tapi pada masa ini ajaran Islam sudah menyentuh segala aspek, seperti asfek ibadah, moral, dan sosial dan lain-lain, perkembangan dakwah Rasulullah saw di Madinah di atur mengikuti urutan berikut :

a) Penyatuan kaum Muhajirin dan Ansar melalui institusi masjid.

37


(37)

b) Tarbiah Rasulullah saw dikalangan umat Islam di Madinah dalam bidang akidah, ibadah, sosial, ekonomi dan politik.

c) Penyatuan kaum muslimin melalui: persaudaraan, perkawinan, perwarisan, dan sedekah

d) Membuat perjanjian perdamaian dengan yahudi

e) Membuat Shaqifah Madinah (pelembagaan Madinah) yang menjadi teras kenegaraan Islam. 38

Maka untuk selanjutnya penulis akan mencantumkan beberapa khutbah Rasulullah di Madinah yang berkaitan dengan ibadah.

a. khutbah Pertama di Madinah

Dalam sirah-nya, Ibnu Hisyam mengatakan bahwa Khutbah pertama yang disampaikan oleh Rasulullah., sesuai dengan riwayat yang disampaikan kepadaku dari Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa beliau berdiri di hadapan mereka. Beliau mengucapkan hamdalah dan pujian-pujian yang layak baginya, selanjutnya beliau bersabda:

38


(38)

“ Amma ba’du. Wahai manusia beramalah untuk bekal diri kalian. Kalian pasti akan mengetahui bahwa diantara kalian yang mati, lalu ia meningalkan kambingnya tanpa ada yang mengembalakannya. Lalu Tuhannya bertanya kepadanya, tanpa ada juru bicara atau pengawal yang menghalanginya,’ Bukankah Rasul-Ku telah datang kepadamu dan menyampaikan dakwah kepadamu? bukankah Aku juga telah memberimu harta kekayaan dan karunia yang besar? Apa yang telah kamu kerjakan sebagai bekal dirimu? ia mememandang ke kiri kanan, namun tidak melihat apa-apa. Ia memandang ke depan, namun ia hannya melihat neraka jahanam. Oleh karena itu, barang siapa yang dapat melindungi dirinya dari neraka, meski hanya dengan sebiji kurma, hendaknya ia melakukannya. Jika tidak ada, bisa dengan mengucapkan dengan kata-kata baik. Perkataan yang baik akan dibalas dengan sepuluh kali lipat dan terus dilipat sampai tujuh ratus kali. Wassalamu’alaikum wa’ala Rasulillahi wa rahmatullahi wa barakatuh.” (HR al-Baihaqi).39

Ibnu ishak berkata: Kemudian Rasululah shallaaahu alaihi wa sallam berkhutbah pula pada kali yang lain, katanya:

39


(39)

Artinya : Sesunguhnya puja puji itu hanya pantas untuk Allah aku memanjatkan pujian dan memohon pertolongan kepada-Nya, dan kami berlindung kepada-Nya dari kejahatan nafsu kami dan dari keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang ditunjuki oleh Allah niscaya tidak ada yang mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, niscaya tidak ada yang mampu menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesunguh-Nya sebaik-baik perkataan itu adalah Kitab Allah, Sesunguh beruntung orang yang telah dihiasi Allah hatinya dengan kitab-Nya., dan telah dimasukan oleh Allah kedalam Islam setelah kekafirannya, dan dia memilih jalan Allah dari pada yang selainnyanyakitab Alllah itu adalah sebaik-baik dan sesempurna-sempurna perkataan.

Cintailah apa-apa yang dicintai Allah Cintailah Allah dengan sepenuh hatimu jangan kamu merasa bosan terhadap kalam Allah dan dzikir-Nya. Jangan sampai hati kalian keras dari padanya, sebab Dia menamakan itu amal yang terbaik. Sembahlah Allah jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatupun. Takutlah kepadanya dengan sebenar-benarnya. Dan buktikan kebenaran Allah apa yang telah kamu katakan dengan lidahmu. Dan saling cintailah di antara sesamamu karena Allah. Sesunguhnya Allah sangat murka bila janji kepada-Nya diingkari Wasalamu alaikum wa Rohmatullahi wa baraakatuh.

b. khutbah Jum’at di Madinah

Ibnu Jarir mengatakan bahwa Yunus bin Abdul-A’la mengabarinya dari Ibnu Wahab dari Said bin Abdurrahman al-Jumahi bahwa ia mendengar khutbah Rasulullah saw, pada shalat jum’at pertama yang beliau laksanakan di Madinah, tepatnya di bani Salim


(40)

bin Amru bin Auf inilah khutbah Rasulullah saw: “Alhamdulillah. Aku memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta ampunan-Nya, dan meminta hidayah Nya. Aku beriman kepada-Nya, tidak kafir kepada-Nya. Aku memusuhi orang yang mengingkari-Nya, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhamad adalah hamba dan Rasul-Nya. Dia mengutusnya dengan pentunjuk dan agama yang benar, dengan cahaya, dan mau’zhah setelah lama tidak diutus para Rasul, ditengah sedikitnya ilmu dan kesesatan manusia serta kedekatan dengan kiamat. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah lurus. Dan barang siapa mendurhakai mereka, maka ia telah melampui batas dan sesat dengan jelas.

Aku berwasiat kepada kalian dengan takwa kepada Allah. Hal terbaik yang aku wasiatkan kepada seorang muslim adalah mendorongnya agar beramal demi akhirat dan menyuruhnya bertakwa kepada Allah. Takutlah kepada hal yang telah diperingatkan-Nya kepada kalian tidak ada nasehat yang lebih afdhal dari pada itu. Tidak ada peringatan yang lebih baik dari pada itu. Itu adalah ketakwaan bagi orang

yang mengamalkannya dengan perasaan takut dan gentar. Merupakan penyokong yang kuat atas pahala akhirat kalian dambakan. Barangsiapa memperbaki rahasia dan terang-terangan antara ia dan Allah dengan tidak meniatkannya kecuali untuk Allah, maka hal itu akan menjadi pengikat baginya pada kehidupan dunianya dan bekal setelah mati ketika seorang manusia membutuhkan apa yang telah ia kerjakan.


(41)

”Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya” (Q S Ali Imran/3:30)

Zat yang firman-Nya benar dan Dia mewujudkan janji-Nya, Dia berfirman,

”Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku” (Q S Qaaf:29)

Bertakwalah kepada Allah dalam masalah dunia dan akhirat kalian, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan karena:

”Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya (Q S ath-Thalaq/65:5)

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya ia telah mendapat untung yang sangat besar. Sesunguhnya, takwa kepada Allah akan melindungi kalian dari murka-Nya, hukuman-Nya, dan amarah-Nya. Takwa kepada Allah akan mencerahkan wajah, Membuat Tuhan dan meningikan derajat. Carilah keberuntungan kalian jangan melalaikan hak Allah. Allah telah mengajarkan kitab-Nya kepada kalian dan menjelaskan jalan-Nya agar dia mengetahui mana orang yang benar dan mana orang yang berbohong. Oleh karena itu, berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik


(42)

kepada kalian. Musuhilah musuh-musuh-Nya dan berjihadlah dijalan Allah dengan sebenar-benarnya, dia telah memilih kalian dan menamai kalian muslimin”.40

c. Khutbah Tentang Tobat dan Amal Saleh

Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah saw. Berkhutbah diatas mimbar, beliau bersabda: “Wahai manusia, bertobatlah kepada Tuhan kalian sebelum kalian mati, segera beramal saleh sebelum kalian tidak dapat melakukannya. Sambunglah hubungan diantara kalian dan Tuhan kalian dengan banyak mengingat-Nya dan banyak bersedekah, baik secara rahasia maupun terang-terangan, niscaya kalian akan diberi rizki, pahala, kemenangan, pujian, serta pertolongan”. Ketahuialah, bahwa Allah telah mewajibkan jum’at atas kalian di tempatku berdiri ini, pada hari ini, pada bulan ini, pada tahun ini, sampai hari kiamat, kewajiban atas orang yang mampu melaksanakannya. Barangsiapa meningalkannya sewaktu aku masih hidup atau setelah aku mati dengan mengingkari kewajibannya atau meremehkan haknya, sementara ia memiliki pemimpin yang adil, maka aku berdoa semoga Allah tidak mengumpulkan persatuaanya dan tidak memberkahinya, shalatnya tidak diterima, puasanya tidak diterima, wudhunya tidak diterima, dan kebaikannya tidak diterima hingga ia bertobat ”. Barangsiapa bertobat, Allah akan mengampuninya. Ketahuilah, wanita hendaknya tidak mengimani seorang pria dalam shalat. Seorang badui hendaknya tidak mengimani orang muhajirin, hendaknya orang durjana tidak mengimani orang mukmin, kecuali orang

40


(43)

mukmin itu dipaksa oleh seorang pemimpin yang ia takuti pedang dan cambuknya. (HR Ibn Maajah dan al-Baihaqi) 41

d. Khutbah Mengenai Keutamaan Bulan Ramadhan

Salman al-Farisi mengatakan bahwa Rasulullah saw. Berkhutbah kepada kami pada akhir bulan Sya’ban. Rasulullah bersabda : “Wahai manusia, sebuah bulan yang agung dengan penuh berkah telah menaungi kalian. Bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang puasanya dijadikan fardhu oleh Allah dan shalat malamnya dijadikan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah pada bulan itu, maka ia seperti orang yang menunaikan sebuah tujuh puluh fardhu pada bulan yang lain. Ia adalah bulan kesabaran dan kesabaran pahalanya adalah syurga. Ia adalah bulan pelipur lara dan bulan yang didalamnya rezki mukmin ditambah. Barangsiapa yang memberi buka kepada seorang yang berpuasa pada bulan itu, maka hal itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari neraka. Ia juga mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun”

e. Khutbah Tentang Menunaikan Hak Orang Lain

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, berkutbah. Beliau bersabda: “Allah telah memberi setiap orang yang berhak haknya. Dia menetapkan yang fardhu serta sunnah serta hudud, Dia menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Dia mengisyaratkan agama, menjadikannya mudah, toleran, lapang, dan tidak menjadikan

41


(44)

sempit. Ketahuilah bahwa tidak ada iman bagi orang yang tidak memilki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji …” (HR. ath-Thabrani) 42

f. Khutbah Mengenai Perbuatan Baik

Jarir berkata, siang itu kami sedang bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba beliau didatangi sekelompok orang mereka mengenakan nimar dan ‘abaa’ sambil membawa padang. Kebanyakan, atau bahkan seluruh kabilah Mudhar. Wajah Rasulullah berubah melihat kemiskinan mereka, beliau masuk rumah dan keluar lagi dan menyuruh bilal mengumandangkan azan lalu iqamah. Selesai salat beliau berkhutbah:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.( an-Nisaa /4:1)

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjaka”. ( al-Hasyr/59:18)

42


(45)

Seorang pria menyedekahkan dinarnya, pakaiannya, gandumnya, dan kurmanya, hingga beliau berkata: “…Muskipun dengan kecuali kurma” Maka seorang Anshar datang membawa satu buntalan yang nyaris telapak tangannya tidak sangup membawanya. Kemudian berduyun-duyun orang-orang mengikutinya sampai aku melihat terkumpul dua gundukan makanan dan pakaian, aku melihat wajah Rasulullah berseri-seri, seperti berlapis emas, beliau bersabda. ”Barang siapa dalam Islam membuat contoh yang baik, maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang yang melakukannya setelahnya, tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang membuat contoh yang buruk dalam Islam, maka ia mendapat dosanya dan dosa yang mengerjakannya setelahnya tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka’ (HR Muslim, Ibnu Maajah, dan at-Tirmidzi) 43

g. Khutbah Agar Menyebarkan Salam, Memberi Makan, Menyambung Silaturahmi Abu Yusuf Abdullah bin Salam mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah Saw, bersabda, “Wahai manusia, sebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi ….” (HR at-Tirmidzi) 44

h. Khutbah yang lainnya

43

Ibid,. h. 95

44


(46)

Amma ba’du sesunguhnya sebenar-benar perkataan itu adalah kitab Allah Ta’ala, sekuat-kuat pegangan itu adalah kalimat taqwa, sebaik-baik agama adalah agama Ibrahim, dan sebaik-baik agama itu adalah sunnah itu adalah sunnah Muhamad.

Semulia-mulia perkataan adalah dzikrullah, sebaik-baik kisah adalah al-Qur’an, sebaik-baik urusan adalah perkara yang telah diniati dan seburuk-buruk urusan itu ialah perkara yang diada-adakan.

Sebaik-baik petunjuk itu ialah petunjuk para Nabi, semulia-mulia ialah mati syahid, buta yang paling sangat itu ialah sesat sesudah petunjuk

Sebaik-baik amal itu ialah yang bermanfaat, sebaik-baik petunjuk itu ialah yang diikuti, seburuk-buruk buta ialah buta hati.

Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah (maksudnya: pemberi lebih baik dari peminta), sesuatu yang sedikit namun mencukupi itu baik dari pada banyak namun melalaikan.

Seburuk-buruk permohonan ampun itu ialah ketika menjelang maut, dan seburuk-buruk penyesalan itu ialah penyesalan pada hari kiamat .

Diantara manusia ada yang mengerjakan shalat setelah waktunya hampir habis(diakhir waktunya, dan diantara mereka ada orang yang tidak menyebut Allah kecuali dengan perkataan buruk. Diantara dosa besar lidah itu adalah dusta. Sebaik-baik kaya itu ialah kekayaan hati, sebaik-baik bekal ialah takwa, dan puncak kalimat itu ialah takut kepad Allah Azza wa Jalla.

Sebaik-baik yang menetap di hati ialah sifat yakin, sedangkan sifat ragu-ragu itu termasuk ke dalam golongan kekufuran. Meratapiorang yang mati adalah perbuatan orang jahiliyah. Khianat dalam harta rampasan perang itu termasuk panasnya api neraka jaahanam. Harta simpanan itu termasuk stempel api neraka. Syair termasuk dari iblis. Arak penghimpun segala dosa. Dan wanita adalah jerat dari setan. Kemudahan itu adalah ranting dari kegilaan.

Seburuk-buruk mata pencaharian itu adalah usaha riba, seburuk-buruk yang dimakan itu adalah makan harta anak yatim. Orang yang beruntubg adalah


(47)

orang yang bisa mengambil teladan dari orang lain, dan orang yang celaka itu ialah orang yang celaka dalam rahim ibunya.

Sesunguhnya kamu itu akan menuju ke liang kubur, sedangkan perkaranya tergantung pada akhirnya, dan sendi amal itu ialah penutupnya.

Seburuk-buruk cerita itu ialah cerita bohong. Setiap yang akan datang itu adalah dekat . Mencaci orang mukmin hukumnya dosa fasik, membunuhnya kafir dan memakan dagingnya termasuk durhaka kepada Allah. Haramnya harta orang mukm in itu seperti haramnya darahnya. Barangsiapa bersumpah pasti akan melakukan sesuatu maka Allah akan mengagalkanya. Barangsiapa yang mengampuni maka dia pun akan diampuni, barang siapa yang memaafkan maka Allah pun akan memaafkanya. Barangsiapa mengekang hawa amarahnya niscaya akan diberi pahala oleh Allah. Barang siapa mengikuti ketenaran niscaya Allah akan membuka aibnya dan barangsiapa bersabar maka Allah akan melipat gandakan pahala-Nya baginya.Barangsiapa bermaksiat kepada Allah, niscaya akan diazab Allah.

i. Khutbah Tentang Korupsi

Abu Hurairah mengatakan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. Berkhutbah. Beliau menyingung masalah koropsi harta rampasan perang beliau memberi peringatan keras atas hal itu. Beliau berkata, “aku tidak ingin mendapati seorang dari kalian datang pada hari kiamat dan ada unta yang bersuara di lehernya. Ia berkata Rasululah, tolonglah aku. Aku berkata,”aku sama sekali tidak dapat menolongmu Aku telah menyampaikan peringatan kepadamu ….” (HR Bukhari dan muslim)

j. Khutbah Rasul agar Berbuat Baik dan Menjauhi Kejahatan 45

45


(48)

Thabrani meriwayatkan adri hadits Fudhalah dari Abu Umamah bahwa Rasululah saw, bersabda: “Marilah ketuhan kalian sesuatu yang sedikit dan mencukupi lebih baik dari pada yang banyak dan membuat lalai. Wahai manusia, hanya ada dua jalan, yaitu jalan kebaikan, dan jalan kejahatan. Apa yang membuat kalian lebih menyukai jalan kejahatan ketimbang jalan kebaikan ?”


(49)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab lima ini penulis akan memberikan kesimpul terkait dengan dakwah ditinjau dari sudut pendidikan, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada Islam, dakwah tersebut merupakan tugas bagi setiap muslim. Pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Antara dakwah dengan pendidikan pada hakikatnya adalah sama, karena dakwah adalah bagian dari pendidikan dan dakwah adalah salah satu metodenya .

Adapun aspek pendidikan dalam dakwah Rasulullah adalah pendidikan iman, ibadah, moral, dan sosial. Pendidikan iman terkait dengan percaya kepada alam ghaib, (Allah, malaikat, jin, dan lainnya), pendidikan ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, infak, dan yang lainya, semua ini bertujuan agar rohani seseorang tidak lupa untuk mendekatkan diri kepada Allah, aspek pendidikan moral, berkaitan dengan akhlak kepada Allah dan manusia, akhlak adalah buah dari iman. Aspek pendidikan sosial terkait dengan bagaimana seseorang mempunyai rasa kepedulian kepada sesamanya, saling tolong menolong.

B. Saran

Adapun saran dari penulis sebagai berikut:

a. Pendidik memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi yang diajarkan, sehingga peserta didik dengan mudah memahaminya.


(50)

b. Pendidik hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum mengajar dengan persiapan maksimal, sehinga akan berhasil dalam proses belajar mengajar.

c. Pendidik memberikan sauri teladan yang baik kepada peserta didik. d. Pendidik membimbing peserta didik untuk bekerja sama dalam organisasi


(51)

DAFTAR FUSTAKA

al-Afifi, Abdullah, Thaha,Syekh. Khobah-khotbah Rasul, Jakarta: Gema Insani, 2004 Cet ke-1.

Af ,Suryana, Toto. Pendidikan Agama Islam (untuk perguruan tinggi), (Bandung : Tiga Mutiara, 1997) Cet. 2.

Ajaj, Shalih, Muhamad, Hamzah. Menyikap Tirai 55 Wasiat Rasul, Jakarta: Pustaka Panjimas)

Al-ghajali, Muhamad, Daa’iratul-Ma’arif, (Jakarta: Gema Insani , 2004) Cet.2. h.1

Al- Faruqi, Raji, Isma’il. Tauhid, Bandung: Pustaka, 1982.

Amahzun, Muhamad, Manhaj Da’wah Rasulullah, Jakarta Qisthi Press, 2004. Cet ke-1

Al-Rasyidin, Nizar, Samsul, Haji, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. 2.

Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam,Jakarta: Crsd Press,2005, cet,Ke-1. Arifin, H.M Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Aksara, 1994, Cet. Ke-4, h.14

Darazat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara,1996, Cet,Ke-3.

--- Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2002, Cet. Ke-1,

--- Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Ak sara,1995. Cet. Ke-1.

Darusalam, Ghazali, Dinamikia Ilmu Dakwah Islam, Jakarta: Nur Niaga SDN .BHD., 2002, Cet. 2

Halimudin, Kembali Kepada Aqidah Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994, Cet, 2 H.A, Indrus. Khutbah Jaman Rasulullah, ( Solo: CV Aneka, 1987), Cet. Ke –1 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research,Jogjakarta:Yayasan Penerbit Fak-Psikologi


(52)

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta:PT.Pustaka Panjimas:1982

Ismail, Risalah Akhlak, Yokyakarta: C.V. Bina Usaha, 1984, Cet. I.

Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996, Cet, ke-2, h. 53.

Marimba, Ahmad, D.. Pengantar Filsafat pendidikan, Bandung: PT al-Muarif ,1989, cet, Ke-8.

M Arifin Haji., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), cet,Ke 1 MR, Hadi, Syamsul, Mahfudh.. Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin, M.Z,

Surabaya : Ampel Suci: 1992

Rais, M. Amin. Tauhid Sosial, Mizan: Khazanah Ilmu Islam.

Rasyid, Abd. Prinsip-Prinsip Metodologi Da’wah, ( Surabaya: Usaha offset printing, 1994), Cet. Ke-1

Sidiq, Sopiuddin. Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam,Jakarta: Amri, 2005. Cet. Ke -1.

Syihata, Abdullah. Al-Da’watu Al-Islamiyah Wa Al-I’lamu Al-Dini,. Terj. Ibrahim Husein,MA, dkk. Jakarta: 1986.

Qutb, Sayyid. Fiqih Da’wah, (Jakarta: Pustaka Amani,1995),Cet Ke-2

Nata,Abudin Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. Ke-1

Natsir, M.. Fiqhud Dakwah, Jakarta: Dakwah Islamiyah, 1978, Cet, Ke –2

Nasation, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Asfeknya . Jakarta : UI Press,1985, Cet, ke-5.

Nizar, Samsul,Haji. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Peraktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet, Ke-1.


(53)

Yaqub, Mustafa, Ali, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1997), Cet. Ke-1

Zainuddin, dkk. Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet. Ke-1.


(1)

Thabrani meriwayatkan adri hadits Fudhalah dari Abu Umamah bahwa Rasululah saw, bersabda: “Marilah ketuhan kalian sesuatu yang sedikit dan mencukupi lebih baik dari pada yang banyak dan membuat lalai. Wahai manusia, hanya ada dua jalan, yaitu jalan kebaikan, dan jalan kejahatan. Apa yang membuat kalian lebih menyukai jalan kejahatan ketimbang jalan kebaikan ?”


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab lima ini penulis akan memberikan kesimpul terkait dengan dakwah ditinjau dari sudut pendidikan, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada Islam, dakwah tersebut merupakan tugas bagi setiap muslim. Pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Antara dakwah dengan pendidikan pada hakikatnya adalah sama, karena dakwah adalah bagian dari pendidikan dan dakwah adalah salah satu metodenya .

Adapun aspek pendidikan dalam dakwah Rasulullah adalah pendidikan iman, ibadah, moral, dan sosial. Pendidikan iman terkait dengan percaya kepada alam ghaib, (Allah, malaikat, jin, dan lainnya), pendidikan ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, infak, dan yang lainya, semua ini bertujuan agar rohani seseorang tidak lupa untuk mendekatkan diri kepada Allah, aspek pendidikan moral, berkaitan dengan akhlak kepada Allah dan manusia, akhlak adalah buah dari iman. Aspek pendidikan sosial terkait dengan bagaimana seseorang mempunyai rasa kepedulian kepada sesamanya, saling tolong menolong.

B. Saran

Adapun saran dari penulis sebagai berikut:

a. Pendidik memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi yang diajarkan, sehingga peserta didik dengan mudah memahaminya.


(3)

b. Pendidik hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum mengajar dengan persiapan maksimal, sehinga akan berhasil dalam proses belajar mengajar.

c. Pendidik memberikan sauri teladan yang baik kepada peserta didik. d. Pendidik membimbing peserta didik untuk bekerja sama dalam organisasi


(4)

DAFTAR FUSTAKA

al-Afifi, Abdullah, Thaha,Syekh. Khobah-khotbah Rasul, Jakarta: Gema Insani, 2004 Cet ke-1.

Af ,Suryana, Toto. Pendidikan Agama Islam (untuk perguruan tinggi), (Bandung : Tiga Mutiara, 1997) Cet. 2.

Ajaj, Shalih, Muhamad, Hamzah. Menyikap Tirai 55 Wasiat Rasul, Jakarta: Pustaka Panjimas)

Al-ghajali, Muhamad, Daa’iratul-Ma’arif, (Jakarta: Gema Insani , 2004) Cet.2. h.1

Al- Faruqi, Raji, Isma’il. Tauhid, Bandung: Pustaka, 1982.

Amahzun, Muhamad, Manhaj Da’wah Rasulullah, Jakarta Qisthi Press, 2004. Cet ke-1

Al-Rasyidin, Nizar, Samsul, Haji, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. 2.

Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam,Jakarta: Crsd Press,2005, cet,Ke-1. Arifin, H.M Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Aksara, 1994, Cet. Ke-4, h.14

Darazat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara,1996, Cet,Ke-3.

--- Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2002, Cet. Ke-1,

--- Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Ak sara,1995. Cet. Ke-1.

Darusalam, Ghazali, DinamikiaIlmu Dakwah Islam, Jakarta: Nur Niaga SDN .BHD., 2002, Cet. 2

Halimudin, Kembali Kepada Aqidah Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994, Cet, 2 H.A, Indrus. Khutbah Jaman Rasulullah, ( Solo: CV Aneka, 1987), Cet. Ke –1 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research,Jogjakarta:Yayasan Penerbit Fak-Psikologi


(5)

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta:PT.Pustaka Panjimas:1982

Ismail, Risalah Akhlak, Yokyakarta: C.V. Bina Usaha, 1984, Cet. I.

Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996, Cet, ke-2, h. 53.

Marimba, Ahmad, D.. Pengantar Filsafat pendidikan, Bandung: PT al-Muarif ,1989, cet, Ke-8.

M Arifin Haji., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), cet,Ke 1 MR, Hadi, Syamsul, Mahfudh.. Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin, M.Z,

Surabaya : Ampel Suci: 1992

Rais, M. Amin. Tauhid Sosial, Mizan: Khazanah Ilmu Islam.

Rasyid, Abd. Prinsip-Prinsip Metodologi Da’wah, ( Surabaya: Usaha offset printing, 1994), Cet. Ke-1

Sidiq, Sopiuddin. Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam,Jakarta: Amri, 2005. Cet. Ke -1.

Syihata, Abdullah. Al-Da’watu Al-Islamiyah Wa Al-I’lamu Al-Dini,. Terj. Ibrahim Husein,MA, dkk. Jakarta: 1986.

Qutb, Sayyid. Fiqih Da’wah, (Jakarta: Pustaka Amani,1995),Cet Ke-2

Nata,Abudin Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. Ke-1

Natsir, M.. Fiqhud Dakwah, Jakarta: Dakwah Islamiyah, 1978, Cet, Ke –2

Nasation, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Asfeknya . Jakarta : UI Press,1985, Cet, ke-5.

Nizar, Samsul,Haji. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan


(6)

Yaqub, Mustafa, Ali, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1997), Cet. Ke-1

Zainuddin, dkk. Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet. Ke-1.