1
KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA JAWA BERDASARKAN PANDANGAN REMAJA
SW Kartika Sari
Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT. This study examined about father involvement on fathering in the Javanese family. Qualitative method was used to understand how father
involvement happened on fathering phenomenon in the Javanese family. Interview were used to collect information. Participants include ten groups of adolescence
and their father which were lived in Surakarta and use Javanese as mother- tongue. Results show that father-child communication and faher’s choice about
fathering influences the fathering style. Communicatoin, closeness, and father understanding about their child, influence father involevement on transferring
value in the daily activities. “Tarik ulur” style emerged in Javanese family, based on child’s lageyan body language.
Keywords: father involvement, fathering, Javanese family.
I. PENDAHULUAN
Masalah yang
muncul mengiringi kasus kenakalan remaja
biasanya adalah masalah pergaulan, studi, dan keluarga Hapsari, 2012.
Pada harian Kompas disebutkan bahwa kegalauan yang makin
meluas pada remaja mendorong mereka untuk berperilaku keluar
dari norma Rejeki, 2011.
Remaja perlu dididik kritis dan didorong membuat keputusan yang
terbaik untuk dirinya sendiri. Emosi positif antara anak dan orangtua
juga perlu dibangun sehingga remaja yang bermasalah akan dapat
diarahkan dengan baik. Hubungan dengan orangtua berpengaruh pada
cara remaja menghadapi situasi- situasi
yang berpotensi
menyebabkan stress Geldard Geldard, 2011.
Kurangnya partisipasi
orangtua dalam pendidikan anak banyak disebabkan oleh perubahan
pola dan
struktur keluarga.
Perubahan pola
dan struktur
keluarga ini salah satu faktor pemicunya
adalah partisipasi
perempuan di
sektor publik.
Konsekuensinya, waktu
ibu bersama anak menjadi berkurang,
sehingga para ayah dituntut untuk berbagi peran dalam mendidik anak
Erawati, 2009.
Perlu diingat bahwa dalam keluarga Jawa, kedudukan suami
dan istri tidaklah sama. Suami diposisikan
sebagai pemimpin
dalam keluarga,
mempunyai kedudukan lebih tinggi dan penting,
serta mempunyai kekuasaan yang lebih besar Haq, 2011. Besarnya
posisi ayah dalam keluarga Jawa memperjelas besarnya sumbangan
yang dapat diberikan bagi remaja dalam mengatasi masalah yang
2 dihadapi saat ayah terlibat dalam
pengasuhan anak. Penelitian tentang keterlibatan
ayah dalam pengasuhan anak masih jarang
di Indonesia,
sehingga penting
untuk mengadakannya
mengingat adanya perbedaan kultur yang berpengaruh terhadap perilaku
yang muncul pada kasus yang sama.
Berdasarkan fenomena di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini mengenai
bagaimana keterlibatan
ayah dalam
pengasuhan anak pada keluarga Jawa
berdasarkan pandangan
remaja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengasuhan Anak
Menurut Baumrind dalam
Leidy et.al, 2011, pola pengasuhan anak merefleksikan dua dimensi
perilaku: 1 emosionalitas, yang meliputi
seberapa hangat
dan seberapa cepat orangtua merespon
anak, dan
2 kontrol,
yang mencakup
bagaimana kecenderungan
orangtua dalam
mengendalikan perilaku anak. Santrock 2012 lebih lanjut
mendeskripsikan dimensi
pengasuhan yang
diusung Baumrind tersebut dalam kategori
gaya pengasuhan: 1 authoritarian parenting,
di mana
orangtua menekankan kepatuhan dan target
tertentu untuk dicapai anak tanpa banyak
berkomunikasi secara
verbal, 2 authoritative parenting, orangtua mendorong kemandirian
anak dengan
menempatkan beberapa
aturan yang
terkomunikasikan baik dan tetap melakukan kontrol dengan kasih
sayang, 3 neglectful parenting, orangtua
sangat tidak
terlibat dengan anak, dan 4 indulgent
parenting, di mana keterlibatan orangtua sangat sedikit namun
masih menuntut beberapa hal atau melakukan kontrol tertentu.
B. Keterlibatan Ayah
Amato dan Gilreth dalam Erawati,
2009, dalam
penelitiannya tentang
ayah, menyatakan bahwa bentuk interaksi
ayah-anak meliputi
interaksi langsung
saat bermain,
menghabiskan waktu luang, dan membicarakan
hal-hal tentang
sekolah. Hal khusus yang secara langsung dimiliki oleh seorang
ayah adalah
sebagai pengajar
sekaligus pembimbing yang efektif.
Day Lamb
2004 menyatakan empat faktor yang
mempengaruhi keterlibatan ayah dalam keluarga, yaitu :
a. Motivasi, dan segala hal yang
membuat ayah ingin selalu terlibat dalam aktivitas bersama
anaknya.
b. Keterampilan dan kepercayaan
diri, atau keterampilan fisik aktual yang dibutuhkan untuk
memberikan perlindungan dan kepedulian pada anaknya.
c. Dukungan
sosialorang lain,
terutama dari ibu, terhadap keterlibatan ayah.
d. Faktor
institusional, dari
kebijakan di tempat kerja dalam memfasilitasi upaya keterlibatan
ayah.
3
C. Masa Remaja
Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget, Yusuf
2010 menyatakan bahwa masa remaja sudah
mencapai tahap operasional formal. Remaja telah
dapat berpikir
logis tentang
berbagai gagasan yang abstrak. Berpikir secara operasi formal
berarti lebih bersifat hipotesis, abstrak, sistematis, dan ilmiah
dalam menyelesaikan masalah.
D. Keluarga Jawa
Masyarakat Jawa merupakan orang-orang
yang bertempat
tinggal, bergaul, dan berkembang di pulau
Jawa yang
kemudian mengembangkan
tradisi dan
kebudayaan yang
khas dan
berkarakteristik Jawa
Roqib, 2007.
Magnis-Suseno 2003
mendefinisikan orang Jawa adalah orang yang bahasa ibunya adalah
bahasa Jawa. Haq 2011 lebih lanjut menyatakan bahwa keluarga
Jawa merupakan keluarga yang mendiami tanah Jawa dan dalam
hidup kesehariannya menggunakan
bahasa Jawa sebagai bahasa yang dipergunakan secara turun temurun.
Orang Jawa membedakan dua golongan sosial-ekonomi: 1 wong
cilik orang kecil, terdiri dari sebagian besar massa petani dan
mereka yang berpendapatan rendah di kota, dan 2 kaum priyayi di
mana termasuk kaum pegawai dan orang-orang intelektual. Atas dasar
keagamaan, orang Jawa dibedakan dalam dua golongan. Golongan
pertama lebih ditentukan oleh tradisi Jawa pra-Islam Kejawen,
sedang yang kedua adalah orang yang berusaha hidup sesuai ajaran
agama Magnis-Suseno, 2003.
Keluarga merupakan
kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan seseorang.
Menurut Oqbum dalam Haq, 2011 fungsi keluarga itu mencakup
fungsi kasih
sayang, fungsi
ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan,
fungsi perlindungan,fungsi rekreasi, fungsi
status, dan fungsi agama. Bierstadt dalam Haq, 2011 menambahkan
bahwa
keluarga turut
menggerakkan nilai-nilai
kebudayaan.
E. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian bertema
keterlibatan ayah pada keluarga Jawa ini adalah:
1. Bagaimana
pandangan remaja
tentang gaya
pengasuhan ayah? 2.
Bagaimana pandangan
remaja tentang keterlibatan ayah?
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memahami
secara mendalam
mengenai bagaimana keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak pada
keluarga Jawa
berdasarkan pandangan anak remajanya dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh
tentang fenomena
yang diteliti
Poerwandari, 2005.
4 Metode
pengumpulan data
pada penelitian
ini adalah
menggunakan wawancara.
Alat bantu yang digunakan peneliti
untuk mempermudah pengambilan data
selama wawancara
berlangsung adalah
dengan menggunakan recorder dan buku
catatan panduan wawancara. Keterlibatan ayah diungkap
dengan menggunakan teori Krampe Newton 2006 menggunakan
indikator hubungan anak dengan ayah dari berbagai sisi: afektif,
perilaku, dan persepsi anak tentang keterlibatan
ayah, kemudian
dipadukan dengan
gaya fundamental pengasuhan ayah yang
diungkap Poulter 2004, disajikan dalam panduan wawancara.
IV. HASIL PENELITIAN DAN