KESIMPULAN DAN SARAN 94 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif 30 Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Talking Stick dan Langsung 32 Tabel 3.1 Bobot Skor Setiap Komponen Jawaban Kemampuan Komunikasi matematika 62 Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi matematika Siswa 65 Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Awal Komunikasi Matematika Pada Tiap Aspek 69 Tabel 4.2 Persentase Kemampuan Komunikasi Matematika I Pada Tiap Aspek 74 Tabel 4.3 Deskripsi Nilai Pada Siklus I 75 Tabel 4.4 Deskripsi Nilai Pada Siklus II 85 Tabel 4.5 Perkembangan Siswa Yang Mengalami Ketuntasan Belajar 86 Tabel 4.6 Hasil Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika Setelah Data Diurutkan 234 Tabel 4.7 Pembagian Kelompok Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 235 Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I Setelah Data Diurutkan 236 Tabel 4.9 Pembagian Kelompok Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 237 Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus I 238 Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus II 239 Tabel 4.12 Transkrip Wawancara Siklus I Kode Siswa 06 240 Tabel 4.13 Transkrip Wawancara Siklus I Kode Siswa 22 241 Tabel 4.14 Transkrip Wawancara Siklus II Kode Siswa 02 242 Tabel 4.15 Transkrip Wawancara Siklus II Kode Siswa 20 243 Tabel 4.16 Tabel Analisi Data Pada Tes awal Kemampuan Komunikasi Matematika 244 Tabel 4.17 Tabel Analisi Data Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 246 Tabel 4.18 Tabel Analisi Data Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 248 Tabel 4.19 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 250 Tabel 4.20 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 257 Tabel 4.21 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 264 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Persegi Panjang ABCD 36 Gambar 2.2. Persegi panjang KLMN 37 Gambar 2.3. Persegi ABCD 39 Gambar 2.4. Persegi KLMN 40 Gambar 2.5. Jajargenjang KLMN 41 Gambar 2.6. Belah Ketupat ABCD 43 Gambar 2.7. Layang – Layang ABCD 45 Gambar 2.8. Trapesium ABCD 47 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 58 Gambar Grafik hasil tes kemampuan komunikasi matematika siklus I dan 91 II ditinjau dari setiap aspek Gambar Grafik persentase nilai rata-rata hasil tes siklus I dan II 92 Gambar 1.1. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan Awal 100 Gambar 1.2. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan Awal 100 Gambar 4.1. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 250 Gambar 4.2. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 251 Gambar 4.3. Jawaban Siswa Soal Nomor 3 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 252 Gambar 4.4. Jawaban Siswa Soal Nomor 4 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 252 Gambar 4.5. Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 253 Gambar 4.6. Jawaban Siswa Soal Nomor 6 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 253 Gambar 4.7. Jawaban Siswa Soal Nomor 7 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 254 Gambar 4.8. Jawaban Siswa Soal Nomor 8 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 255 Gambar 4.9. Jawaban Siswa Soal Nomor 9 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 255 Gambar 4.10. Jawaban Siswa Soal Nomor 10 Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 256 Gambar 4.11. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 257 Gambar 4.12. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 258 Gambar 4.13. Jawaban Siswa Soal Nomor 3 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 259 Gambar 4.14. Jawaban Siswa Soal Nomor 4 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 259 Gambar 4.15. Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 260 Gambar 4.16. Jawaban Siswa Soal Nomor 6 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 260 Gambar 4.17. Jawaban Siswa Soal Nomor 7 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 261 Gambar 4.18. Jawaban Siswa Soal Nomor 8 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 261 Gambar 4.19. Jawaban Siswa Soal Nomor 9 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 262 Gambar 4.20. Jawaban Siswa Soal Nomor 10 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 263 Gambar 4.21. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 265 Gambar 4.22. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 265 Gambar 4.23. Jawaban Siswa Soal Nomor 3 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 266 Gambar 4.24. Jawaban Siswa Soal Nomor 4 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 267 Gambar 4.25. Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 268 Gambar 4.26. Jawaban Siswa Soal Nomor 6 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 268 Gambar 4.27. Jawaban Siswa Soal Nomor 7 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 269 Gambar 4.28. Jawaban Siswa Soal Nomor 8 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 269 Gambar 4.29. Jawaban Siswa Soal Nomor 9 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 270 Gambar 4.30. Jawaban Siswa Soal Nomor 10 Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 270 Gambar 5.1. Guru memberikan Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika kepada siswa 271 Gambar 5.2. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika yang diberikan oleh guru 271 Gambar 5.3. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa serta menginformasikan pembelajaran kooperatif tipe talking stick kepada siswa 271 Gambar 5.4. Guru menjelaskan materi pelajaran mengenai bangun datar segi empat 272 Gambar 5.5. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok 272 Gambar 5.6. Guru membagi LAS kepada setiap siswa pada masing-masing kelompok 272 Gambar 5.7. Guru mengawasi dan membimbing siswa 273 Gambar 5.8. Setelah diskusi selesai siswa menutup LAS yang telah didiskusikan dan menggulirkan tongkat diiringi dengan lagu “si kancil anak nakal” 273 Gambar 5.9. Guru menyuruh siswa yang mendapatkan tongkat setelah lagu “si kancil anak nakal” berakhir untuk maju ke dapan kemudian guru memberikan pertanyaan berupa soal 274 Gambar 5.10. Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru dan boleh dibantu oleh teman sesama kelompoknya 274 Gambar 5.11. Guru menyimpulkan materi pelajaran dan bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan 274 Gambar 5.12. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang bertanya dan yang dapat menjawab pertanyaan guru 275 Gambar 5.13. Guru memberi PR dan menginformasikan pembelajaran Selanjutnya 275 Gambar 5.14. Guru memberikan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I kepada siswa 275 Gambar 5.15. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I yang diberikan oleh guru 276 Gambar 5.16. Guru memberikan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II kepada siswa 276 Gambar 5.17. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II yang diberikan oleh guru 276 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Tes Kemampuan Awal 99 Lampiran 2 : Penyelesaian Siswa Pada Tes Kemampuan Awal 100 Lampiran 3 : RPP I Siklus I 101 Lampiran 4 : RPP II Siklus I 109 Lampiran 5 : RPP III Siklus II 117 Lampiran 6 : RPP IV Siklus II 125 Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa I Siklus I 135 Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS I 139 Lampiran 9 : Lembar Aktifitas Siswa II Siklus I 143 Lampiran 10 : Alternatif Penyelesaian LAS II 152 Lampiran 11 : Lembar Aktifitas Siswa III Siklus II 158 Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian LAS III 165 Lampiran 13 : Lembar Aktifitas Siswa IV Siklus II 170 Lampiran 14 : Alternatif Penyelesaian LAS IV 177 Lampiran 15 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 183 Lampiran 16 : Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 184 Lampiran 17 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 187 Lampiran 18: Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 190 Lampiran 19 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 192 Lampiran 20 : Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 193 Lampiran 21 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 195 Lampiran 22: Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 199 Lampiran 23 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 201 Lampiran 24 : Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 202 Lampiran 25 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 204 Lampiran 26: Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 209 Lampiran 27: Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 211 Lampiran 28: Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 213 Lampiran 29: Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 215 Lampiran 30: Lembar Validator Soal 217 Lampiran 31: Lembar Observasi Kegiatan Guru 218 Lampiran 32: Hasil Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika Setelah Nilai Diurutkan dan Pembagian Kelompok 234 Lampiran 33: Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I Setelah Nilai Diurutkan dan Pembagian Kelompok 236 Lampiran 34: Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus I 238 Lampiran 35 : Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus II 239 Lampiran 36 : Hasil Wawancara Siswa 240 Lampiran 37: Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 244 Lampiran 38: Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 246 Lampiran 39: Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 248 Lampiran 40: Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 250 Lampiran 41: Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 257 Lampiran 42: Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 264 Lampiran 43: Dokumentasi 271

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya zaman, kemajuan dalam bidang pendidikan juga semakin berkembang. Oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan perubahan dalam bidang kurikulum dan peningkatan kualitas pengajar indonesia. Upaya tersebut dilakukan pemerintah mengingat betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya pendidikan, maka seseorang atau sekelompok orang akan memperoleh pengetahuan dari pengalaman yang dilakukannya sehingga menimbulkan proses perubahan ke arah yang lebih baik yang semakin lama semakin berkembang dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ambarjaya 2012 : 7 mendefenisikan bahwa : Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara sesorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menibulkan proses perubahan belajar pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan development bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya. Di dalam dunia pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting, Pendidikan matematika tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika dapat melatih seseorang berfikir secara logis, kreatif dan terampil. Adapun alasan yang melatarbelakangi perlunya matematika diajarkan kepada siswa yaitu seperti yang diungkapkan oleh Cockfort dalam Abdurrahman, 2012 : 204 yang mengatakan bahwa: Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1 selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, 2 semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, 3 merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, 4 dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5 meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan 6 memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Meskipun matematika merupakan salah satu matapelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, matematika tetap saja menjadi matapelajaran yang sulit dan tidak disenangi oleh siswa khususnya di negara Indonesia. Hal itu terungkap dalam data UNESCO dalam Huzzah, 2008 bahwa : Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari peringkat matematika Indonesia yang berada di deretan 34 dari 38 negara.Sejauh ini Indonesia belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Frederick salah satu hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan matematika siswa yaitu pemberian soal yang terlalu kaku, dimana soal tersebut lebih banyak diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematika dan diset dalam konteks yang jauh dari realtitas kehidupan sehari-hari. Akibat dari itu Firman selaku ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia AGMI berpendapat bahwa banyak siswa yang merasa kesulitan dan menganggap matematika sebagai pealajaran yang tidak menyenangkan. Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa menjadi kurang adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa yang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan konsep materi dalam pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh pendapat Ansari 2009 : 19 yang menyatakan : “Semakin tinggi kemampuan komunikasi matematika siswa, semakin tinggi pula pemahaman yang dituntut kepada siswa”. Kemampuan komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Broody dalam Ansari, 2009 : 4 yang menyebutkan : Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language , atrinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir a tool to aid thinking, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematis learning as social activity , artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antarsiswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 8 BINJAI T.A 2015/2016.

0 3 33

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP AKP GALANG T.A 2015/2016.

0 4 25

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN THINK-TALK-WRITE PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT KELAS VII SMP.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA.

1 10 37

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGENAL BANGUN DATAR PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS V DI SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR.

0 0 1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUDIO UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VII PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT.

0 0 147

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA BANGUN DATAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS C.D3 DI SLB NEGERI TEMANGGUNG.

0 2 207

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT Fachrudin Ruzi

0 0 12

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 1 SOMAGEDE PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

0 0 14