PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUDIO UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VII PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT.

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUDIO UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VII PADA

MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Cinta Adi Kusumadewi NIM 13301241056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUDIO UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VII PADA

MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT Oleh:

Cinta Adi Kusumadewi NIM 13301241056

ABSTRAK

Siswa tunanetra memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam hal penglihatannya, sehingga mereka menggunakan indera pendengaran atau peraba dalam proses pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran berbasis audio materi bangun datar segi empat untuk siswa tunanetra kelas VII. Media yang dikembangkan akan diuji kevalidannya yang meliputi aspek kualitas isi dan tujuan, kualitas teknis, dan kualitas instruksional/pembelajaran serta ditinjau secara kualitatif.

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini menggunakan model pengembangan 4-D, yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Media yang telah dikembangkan, diujicobakan kepada 5 siswa untuk memperoleh tanggapan/respon terhadap media. Kemudian siswa diwawancara mengenai media audio terpilih yang mencakup aspek jenis kelamin narator, penggunaan bahasa, dan kecepatan pengucapan narator.

Penelitian ini menghasilkan media pembelajaran bangun datar segi empat berbasis audio untuk siswa tunanetra kelas VII yang dikembangkan dengan format MP3. Hasil kualitas media pembelajaran audio menurut penilaian ahli materi sebesar 82 dari skor ideal 78,2 < ̅ 96,6 dengan kategori baik, ahli media sebesar 71 dari skor ideal 57,8 < ̅71,4 dengan kategori baik, reviewer sebesar 104 dari skor ideal 85,0 < ̅105,0 dengan kategori baik, dan respon lima siswa sebesar 57,2 dari skor ideal ̅ > 54,6 dengan kategori sangat setuju. Hasil tanggapan/respon siswa terhadap media terpilih yaitu (1)semua siswa tunanetra memilih suara perempuan daripada laki-laki sebagai narator karena suara perempuan lebih enak didengar, sehingga ketertarikan lawan jenis tidak bisa digunakan untuk menentukan suara media audio yang dipilih, (2)siswa tunanetra lebih senang apabila materi disampaikan menggunakan bahasa komunikatif, dan (3)siswa tunanetra tidak memiliki perbedaan dengan siswa pada umumnya dalam menerima informasi yang berkaitan dengan kecepatan berbicara yaitu 150-200 kata per menit.


(3)

iii

DEVELOPMENT MEDIA AUDIO-BASED IN MATHEMATICS LEARNING FOR STUDENTS-BLIND GRADE 7TH ON

QUADRILATERAL By:

Cinta Adi Kusumadewi 13301241056

ABSTRACT

Students-blind have low vision so that they use sense of hearing and touch in learning process. This research is developing media audio-based for students-blind grade 7th. Media that is developed will be tested the feasibility that include quality of contents and purpose, technical quality, and learning quality and then it is reviewed of qualitative..

The Research and Development uses 4-D model,i.e Define, Design, Develop, dan Disseminate. Media that have been developed is tested to 5 students for getting their responses of the selected media that cover election gender of speakers, use of language, and the speed of pronounciation.

The result of this research is media audio-based mathematics learning on quadrilateral for students-blind grade 7th with MP3-format. The result of quality of learning media according to material expert is 82 from ideal score 78,2 < ̅96,6 with a good category, media expert is 71 from ideal score 57,8 < ̅71,4 with a good catoegory, reviewer is 104 from ideal score 85,0 < ̅ 105,0 with a good category, and the response of five students is 57,2 dari skor ideal ̅ > 54,6 with a strongly agree. The result of students response of the selected media are; (1)all of students-blind choose the voice of woman than men as a speaker because the voice of woman is better to heard, so that interest in the opposite sex can not be used to determine the voice of the selected audio media, (2) they more excited when the material is conveyed using communicative language, and (3) students-blind do not have difference with students at large in receiving information related to the speed of talking that is 150-200 word per minute.


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cinta Adi Kusumadewi NIM : 13301241056

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul TAS : Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Audio untuk Siswa Tunanetra Kelas VII pada Materi Bangun Datar Segi Empat.

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Juni 2017 Yang menyatakan,

Cinta Adi Kusumadewi NIM 13301241056


(5)

v MOTTO

“Ada tiga ilmu yang wajib dicari, adapun selainnya hanyalah tambahan yaitu Al-Qur’an, Al-Hadist dan ilmu pembagian harta waris yang adil.”

(HR. Abu Daud)

“ Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(QS. Al Baqarah: 153)

“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam.” (HR. Ibnu Majah)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al Insyiroh: 6)


(6)

vi


(7)

vii

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUDIO UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VII PADA

MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT Disusun oleh:

Cinta Adi Kusumadewi NIM 13301241056

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta Pada tanggal 6 Juli 2017

TIM PENGUJI

Nama/Jabatan Tanda tangan Tanggal

Bambang Sumarno H.M., M.Kom NIP. 19680210 199802 1 001

Ketua Penguji ……… ………

Nur Hadi Waryanto, M.Eng NIP. 19780119 200312 1 002

Sekretaris Penguji ……… ………

Dr. Ali Mahmudi

NIP. 19730623 199903 1 001

Penguji Utama ……… ………

Kuswari Hernawati, M.Kom NIP. 19760414 200501 2 002

Penguji Pendamping ……… ………

Yogyakarta, Juli 2017

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Dekan,


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Kedua orangtua saya, Suranto, S.Pd dan Sulastri, terima kasih atas segala

bentuk kasih sayang, do’a, dan perhatian yang tiada henti.

2. Kakak-kakakku yang kusayangi, Suci Kusuma Dewi, S.Pd dan Mustakim Putra Abi Bola, S.Pd, terimakasih atas dukungan kalian.

3. Teman-teman kelas Pendidikan Matematika Internasional 2013, terimakasih atas hangatnya kebersamaan, motivasi, saran, dan dukungannya. Terkhusus kepada Afifah, Arfan, Dewi, Dika, Dita, Endah, Herwati, Ida, Mala, Naja, Nefi, Nikhu, dan Rofi, terimakasih atas persahabatan yang mengesankan, kalian luar biasa.

4. Rekan-rekan kos, Warda, Eva, Putri, Ulfa, Nurul, Adinda, Isnaini, Rera, dan Fatimah yang selalu memberikan motivasi dan do’a dalam menyusun tugas akhir skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat SMA, April, Feby, Khani, Puji, dan Riana yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Rekan-rekan organisasi GP Gondokusuman, terimakasih atas bekal ilmu, pengalaman, do’a, dan dukungan yang sangat berharga bagi saya.

7. Saudara, rekan-rekan, dan orang-orang yang senantiasa menunggu kabar gembira akan kelulusanku.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skrisi ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd selaku Rektor Univeristas Negeri Yogyakarta, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menuntut ilmu di Universitas ini.

2. Bapak Dr. Hartono, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengesahkan skripsi ini.

3. Bapak Slamet Suyanto, M.Ed, selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memohonkan izin penelitian.

4. Bapak Dr. Ali Mahmudi, Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf jurusan yang telah memberikan kemudahan administrasi.

5. Bapak Bambang Sumarno H.M, M.Kom dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.


(10)

x

6. Ibu Kuswari Hernawati, M.Kom yang telah memvalidasi instrumen penilaian dalam penelitian ini.

7. Bapak Nur Hadi Waryanto, S.Si., M.Eng sebagai dosen ahli media yang telah meluangkan waktu memberikan saran dan masukan untuk perbaikan produk pada penelitian ini .

8. Ibu Himmawati Puji Lestari, M.Si sebagai dosen ahli materi yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran dan masukan untuk perbaikan media pembelajaran.

9. Bapak Eko Swasto, S.Pd., guru mata pelajaran matematika kelas VII di SLB-A YAAT Klaten yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

10.Siswa-siswi kelas VII SMP di SLB-A YAAT Klaten atas kerjasama yang baik selama pelaksanaan penelitian.

11.Sahabat-sahabat yang senantiasa membantu dan memberikan semangat dukungan dalam penyelesaian skripsi.

12.Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah turut membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berusaha menyusun sebaik-baiknya namun masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Yogyakarta, Juni 2017 Penulis


(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

ABSTRAK…...…….………... ii

ABSTRACT…..…….……….. iii

SURAT PERNYATAAN…….……… iv

MOTTO ………... v

LEMBAR PERSETUJUAN………..….. vi

LEMBAR PENGESAHAN………... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….… viii

KATA PENGANTAR…...……….. ix

DAFTAR ISI………..………. xi

DAFTAR TABEL………...……… xiii

DAFTAR GAMBAR………..……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...……… xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Matematika... 9

B. Pengertian Belajar ... 10

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 12

D. Pembelajaran Matematika ... 15

E. Bangun Datar Segi Empat ... 16

F. Media Pembelajaran ... 19

G. Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra ... 22

H. Pembelajaran Matematika pada Siswa Tunanetra ... 26

I. Media Pembelajaran Berbasis Audio ... 27

J. Penelitian yang Relevan ... 31


(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Rancangan Penelitian ... 34

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 36

C. Tenik Pengumpulan Data ... 40

D. Jenis Data ... 42

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 59

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bangun Datar Segi

Empat ………. 16

Tabel 2. Bentuk dan Definisi Bangun Datar Segi Empat ………. 17

Tabel 3. Sifat-sifat Bangun Datar Segi Empat……….. 18

Tabel 4. Rincian Aspek dan Jumlah Butir Pernyataan Lembar Penilaian untuk Ahli Materi dan Ahli Media………...………. 44

Tabel 5. Rincian Aspek dan Jumlah Butir Pernyataan Lembar Penilaian untuk Guru (Reviewer) dan Siswa……….. 44

Tabel 6. Penilaian dengan Skala Likert ……… 45

Tabel 7. Konversi Data Kuanitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima ….. 46

Tabel 8. Klasifikasi Kevalidan Media ………... 47

Tabel 9. Pedoman Penskoran Angket Respon ………... 47

Tabel 10. Klasifikasi Kepraktisan Media ……….. 47

Tabel 11. Kriteria Keefektifan Media Pembelajaran ……… 48

Tabel 12. Klasifikasi Keefektifan Media ………... 48

Tabel 13. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli Materi ………. 51

Tabel 14. Masukan dan Saran dari Dosen sebagai Ahli Materi ………... 52

Tabel 15. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli Media ..…………... 52

Tabel 16. Masukan dan Saran dari Dosen sebagai Ahli Media ……….... 53

Tabel 17. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Reviewer ………... 53

Tabel 18. Data Respon Lima Siswa terhadap Media Pembelajaran ……….... 54

Tabel 19. Hasil Tes Evaluasi Belajar Siswa ………. 54

Tabel 20. Hasil Wawancara Lima Siswa Kelas VII SLB-A YAAT Klaten.… 55 Tabel 21. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio ………..….. 55

Tabel 22. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio dari Aspek Kualitas Isi dan Tujuan .……….. 58

Tabel 23. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio dari Aspek Kualitas Teknis ……….………. 58

Tabel 24. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio dari Aspek Instruksional/Pembelajaran ……….…… 59

Tabel 25. Revisi Materi yang Dilakukan ………. 61


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek dengan Skor

Ideal oleh Ahli Materi ……….. 56 Gambar 2. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek dengan Skor

Ideal oleh Ahli Media ……… 56 Gambar 3. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek dengan Skor

Ideal oleh Reviewer……… 57 Gambar 4. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek dengan Skor


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran A. ………. 75

Lampiran A1. Deskripsi Media Pembelajaran Audio……….. 76

Lampiran B ……….. 82

Lampiran B1. Angket Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII untuk

Ahli Materi……….…. 83

Lampiran B2. Angket Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII untuk

Ahli Media……….…. 86

Lampiran B3. Angket Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII untuk

Guru/Reviewer……… 90

Lampiran B4. Angket Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII untuk

Siswa…….……….…. 93

Lampiran B5. Pedoman Wawancara ……….. 95

Lampiran C……… 96

Lampiran C1. Perhitungan Kualitas Produk untuk Setiap Aspek Penilaian

Berdasarkan Penilaian Ahli Materi ……….... 97 Lampiran C2. Perhitungan Kualitas Produk untuk Setiap Aspek Penilaian

Berdasarkan Penilaian Ahli Media ………. 99 Lampiran C3. Perhitungan Kualitas Produk untuk Setiap Aspek Penilaian

Berdasarkan Penilaian Reviewer ……… 101 Lampiran C4. Perhitungan Kualitas Produk untuk Setiap Aspek Penilaian

Berdasarkan Penilaian Siswa ………...………... 103 Lampiran C5. Perhitungan Kualitas Produk Berdasarkan Penilaian Ahli

Materi……….. 105 Lampiran C6. Perhitungan Kualitas Produk Berdasarkan Penilaian Ahli

Media ……….. 106

Lampiran C7. Perhitungan Kualitas Produk Berdasarkan Penilaian


(16)

xvi

Lampiran C8. Perhitungan Kualitas Produk Berdasarkan Penilaian Respon

Siswa ………...………... 108

Lampiran D...……… 109

Lampiran D1. Hasil Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII oleh Ahli Materi……….…. 110

Lampiran D2. Hasil Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII oleh Ahli Media……….…. 113

Lampiran D3. Hasil Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII oleh Reviewer……….…. 116

Lampiran D4. Hasil Penilaian Media Pengembangan Matematika Berbasis Audio pada Materi Segi Empat untuk Siswa Kelas VII oleh Siswa…….……….…. 119

Lampiran E………... 129

Lampiran E1. Surat Permohonan Validasi………..…. 130

Lampiran E2. Surat Keterangan Validasi ……… 132

Lampiran E3. Surat Keterangan Penelitian ……….. 134

Lampiran F……… 136

Lampiran F1. Dokumentasi ………. 137


(17)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Matematika A.

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan. Menurut Sudjono (1998: 4) ada beberapa definisi matematika yaitu: (a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematis; (b) Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan kalkulasi; (c) Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan; (d) Matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah-masalah tentang ruang dan bentuk; (e) Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki beberapa karakteristik. Soedjadi (2000: 13) berpendapat bahwa secara umum matematika memiliki karakteristik sebagai berikut: memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dalam arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya. Hudojo (1988: 3) juga berpendapat bahwa matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.

Dari uraian di atas, karakteristik matematika yang memiliki kajian abstrak adalah menjadikan ciri bahwa matematika sulit. Keabstrakan matematika yang menuntut siswa untuk dapat membayangkan dan mengilustrasikan sehingga


(18)

10

terlihat nyata. Hal demikianlah yang membuat siswa sering kali mengalami kesulitan. Masalah demikian tidak hanya terjadi pada siswa, namun juga pada guru yang mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak agar dapat diterima oleh siswa. Oleh sebab itu, apabila masalah ini terus berkesinambungan terjadi, maka akan menghambat pencapaian dari tujuan pembelajaran matematika.

Pengertian Belajar B.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dapat dilakukan di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Belajar tidaklah dibatasi oleh materi dalam suatu mata pelajaran maupun konteks keilmuan secara formal di sekolah. Santrock (2011: 60) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan kepribadian diri yang merupakan pola baru berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau pengertian. Hal ini menunjukkan bahwa belajar tidak terbatas oleh konteks pengetahuan yang diperoleh di sekolah, melainkan pengetahuan yang membentuk kepribadian seseorang. Dalam perspektif teori kognitif, belajar dapat diartikan sebagai peristiwa mental, bukan peristiwa perilaku meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar.

Belajar tidak selalu terlihat dengan adanya tingkah laku yang tampak, tetapi dapat berupa perubahan persepsi dan pemahaman. Menurut Suyono (2001: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Suprijono (2014: 22) mendefinisikan belajar adalah proses mental


(19)

11

yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Skinner (dalam Syah, 2010: 88) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut eksperimennya, hasil belajar yang diperoleh bergantung pada proses adaptasi. Berdasarkan hal tersebut, diperoleh bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan, dan mengikuti arah tertentu. Oleh karena itu, teori kognitif menekankan belajar sebagai proses berpikir yang sangat kompleks.

Dalam proses belajar, terdapat hal-hal yang menjadi dampak pengaruh bagi belajar seseorang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Siregar (2014: 4) yang menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek, yaitu;

a. Bertambahnya jumlah pengetahuan,

b. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, c. Ada penerapan pengetahuan,

d. Menyimpulkan makna,

e. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f. Adanya perubahan sebagai pribadi.

Belajar merupakan proses yang bersifat internal (a purely internal event ) yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan telah belajar jika ia mampu mengenali dirinya yang memenuhi kriteria atau ciri belajar.


(20)

12

Adapun ciri-ciri belajar menurut Burhanuddin dan Wahyuni (2007: 15-16) yang dapat digunakan sebagai identifikasi seseorang belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).

2. Perubahan perilaku relatif permanen.

3. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. 4. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman. 5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Dari beberapa paparan mengenai pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dalam mendapatkan pengetahuan, baik pengetahuan lama maupun pengetahuan baru melalui pengalaman yang mengakibatkan adanya proses mental aktif dalam mencapai pengetahuan serta perubahan persepsi dan pemahaman yang dapat menimbulkan perubahan perilaku.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar C.

Secara umum, kualitas hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal (faktor dari dalam siswa), dan faktor eksternal (faktor dari luar siswa). Syah (2011: 130) menambahkan faktor pendekatan belajar (approach to learning) setelah faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal 1. Aspek Fisiologis


(21)

13

Aspek fisiologis yang dimaksud adalah kondisi umum jasmani siswa, seperti kesehatan indera pendengar dan penglihatan yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di kelas.

2. Aspek Psikologis

Aspek psikologis juga memiliki pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas belajar siswa pada materi yang disajikan di kelas. Menurut Syah (2011: 148) di dalam aspek psikologis terdapat beberapa faktor, yaitu tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal 1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang menjadi faktor pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas belajar siswa adalah sekolah, masyarakat, dan keluarga. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas/sekolah di mana ia belajar. Adapun lingkungan sosial masyarakat mencakup tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal mereka (Syah, 2010: 135). Lingkungan sosial dari keluarga merupakan faktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap belajar siswa. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak sehingga akan


(22)

14

berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan perilaku-perilaku kebiasaan siswa.

2. Lingkungan Non Sosial

Lingkungan non sosial yaitu lingkungan fisik di mana siswa itu tinggal dan belajar. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik yaitu kondisi dan letak gedung sekolah, kondisi dan letak tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar siswa, situasi/kondisi lingkungan bermain dan waktu belajar yang digunakan oleh siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore, seorang ahli bernama J.Biggers

berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada waktu-waktu yang lain. Akan tetapi, beberapa ahli lain berpendapat kalau hasil belajar tidak bergantung pada waktu belajar, namun bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapan siswa belajar (Syah, 2011: 155).

c. Faktor Pendekatan Belajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Pendekatan belajar ini dapat diciptakan oleh guru yang memberikan materi di kelas atau pendekatan belajar yang digunakan siswa. Syah (2010: 136) menjelaskan bahwa seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar achieving (pendekatan prestasi tinggi) misalnya,


(23)

15

mungkin berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan deep (mendalam) atau surface (permukaan/bersifat lahiriah).

Oleh sebab itu, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, maka terdapat siswa yang berprestasi tinggi (high-achievers) dan ada siswa yang berprestasi rendah (underachievers).

Pembelajaran Matematika D.

Perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajari suatu materi tertentu. Menurut Suprijono (2014: 13) pembelajaran diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan agar terciptanya pembelajaran. Jadi, subjek dari pembelajaran adalah peserta didik. Hasil dari kegiatan pembelajaran tersebut memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa, sehingga dalam hal ini guru hendaknya dapat memilih strategi pembelajaran yang cocok untuk melibatkan siswa aktif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan pengaturan pengalaman siswa yang disengaja untuk memperoleh kemampuan tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah serangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru di kelas dalam penyampaian materi matematika. Pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya sebatas pada penyampaian materi dan pencapaian tujuan belajar matematika di sekolah, melainkan membekali siswa dengan ilmu matematika agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta membentuk kepribadian dan pola pikir bernalar


(24)

16

siswa. Jadi, pembelajaran matematika selain bertujuan dalam penyampaian materi matematika, juga bertujuan dalam membentuk pola pikir dan kepribadian siswa.

Dengan demikian, guru hendaknya merancang pembelajaran matematika sedemikian rupa sehingga dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap dan kemampuan intelektualnya melalui belajar matematika.

Bangun Datar Segi Empat E.

Bangun datar segi empat merupakan salah satu pokok bahasan yang ada di kelas VII semester II pada kurikulum KTSP 2006 dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bangun Datar Segi Empat

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami konsep segi empat

dan segitiga serta menentukan ukurannya.

Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.

Secara definisi, segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk oleh empat garis lurus. Bangun datar segi empat yang akan dibahas pada kelas VII ini meliputi jajargenjang, persegi panjang, persegi, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Bentuk bangun datar segi empat sering dijumpai di lingkungan sekitar kita, seperti meja yang berbentuk persegi panjang, figura yang berbentuk persegi, permainan layang-layang yang berbentuk bangun datar layang-layang, dan lain-lain. Berikut disajikan bentuk dan definisi bangun datar segi empat pada Tabel 2.


(25)

17

Tabel 2. Bentuk dan Definisi Bangun Datar Segi Empat

No Nama Bentuk Definisi

1. Jajargenjang Jajargenjang adalah segi empat yang kedua pasangan sisi berhadapan saling sejajar. 2. Persegi

panjang

Persegi panjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi sama panjang dan salah satu sudutnya siku-siku.

3. Persegi Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya siku-siku. 4. Belah ketupat Belah ketupat adalah jajargenjang

yang keempat sisinya sama panjang.

5. Layang-layang

Layang-layang adalah segi empat yang salah satu diagonalnya berimpit dengan sumbu diagonal yang lain.

6. Trapesium Trapesium adalah segi empat yang tepat mempunyai sepasang sisi yang berhadapan saling sejajar.

Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun datar segi empat disajikan pada Tabel 3 berikut.


(26)

18

Tabel 3. Sifat-sifat Bangun Datar Segi Empat Nama Bangun

Datar Segi Empat

Sifat-sifat

Jajargenjang 1. Sisi-sisi yang berhadapan saling sejajar dan sama panjang.

2. Pasangan sudut yang saling berhadapan sama besar. 3. Diagonal-diagonal jajargenjang saling membagi dua

sama panjang.

Persegi panjang 1. Dua pasang sisi yang saling berhadapan sama panjang. 2. Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku.

3. Diagonal-diagonal persegi panjang sama panjang dan membagi dua sama panjang.

Persegi 1. Sisi-sisi yang saling berhadapan adalah sejajar. 2. Keempat sisinya sama panjang.

3. Keempat sudut pada persegi sama besar dan siku-siku. 4. Kedua diagonalnya sama panjang dan saling membagi

dua sama panjang.

5. Diagonal-diagonal persegi berpotongan tegak lurus. Belah ketupat 1. Sisi-sisi yang saling berhadapan adalah sejajar.

2. Keempat sisi belah ketupat sama panjang. 3. Pasangan sudut yang berhadapan sama besar. 4. Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang. 5. Diagonal-diagonalnya berpotongan tegak lurus. Layang-layang 1. Sepasang-sepasang sisi yang berdekatan sama

panjang.

2. Sepasang sudut yang berhadapan adalah sama besar. 3. Diagonal-diagonalnya berpotongan tegak lurus. 4. Salah satu diagonalnya membagi layang-layang

menjadi dua segitiga sama besar.

Trapesium 1. Trapesium memiliki tepat sepasang sisi sejajar.

2. Jumlah sudut berdekatan antara dua sisi sejajar adalah 180o .

3. Terdapat dua jenis trapesium, yaitu trapesium sama kaki dan trapesium siku-siku.


(27)

19 Media Pembelajaran

F.

1. Pengertian Media

Media adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai perantara. Menurut Rumampuk (1998: 3), media menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi antara sumber dan penerima. Sanaky (2013: 3) menyebutkan media adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan informasi.

Secara umum, dengan alat bantu media akan mempermudah dan memperlancar dalam penyampaian suatu informasi. Adapun fungsi media diantaranya menurut Sanaky (2013: 10) adalah:

a. Membangkitkan motivasi belajar (engage the student’s motivation), sebab penggunaan media menjadi lebih menarik dan memusatkan perhatian pebelajar

b. Mengulang apa yang telah dipelajari (recall earlier learning), yaitu media tersebut dapat digunakan berulang kali sebagai siklus belajar. c. Menyediakan stimulus belajar (provide new learning stimuli), yaitu dengan adanya media sebagai sarana untuk menimbulkan stimulus belajar bagi pebelajar.

d. Mengaktifkan respon murid (activate the student’s response), yaitu dengan media dapat menimbulkan ide-ide sebagai respon terhadap media.


(28)

20

e. Memberikan balikan dengan cepat/segera (give speedy feedback), sebab pengguna media dapat memberikan timbal balik terhadap media yang digunakan.

f. Menggalakkan latihan yang serasi (encourage appropiate practice), yaitu dengan media tersebut dapat memotivasi untuk berlatih agar pebelajar memahami apa yang telah dipelajari.

2. Jenis Media

Salah satu cara untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas adalah dengan adanya media. Melalui media tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi, menarik perhatian, dan membantu siswa dalam belajar. Oleh sebab itu, sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, guru seharusnya telah memilih media yang sesuai dengan apa yang akan dikomunikasikan kepada siswa. Jenis media yang dapat digunakan sebagai sarana proses pembelajaran meliputi:

a. Media gambar diam dan grafis

Media gambar diam adalah media visual berupa gambar yang diproses melalui fotografi. Media grafis merupakan media visual melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka, dan simbol/gambar. b. Media papan, yaitu media visual yang menggunakan papan sebagai

alat untuk menyampaikan pesan.

c. Media dengan proyeksi, yaitu media visual yang diproyeksikan yang mana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki unsur sedikit gerakan.


(29)

21

d. Media alat peraga, yaitu media berupa alat bantu yang berfungsi untuk meragakan sesuatu dalam proses penyampaian pesan.

e. Media audio, yaitu media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran.

3. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, terdapat unsur yang menjadi acuan penting yaitu media pembelajaran. Arsyad (1997: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan memunculkan pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Media pembelajaran menurut Sanaky (2013: 4) adalah sesuai dengan kondisi siswa, minat, dan kemampuan untuk lebih meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan kompetensi. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Dalam penggunaan media pembelajaran harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran tersebut (Susila & Riyana, 2008: 10). Oleh sebab itu, adanya media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun manfaat media dalam proses pembelajaran menurut Sanaky (2013: 15) adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk belajar.


(30)

22

b. Bahan pembelajaran akan lebih mudah dpahami oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

c. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.

Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra G.

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Mangunsong (2014: 3) mengemukakan anak yang tergolong luar biasa atau memiliki kebutuhan khusus yaitu:

Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional.

Menurut Hidayat (2013: 21), anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki keterbatasan atau gangguan baik dalam fisik, mental, maupun perilaku sosialnya sehingga berimplikasi pada bentuk pendidikannya. Hal ini juga senada dengan pendapat Mangunsong (2014: 3) yang berpendapat tentang anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mungkin memiliki keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosi atau perilaku, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan lain lain sehingga memerlukan pendidikan dan pelayanan secara khusus. Pendidikan khusus ini diberikan karena mereka berbeda dengan siswa pada umumnya.


(31)

23

Dapat disimpulkan bahwa anak yang tergolong luar biasa atau berkebutuhan khusus adalah anak yang berbeda dari rata-rata anak normal dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik, neuromuskular, perilaku sosial, emosioanal, dan kemampuan berkomunikasi yang mana mereka memerlukan adanya modifikasi tugas-tugas sekolah, metode belajar dan pembelajaran atau pelayanan terkait lainnya untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

2. Pengertian dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra Tunanetra adalah seseorang yang terganggu penglihatannya sehingga mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara umum. Mereka memiliki ketajaman mata antara 6/21 – 6/60 (20/70 – 20/200) atau kurang dari 6/60 (20/200) yang jauh dari ketajaman mata normal yaitu 6/6 atau 20/20. Menurut Hidayat dan Suwandi (2013: 2), tunanetra adalah anak yang mengalami kekurangan dalam penglihatannya sehingga tidak mampu dipergunakan secara normal walaupun sudah dibantu dengan alat lihat lain. Oleh karena itu, mereka memerlukan layanan khusus dalam proses pembelajarannya. Adapun tunanetra pada seseorang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Buta

Seseorang dikatakan buta jika orang tersebut sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar.


(32)

24

Seseorang yang masih dapat menerima rangsangan cahaya dari luar, namun ketajamannya kurang dari 6/21(20/70) atau orang itu hanya mampu melihat headline pada surat kabar.

Mangunsong (2014: 55) membagi dua kelompok gangguan penglihatan berdasarkan sudut pandangan pendidikan, yaitu:

a. Siswa yang tergolong buta akademis (educationally blind), mencakup siswa yang tidak dapat lagi menggunakan penglihatannya untuk tujuan belajar huruf awas/ cetak. Pendidikan yang diberikan pada siswa meliputi program pengajaran yang memberikan kesempatan anak untuk belajar melalui non visual sense (sensori lain di luar penglihatan). b. Siswa yang melihat sebagian/kurang awas (the partially

sighted/low vision), meliputi siswa dengan penglihatan yang masih berfungsi secara cukup, di antara 20/70 – 20/200, atau mereka yang mempunyai ketajaman penglihatan normal tapi medan pandangan kurang dari 20 derajat. Dengan demikian cara belajar utamanya dapat semaksimal mungkin menggunakan sisa penglihatan.

Adapun ketunanetraan atau gangguan penglihatan pada seseorang dapat diketahui dengan kondisi:

 Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman orang normal.

 Adanya cairan tertentu atau kekeruhan pada lensa mata.

 Tidak mampu membedakan warna.

 Sangat sensitif/peka terhadap cahaya atau ruang terang atau photophobic.

 Posisi mata yang sulit dikendalikan oleh syaraf otak.

 Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.


(33)

25

Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh siswa tunanetra, menyebabkan indera penglihatannya tidak dapat digunakan dengan baik. Mereka dapat menggunakan indera peraba atau indera pendengaran dalam berkomunikasi atau belajar. Apabila siswa tunanetra menggunakan indera peraba, maka huruf braille merupakan perantara dalam berkomunikasi maupun belajar. Sedangkan apabila mereka menggunakan indera pendengaran, maka mereka akan berkomunikasi secara verbal, yaitu mereka menangkap setiap ucapan yang diberikan oleh lawan bicara. Oleh karena itu, kecepatan pengucapan lawan bicara sangat berpengaruh dalam daya tangkap indera pendengaran bagi siswa tunanetra.

Salah satu karakteristik yang dimiliki yang dimiliki siswa tunanetra adalah perhatian terpusat. Hilangnya fungsi indera penglihatan menyebabkan siswa tunanetra memiliki perhatian terpusat dengan indera yang masih ada, termasuk indera pendengaran. Oleh sebab itu, mereka memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi pada indera-indera yang masih ada dibandingkan dengan siswa awas pada umumnya.

Dalam hal perkembangan motorik, siswa tunanetra mengandalkan indera-indera yang masih ada sebagai stimulus yang merangsang untuk mengenali lingkungannya dan melakukan aktivitas motorik. Namun, sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti, siswa tunanetra memiliki kepekaan yang tinggi pada indera pendengarannya. Mereka menghafal karakteristik suara orang lain dengan sangat mudah, akibatnya mereka merasa


(34)

26

terganggu ketika ada noise di lingkungan, seperti suara yang membuat bising dan hujan.

Perkembangan intelegensi siswa tunanetra pada umumnya normal, atau sesuai dengan keadaan umurnya. Hallahan & Kaufman (dalam Suharmini, 2009: 34) menegaskan bahwa tidak terdapat bukti tentang kondisi tunanetra akan menghasilkan IQ yang rendah. Hal ini juga berlaku dalam perkembangan bahasa pada tunanetra. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam sub tes verbal (WISC) tidak ada perbedaan verbal antara anak awas dengan anak tunanetra (Suharmini: 2009). Dengan demikian, daya serap kata siswa tunanetra sama dengan siswa pada umumnya. Apabila siswa benar-benar berkonsentrasi, mereka akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian setengah dari apa yang dikatakan oleh lawan bicara.

Pembelajaran Matematika pada Siswa Tunanetra H.

Muatan isi setiap mata pelajaran pada SMPLB A (A=tunanetra) pada dasarnya sama dengan SMP umum, akan tetapi adanya keterbatasan dan kebutuhan khususnya, maka diperlukan modifikasi dan/atau penyesuaian terhadap kondisi siswa. Secara umum, pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa tunanetra adalah melalui media braille yang menggunakan kekuatan indera peraba dalam memahami suatu materi. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk semua mata pelajaran umum, termasuk matematika pada SDLB, SMPLB, SMALB mengacu pada SK dan KD sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, dikembangkan oleh BSNP.


(35)

27

Media yang digunakan dalam menunjang proses pembelajaran untuk siswa tunanetra adalah buku braille matematika dan komputer/laptop bicara sebagai media belajar mereka. Oleh karena itu, melalui buku braille matematika, siswa lebih memaksimalkan indera peraba dalam menemukan serta memahami suatu materi. Apabila buku braille yang tersedia terbatas, maka guru menyampaikan materi matematika secara lisan yang kemudian dicatat oleh siswa. Akan tetapi, hal ini membutuhkan waktu yang lama sehingga pembelajaran berlangsung kurang efektif. Sedangkan penggunaan komputer/laptop bicara dirasa kurang efektif karena simbol-simbol matematika tidak bisa terbaca oleh screenreader.

Oleh sebab itu, penyampaian materi matematika dapat dikemas dalam bentuk media berbasis audio atau media audio recording.

Media Pembelajaran Berbasis Audio I.

Media pembelajaran berbasis audio adalah cara untuk menyiapkan isi pelajaran atau jenis informasi tertentu mengggunakan bantuan suara. Menurut Haryanto (1997: 8) media audio merupakan suatu media untuk menyampikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan melalui indera pendengaran. Anderson (1987: 125) menambahkan bahwa audio merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan, dan mudah disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Materi yang disajikan untuk didengar memiliki karakteristik yang berbeda dengan materi yang disajikan untuk dibaca. Hal ini berarti terdapat aturan tata bahasa yang mengikat agar kalimat yang tertulis dapat diungkapkan secara wajar.


(36)

28

Berikut adalah beberapa karakteristik yang diperhatikan dalam pengembangan media audio:

1. Narator

Narator adalah seseorang yang menceritakan sebuah cerita. Dalam pengembangan media audio ini, narator merupakan seseorang yang menyampaikan materi secara audio. Pada media audio ini, terdapat dua jenis narator yaitu narator laki-laki dan narator perempuan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memilih suara narator berdasarkan ketertarikan lawan jenis, yaitu siswa laki-laki akan memilih suara narator perempuan dan siswa perempuan akan memilih suara narator laki-laki.

Faktor perbedaan biologis antara pita suara laki-laki dan perempuan menyebabkan perbedaan suara yang dihasilkan. Oleh sebab itu, suara perempuan cenderung melengking dan lebih nyaring daripada suara laki-laki. Penjelasan secara sosiobiologis oleh Graddol dan Swann dalam Santoso (2012) yaitu suara laki-laki lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih bertenaga dibandingkan dengan perempuan. Suara laki-laki relatif lebih besar daripada suara perempuan.

2. Bahasa

Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Bahasa memerlukan teknik untuk meletakkan kata-kata kunci di tempat-tempat tertentu yang didengar oleh pendengar. Hal ini disebabkan karena pendengar perlu memusatkan perhatiannya untuk menerima pesan kata-kata yang penting. Oleh karena itu, struktur kalimat


(37)

29

disusun secara menarik dan mengarah pada kata-kata kunci. Gaya bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Laki-laki cenderung mementingkan bagaimana pesan dalam komunikasinya dapat tersampaikan, sedangkan perempuan lebih mementingkan bagaimana cara mereka berbicara dan bagaimana cara mereka menyampaikan pesannya.

Berdasarkan teori dominasi (domination of theory) yang menjelaskan bahwa perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan dalam konteks kekuasaan (Putera & Sibuea, 2016: 68). Beberapa pakar menyampaikan bahwa perempuan memiliki kecerdasan bahasa yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Byrd yang menyampaikan bahwa sebagian besar perempuan menggunakan bahasa yang lebih lambat dan lebih lembut dibandingkan laki-laki. Dalam hal kesopanan, hasil penelitian dari berbagai budaya yang berbeda menunjukkan bahwa bahasa perempuan lebih sopan daripada laki-laki.

Dalam pengembangan media ini, peneliti menggunakan dua kategori penggunaan bahasa yaitu bahasa komunikatif dan bahasa tidak komunikatif. Bahasa yang komunikatif merupakan bahasa yang mudah untuk dipahami oleh pendengar, sehingga kalimat yang tersusun merupakan kalimat efektif. Kekomunikatifan bahasa ditentukan oleh pemilihan kata yang baik, kelengkapan unsur-unsur yang dimiliki kalimat, dan sesuai dengan pedoman bahasa (EYD) sehingga bahasa yang komunikatif tidak mengandung pesan yang ambigu dan pesan tersampaikan dengan baik oleh pendengar. Dalam media ini, peneliti mengkategorikan bahasa komunikatif sebagai bahasa yang


(38)

30

yang menambahkan unsur-unsur kata dari text materi yang disampaikan sehingga bahasa yang diucapkan bisa diterima dengan baik oleh pendengar. Sedangkan, bahasa yang tidak komunikatif adalah bahasa yang diucapkan sesuai dengan text materi yang tertulis tanpa adanya penambahan kata-kata yang membuat kalimat menjadi efektif.

3. Kecepatan

Kecepatan dalam pengucapan merupakan jumlah kata yang diucapkan dibagi dengan waktu yang dibutuhkan. Kecepatan dalam pengucapan memiliki pengaruh terhadap daya serap kata pendengar. Secara umum, kecepatan rata berbicara manusia 100 – 200 kata per menit, dengan rata-rata daya serap pendengar 50 hingga 100 kata per menit. Menurut hasil penelitian (Saifuddin: 2010) menyatakan bahwa pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata per menit, siswa akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50 sampai 100 kata per menit. Di sisi lain, siswa mampu mendengarkan (tanpa memikirkan/konsentrasi) dengan kecepatan 400-500 kata per menit.

Media pembelajaran yang dikembangkan memerlukan penilaian yang bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya media pembelajaran tersebut jika diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Walker & Hess (Arsyad, 2011: 175) memberikan kriteria dalam mengembangkan media pembelajaran sebagai berikut:

a. Kualitas isi dan tujuan, meliputi: (1) ketepatan, (2) kepentingan, (3) kelengkapan, (4) keseimbangan, (5) kesesuaian dengan situasi siswa.


(39)

31

b. Kualitas instruksional, meliputi: (1) memberikan kesempatan belajar, (2) memberikan bantuan untuk belajar, (3) kualitas memotivasi, (4) dapat memberi dampak bagi siswa, (5) dapat membawa dampak bagi guru dan pembelajarannya.

c. Kualitas teknis, meliputi: (1) keterbacaan, (2) mudah digunakan, (3) kualitas tampilan/tayangan, (4) kualitas pengelolaan programnya.

Penelitian yang Relevan J.

Penelitian yang dilakukan oleh Atik Mustaghfiroh (2012) dengan judul “Pengembangan Media Rekaman Audio Kimia pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit serta Minyak Bumi sebagai Sumber Belajar Mandiri untuk Peserta Didik Difabel Netra SMA/MA Kelas X.” Hasil penelitian pengembangan media rekaman audio kimia ini memiliki kualitas sangat baik (SB) dengan persentase keidealan 89,76% dari 3 guru SMA/MA inklusif difabel netra di Yogyakarta dan 98,75% respon positif dari 5 peserta didik difabel netra SMA/MA.

Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tri Susanto (2013) yang berjudul “ Pengembangan Media Audio Pada Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur sebagai Sumber Belajar Mandiri untuk Peserta Didik Difabel Netra Kelas X SMA/MA Semester 1.” Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa media audio yang dikembangkan menunjukkan kategori sangat baik (SB) dari ahli materi dan ahli media, memiliki kualitas baik (B) dari reviewer dengan persentase keidealan 79,5%, serta mendapat respon yang positif dari peserta didik dengan presentase sebesar 88%.


(40)

32

Dari kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa pengembangan media audio yang dikembangkan memiliki respon positif yang besar dari siswa dalam membantu belajar.

Kerangka Berpikir K.

Matematika merupakan ilmu dasar untuk mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang memiliki karakteristik sistematis dan objek kajian abstrak yang bertumpu pada kesepakatan. Matematika dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal. Dalam pendidikan formal, perlu adanya suatu serangkaian kegiatan pembelajaran di kelas, perangkat pembelajaran, dan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Proses pembelajaran matematika untuk siswa tunanetra biasanya disampaikan dengan tulisan braille baik melalui buku braille matematika maupun catatan pribadi siswa mengenai materi yang disampaikan oleh guru secara lisan. Penggunaan media dengan huruf braille membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga pembelajaran berlangsung kurang efektif dan efisien. Berdasarkan hasil observasi di SLB-A YAAT Klaten, buku braille matematika sebagai media belajar siswa memiliki jumlah terbatas, khususnya pada materi bangun datar segi empat. Selain itu, belum tersedianya media audio untuk materi matematika. Oleh sebab itu, pada pembelajaran matematika diperlukan pengembangan media, yaitu media berbasis audio. Dengan adanya pengembangan media berbasis audio pada materi segi empat, diharapkan siswa tunanetra dapat menggunakannya dengan mudah sebagai media belajar matematika. Di samping itu, penggunaan media


(41)

33

audio ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan alat peraga bangun datar segi empat sebagai media pendukung dalam memahami materi.


(42)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) yaitu metode menghasilkan produk dan menguji kualitas

produk dari aspek kualitas isi dan tujuan, kualitas teknis, dan kualitas instruksional/pembelajaran. Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel yaitu model pengembangan 4-D. Model pengembangan ini terdiri dari empat tahap, yaitu (1) Define

(Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), dan (4) Disseminate (Penyebaran).

Kemudian, dalam penelitian ini dilakukan pendekatan kualitatif melalui wawancara siswa terhadap media audio terpilih untuk memperoleh data kualitatif. Data kualitatif yang dideskripsikan mencakup kecenderungan siswa memilih suara narator laki-laki atau perempuan, penggunaan bahasa, dan kecepatan pengucapan pada media audio yang dikembangkan.

2. Subjek Penelitian dan Pengembangan

Subjek penelitian terdiri dari beberapa unsur, yaitu: a. Ahli Materi


(43)

35

Ahli materi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengampu mata kuliah yang relevan. Ahli materi akan memberikan penilaian terhadap materi yang telah disusun melalui media tersebut. Penilaian yang diberikan tidak hanya dari segi komponen materi saja, namun sistematika dan pengorganisasian dalam menyajikan materi tersebut. Selain memberikan penilaian, ahli materi juga memberikan masukan perbaikan terhadap penyajian materi tersebut.

b. Ahli Teknologi dan Informasi (TI)

Ahli teknologi dan informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dosen yang ahli dalam bidang TI. Penilaian ini dititikberatkan pada kelayakan kualitas media berbasis audio yang akan digunakan belajar siswa tunanetra. Selain itu, ahli TI juga menititikberatkan pada pengemasan materi dalam media agar memenuhi standar kelayakan untuk belajar siswa serta memberikan masukan perbaikan terkait dengan produk tersebut.

c. Reviewer

Reviewer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru sekolah

luar biasa yang mengajar mata pelajaran matematika untuk siswa tunanetra. Reviewer akan memberikan masukan terkait dengan karakteristik media pembelajaran berbasis audio yang sesuai dengan kondisi siswa tunanetra. Dengan kata lain, aspek yang dinilai adalah aspek ketunanetraannya.


(44)

36 d. Siswa tunanetra

Subjek penelitian dalam uji coba media pembelajaran ini adalah siswa tunanetra kelas VII, yaitu sebanyak 5 siswa.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara terpilih dengan sengaja. Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah SLB-A Klaten yang beralamat di Jalan Angsana, Trunuh, Klaten Selatan, Klaten.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur di dalam model pengembangan 4-D terdiri dari empat tahap, yaitu (1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), dan (4) Disseminate (Penyebaran).

1. Tahap I: Define (Pendefinisian)

Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front and analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).

a. Analisis Ujung Depan (front-end analysis)

Pada tahap analisis ujung depan ini, peneliti melakukan analisis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pembelajaran. b. Analisis Siswa (learner analysis)

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan media pembelajaran. Karakteristik itu


(45)

37

dapat meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih. Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, (2) keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

c. Analisis Tugas (task analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. d. Analisis konsep (concept analysis)

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan. Analisis konsep sangat diperlukan untuk mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi matematika yang akan dikembangkan.


(46)

38

Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun dan merancang media pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi yang akan digunakan oleh peneliti.

2. Tahap II: Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang media pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan tes kriteria (constructing criterion-referenced tes), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik, (3) pemilihan format (format selection), yakni menetapkan format atau bentuk bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih kemudian disimulasikan penyajian materi

dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. 3. Tahap III: Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan

(developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk

menghasilkan bentuk akhir media pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli, reviewer, dan data hasil uji coba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:


(47)

39

Penilaian para ahli/reviewer terhadap media pembelajaran mencakup: format, bahasa, dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran di revisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang baik untuk digunakan. 2. Uji coba pengembangan (developmental testing)

Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat terhadap perangkat media pembelajaran yang telah disusun. Uji coba, revisi dan uji coba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat media yang konsisten dan efektif.

4. Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Pada tahap diseminasi terdapat tiga kegiatan yaitu: (1) tes validasi (validation testing), (2) pengemasan (packaging), (3) difusi dan adopsi (diffusion and adoption).

1. Tes validasi (validation testing)

Pada tahap ini, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasi pada sasaran yang sesungguhnya. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan.

2. Pengemasan (packaging)

Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain, khususnya oleh para peserta didik dan guru dalam mendukung proses belajar mengajar.


(48)

40

3. Difusi dan adopsi (diffusion and adoption)

Tahap ini adalah tahap terakhir dari pengembangan. Setelah produk dikemas, maka selanjutnya untuk disebarluaskan supaya dapat diserap (diffuse) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.

Pada tahap dissemination dilakukan pendistribusian secara terbatas kepada guru dan peserta didik untuk kemudian memperoleh respon, umpan balik terhadap media yang dikembangkan. Apabila respon telah baik, maka pendistribusian secara jumlah banyak dengan sasaran yang lebih luas. Akan tetapi, dengan keterbatasan peneliti, maka peneliti tidak melaksanakan tahap ini.

Tenik Pengumpulan Data C.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian diperoleh melalui: 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi terkait media belajar yang digunakan oleh siswa, kondisi siswa, dan proses pembelajaran di sekolah.

2. Lembar Penilaian

Lembar penilaian merupakan media penilaian terhadap produk pengembangan media yang telah dibuat oleh peneliti. Lembar penilaian ini diberikan kepada para ahli materi, ahli media, dan reviewer (guru) untuk kemudian dinilai dan dihitung untuk mengetahui kevalidan dari media yang dikembangkan.


(49)

41

Lembar penilaian ini disusun berdasarkan kriteria kualitas isi dan tujuan, kualitas teknis, dan kualitas instruksional atau pembelajaran serta memiliki 5 kriteria alternative jawaban yaitu (1) sangat kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik, dan (5) sangat baik.

3. Angket Respon

Angket yang dimaksud dalam penelitian ini adalah angket respon yang berisi pernyataan-pernyataan yang merujuk pada kesesuaian dan kelayakan produk media yang dikembangkan. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa mengenai kepraktisan media pembelajaran yang telah dikembangkan. Oleh sebab itu, angket ini disusun menggunakan huruf braille dan diberikan kepada siswa tunanetra yang kemudian diisi sebagai data penilaian. Angket respon ini memiliki 5 alternatif jawaban yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral/ragu-ragu, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.

4. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh data kualitatif sebagai hasil deskripsi dari pengembangan media audio yang telah dilakukan. Selain itu, hasil wawancara ini dapat digunakan untuk menghasilkan kesimpulan yang mendetail terhadap media pembelajaran audio yang dikembangkan.

5. Soal Hasil Tes Belajar

Soal tes hasil belajar digunakan pada akhir pertemuan setelah proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan.


(50)

42

Soal tes belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan dari media yang dikembangkan tersebut. Instrumen soal tes hasil yang digunakan dapat dilihat pada lampiran A1.

Jenis Data D.

Jenis data yang terkumpul selama proses penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

a. Data kevalidan produk. Data kevalidan produk diperoleh dari skor hasil penilaian oleh validator, dan reviewer. Skor yang diperoleh kemudian dihitung untuk mengetahui kevalidan produk yang ditinjau dari aspek kualitas isi dan tujuan, kualitas teknis, dan kualitas instruksional/pembelajaran baik setiap aspek maupun secara keseluruhan.

b. Data keefektifan produk. Data ini diperoleh dari nilai tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir penelitian. Produk ini dinilai efektif jika presentase ketuntasan klasikal siswa memenuhi klasifikasi minimal baik berdasarkan tabel kriteria kecakapan akademik.

c. Data kepraktisan produk. Data ini diperoleh dari angket respon siswa terhadap media audio yang dikembangkan.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh yaitu data berupa deskripsi komentar dan saran dari validator, reviewer dan hasil respon siswa melalui wawancara. Data kualitatif hasil validasi ahli yang merupakan


(51)

43

masukan, tanggapan, kritikan dan saran digunakan sebagai acuan dalam perbaikan media yang dikembangkan. Data kualitatif dari hasil respon siswa melalui wawancara yang meliputi aspek pemilihan jenis kelamin narator, penggunaan bahasa, dan kecepatan pengucapan akan dideskripsikan untuk memperoleh penilaian media secara mendetail.

Instrumen Penelitian E.

Proses validasi pengembangan media ini menggunakan instrumen penilaian yang berupa angket/lembar penilaian dan lembar pedoman wawancara. Angket penilaian tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap media yang telah dikembangkan. Para ahli akan melakukan penilaian dengan mengisi angka dengan kategori: (1) sangat kurang, (2) kurang , (3) cukup, (4) baik, dan (5) sangat baik. Pada butir yang dinilai dengan kurang, para ahli akan memberikan masukan untuk perbaikan. Lembar penilaian terdiri atas empat macam, yaitu: (a) lembar penilaian untuk ahli materi, (b) lembar penilaian untuk ahli media, (c) lembar penilaian untuk guru (reviewer), dan (d) lembar penilaian untuk siswa. Lembar pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data kualitatif sebagai deskripsi dari audio terpilih.

Lembar penilaian media pembelajaran untuk ahli materi (dosen matematika) menitikberatkan pada penilaian kualitas isi dan tujuan dan kualitas instruksional atau pembelajaran pada media yang dikembangkan. Lembar penilaian media pembelajaran untuk ahli media (dosen teknologi dan informasi) dititikberatkan untuk menilai kualitas teknis media pembelajaran. Sedangkan lembar penilaian media pembelajaran untuk guru dibuat untuk


(52)

44

menilai kualitas isi dan tujuan media pembelajaran, kualitas instruksional atau pembelajaran pada media pembelajaran, dan kualitas teknis media pembelajaran.

Berikut rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan untuk ahli materi dan ahli media disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Aspek dan Jumlah Butir Pernyataan Lembar Penilaian untuk Ahli Materi dan Ahli Media

No. Aspek yang dinilai Jumlah butir

Ahli Materi Ahli Media

1. Kualitas Isi dan Tujuan 13 5

2. Kualitas Teknis 6 9

3. Kualitas

Instruksional/Pembelajaran 4

3

Jumlah butir 23 17

*Butir pernyataan tiap aspek disajikan pada lampiran B1 dan lampiran B2 Berikut rincian tiap aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan untuk guru (reviewer) dan siswa disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rincian Aspek dan Jumlah Butir Pernyataan Lembar Penilaian untuk Guru (Reviewer) dan Siswa

No. Aspek yang dinilai Jumlah butir

Guru Siswa

1. Kualitas Isi dan Tujuan 12 4

2. Kualitas Teknis 10 4

3. Kualitas

Instruksional/Pembelajaran 3 5

Jumlah butir 25 17

*Butir pernyataan tiap aspek disajikan pada lampiran B3 dan lampiran B4 Guru dan siswa akan memberikan penilaian melalui angket dengan menuliskan skor nilai pada setiap butir pernyataan yang diberikan.


(53)

45

Validasi dilakukan oleh ahli materi, ahli media, dan reviewer untuk memberikan penilaian kevalidan dari media menggunakan instrumen yang telah dibuat. Media yang telah dinyatakan valid oleh validator dapat digunakan untuk penelitian.

Teknik Analisis Data F.

Teknik data yang dilakukan oleh penelitian adalah proses analisis data kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Data kuantitatif diperoleh untuk mengetahui hasil kelayakan produk yang dikembangkan. Data kualitatif ini diperoleh melalui hasil penilaian dan masukan dari para ahli, reviewer dan siswa. Selain itu, data kualitatif juga diperoleh melalui wawancara siswa tentang audio terpilih.

Berdasarkan penilaian validator, pengembangan media pembelajaran dapat dinyatakan layak dengan dilakukan analisis produk yang dikembangkan.

1. Data Kuantitas Produk

Data kuantitas produk diperoleh dari ahli materi, ahli media, reviewer, dan angket respon oleh 5 siswa. Hal ini dilakukan dengan cara

mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Penilaian dengan Skala Likert

Penilaian Skor Nilai

SK (Sangat Kurang) 1

K (Kurang) 2

C (Cukup) 3

B (Baik) 4

SB (Sangat Baik) 5


(54)

46

menghitung rerata skor dengan rumus berikut. ̅ ∑ Keterangan

̅ = rerata skor

= banyak butir penilaian = skor pada butir penilaian a. Analisis Kevalidan

Analisis kevalidan produk dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dari ahli materi, ahli media, dan reviewer. Kevalidan produk ini dinilai berdasarkan aspek; kualitas isi dan tujuan, kualitas teknis, dan kualitas instruksional atau pembelajaran. Untuk analisis data tersebut, dilakukan dengan menentukan skor rata-rata dari data pengisisan angket. Kemudian mengkonversikan skor yang telah diperoleh menjadi nilai kualitatif skala lima menurut Widoyoko (2009: 20) pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Konversi Data Kuanitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima

Interval Kriteria

̅ Sangat baik

̅ Baik

̅ Cukup

̅ Kurang

̅ Sangat kurang

Keterangan:


(55)

47 2. i = skor ideal

= (skor maksimal ideal + skor minimal ideal ) 3. sbi = simpangan baku ideal

= (skor maksimal ideal - skor minimal ideal ) 4. Skor maksimal ideal = 5

5. Skor minimal ideal = 1

Berdasarkan tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif di atas, peneliti menentukan bahwa untuk data kevalidan hanya diperlukan dua klasifikasi yaitu valid dan tidak valid seperti pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Klasifikasi Kevalidan Media Jumlah Skor Penilaian Klasifikasi Nilai

̅ Valid

̅ Tidak Valid

b. Analisis Kepraktisan

Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kepraktisan adalah angket respon siswa. Adapun pedoman penskoran pada angket respon siswa menggunakan kriteria penilaian yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pedoman Penskoran Angket Respon

Respon Skor Pernyataan

Positif Negatif

SS (Sangat Setuju) 5 1

S (Setuju) 4 2

N (Netral/Ragu-ragu) 3 3

TS (Tidak Setuju) 2 4

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5

Media pembelajaran dikatakan praktis jika respon siswa memenuhi klasifikasi minimal setuju sehingga diperoleh klasifikasi kepraktisan seperti pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Klasifikasi Kepraktisan Media Jumlah Skor Penilaian Klasifikasi Nilai


(56)

48

̅ Tidak Praktis

c. Analisis Keefektifan

Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keefektifan penggunaan media pembelajaran ini adalah tes evaluasi hasil belajar. Nilai maksimal dalam tes evaluasi hasil belajar ini adalah 100 dengan KKM 70. Analisis keefektifan dilakukan dengan menghitung persentase ketuntasan belajar siswa;

Kemudian, hasil persentase ketuntasan siswa dikategorikan berdasarkan kriteria penilaian kecakapan akademik menurut Widoyoko (2009: 242) yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Kriteria Keefektifan Media Pembelajaran No Rentang Persentase Ketuntasan Kriteria

1 Sangat Baik

2 Baik

3 Cukup

4 Kurang Baik

5 Sangat Kurang Baik

Media pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif jika memenuhi klasifikasi minimal baik. Dengan kata lain, media ini memiliki kriteria keefektifan seperti pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Klasifikasi Keefektifan Media Jumlah Skor Penilaian Klasifikasi Nilai

̅ Efektif

̅ Tidak Efektif

2. Data Kualitatif


(57)

49

berupa komentar atau saran dari validator. Tanggapan atau saran yang diperoleh dari validator digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan atau revisi media pembelajaran. Selain itu, data kualitatif juga diperoleh melalui wawancara siswa untuk memperoleh deskripsi/gambaran tentang kecenderungan siswa untuk mendengarkan suara laki-laki atau perempuan, penggunaan bahasa dan kecepatan pengucapan narator pada media audio yang dipilih.


(58)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

A.

Penelitian pengembangan ini menghasilkan media pembelajaran berbasis audio tentang materi bangun datar segi empat yang dikemas dalam CD (Compact Disk) dan deskripsi kualitatif produk dari media yang dikembangkan. Hasil

produk media audio pada bangun datar segi empat dengan format MP3 sebanyak 12 file audio yang mencakup perbedaan jenis kelamin narator, penggunaan bahasa, dan kecepatan pengucapan.

Produk media pembelajaran ini memiliki beberapa bagian, yaitu: 1. Standar Kompetensi

2. Kompetensi Dasar 3. Indikator

4. Tujuan Pembelajaran

5. Materi Bangun Datar Segi Empat a. Jajargenjang

b. Persegi Panjang c. Persegi

d. Belah Ketupat e. Layang-layang f. Trapesium 6. Latihan Soal


(59)

51

Pada produk akhir, media terbagi atas dua file yaitu file materi yang berisi standar kompetensi hingga materi bangun datar segi empat dan file latihan soal. Hal ini dimaksudkan agar pengguna lebih mudah untuk membedakan antara materi dan latihan soal.

Kemudian, menghasilkan data kualitas produk berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, reviewer, dan respon siswa terhadap media audio tersebut. Kemudian data penilaian dihitung sehingga memperoleh hasil kelayakan media yang dikembangkan.

Data kualitatif diperoleh melalui wawancara kepada 5 siswa tunanetra terhadap media audio terpilih ditinjau dari jenis kelamin narator, penggunaan bahasa, dan kecepatan pengucapan. .

1. Data Penilaian Media Pembelajaran Audio

a. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli Materi

Penilaian media pembelajaran audio oleh ahli materi dilaksanakan untuk menilai konsep materi yang disampaikan dalam media audio yaitu bangun datar segi empat. Hasil data penilaian dan masukan dari ahli materi disajikan pada Tabel 13 dan Tabel 14 berikut.

Tabel 13. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli Materi

Aspek Penilaian Penilaian

Kualitas Isi dan Tujuan 48

Kualitas Teknis 23

Kualitas Instruksional/Pembelajaran 11

Jumlah 82


(60)

52

Tabel 14. Masukan dan Saran dari Dosen sebagai Ahli Materi

No. Masukan dan Saran

1. Definisi segi empat.

2. Bedakan antara definisi dengan sifat. 3. Definisi bersifat minimalis.

4. Siswa sulit untuk membayangkan soal nomor 4 pada soal pilihan ganda

5. Soal nomor 1 pada soal pilihan ganda dapat menyebabkan kebingungan.

6. Jawaban pada soal pilihan ganda nomor 2 tidak tunggal. 7. Jawaban pada soal pilihan ganda nomor 3 tidak tunggal. 8. Soal nomor 1, 4, dan 9 pada soal tidak valid.

b. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli Media

Penilaian media pembelajaran audio oleh ahli media dilaksanakan untuk menilai media audio yang dikembangkan dari segi perkembangan teknologi dan informasi (TI). Hasil data penilaian dan masukan dari ahli materi disajikan pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli Media

Aspek Penilaian Penilaian

Kualitas Isi dan Tujuan 22

Kualitas Teknis 37

Kualitas Instruksional/ Pembelajaran 12

Jumlah 71


(61)

53

Tabel 16. Masukan dan Saran dari Dosen sebagai Ahli Media

No Masukan dan Saran

1. Sound bergema 2. Treble terlalu besar

3. Warna suara tiap file berbeda

4. File kecepatan biasa dengan lambat tidak ada bedanya 5. Kecepatan suara pada masing-masing tipe tidak konstan c. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Reviewer

Penilaian media pembelajaran audio oleh reviewer dari SLB-A YAAT Klaten dilaksanakan untuk menilai media audio yang dikembangkan dari segi kesesuaian materi dengan kondisi siswa. Hasil data penilaian dari ahli materi disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Data Penilaian Media Pembelajaran oleh Reviewer

Aspek Penilaian Penilaian

Kualitas Isi dan Tujuan 52

Kualitas Teknis 41

Kualitas Instruksional/Pembelajaran 11

Jumlah 104

Kevalidan Valid

d. Data Respon Media Pembelajaran oleh Siswa

Penilaian media pembelajaran audio oleh 5 siswa SLB-A YAAT Klaten dilaksanakan untuk menilai media audio yang dikembangkan sesuai dengan kondisi siswa sebagai media belajar. Hasil data penilaian dari ahli materi disajikan pada Tabel 18.


(62)

54

Tabel 18. Data Respon Lima Siswa terhadap Media Pembelajaran

Aspek Penilaian Skor Rata-Rata

Penilaian

Kualitas Isi dan Tujuan 18

Kualitas Teknis 17,2

Kualitas Instruksional/ Pembelajaran 22,4

Jumlah 57,2

Kepraktisan Praktis

e. Data Keefektifan Media Audio

Data keefektifan siswa diperoleh melalui tes evaluasi hasil belajar. Nilai maksimal dalam tes evaluasi hasil belajar ini adalah 100 dengan KKM 70. Adapun hasil nilai tes evaluasi belajar siswa disajikan pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19. Hasil Tes Evaluasi Belajar Siswa

No Nama (Inisial) KKM Hasil

1 H 70 73

2 R 70 93

3 S 70 80

4 D 70 67

5 V 70 86

Persentase Ketuntasan 80%

f. Data Kualitatif Media Audio

Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan siswa kelas VII SLB-A YAAT Klaten sebanyak lima siswa. Adapun pokok bahasan dalam wawancara mencakup tiga hal, yaitu: (a) pengaruh jenis kelamin sebagai narator, (b) penggunaan bahasa, dan (c) kecepatan pengucapan.

Hasil wawancara dengan lima siswa tersebut diperoleh data pada Tabel 20 berikut.


(63)

55

Tabel 20. Hasil Wawancara Lima Siswa Kelas VII SLB-A YAAT Klaten

Siswa

(Inisial) L/P

Hasil Pilihan

Narator

Tata Bahasa yang Digunakan

Kecepatan Pengucapan H L Perempuan Bahasa

Komunikatif

Kecepatan Biasa R L Perempuan Bahasa

Komunikatif

Kecepatan Biasa S L Perempuan Bahasa

Komunikatif

Kecepatan Biasa D P Perempuan Bahasa

Komunikatif

Kecepatan Biasa V P Perempuan Bahasa

Komunikatif

Kecepatan Biasa 2. Data Kualitas Media Audio

a. Kategori Media Pembelajaran

Kategorisasi penilaian oleh ahli materi, ahli media, reviewer, dan respon siswa disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio

Subjek Penilai

Jumlah Skor

Rata-Rata

Skor Ideal Kategori

Ahli Materi 82 78,2 < ̅96,6 Baik Ahli Media 71 57,8 < ̅71,4 Baik Reviewer 104 85,0 < ̅105,0 Baik

Siswa 57,2 ̅ > 54,6 Sangat


(64)

56 b. Kualitas Aspek Media Pembelajaran

Hasil kualitas media masing-masing aspek oleh ahli materi, ahli media, reviewer, dan respon siswa disajikan dalam Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4.

Gambar 1. Skor Rata-rata dan Ideal Tiap Aspek dengan Skor Ideal oleh Ahli Materi

Gambar 2. Skor Rata-rata dan Ideal Tiap Aspek dengan Skor Ideal oleh Ahli Media

48 23 11 54.6 25.2 15.2 0 10 20 30 40 50 60 Kualitas Isi dan Tujuan Kualitas Teknis Kualitas Instruksional Aspek Penilaian Skor Rata-Rata Skor Ideal 22 37 12 21.1 37.8 12.6 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Kualitas Isi dan Tujuan Kualitas Teknis Kualitas Instruksional Aspek Penilaian Skor Rata-Rata Skor Ideal


(65)

57

Gambar 3. Perbandingan Skor Rata-rata dan Ideal Tiap Aspek dengan Skor Ideal oleh Reviewer

Gambar 4. Perbandingan Skor Rata-rata dan Ideal Tiap Aspek dengan Skor Ideal oleh Siswa

Hasil penilaian media masing-masing aspek diantaranya: 1) Aspek Kualitas Isi dan Tujuan

Pada aspek kualitas isi dan tujuan diperoleh dari ahli materi, ahli media, reviewer, dan siswa disajikan pada Tabel 22 berikut.

52 41 11 50.4 42 12.6 0 10 20 30 40 50 60 Kualitas Isi dan Tujuan Kualitas Teknis Kualitas Instruksional Aspek Penilaian Skor Rata-Rata Skor Ideal 18 17 22.4 16.8 16.8

21.1 0 5 10 15 20 25 Kualitas Isi dan Tujuan Kualitas Teknis Kualitas Instruksional Aspek Penilaian Skor Rata-Rata Skor Ideal


(66)

58

Tabel 22. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio dari Aspek Kualitas Isi dan Tujuan

Subjek Penilai

Jumlah Skor

Rata-Rata

Skor Ideal Kategori Ahli Materi 48 44,2 < ̅54,6 Baik Ahli Media 22 ̅ > 21,1 Sangat Baik Reviewer 52 ̅ > 50,4 Sangat Baik Siswa 18 ̅ > 16,8 Sangat

Setuju 2) Aspek Kualitas Teknis

Pada aspek kualitas teknis diperoleh dari ahli materi, ahli media, reviewer, dan siswa disajikan pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23. Hasil Penilaian Media Pembelajaran Audio dari Aspek Kualitas Teknis

Subjek Penilai

Jumlah Skor

Rata-Rata

Skor Ideal Kategori Ahli Materi 23 20,4 < ̅25,2 Baik Ahli Media 37 30,6 < ̅ 37,8 Baik Reviewer 41 34,0 < ̅ 42,0 Baik Siswa 17,2 ̅ > 16,8 Sangat

Setuju 3) Aspek Instruksional/Pembelajaran

Pada aspek kualitas instruksional/pembelajaran diperoleh dari ahli materi, ahli media, reviewer, dan siswa disajikan pada Tabel 24 berikut.


(1)

(2)

135 Lampiran E3


(3)

136 Lampiran F


(4)

137

Gambar 1. Semua siswa sedang menggunakan media audio melalui laptop/handphone

Gambar 2. Siswa R dan Hsedang mendengarkan materi bangun datar segi empat melalui media audio Lampiran F1


(5)

138

Gambar 3. Siswa S sedang mendengarkan materi melalui media audio dengan bantuan perangkat headphone

Gambar 4. Siswa V sedang menggunakan media audio menggunakan laptop


(6)

139

Gambar 5. Siswa D sedang mendengarkan materi menggunakan media audio dengan HP

Gambar 6.Semua siswa sedang memberikan penilaian terhadap media audio yang dikembangkan


Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI TINGKAT KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

0 3 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS.

5 12 35

PENERAPAN PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND Penerapan Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Untuk Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun Datar Segi Empat (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VII Semester G

0 2 18

PENERAPAN PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND Penerapan Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Untuk Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun Datar Segi Empat (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VII Semester G

0 3 13

Miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran matematika materi bangun datar segi empat pada kelas IV Sekolah Dasar.

4 19 130

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS EDUTAINMENT BERUPA ANDROID MOBILE GAME UNTUK SISWA SMP KELAS VII PADA MATERI SEGI EMPAT.

18 47 310

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING SISWA KELAS VII SMP MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

0 0 8

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT Fachrudin Ruzi

0 0 12

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 1 SOMAGEDE PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

0 0 14