Hubungan profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri I Kosambi Tangerang

(1)

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PAI DAN DENGAN

PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SMP NEGERI 1 KOSAMBI

TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh:

ROPIYATI

106011000713

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H


(2)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESIONALISME GURU

PAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR

PAI SISWA SMPN 1 KOSAMBI TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ROPIYATI NIM. 106011000713

Di bawah Bimbingan Dosen Pembimbing Skripsi

Dra. Manerah

NIP. 19680323 199403 2002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Profesionalisme Guru PAI dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP Negeri 1

Kosambi Tangerang” yang disusun oleh:

Nama : ROPIYATI NIM : 106011000713

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Telah selesai melewati bimbingan skripsi dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Maret 2011

Yang Mengesahkan Dosen Pembimbing Skripsi

Dra. Manerah


(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

Skripsi berjudul “Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan Prestasi Belajar Siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang”, disusun oleh Ropiyati, Nomor Induk Mahasiswa 106011000713, Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 18 Maret 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 18 Maret 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Bahrissalim, M.Ag. ………. ………

NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan)

Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag. ………. ………

NIP. 19670308 200003 1 001 Penguji I

Yudhi Munadi, M.Ag. ……….. ………

NIP. 19701203 199803 1 003 Penguji II

Tanenji, MA. ……….. … ………

NIP. 19720712 199803 1 004

Mengetahui: Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003


(5)

ABSTRAK

ROPIYATI

“HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PAI DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SMPN 1 KOSAMBI TANGERANG”.

Guru merupakan salah satu kompenen pendidikan yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena figur yang satu ini sangat menentukan maju mundurnya pendidikan, dan secanggih apapun teknologi pendidikan saat ini tetap tidak dapat menafikan akan fungsi dan peran seorang guru terutama dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, diperlukan profesionalisme guru dalam menjalankan profesi ini guna meningkatkan mutu pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis pendekatan korelasional, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian tersebut secara deskriptif.

Melalui penyebaran angket kapada 39 responden kelas VIII-8 diketahui bahwa profesionalisme guru PAI mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa sebesar 0,445.yang terletak pada indeks korelasi antara 0,40-0,70.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa profesionalisme guru PAI di SMPN 1 Kosambi Tangerang terdapat hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar PAI siswa, dan termasuk pada kategori sedang atau cukup, hal ini dapat dilihat pada sebesar 0,445.

Sehingga yang besarnya (0,445)> baik pada taraf 5% yaitu 0,325 maupun pada taraf 1% yaitu 0,418. Dengan demikian > maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

Kata kunci :


(6)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ropiyati

Tempat /tgl lahir : Tangerang, 03 April 1987

NIM : 106011000713

Judul Skripsi : Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan

Prestasi Belajar Siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang. Pembimbing : Dra. Manerah

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Starata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiblakan dan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Maret 2011 Penulis

Ropiyati


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga atas kehendak-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Kepada keluarganya, sohabatnya sampai kepada kita umatnya yang InsyaAllah istiqomah dalam menjalankan sunnah-sunnahnya.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Profesionalisme Guru PAI Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMPN 1 Kosambi Tangerang”, penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya diantaranya :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta staffnya. 3. Dosen pembimbing akademik Bpk. H. Abdul Ghofur, MA

4. Dosen pembimbing skripsi Ibu Dra. Manerah yang telah meluangkan waktunya serta sabar dalam membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SMPN 1 Kosambi Tangerang Bpk. Sudradjat Ardyana, S.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMPN 1 Kosambi Tangerang.

6. Ibu Sa’idah, S.Ag. guru pamong PAI yang telah meluangkan waktu dan


(8)

7. Dewan guru SMPN 1 Kosambi Tangerang beserta staff-staffnya.

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak putus-putusnya dalam memberikan kasih sayang, perhatian dan doa serta dukungan baik moril maupun materi kepada penulis. Tak lupa pula, terkhusus untuk nenekku tersayang yang kini telah (almarhumah) yang semasa hidupnya beliau tiada henti mendoakan ananda selama menuntut ilmu di UIN Syahid, Alhamdulillah penulis telah memenuhi impiannya (mendapat gelar S1).

9. Adikku tersayang Sandy, pamanku Ust. Syarifuddin Zuhri terima kasih atas bimbingan dan doanya selama ini.

10. Untuk teman-teman seperjuanganku Lia terima kasih atas bantuannya selama

ini, K’Citi N QT Friends, Fifi, teman-teman kozan, lily, lydia N friends. Terima kasih atas semangat dan dukungan semangatnya.

11. Keluarga besar TPA Al-Falah K’rahmah, K’iva, K’vira, beserta staffnya

terima kasih atas perhatian dan dukungannya selama ini.

Penulis hanya berdoa, semoga Allah memberikan keberkahan ilmu kepada kita semua dan senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintah-Nya. Amin

Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun.

Hanya kepada Allah penulis berlindung, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah merahmati. Amin

Jakarta, 03 Maret 2011


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Profesionalisme Guru PAI 1. Pengertian Profesionalisme guru... 7

2. Syarat-syarat Profesionalisme guru ... 10

3. Karakteristik Profesionalisme guru ... 13

B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 22

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ... 23

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 24

C. Pengertian Profesionalisme Guru PAI ... 26

D. Prestasi Belajar ... 26

1. Pengertian Prestasi Belajar ...27

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 28

B. Kerangka Berpikir ... 30


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...32

B. Metode Penelitian... 32

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ...33

E. Instrumen Penelitian... 34

F. Teknik Pengolahan Data ...37

G. Teknik Analisis Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah 1. Identitas Sekolah ... 42

2. Visi, Misi, Tujuan ...43

3. Dewan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru ...44

b. Keadaan Karyawan ...47

c. Keadaan Siswa ...48

d. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 48

e. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 49

f. Prestasi Siswa ...50

B. Deskripsi Data... 51

C. Analisis Data ... 63

D. Pengujian Hipotesis ... 66

E. Interprestasi Data ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...71

B. Saran...72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket ...35

Tabel 2 Skala Penilaian ...38

Tabel 3 Penafsiran Persentase ... 39

Tabel 4 Indeks Korelasi Product Moment ...40

Tabel 5 Identitas SMPN 1 Kosambi Tangerang ... 42

Tabel 6 Keadaan guru SMPN 1 Kosambi Tangerang ... 45

Tabel 7 Jumlah Guru dengan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan (Keahlian) ... 46

Tabel 8 Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru...47

Tabel 9 Keadaan Karyawan SMPN 1 Kosambi Tangerang ... 47

Tabel 10 .Data Siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang dalam 4 Tahun Terakhir.... 48

Tabel 11 Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 1 Kosambi Tangerang ... 49

Tabel 12 Prestasi Akademik: NUAN ... 50

Tabel 13 Perolehan Kejuaraan/Prestasi Akademik: Lomba-lomba ...50

Tabel 14 Prestasi Akademik: Nilai Ujian Sekolah (US) ... 50

Tabel 15 Bobot Nilai Alternatif Jawaban ...51

Tabel 16 Skor Persepsi Siswa Mengenai Profesionalisme Guru PAI ...63

Tabel 17 Klasifikasi Skor Angket Persepsi Siswa Terhadap Profesionalisme Guru PAI ...64

Tabel 17 Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi PAI ... 64

Tabel 18 Klasifikasi Skor Prestasi Belajar PAI Siswa ... 65

Tabel 19 Perhitungan Korelasi antara Persepsi Siswa Terhadap Profesionalisme Guru PAI dan Prestasi Belajar PAI Siswa ... 67


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 “adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.”1

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang dicanangkan pemerintah untuk mencerdaskan dan memajukan bangsa. Dan suatu negara dapat dikatakan maju jika negara tersebut mengedepankan pendidikan, karena tanpa pendidikan suatu bangsa tidak akan memiliki kemampuan untuk mengolah kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada rakyat Indonesia ini dengan baik. Bahkan jika putra-putri Indonesia tidak memiliki skill yang memadai, dikhawatirkan akan menjadi penghambat pembangunan nasional. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa sebagian negara-negara maju berkembang dengan pesat bukan karena memiliki sumber daya alam

1

Depdiknas, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sisdiknas, (Bandung: Fokusmedia, 2009), h. 2


(13)

yang melimpah ruah akan tetapi ditunjang pula dengan intelektualitas, disiplin dan etos kerja rakyatnya.

Hal ini dapat dilihat pada sejarah yaitu negara Jepang, ketika negara tersebut dibombardir oleh sekutu dengan hancurnya kota Hirosima dan Nagasaki, yang pertama kali menjadi perhatian Jepang adalah pendidikan. Pernyataan ini termasuk unik, karena yang pertama kali ditanyakan Jepang adalah berapa jumlah tenaga pendidik/guru yang tersisa bukan jumlah prajurit atau harta benda yang dapat diselamatkan.

Hal ini membuktikan, bahwa Jepang menaruh perhatian penting pada pendidikan dan berusaha bangkit dari keterpurukan dengan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan (pendidikan). Dan saat ini semua orang dapat melihat bahkan merasakan hasil kerja keras dan kreativitas mereka menjadi sebuah penemuan yang bernilai dan bermanfaat bagi umat manusia. Karena ilmu pengetahuan pula kini Jepang menjadi negara yang dihargai di mata dunia.

Adapun pendidikan dalam Islam, menempati posisi yang tidak kalah pentingnya. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam mengandung nilai-nilai yang hampir dua pertiga dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut mengandung motivasi

kependidikan bagi umat manusia. Satu diantaranya adalah sebagaimana dalam firman Allah SWT Qs. Al-‘Alaq 1-5

















“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq 1-5)2

Ayat tersebut mengandung makna yang dalam, bahwa Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama dengan perintah iqra (baca), hal ini dikarenakan

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2008), h, 597


(14)

membaca adalah proses manusia untuk belajar mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan dengan membaca pula manusia dapat melihat dunia.

Sedangkan menurut Quraish Shihab kata iqra dapat pula diartikan menjadi, menelaah, mendalami, meneliti dan mengetahui ciri-ciri sesuatu, yang semuanya itu bermuara pada arti menghimpun. Beliau juga mengutip pernyataan dari Abdul Halim Mahmud (Mantan Syaikh al-Azhar Mesir) dalam kitabnya Al-Qur’an fi

Syarh Al-Qur’an menulis dengan kalimat “iqra bismi rabbik, Al-Qur’an tidak

sekedar memerintahkan untuk membaca tetapi membaca adalah lambang dari segala yang dilakukan oleh manusia baik yang sifatnya aktif maupun pasif.3

Perintah untuk senantiasa menuntut ilmu juga dapat dijumpai pada hadits Nabi Saw yang berbunyi

“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”

Hadits di atas mengandung makna, bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan mempunyai kewajiban untuk senantiasa belajar hingga akhir hayatnya, atau dalam istilah lain dikenal denganlifelong education.

Adapun berbicara mengenai pendidikan, maka tidak terlepas pada faktor guru sebagai pendidik. Karena figur yang satu ini sangat menentukan maju mundurnya pendidikan dan secanggih apapun teknologi pendidikan saat ini tetap tidak dapat menafikan akan fungsi dan peran seorang guru terutama dalam proses belajar mengajar.

Bagi sebagian orang, guru selalu diidentikkan dengan siswa, kelas dan buku pelajaran. Dengan demikian seorang guru tidak terlepas pada ketiga komponen tersebut, sehingga muncul pernyataan bahwa siapa saja bisa menjadi guru asalkan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan, dan peserta didik hanya dituntut untuk menerima/menyerap semua materi ajar yang diberikan guru tanpa adanya interaksi antara siswa dan guru. Jika pengertian guru hanya sebatas menyampaikan pelajaran saja, maka akan timbul pertanyaan pula apakah guru tersebut dapat dikatakan sebagai guru yang profesional? Sedangkan kata profesional hanya dapat disandang oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya.

3

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu), (Bandung: Pustaka Hidayah), 1997, h. 82


(15)

Walaupun pada dasarnya setiap pendidik dapat menjadi guru yang profesional dengan syarat harus memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, pribadi, sosial dan profesional. Karena seorang pendidik yang menganggap mengajar adalah sekedar menyampaikan pelajaran saja tentu akan sangat berbeda dengan pendidik yang menganggap mengajar adalah sebuah proses membimbing siswa agar memiliki ilmu pengetahuan, cakap, terampil dan berakhlak mulia serta bermanfaat dan berguna di masyarakat kelak.

Oleh sebab itu, keempat komponen tersebut sangat dibutuhkan untuk menjadi guru yang profesional sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa untuk mutu pendidikan yang lebih baik dan berkualitas. Sebagaimana menurut Simon dan Alexander yang dikutip oleh E. Mulyasa bahwa lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik, yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini, guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.4

Adapun permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran khususnya pada bidang studi pendidikan agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada peserta didik dengan baik dan efisien, karena mengingat bahwa pembelajaran PAI khususnya di sekolah-sekolah umum hanya diberikan satu kali dalam seminggu. Dan sampai saat ini pun masih terdapat seorang pendidik dalam menyampaikan materi hanya menggunakan satu metode saja yaitu ceramah. Sehingga hal tersebut tanpa disadari telah membentuk siswa menjadi pasif, karena yang menjadi pusat informasi adalah guru. Padahal proses pembelajaran yang baik adalah adanya interaksi antara guru dengan siswa sehingga dalam hal ini komunikasi tidak hanya terjadi pada satu arah saja melainkan dua arah atau bahkan lebih, yaitu antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.

4

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h.13


(16)

Oleh sebab itu, profesionalisme guru PAI sangat dibutuhkan dalam upaya proses pembelajaran yang lebih baik, sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar dan berprestasi. Karena seorang guru yang profesional akan mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan menyenangkan yang tidak hanya berorientasi pada ketuntasan belajar saja tetapi juga pada proses tumbuh kembang potensi peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ke arah kedewasaan.

Adapun alasan penulis memilih penelitian di SMPN 1 Kosambi Tangerang karena pada sekolah tersebut telah menyandang status sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti di sekolah tersebut di samping telah menyandang sebagai sekolah yang berstandar Nasional, sekolah tersebut juga memiliki guru-guru yang berkompeten khususnya guru bidang studi PAI.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan Prestasi Belajar

Siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Masih terbatasnya pendidik dalam menggunakan variasi baik metode, teknik maupun strategi dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran PAI

2. Guru lebih banyak menanamkan konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa.

3. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar PAI.

4. Rendahnya profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah


(17)

1. Profesionalisme yang dimaksud adalah hal yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat diukur melalui indikator keterampilan guru dalam mengajar dan profesionalisme dalam penelitian ini berdasarkan persepsi siswa. 2. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa SMP kelas VIII-8 yang dapat dilihat dari buku raport siswa pada semester ganjil khususnya pada bidang studi PAI.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana profesionalisme guru PAI? 2. Bagaimana prestasi belajar PAI siswa?

3. Apakah profesionalisme guru PAI mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui profesionalisme guru PAI di SMPN 1 Kosambi Tangerang. 2. Mengetahui prestasi belajar PAI siswa.

3. Mengetahui profesionalisme guru PAI hubungannya dengan prestasi belajar PAI siswa.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi semua pihak terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan diantaranya: 1. Sebagai masukan bagi pendidik terutama dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan.

2. Sebagai tolak ukur pendidik dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

3. Menambah khazanah keilmuan peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.


(18)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Di mata masyarakat guru merupakan orang yang dihormati dan disegani, karena selain berwawasan ilmu pengetahuan, guru juga telah memiliki pencitraan yang baik di lingkungan masyarakat dengan budi jasanya dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Oleh sebab itu, guru dikatakan juga orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti guru tersebut memiliki kharisma dan wibawa sehingga perlu untuk ditiru dan diteladani.

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5

Adapun menurut Nur Uhbiyati pendidik atau guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,

5


(19)

mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.6

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah orang dewasa yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap peserta didik dalam hal mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan jasmani maupun rohani menuju ke arah kedewasaannya.

Sedangkan istilah profesionalisme berasal dari profession. Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata lain profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk manangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya.7 Sedangkan menurut Sudarwan Danim profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggrisprofessionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional.8

Adapun menurut Webstar sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar, profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif .9

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu bidang profesi yang ditekuni oleh seseorang berbekal dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli di bidangnya.

Jadi yang dimaksud dengan profesionalisme guru adalah kualitas suatu bidang profesi keguruan yang ditekuni oleh seseorang, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli di bidangnya yang diperoleh

6

Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Setia Setia, 1998), Cet. 2, h.65 7

M. Arifin,Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), cet. 3, h,105

8

Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), cet. 3 h, 92

9

Kunandar, Guru Profesional Implemenasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, h.45


(20)

melalui pendidikan dan pelatihan khusus sesuai dengan prosedur akademis yang berlaku.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa profesi apapun terlebih guru sebagai pendidik tetap dituntut adanya profesionalitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt







“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya

itu akan diminta pertanggung jawabannya.”(Qs. Al-Isra: 36)10

Dan sabda Rasulallah saw

:

:

:

}

{

Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda: “Kalau amanah

tidak lagi dipegang teguh, maka tunggulah kehancuran.” Ia

bertanya:”Bagaimana orang yang tidak memegang teguh amanah itu ya

Rasulallah? Beliau menjawab: “Kalau suatu urusan telah diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya“. (HR.

Bukhari)11

Ayat dan hadits di atas mengindikasikan bahwa pentingnya sebuah profesionalitas dalam suatu profesi, karena apa yang diemban oleh seseorang baik itu guru maupun profesi lainnya akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang menjadi tugasnya.

Oleh karena itu, tugas guru tak ubahnya seperti tugas seorang dokter, yang menjalankan tugasnya tidak dapat diserahkan, diwakilkan kepada yang

10

Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan……, h, 285 11

Zainuddin Hamidy, dkk, Terjemah Shahih Bukhari, Jilid IV, (Jakarta:Wijaya, 1992), Cet.13, h. 65


(21)

bukan ahlinya, sebab jika tugas ini diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancuran.12

2. Syarat-syarat Profesionalisme Guru

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum seseorang menyandang profesi ini, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan menjadi guru, terlebih menjadi guru profesional di samping harus memahami dan menguasai teknik/metode pembelajaran, guru tersebut juga harus memiliki kepribadian yang baik sebagai cerminan teladan bagi peserta didiknya.

Hal ini dianggap penting karena mengingat profesi guru saat ini banyak diminati oleh kalangan masyarakat, akan tetapi sangat sedikit diantara mereka yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Dengan kata lain sosok guru yang profesional masih sangat terbatas dan dibutuhkan pula keberadaannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas.

Menurut Oemar Hamalik, persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional meliputi:

1. Memiliki bakat menjadi guru. 2. Memiliki keahlian sebagai guru.

3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat.

5. Berbadan sehat.

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila. 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.13

Menurut al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin sebagaimana yang

dikutip oleh Asrorun Ni’am Shaleh menyatakan bahwa, al-Ghazali

12

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 8, hal.1

13


(22)

memberikan batasan yang ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi diantaranya:

a. Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya diri dan ketentraman belajar. Suasana yang kondusif inilah yang mempermudah proses transformasi dan transfer ilmu pengetahuan.

b. Pendidik melakukan aktifitas karena Allah swt. Artinya pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang berilmu.

c. Pendidik harus mampu memberi nasehat yang baik kepada anak didik. Nasehat ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, seperti pendidik harus mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar. Nasehat itu juga bisa berbentuk warning orientasi belajar yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah.

d. Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang dekstruktif. Segala bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan. Hal ini untuk menjaga kestabilan emosi mereka dalam kerangka proses belajar.

e. Mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik. Hal ini diperlukan sebagai acuan untuk menentukan kadar ilmu pengetahuan yang akan diberikan. Pendidik harus memahami perbedaan individu anak didk, sehingga dapat diidentifikasi kemampuan khususnya. Dalam konteks ini pendidik dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa mereka agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

f. Pendidik harus mampu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yang lain. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sikap fanatik terhadap suatu disiplin ilmu yang melalaikan yang lain.

g. Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan kejiwaannya. Kelompok usia dini ini lebih tepat diberi materi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang berat dan melelahkan.

h. Pendidik harus memberikan teladan kepada anak didiknya, perilakunya juga harus sesuai dengan kapasitas keilmuannya.14

Sedangkan menurut M. Athijah al-Abrasjy sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah:

14 Asrorun Ni’am Shaleh,

Reorientasi Pendidkan Islam, Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2006), cet. 4, h.72-75


(23)

1. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.

2. Kebersihan guru. 3. Ikhlas dalam pekerjaan. 4. Suka pemaaf.

5. Seorang guru harus merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru. 6. Harus mengetahui tabiat murid.

7. Harus mengetahui mata pelajaran.15

Menurut Cahyadi Takariawan sebagaimana yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar, menyebutkan bahwa beberapa kemampuan khas yang harus dimiliki oleh para guru/pendidik (muslim khususnya) yaitu:

1. Kemampuan berbahasa Arab. 2. Kemampuan berbahasa Indonesia.

3. Kemampuan menulis dengan huruf Arab. 4. Kemampuan menulis huruf latin.

5. Kemampuan berbicara (secara logis, teratur, sistematik, dan mudah dipahami).

6. Kemampuan beretorika (berpidato/berceramah).

7. Kemampuan mendengarkan pembicaraan anak didik, misalnya berupa masukan, keluhan, permintaan, pertanyaan, bahkan kritikan mereka.

8. Kemampuan menyegarkan suasana, agar tetap kondusif dan anak/peserta didik tetap bersemangat belajar.

9. Kemampuan berkomunikasi secara efektif.

10. Kemampuan bercerita, misalnya kisah para Nabi, Rasul sahabat Rasulallah, dan para pahlawan/mujahid Islam.

11. Kemampuan memimpin forum, misalnya diskusi/musyawarah.

12. Kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah anak/peserta didik.16 Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa syarat menjadi guru profesional adalah selain guru tersebut berkompeten di bidangnya, guru tersebut juga harus memiliki pengalaman dan wawasan luas dalam hal ilmu mendidik, serta memiliki kepribadian muslim yang baik

15 Muhammad ‘Athijah al

-Abrasjy,Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang , 1970), cet. 1, h.139-142

16

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet.5, h.153


(24)

sebagai cerminan teladan bagi peserta didiknya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulallah saw. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt



















Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu….” (Qs. Al- Ahzab: 21).17

Ayat di atas mengindikasikan bahwa Rasulallah saw merupakan guru bagi umatnya, karena keberhasilan beliau dalam mengajar dan mendidik lebih banyak menyentuh aspek perilaku yaitu keteladanan yang baik dari Rasul (uswatun hasanah).

Oleh sebab itu, guru PAI harus bisa menjadi uswatun hasanah bagi peserta didiknya karena secara sadar atau tidak, semua perilaku guru dalam proses pendidikan bahkan di luar konteks proses pendidikan, perilaku guru akan ditiru oleh siswanya.18

3. Karakteristik Profesionalisme Guru

Guru dalam menjalankan tugasnya, selalu dihadapkan pada permasalahan baik menyangkut masalah pribadi maupun dengan pekerjaannya, akan tetapi seorang guru yang profesional akan mampu memposisikan dirinya dengan baik antara masalah pribadi dan pekerjaannya baik itu yang menyangkut masalahnya dengan peserta didik di kelas maupun dengan pihak sekolah serta hubungannya dengan masyarakat. Oleh sebab itu, seorang pendidik dalam menyandang profesinya harus menjaga nama baik almamater pendidikan dengan karakteristik pencitraan yang baik, tidak hanya baik di mata masyarakat akan tetapi yang terpenting adalah di mata peserta didik yang akan menjadikannya sebagai sosok guru teladan.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, karakter mempunyai pengertian sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas

17

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…….,h, 420 18

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h.165


(25)

seseorang.19 Sedangkan karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu.20

Adapun menurut M. Yunus Abu Bakar, karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.21

Berikut adalah karakter akhlak (kepribadian pendidik) yang harus dimiliki oleh seorang guru/pendidik menurut Cahyadi Takariawan sebagaimana yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar adalah:

1. Berusaha menampilkan keteladanan yang maksimal di depan anak didik dan masyarakat secara umum dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui aktivitas ibadahlillahi wahdah (karena Allah saja).

3. Menjaga kerapian, keindahan dan kebersihan dalam berpakaian atau berpenampilan secara umum.

4. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan kepasitas keilmuan. 5. Melaksanakan syiar-syiar ubudiyah.

6. Menebarkan kasih sayang dan lemah-lembut kepada anak/peserta didik. 7. Menampilkan sikap kedewasaan dalam bermuamalah dengan anak/peserta

didik.

8. Menampilkan kepribadian yang kuat, bersemangat tinggi, berdedikasi penuh keikhlasan.

9. Mendoakan anak/peserta didik di luar pengetahuan mereka (tanpa sepengatahuan mereka, pen) untuk kebaikan mereka dan keluarga mereka di dunia dan akhirat.

10. Senantiasa siap memperbaiki kekuarangan diri dalam berbagai hal.22 Jadi karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru yang memiliki kematangan secara pribadi, emosi, intelektual, sosial dan sebagainya, yang mencerminkan akhlak islami baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Adapun berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10, dijelaskan bahwa profesionalisme guru memiliki karakteristik yang meliputi empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,

19

Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), cet. I, h. 337

20

Tim Reality,KamusTerbaru,…….., h.337 21

M. Yunus Abu Bakar, dkk.,Profesi Keguruan, (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah: 2009), edisi, 1, h. 6

22


(26)

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa kompetensi tersebut mencakup:

a. Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

1) Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan. 2) Pemahaman terhadap peserta didik.

3) Pengembangan kurikulum/silabus. 4) Perancangan pembelajaran.

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

7) Evaluasi hasil belajar, dan

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian, sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

1) Mantap. 2) Stabil. 3) Dewasa.

4) Arif dan bijaksana. 5) Berwibawa, dan 6) Berakhlak mulia.

7) Menjadi tedalan bagi pesera didik dan masyarakat. 8) Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan 9) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

1) Berkomunikasi lisan, tulisan dan/isyarat.

2) Menggunakan tekonologi komunikasi dan informasi secara fungsional, dan

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasan materi pelajaran secara luas dan mendalam.23

Penjabaran lain mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalani tugas keprofesiannya adalah:

23

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008) Cet. I, h. 279-280


(27)

a. Kompetensi Pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan pengembangan kepribadian (personal competencies) diantaranya:

1. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

2. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama. 3. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem

nilai yang berlaku di masyarakat.

4. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata krama.

5. Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.24

b. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Adapun beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya:

1. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.

2. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar dan sebagainya.

3. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.

4. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.

24


(28)

5. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

6. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. 7. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

8. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan.

9. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.25

c. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:

1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakat.

3. Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara kelompok.26

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa: 1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan

4. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.27

25

Wina Sanjaya,Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum.…., h.145-146 26

Wina Sanjaya,Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum….., h.146 27


(29)

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka fokus penelitian ini adalah mengenai profesionalisme guru yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru yaitu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat diukur melalui indikator keterampilan guru dalam mengajar, karena kompetensi tersebut merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru agar dapat tercipta pembelajaran yang kreatif, profesional dan menyenangkan.

Berikut adalah penjabaran indikator keterampilan guru terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sebagaimana menurut Turney yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pengajaran adalah:

1. Keterampilan bertanya

Diantara keterampilan bertanya yang harus dikuasai guru meliputi: a. Keterampilan bertanya dasar, mencakup pertanyaan yang jelas dan

singkat, pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, pemberian tuntutan.

b. Keterampilan bertanya lanjutan, merupakan kelanjutan dari keterampilan dasar. Diantara keterampilan bertanya lanjutan yang harus dikuasai guru meliputi: pengubahan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, mendorong terjadinya interaksi.28

2. Keterampilan memberi penguatan, merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti “bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian”, sedangkan secara nonverbal dapat dilakukan

dengan gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol dan kegiatan yang menyenangkan.29

3. Keterampilan mengadakan variasi, merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan peserta didik agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu: a. Variasi dalam gaya belajar

Variasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: 1) Variasi suara rendah, tinggi, besar, kecil.

28

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional…..,h. 70-76 29


(30)

2) Memusatkan perhatian.

3) Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak). 4) Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik. 5) Variasi gerakan badan dan mimik.

6) Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajaran.

b. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar Variasi ini dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat. 2) Variasi alat dan bahan yang dapat didengar.

3) Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi.

4) Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan belajar. c. Variasi dalam pola interaksi

Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Variasi dalam pengelompokkan peserta didik seperti klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.

2) Variasi tempat kegiatan pembelajaran seperti di kelas dan di luar kelas.

3) Variasi dalam pola pengaturan guru seperti seorang guru dan tim. 4) Variasi dalam pola pengaturan hubungan guru dengan peserta didik

baik secara langsung (tatap muka), dan melalui media.

5) Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran baik terbuka maupun tertutup.

6) Variasi dalam pengorganisasian pesan. 7) Variasi dalam pengelolaan pesan. d. Variasi dalam kegiatan

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dilakukan sebagai berikut:

1) Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. 2) Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar. 3) Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi.

4) Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.30

4. Keterampilan menjelaskan, merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan.31

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka dan menutup pelejaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk menilai dan mengakhiri pembelajaran, agar kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran perlu dilakukan secara profesional. a. Membuka pelajaran, upaya yang dapat dilakukan guru adalah :

30

E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional….., h. 78-80 31


(31)

1) Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.

2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.

3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan.

5) Mengajukan pertanyaan baik yang mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajagi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. b. Menutup pelajaran, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

1) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.

2) Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dipelajari.

3) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik individu maupun kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. 4) Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan.32 6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut :

a) Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi. b) Memperluas masalah atau urunan pendapat.

c) Menganalisis pandangan peserta didik. d) Meningkatkan partisipasi peserta didik. e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. f) Menutup diskusi.33

7. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut : a) Penciptaan dan pemeliharaan iklim yang optimal.

b) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

c) Pengelolaan kelompok dengan cara: peningkatan kerjasama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.

d) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.34

32

E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional….., h. 83-84 33

E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional….., h. 89 34


(32)

8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:

a) Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas. b) Membimbing dan memudahkan belajar yang mencakup penguatan,

proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran. c) Perencanaan penggunaan ruangan.

d) Pemberian tugas yang jelas, menantang dan menarik.35

Berdasarkan penjelasan di atas, hal senada juga dikemukakan Wingkel sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B.Uno bahwa jenis keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru adalah:

1. Keterampilan memberikan penguatan. 2. Keterampilan menjelaskan.

3. Keterampilan bertanya.

4. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.36

Berdasarkan pemaparan di atas, jelaslah bahwa tugas seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan karena untuk dikatakan sebagai guru yang profesional guru tersebut harus memiliki kemampuan dan keterampilan atau lebih dikenal dengan kompetensi. Diantara kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, pribadi, sosial dan profesional.

Adapun berbicara mengenai kompetensi guru, kompetensi profesional merupakan bagian yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan kinerja guru yang ditampilkan dalam profesi keguruan, akan tetapi keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, guru yang memiliki profesionalisme adalah guru yang terampil dan memenuhi keempat kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik pribadi, profesional dan sosial, kemudian mampu menyusun strategi mengajar, menguasai bahan ajar serta mampu menyusun program maupun membuat penilaian hasil belajar yang tepat dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

35

E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional…...,h. 92 36


(33)

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut UU Sisdiknas dalam PP RI No.55 Tahun 2007 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.37

Adapun menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani yang dimaksud dengan pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.38

Sedangkan menurut Muhaimin pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam adalah upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.39

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah upaya membina peserta didik dalam hal mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan jasmani maupun rohani peserta didik menuju ke arah kedewasaan, dalam rangka menanamkan dan menumbuhkembangkan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidupnya.

37

Depdiknas,Himpunan Peraturan Perundang-undangan…., h. 146 38

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h.130

39

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h.5


(34)

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Dasar pelaksanaan pendidikan agama islam menurut Zuhairini dkk sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu:

a. Dasar Yuridis/Hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila sila pertama yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI Pasal 29 Ayat (1) yang berbunyi“Negara berdasarkan atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa”, dan

Ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan

kepercayaannya itu.”

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap MPR No II/MPR 1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah-sekolah dasar hingga perguruan tinggi. b. Segi Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran islam. Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam al-Qur’an

banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut antara lain:

1) Qs. An-Nahl ayat 125: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…”

2) Qs. Al-Imran ayat 104: “Dan hendaklah diantara kamu ada

segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada

yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar…”

3) Al-Hadits :“Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit”.

c. Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.40

40


(35)

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang dilakukan, karena tanpa adanya tujuan, pelaksanaan program pendidikan akan menjadi tidak tearah dan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun berbicara mengenai tujuan pendidikan agama islam tidak terlepas dari pembicaraan mengenai tujuan hidup manusia sebagai seorang muslim. Sebagaimana firman Allah swt





“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Qs. Adz-Dzariyat: 56)

Berdasarkan ayat di atas jelaslah bahwa tujuan manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk mengabdi dengan beribadah kepada-Nya, akan tetapi sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas pula pada hubungannya dengan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu dibutuhkan keseimbangan dalam menjalani hidup baik kehidupan akhirat yaitu hubungannya dengan Sang Pencipta dan kehidupan dunia yaitu hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Adapun pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.41

Menurut Muhaimin tujuan pendidikan agama islam secara umum adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan dan pengamalan peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.42

41

Abdul Majid dan Dian Andayani,Pendidikan Agama Islam Berbasis...,h. 135 42

Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet.3, h. 78


(36)

Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama islam secara garis besar adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan pikiran dan perasaannya. Adapun secara terperinci tujuan pendidikan agama islam adalah sebagai berikut: a. Mengetahui dan melaksanakan ibadah yang disebutkan dalam hadits Nabi

yang antara lain menyebutkan bahwa islam ini dibangun atas lima pilar yaitu:

1) Pengetahuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad hamba dan Rasul-Nya.

2) Mendirikan sholat. 3) Menunaikan zakat.

4) Puasa dalam bulan ramadhan. 5) Menunaikan ibadah haji.

b. Memperoleh bekal pengetahuan keterampilan, sikap dan perbuatan yang diperlukan untuk mendapatkan rezeki untuk diri dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT















“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(Qs. Al-Baqarah: 168)

c. Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan kemasyarakatannya dengan baik (akhlak terpuji) yang dikelompokkan ke dalam dua kategori:

1) Dalam hubungan manusia dengan orang lain untuk kepentingan umat, diantaranya:

a) Berbakti kepada kedua orangtua (ibu dan bapak). b) Membelanjakan harta di jalan Allah.

c) Berbuat baik kepada katib-kerabat/tidak kikir dan tidak pula boros d) Menakar dan menimbang secara benar.

e) Jangan ikut campur dalam urusan yang bukan urusanmu dan hendaklah bersifat rendah hati serta tidak sombong.

f) Tidak Memakai perhiasan yang mahal.

2) Sayang kepada orang lemah dan kasih sayang kepada hewan, misalnya: a) Membuang duri dari jalanan.


(37)

c) Jika membunuh hewan, bunuhlah dengan baik, jika memotong hewan potonglah dengan pisau tajam dan istirahatkan hewan sembelihan itu.43

Sedangkan menurut UU Sisdiknas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.55 Tahun 2007 pada pasal 2 dijelaskan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.44

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada peserta didik agar dapat meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran islam sehingga menjadi muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

C. Pengertian Profesionalisme Guru PAI

Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan profesionalisme guru PAI adalah kualitas suatu bidang profesi keguruan yang ditekuni oleh seseorang, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli di bidangnya yaitu pendidikan agama Islam yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus sesuai dengan prosedur akademis yang berlaku.

D. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).45

43

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), cet. 2, h, 35-36

44

Depdiknas,Himpunan Peraturan Perundang-undangan…., h. 147 45

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet.3, h. 895


(38)

Sedangkan Syaiful Bahri mendefinisikan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan baik secara individu maupun kelompok.46

Jadi yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil pencapaian tertentu dalam suatu usaha/kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik individu maupun kelompok.

Adapun mengenai pengertian belajar terdapat beberapa pendapat diantaranya:

1. Cronbach memberikan definisi belajar yaitu “Learning is shown by

change in behavior as a result of experience”.

2. Harold Spers memberikan batasan pengertian belajar yaitu“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to

follow direction”.

3. Geoch mengatakan belajar adalah“Learning as a change in performance

as a result of practice”.47

Dari ketiga definisi di atas maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya, juga belajar itu lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik.48

Sedangkan pengertian belajar menurut Oemar Hamalik adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasan secara otomatis dan seterusnya.49

46

Syaiful Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991), h.19

47

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. 10, h.20

48

Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar……,h. 20 49


(39)

Jadi yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang didapat melalui pengalaman dan latihan baik perubahan tersebut berupa sikap, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sebagainya.

Menurut Tohirin prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Akan tetapi mengenai apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.50

Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.51

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah sebuah tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar dari suatu kegiatan atau usaha keras yang telah dilakukannya baik secara individu maupun kelompok, yang umumnya dinyatakan dalam bentuk skor (nilai) dan pencapaian tersebut mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Akyas Azhari hambatan seseorang dalam berprestasi dapat ditinjau dari dua faktor yaitu:

a. Faktor internal, yaitu hambatan-hambatan terhadap seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri seperti keadaan fisik (kesehatan, kondisi alat indera dan sebagainya) dan keadaan psikis seperti intelegensi, minat, motivasi, kognitif dan sebagainya.

50

Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…….., h.151 51

Sutratinah Tirtonegoro,Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. 6, h.43


(40)

b. Faktor eksternal, yaitu hambatan-hambatan yang berasal dari luar dan biasanya berkaitan dengan latar belakang seseorang seperti keadaan sosial (latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman pergaulan dan sebagainya), keadaan nonsosial (suhu udara, pencahayaan, penggunaan teknologi dan sebagainya).52

Adapun menurut Abu Ahmadi dan Joko Sutarno faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. yang termasuk faktor internal yaitu:

a. Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya: penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh. b. Faktor psikologis antara lain:

1) Faktor interaktif yang meliputi:

a) Faktor potensial kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

2) Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c. Faktor kamatangan fisik maupun psikis

Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: 1) Faktor sosial terdiri dari:

a) Lingkungan keluarga. b) Lingkungan sekolah. c) Lingkungan masyarakat. d) Lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual agama.53

52

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan perkembangan……., h.75 53

Abu Ahmadi dan Widodo,Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet.2, h.138


(41)

E. Kerangka Berpikir

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan, karena di samping harus menguasai materi ajar yang akan diberikan kepada peserta didik, secara akademis guru tersebut juga harus menempuh jenjang pendidikan keguruan. Jadi dapat dikatakan bahwa guru memiliki syarat-syarat tersendiri yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan menggeluti profesi ini. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah banyaknya anggota masyarakat yang beralih ke profesi ini, namun sangat sedikit diantara mereka yang benar-benar berkompeten di bidangnya atau dengan kata lain belum menjadi guru yang profesional. Hal ini dapat dilihat pada mutu pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih tertinggal jauh dengan negara-negara lain.

Oleh sebab itu, untuk mutu pendidikan yang lebih baik dibutuhkan pendidik yang benar-benar berkompeten di bidangnya yang tidak hanya sekedar menyandang profesi sebagai guru saja, dalam arti mengajar hanya untuk menjalankan tugas sebagai guru tanpa adanya feed back dari peserta didik, akan tetapi seorang guru yang profesional tidak hanya baik dalam menyampaikan materi, mengelola kelas dan sebagainya melainkan guru tersebut juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap amanah yang diembannya demi keberhasilan peserta didik dan pendidikan yang lebih berkualitas tentunya.

Dengan demikian jika proses pembelajaran yang disajikan guru PAI berjalan dengan baik maka hal ini akan berdampak positif pula pada persepsi siswa terhadap kinerja guru tersebut, walaupun pada dasarnya setiap siswa akan memiliki persepsi yang berbeda antar satu dengan yang lainnya, akan tetapi mengingat pentingnya persepsi siswa dalam hal ini, maka akan sangat membantu untuk mengetahui kualitas pengajaran dan kinerja guru tersebut dalam mengemban profesinya. Sehingga peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dan berprestasi, karena seorang guru yang profesional akan mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan menyenangkan yang tidak hanya berorientasi pada ketuntasan belajar saja tetapi juga pada proses tumbuh kembang potensi peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik menuju ke arah kedewasaan.


(42)

Dengan demikian penulis mengemukakan bahwa, diduga terdapat hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa.

F. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka

pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan

yang signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang. Dengan demikian, pengajuan hipotesis yang diajukan adalah : bila semakin tinggi profesionalisme guru PAI maka akan semakin tinggi pula pada prestasi belajar siswa khususnya pada bidang studi PAI, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Berikut adalah penjabaran Ha dan Ho. Ho : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara profesionalisme guru PAI

(variabel X) dengan prestasi belajar PAI siswa (Variabel Y).

Ha : Terdapat korelasi yang signifikan antara profesionalisme guru PAI (variabel X) dengan prestasi belajar PAI siswa (Variabel Y).


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Kosambi Tangerang yang beralamat Jl. Raya Salembaran Desa Cengklong Kec. Kosambi Tangerang-Banten. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 31 Januari sampai dengan 11 Februari 2011.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif lebih menitik beratkan pada pengumpulan data empiris, kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan yang ada atau tidaknya hubungan kedua variabel yang diteliti dan diprediksi tentang berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat, dan jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang memerlukan angka-angka dalam meneliti variabel, namun data yang berupa angka tersebut dijelaskan secara deskriptif.


(44)

Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran profesionalisme guru PAI terhadap prestasi belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.54 Adapun dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang, dari populasi target tersebut ditentukan populasi terjangkaunya yaitu siswa kelas VIII SMPN 1 Kosambi Tangerang yang berjumlah 351 siswa. Adapun alasan penulis memilih kelas VIII dikarenakan para siswa yang duduk di tingkat ini lebih lama mengenal guru PAI mereka yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini dibandingkan dengan siswa kelas VII.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.55 Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan random sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu dari jumlah populasi dalam satu kelas VIII-8 yang berjumlah 39 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung dalam rangka memperoleh data. Selain itu, observasi dilakukan untuk mengetahui tentang proses pembelajaran PAI di SMPN 1 Kosambi Tangerang.

54

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h 130

55


(45)

2. Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data melalui wawancara penulis dengan guru PAI dan kepala sekolah di SMPN 1 Kosambi Tangerang untuk memperoleh data mengenai profesionalisme guru. 3. Angket, yakni teknik pengumpulan data dengan menyebarkan

lembaran-lembaran pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, dalam hal ini yaitu siswa. Teknik ini digunakan untuk mengetahui pendapat atau persepsi siswa kelas VIII-8 mengenai profesionalisme guru PAI.

4. Studi dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa dengan melihat raport siswa kelas VIII-8 semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di SMPN 1 Kosambi Tangerang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa adalah berupa angket. Adapun angket yang digunakan terdiri dari 30 butir soal dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

Adapun variabel dalam penelitian ini profesionalisme guru PAI dan hubungannya dengan prestasi belajar PAI siswa adalah:

1. Profesionalisme guru PAI (Variabel X)

Variabel ini sebagai variabel independen (bebas) yang diberi simbol

dengan huruf “X”.

a) Definisi Konseptual

Secara konseptul yang dimaksud dengan profesionalisme guru PAI adalah kualitas suatu bidang profesi keguruan yang ditekuni oleh seseorang, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli di bidangnya yaitu pendidikan agama Islam yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus sesuai dengan prosedur akademis yang berlaku.


(46)

b) Definisi Operasional

Secara operasional yang dimaksud dengan profesionalisme guru PAI adalah hal yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik terutama kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat diukur melalui indikator keterampilan guru dalam mengajar.

Tabel I

Kisi-kisi Instrumen Angket

Nomor Butir

Variabel Indikator

Positif Negatif Profesionalisme

Guru PAI

1. Keterampilan bertanya 2. Memberikan penguatan

seperti: memberikan pujian, acungan jempol dan gerak mendekati peserta didik. 3. Mengadakan variasi

a. Variasi gaya belajar seperti variasi suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi.

b. Variasi media dan sumber belajar

c. Variasi dalam kegiatan pembelajaran yaitu variasi dalam penggunaan metode pembelajaran.

4. Keterampilan menjelaskan a. Penyajian, seperti bahasa

yang digunakan jelas dan mudah dipahami.

b. Pemberian contoh

10, 11 8,9

13,14

15

16

18,21

19,20

12 7


(47)

c. Penguasaan materi

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

a. Melakukan apersepsi b. Menyampaikan tujuan yang

akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari. c. Menghubungkan materi

yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan. d. Mendayagunakan media

dan sumber belajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

e. Menarik kesimpulan

mengenai materi yang telah dipelajari.

f. Memberikan post tes 6. Mengelola kelas

a. Penciptaan kondisi belajar yang optimal.

b. Pengendalian kondisi belajar yang optimal 7. Keterampilan membimbing

diskusi kelompok kecil. 8. Keterampilan mengajar

kelompok kecil dan perorangan.

1 2

3

5

6

23

25,26

27,28

29,30

22

4


(48)

1. Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y)

Variabel ini sebagai variabel dependen (terikat) yang diberi simbol dengan

huruf “Y”.

a) Definisi Konseptual

Secara konseptual yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu.

b) Definisi Operasional

Secara operasional yang dimaksud dengan prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa atas suatu aktifitas yang dapat dinyatakan dengan nilai hasil belajar (raport) pada mata pelajaran PAI.

F. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengolah data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini penulis akan melakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh khususnya pada angket yang telah diisi oleh siswa, kemudian angket tersebut diteliti satu persatu baik meliputi kelengkapan pengisian, penjelasan penulisannya dan kebenaran pengisian angket.

2. Skoring

Adalah pemberian skor pada setiap butir pertanyaan yang terdapat dalam angket, dimana pada setiap item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih yaitu pernyataan positif dan negatif. Adapun untuk pernyataan positif skor bergerak dari jawaban skor 4,3,2,1 sedangkan untuk pernyataan negatif penskoran bergerak sebaliknya. Dalam skala ini terdapat empat alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

97

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 1 KOSAMBI

Jl. Raya Salembaran Ds. Cengklong Kec. Kosambi Tangerang-Banten Telp. (021) 55933917

SURAT KETERANGAN

NOMOR : 420/034/SMPN 1 K/2011

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala SMP Negeri 1 Kosambi Tangerang, menerangkan bahwa :

Nama : Ropiyati

NIM : 106011000713

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Persepsi Siswa Terhadap Profesionalisme Guru PAI dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar PAI Siswa SMP Negeri 1 Kosambi Tangerang”.

Adalah benar telah melakukan observasi/penelitian di SMPN 1 Kosambi Tangerang sejak tanggal 31 Januari sampai dengan 11 Februari 2011.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kosambi, 22 Februari 2011 Kepala Sekolah SMPN 1 Kosambi

SUDRADJAT ARDYANA, S.Pd. NIP. 19521007 198203 1 009