1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber penerimaan kas negara yang berasal dari iuran rakyat dengan karakteristik dapat dipaksakan, tanpa kontraprestasi langsung, dan
digunakan untuk mendanai pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun untuk pembangunan negara Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012. Salah
satu sumber penerimaan pajak pemerintah adalah pajak yang disetorkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Menurut hasil sensus penduduk,
jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Indonesia
Tahun Jumlah
1971 119.208.229
1980 147.490.298
1990 179.378.946
1995 194.754.808
2000 206.264.595
2010 237.641.326
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 1995
. Berdasarkan tabel di atas seharusnya dengan jumlah penduduk yang terus
meningkat setiap kali sensus dilakukan, pemerintah memiliki pendapatan dari pajak penghasilan yang besar dan terus meningkat dari masyarakatnya. Memang banyak
orang yang telah membayar pajaknya dengan taat dan jujur. Namun tidak sedikit juga orang yang tidak melaporkan pendapatannya dengan benar atau bahkan tidak
Universitas Kristen Maranatha melaporkan pendapatannya. Karena pada kenyataannya, hingga saat ini masih
banyak tunggakan-tunggakan pajak yang tidak dibayar oleh masyarakat. Dari sumber di Direktorat Jenderal Pajak DJP, pada tahun 2012 jumlah
pajak yang terkumpul mencapai Rp 976 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 19 persen dari tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak dari
tahun 2009 sampai 2012 mencapai 17 persen. Dengan target pajak yang terus ditingkatkan, maka pada tahun 2013 pemerintah mengupayakan adanya pertumbuhan
penerimaan pajak sebesar 22 persen. Untuk merealisasikan angka pertumbuhan tersebut, pemerintah menginginkan adanya peningkatan persentase kepatuhan wajib
pajak. Persentase tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2012 masih tergolong sangat rendah, tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya Manurung, 2013.
Untuk meningkatkan presentase kepatuhan wajib pajak tersebut Direktorat Jenderal Pajak DJP sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam menghimpun
penerimaan pajak terus membenahi sistem administrasi perpajakannya. Tujuannya agar tercapai tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap
administrasi perpajakan yang tinggi, serta tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi sehingga diharapkan penerimaan pajak meningkat Pandiangan dalam Lingga,
2013. Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak DJP telah meluncurkan
program perubahan atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut Modernisasi. Adapun inti dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good
governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini.
Universitas Kristen Maranatha Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi administrasi
perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:
1. Struktur organisasi
2. Business process dan teknologi informasi dan komunikasi
3. Manajemen sumber daya manusia
4. Pelaksanaan good governance
Secara umum sebelum melakukan pembayaran pajak maka Wajib Pajak harus memberitahukan terlebih dahulu jumlah pajak yang terutang kepada Direktorat
Jenderal Pajak DJP melalui Surat Pemberitahuan SPT pajak. Surat Pemberitahuan SPT ini berisi informasi perpajakan yang benar dan akurat mengenai besarnya
jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada pemerintah. Melaporkan Surat Pemberitahuan SPT merupakan salah satu kewajiban para Wajib
Pajak sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Perpajakan Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang telah dirubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 dalam pasal 3 menyebutkan: “Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar,
lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
” Undang-undang ini menyatakan bahwa penyampaian Surat Pemberitahuan
SPT pajak merupakan suatu kewajiban perpajakan yang harus dilaksanakan dengan benar oleh setiap Wajib Pajak. Sebelum adanya modernisasi yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak DJP, Surat Pemberitahuan SPT pajak ini disampaikan
Universitas Kristen Maranatha oleh Wajib Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak DJP melalui Kantor Pelayanan
Pajak KPP secara manual. Surat Pemberitahuan SPT tersebut disampaikan dalam bentuk hardcopy berbentuk kertas yang sudah disediakan oleh Kantor Pelayanan
Pajak KPP. Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama dalam hal komputerisasi maka Direktorat Jenderal Pajak DJP membuat beberapa
aplikasi untuk dijadikan sebagai salah satu alat pelayanan yang memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
Salah satu bentuk aplikasi pelayanan perpajakan berbasis komputerisasi adalah penerapan sistem Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT, yaitu pelayanan
penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Masa dan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer. Surat
Pemberitahuan SPT ini tidak berbentuk kertas, melainkan berbentuk formulir elektronik yang ditransfer atau disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak DJP
melalui Kantor Pelayanan Pajak KPP. Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT menggunakan Surat Pemberitahuan
Elektronik e-SPT ini merupakan salah satu langkah yang diambil oleh Direktorat Jenderal Pajak DJP untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Wajib Pajak
dalam melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkannya. Namun kurangnya pemahaman Wajib Pajak mengenai pengoperasian aplikasi Surat Pemberitahuan
Elektronik e-SPT menyebabkan masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak menggunakan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT dan lebih memilih
menggunakan Surat Pemberitahuan SPT manual, padahal penggunaan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT meningkatkan efisiensi serta mengurangi
pekerjaan perekaman Surat Pemberitahuan SPT yang memakan sumber daya yang
Universitas Kristen Maranatha cukup banyak. Selain itu penggunaan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT pada
dasarnya membantu Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT lebih cepat, aman dan efisien karena lampiran dalam bentuk CDflashdisk. Melalui
penggunaan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT diharapkan dapat mengurangi kesalahan dalam pemasukan input data dan perhitungan dapat dilakukan secara
cepat dan tepat karena menggunakan sistem komputer. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi dapat
digunakan sebagai sarana untuk membantu Pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan kas negara melalui penerimaan pajak. Karena dengan adanya upaya
Pemerintah untuk memberi kemudahan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT pajak secara elektronik maka diharapkan adanya peningkatan kepatuhan Wajib
Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai Warga Negara yang baik. Keberhasilan dari implementasi Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT
menjadi penting karena
menurut penelitian-penelitian
sebelumnya dapat mempengaruhi kepatuhan pajak. Seperti hasil penelitian Lingga 2013 yang
menyatakan bahwa penerapan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Menurut Handayani dan Supadmi
2012 efektivitas penerapan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai PPN berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak KPP Denpasar Barat dalam melaporkan
Surat Pemberitahuan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai PPN. Penelitian lainnya yang mendukung tentang pengaruh penerapan Surat
Pemberitahuan Elektronik e-SPT terhadap kepatuhan pajak antara lain Fasmi dan
Misra 2011 bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan mempunyai
Universitas Kristen Maranatha pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak.
Sedangkan penelitian Sripeni 2011 menyatakan bahwa penerapan Surat Pemberitahuan Elektronik e-SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai PPN memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi pengisian Surat Pemberitahuan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai PPN di Kantor Pelayanan Pajak KPP Madya
Bandung. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai
“Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pajak Pratama KPP
Bandung Cicadas .”
1.2 Identifikasi Masalah