Analisis Pembiayaan Kredit Dengan Prinsip Mudharabah Dan Risiko - Risikonya Pada PT. Bank Mandiri Syariah Bandung Periode 2008-2011

(1)

(2)

ANALISIS PEMBIAYAAN KREDIT DENGAN PRINSIP

MUDHARABAH DAN RISIKO-RISIKONYA PADA

PT. BANK SYARIAH MANDIRI BANDUNG

PERIODE 2008-2011

“Analysis Of Credit Financing and Risk With Mudharabah Principles in PT Bank Syariah Mandiri Bandung Period 2008-2011”.

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Keuangan dan Perbankan

Oleh : ZAKY ALJOSHA

21508023

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul : Analisis Pembiayaan Kredit dengan prinsip Mudharabah dan risiko- risikonya pada PT. Bank Mandiri Syariah Bandung Periode 2008-2011.

Nama : Zaky Aljosha

NIM : 21508023

Jenjang : Diploma III (DIII)

Program Studi : Keuangan dan Perbankan Fakultas : Ekonomi

Bandung, Agustus 2012

Menyetujui

,

Dosen Pembimbing

Oman Sukirman SE.,M.M NIP. 4127.02.01.001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan

(Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M. Linna Ismawati, S.E M.Si

NIP. NIP.4127.34.02.008

Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M. Si NIP. 4127.34.02.015


(4)

ABSTRAK

Zaky Aljosha judul “Analisis Pembiayaan Kredit Dengan Prinsip Mudharabah dan risiko- risikonya pada PT. Bank Mandiri Syariah Bandung Periode 2008-2011“. Dibawah bimbingan Bapak Oman Sukirman S.E,. M.M

Penelitian ini dilakukan pada PT.Bank Syariah Mandiri Bandung. Fenomena yang terjadi adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah khususnya pembiayaan kredit mudharabah dan risiko-risiko pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah , perbankan syariah di Indonesia dalam satu dekade terakhir ini terus menunjukkan perkembangan yang cepat. Hal ini terlihat dari semakin tumbuh dan berkembangnya industri perbankan syariah di tanah air. Perkembangan kegiatan usaha bank syariah ditandai dengan pertumbuhan yang cukup signifikan pada sejumlah indikator seperti jumlah bank, jaringan kantor, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan diantaranya pembiayaan bagi hasil yang terdiri dari pembiayaan mudharabah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif yang bersifat kuantitatif dimana penulis menerangkan bagaimana cara pembagian nisbah bagi hasil bagi masyarakat yang tertarik untuk menggunakan pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah.

Perhitungan nisbah bagi hasil dengan prinsip Mudharabah di Bank Syariah Mandiri bergantung pada Target Pendapatan Bank berbanding dengan target pendapatan nasabah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perhitungan bagi hasil yang diterapkan BSM pada pembiayaan mudharabah adalah mengacu pada profit sharing. Dalam penetapan pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara pihak BSM dengan nasabah yang bersangkutan. Pada prinsip Mudharabah ini semua dana ditanggung oleh pihak BSM sehingga banyak sekali nasabah yang tertarik untuk melakukan pendanaan kredit dengan prinsip mudharabah.


(5)

ABSTRACT

Zaky Aljosha title “Analysis Of Credit Financing and Risk With Mudharabah Principles in PT Bank Syariah Mandiri Bandung Period 2008-2011 “. Under the guidance of Faculty Oman Sukirman S.E,. M.M

This research was conducted at PT Bank Syariah Mandiri Bandung. Phenomenon that occurs is a lack of public knowledge about financing, especially Islamic banking and credit risks mudharabah credit financing with the principle of mudharabah, Islamic banking in Indonesia in the last decade continue to show rapid growth. This is evident from the growth and development of Islamic banking industry in the country. Development of business activities of Islamic banks is characterized by significant growth in the number of indicators such as number of bank, office networks, third-party funding and financing provided for the financing of which is composed of mudharabah.

The method used in this study using quantitative descriptive where the author explains how to share the profit sharing ratio for people who are interested in using credit financing with the principle of mudaraba. The calculation of the profit sharing ratio with the principle of Mudaraba at Bank Syariah Mandiri Bank relies on Revenue Target revenue compared with the target customer.

Based on survey results revealed that the calculation for the BSM applied on mudharabah is referring to the profit sharing. In determining the distribution of profit sharing ratio in accordance with the agreement between the BSM with the customer concerned. On the principle of Mudaraba fund is all borne by the BSM so many customers who are interested to do the principle of mudaraba credit financing.


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini, Shalawat dan Salam semoga tercurah atas Rasulullah SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi selama penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan di Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Windi Novianti, SE.,MM selaku dosen wali Kp-1 Program Studi Keuangan Dan Perbankan Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Oman Sukirman SE.,MM Selaku Dosen Pembimbing yang berbaik hati membimbing dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir di Universitas Komputer Indonesia.


(7)

7. Bapak Aden Ruhimat, mba echa khususnya pada PT. Bank Syariah Mandiri cabang dago yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian sekaligus pembimbing penulis diperusahaan.

8. Kepada Kedua Orang Tua Penulis, terimakasih atas kasih sayang dan do’a yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan tugas akhir ini. 9. Kakakku, terima kasih juga atas kasih sayang dan dukungannya.

10. Semua teman-teman Penulis khususnya Kp-1 semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya, kompak selalu ya.

Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terima kasih pada semua, atas segala bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Bandung, Agustus 2012


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di dalam sejarah ekonomi kaum muslim, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak jaman Rasulullah SAW. Contohnya seperti praktek-praktek menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposito, menyalurkan dana, dan melakukan transfer menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak jaman Rasulullah.

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan mengirimkan jasa pengiriman uang.

Perbankan Syariah merupakan lembaga investasi dan jasa perbankan, di mana sumber dana dan sistem operasionalnya berdasarkan dengan nilai-nilai Islam, sehingga tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan materi, melainkan mengikuti syariat ajaran Islam.

Perbankan syariah pertama kali dilakukan di Negara Malaysia pada pertengahan tahun 40-an, namun usaha perbankan syariah tersebut tidak sukses.


(9)

Selanjutnya usaha pendirian bank syariah dilakukan di Negara Mesir pada tahun 1963 dengan nama Mit Ghamr Local Saving Bank.

Di Indonesia sendiri bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat. Perlu diketahui bahwa produk-produk perbankan syariah tidak hanya ditujukan bagi orang Islam saja tetapi pada hakekatnya semua orang dan golongan. Jadi, siapapun bisa menjadi nasabah bank syariah sepanjang ia dapat memenuhi persyaratan yang ada dan yang telah ditentukan oleh pihak bank itu sendiri.

Sistem perbankan syariah merupakan suatu sistem yang bisa menjadi solusi dalam permasalahan ekonomi. Saat ini penerapan ekonomi syariah sudah semakin luas. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lembaga keuangan yang berbasis syariah.

Perkembangan Bank Syariah saat ini sangat pesat dipicu oleh UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system. Bank-bank konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka Unit Usaha Syariah. Dalam meyediakan produk penghimpun dana, Bank Syariah tidak melakukan pendekatan tunggal bagi para nasabahnya. Misalnya, pada tabungan beberapa bank memperlakukannya seperti deposito, bahkan ada yang tidak menyediakan produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, dilihat dari segi sumbernya, dana Bank Syariah terdiri atas modal, titipan , investasi. Menurut Keynes, orang membutuhkan uang untuk 3 kegunaan yaitu; transaksi, jaga-jaga, dan investasi. Oleh karena itu produk penghimpun dana pun disesuaikan berdasarkan 3 fungsi diatas yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.


(10)

Menurut (Muhammad Syafi'i Antonio, 2001 p. 95) Mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.(Kasmir, 2002)

PT. Bank Syariah mandiri dalam pembagian nisbah Mudharabah tergantung dari bank dan nasabahnya, apabila akad yang disepakati oleh nasabah menginginkan porsi dari bank 100% maka nisbah untuk bank dan nasabah yaitu 60%:40%. Apabila akad yang disepakati 60%:40% maka 60% untuk bank dan 40% untuk nasabah. Penerapan pembiayaan mudharabah ini resikonya relatif tinggi karena bila mengalami kerugian atas kelalaian pihak nasabah maka nasabah lah yang menanggung resikonya.

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah sedikitnya pengetahuan para nasabah terhadap perbankan syariah khususnya pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah dan risikonya yang tinggi membuat masyarakat kurang meminati kredit dengan prinsip syariah .

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti masalah tersebut ke dalam bentuk tugas akhir dengan judul : " Analisis Pembiayaan Kredit dengan prinsip Mudharabah dan risiko- risikonya pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung Periode 2008-2011“.


(11)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Sedang Trendnya Perbankan syariah saat ini membuat para nasabah tertarik untuk memakai pembiayaan dengan prinsip mudharabah namun kurang mengetahui bagaimana penerapanya dalam pembiayaan kredit sehingga peminatnya masih kurang banyak.

2. Sedikitnya pengetahuan para nasabah mengenai resiko pembiayaan syariah.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi diatas maka penulis dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Sistem Pembiayaan kredit dengan prinsip Mudharabah di Bank Syariah Mandiri Bandung.

2. Bagaimana Resiko Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah di Bank Syariah Mandiri Bandung.


(12)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah dan risikonya pada PT. Bank Syariah Mandiri Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui bagaimana sistem pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung.

2. Untuk mengetahui risiko-risiko pembiayaan dengan prinsip Mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai sistem pembiayaan dengan prinsip Mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung.


(13)

1.4.2 Kegunaan Akademis

Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak yang terkait. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Penulis dapat lebih memahami dan memperdalam ilmu mengenai keuangan dan perbankan dan manajemen dana bank secara khusus serta dapat mengetahui realisasi antara teori yang diperoleh selama proses belajar dengan praktek yang terjadi dilapangan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan serta masukan bagi kemajuan PT. Bank Mandiri Syariah. Serta sebagai sumbangan nilai bagi perusahaan yang berupa saran dan usulan-usulan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan tersebut. Khususnya dalam pembiayaan mudharabah.

3. Bagi Pihak lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan TA dengan tema yang sama dan dapat dijadikan sebagai perbandingan didalam melakukan penelitian.


(14)

1.5 Lokasi dan Waktu penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri kantor cabang Bandung JL. Ir. H. Juanda N0.74 Bandung .

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2012 sampai Juli 2012 pada PT. Bank Syariah Mandiri kantor cabang Bandung JL. Ir. H. Juanda N0.74 Bandung adapun jadwal penelitian penulis sebagai berikut :

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli 2012 2012 2012 2012 2012 2012

I

Tahap Persiapan :

Pembuatan Proposal penelitian

Bimbingan dengan Pembimbing

Menentukan Tempat Penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

Mengajukan Outline dan Proposal

penelitian

Meminta Surat Pengantar ke perusahaan

Penelitian Di Perusahaan

Penyusunan penelitian

III

Tahap Pelaporan:

Menyiapkan draft penelitian


(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Bank

Secara umum bank disebut sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan, tabungan dan giro. Selain itu, bank juga dikenal sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping itu, bank juga sebagai tempat untuk menukar uang dan menyediakan jasa pembayaran seperti pembayaran listrik, telefon, uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Pengertian bank secara umum menurut Undang - Undang NO. 10 tahun 1998 yang dikutip oleh (Kasmir, 2002 p. 23) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

2.1.2 Bank Konvensional

Bank Konvensional menurut (Kasmir, 2002 p. 33) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.


(16)

Fungsi dasar bank adalah : (1) menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function), dan (2) menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function).

Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang membutuhkan dana. Atas simpanan para nasabah itu bank memberi imbalan berupa bunga. Demikian pula, atas pemberian pinjaman itu bank mengenakan bunga kepada para peminjam. Diakui bahwa peran bank konvensional itu telah mampu memenuhi kebutuhan manusia, dan aktivitas perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan kegiatan tolong-menolong dan menghindari adanya dana-dana yang menganggur.

2.1.3 Pengertian Bank Syariah

Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang Syariah Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan barang-barang yang dilarang Syaraiah.

Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam. Syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terklait. Prinsip utama yang di ikuti oleh bank Islami itu adalah :


(17)

(b) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah.

(c) Memberikan zakat.

jika yang dimaksud dengan ”bank” adalah istilah bagi suatu lembaga keuangan, maka istilah ”bank” tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al Qur’an. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, bai’ (jual beli), maal(harta), yang memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Lembaga-lembaga itu pada akhirnya bertindak sebagai individu yang dalam konteks fiqih.

Jadi, Perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Islam tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnya, sedangkan bank konvensional menerapkan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnnya bahkan menjadi salah satu sumber pendapatan bank.

Dari sisi operasionalnya, dana yang diamanahkan oleh nasabah kepada Bank Islam dapat berupa titipan maupun investasi, hal ini berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana dengan jelas deposito pada bank konvensional adalah upaya membungakan uang. Konsep dana titipan pada bank syariah berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank Islam harus dapat


(18)

memenuhinya. Adapun investasi berbeda dengan membungakan uang. Setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya pula terdapat resiko untuk menerima kerugian. Konsep inilah yang menjadi ciri khas bank Islam dimana bank dengan nasabah sama-sama salaing berbagi baik keuntungan maupun resiko.

Dari aspek tanggung jawab sosial, bank Islam berkewajiban untuk membayar zakat serta mengelolanya.

Dari sisi organisasi, dalam bank Islam diharuskan adanya suatu lembaga yang mengawasi baik operasional maupun produk yang dikembangkan agar sesuai dengan ketentuan syariah. Lembaga pengawasan tersebut disebut dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS).

2.1.4 Pembiayaan Bank Syariah

Dalam kegiatannya bank syariah melakukan Pembiayaan/Penyaluran dana seperti Murabahah, ijarah, istishna, musyarakah, mudharabah.

a. Murabahah

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena harga jual sudah


(19)

disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu pembiayaan.

b. Ijarah

Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka.

c. Istishna

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode, melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.

d. Musyarakah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).


(20)

e. Mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari mudharib. Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu:

1. Mudharabah Mutlagoh

Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

2. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlagoh. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

Secara eksplisit dalam al-Qur’an tidak dijelaskan langsung mengenai hukum mudharabah, meskipun ia menggunakan akar kata dl-r-b yang darinya kata


(21)

mudharabah diambil sebanyak lima puluh delapan kali, namun ayat-ayat Qur’an tersebut memiliki kaitan dengan mudharabah, meski diakui sebagai kaitan yang jauh, menunjukkan arti “perjalanan” atau “perjalanan untuk tujuan dagang” Dalam Islam akad mudharabah dibolehkan, karena bertujuan untuk saling membantu antara rab al-mal (investor) dengan pengelola dagang (mudharib). Demikian dikatakan oleh Ibn Rusyd dari madzhab Maliki bahwa kebolehan akad mudharabah merupakan suatu kelonggaran yang khusus. Dasar hukum yang biasa digunakan oleh para Fuqaha tentang kebolehan bentuk kerjasama ini adalah firman Allah dalam Surah al-Muzzammil ayat 20 :

Artinya : “ .dan sebagian mereka berjalan di bumi mencari karunia Allah .”. (Al-muzammil : 20)

Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perdagangan) dari Tuhanmu .”. (al-Baqarah : 198).

Kedua ayat tersebut di atas, secara umum mengandung kebolehan akad mudharabah, yang secara bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah SWT di muka bumi. Kemudian dalam Sabda Rasulullah SAW. dijumpai sebuah riwayat dalam kasus mudharabah yang dilakukan oleh ‘Abbas Ibn al-Muthalib yang artinya : “Tuan kami ‘Abbas Ibn Abd al-Muthalib jika menyerahkan hartanya


(22)

(kepada seorang yang pakar dalam perdagangan) melalui akad mudharabah, dia mengemukakan syarat bahwa harta itu jangan diperdagangkan melalui lautan, juga jangan menempuh lembah-lembah, dan tidak boleh dibelikan hewan ternak yang sakit tidak dapat bergerak atau berjalan. Jika (ketiga) hal itu dilakukan, maka pengelola modal dikenai ganti rugi. Kemudian syarat yang dikemukakan ‘Abbas Ibn Abd al-Muthalib ini sampai kepada Rasulullah SAW, dan Rasul membolehkannya”. (HR. Ath-Tabrani).

Dalam hal rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan pendapat antara Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul. Sedangkan Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja dan kad; tidak hanya terbatas pada rukun sebagaimana yang dikemukakan Ulama Hanafiyah, akan tetapi, Ulama Hanafiyah memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain Ijab dan Qabul sebagai syarat akad mudharabah.

Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah :

1. Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil.

2. Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas jumlahnya, c) tunai, dan d) diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola). Oleh


(23)

karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.

3. Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu.

Pembahasan mudharabah dalam Perbankan Islam lebih cenderung bersifat aplikatif dan praktis, jika dibandingkan dengan literatur fiqh yang bersifat teoritis. Kontrak mudharabah bank-bank Islam saat ini sudah menjamur diseluruh dunia, terutama di Timur Tengah.

Perbankan Islam telah menjadi istilah yang sudah tidak asing baik di dunia Muslim maupun di dunia Barat. Istilah tersebut mewakili suatu bentuk perbankan dan pembiayaan yang berusaha menyediakan layanan-layanan bebas ‘bunga’ kepada para nasabah. Umumnya, kontrak mudharabah digunakan dalam perbankan Islam untuk tujuan dagang jangka pendek dan untuk suatu kongsi khusus.

Kontrak-kontrak tersebut yang ada seringkali berarti jual-beli barang, yang menunjukkan sifat dagang dari kontrak ini. Para nasabah bank Islam mengikuti kontrak-kontrak mudharabah dengan bank Islam. Mudharib (nasabah) setelah menerima dukungan pendanaan dari bank, membeli sejumlah atau senilai tertentu dari barang yang sangat spesifik dari seorang penjual dan menjualnya kepada pihak ketiga dengan suatu laba. Sebelum disetujuinya pendanaan, mudharib memberikan kepada bank segala perincian mendetail yang terkait dengan barang,


(24)

sumber dimana barang dapat dibeli serta semua biaya yang terkait dengan pembelian barang tersebut. Kepada bank mudharib menyajikan pernyataan-pernyataan finansial yang disyaratkan menyangkut harga jual yang diharapkan, arus kas (cash flow) dan batas laba (profit margin), yang akan dikaji oleh bank sebelum diambil keputusan apapun tentang pendanaan. Biasanya bank akan memberi dana yang diperlukan jika ia telah cukup puas dengan batas laba yang diharapkan atas dana yang diberikan.

Jika mudharabah tidak menghasilkan suatu keuntungan, si mudharib tidak akan mendapatkan sedikitpun upah atas kerjanya. Dalam hal ini mengalami kerugian sepanjang tidak ditemukan bukti salah guna dan salah urus mudharib atas dana mudharabah atau sepanjang tidak ditentukan pelanggaran atas syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank. Jika terbukti demikian, maka mudharib sendiri yang akan menanggung kerugian, dalam kasus mana jaminan yang terkait dengan tanggung jawab nasabah harus diberikan kepada bank.

2.2 Kerangka Pemikiran

Menabung dan berinvestasi bagi seorang muslim sangat dianjurkan. Dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk berjaga-jaga menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Tindakan bersiap-siap dan mengantisipasi masa depan keturunan baik secara rohani (iman/taqwa) maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya.


(25)

Secara umum bank merupakan lembaga perantara (intermediatery) yaitu lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

Pengertian Bank menurut undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 yang dikutip oleh (Kasmir, 2008 p. 25) adalah sebagai berikut :

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh system perbankan konvensional.

Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip syariah sebagai dasar penentukan imbalan yang diterima atas jasa pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian atas dana masyarakat yang disimpan pada bank syariah.

Dari nisbah atau bagi hasil pembiayaan yang telah disepakati oleh pihak bank shahibul maal dan mudharib, maka bagi pihak bank nisbah atau bagi hasil


(26)

yang diperoleh merupakan pendapatan bagi bank dan menjadi tolak ukur keberhasilan pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat pembiayaan yang disalurkan maka tingkat pendapatan operasional yang akan diperoleh pihak bank juga semakin besar, dan akan mempengaruhi laba operasional bank.

Salah satu pembiayaan syariah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, yaitu pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah.

Adapun pengertian mudharabah yaitu ”Mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari mudharib.

(Sumber : (Bank Mandiri Syariah))

Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu: 1. Mudharabah Mutlagoh

Yang dimaksud Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.


(27)

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlagoh. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

Pihak bank untuk mengambil alih dalam risiko dari setiap kerugian tidak begitu saja terjadi. Ia melewati bermacam-macam cara untuk menghilangkan ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam kongsi mudharabah murni. Risiko aktuarial dalam kongsi mudharabah seperti yang digunakan dalam perbankan Islam dapat diukur dan dapat dipastikan. Untuk alasan inilah, dapat dikatakan bahwa mudharabah bank Islam sedikit berbeda dengan penyelenggaraan investasi berisiko rendah maupun investasi bebas risiko manapun.

Untuk lebih jelasnya proses analisis dengan sistem mudharabah dan risiko nya akan dijelaskan oleh gambar di bawah ini :


(28)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BANK

BANK SYARIAH BANK

KONVENSIONAL

A.MURABAHAH PEMBIAYAAN

B.IJARAH

C.ISTHISNA

D.MUSYARAKAH

RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH E.MUDHARABAH


(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.


(30)

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior


(31)

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

Visi PT. Bank Syariah Mandiri

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

Misi PT. Bank Syariah Mandiri

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan 2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM

3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat

4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal


(32)

4.1.2 Struktur Organisasi Pada Bank Syariah Mandiri

Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan posisinya dalam suatu organisasi tersebut. Dengan kata lain, dalam struktur organisasi yang baik tidak akan terjadi penyerobotan wewenang dan pelemparan tanggung jawab oleh dan kepada orang atau bagian lain. Berikut ini adalah struktur organisasi Bank Mandiri Syariah Bandung :

Sumber laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri


(33)

4.1.3 Deskripsi Jabatan Pada Bank Syariah Mandiri

1.General meeting of shareholder ( Rapat Umum Pemegang Saham )

wewenang khusus dan tertinggi yang memberikan kewenangan bagi para pemegang sahamnya untuk memutuskan hal-hal penting yang tidak termasuk dalam hal-hal yang bersifat operasional sehari-hari.

2. Dewan Komisaris

Tugas Dewan Komisaris :

a. Memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau organisasi.

b. Melakukan pengawasan, pengarahan serta evaluasi kepengurusan Bank serta memberikan persetujuan atas rencana korporasi dan recana bisnis perseroan.

c. Mengkaji dan menyetujui yang diusulkan oleh direksi, kebijakan penyertaan modal dan penyertaan modal sementara.

d. Mengevaluasi laporan tahunan yang dipersiapkan direksi sebelum RUPS, mengusulkan penujukkan akuntan publik, atas rekomendasi Komite Audit, untuk melakukan audit atas laporan keuangan Bank.

3. Dewan Pengawas Syariah

Menurut Surat Keputusan DSN MUI No.Kep-98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus DSN MUI Masa Bhakti Th. 2000-2005 bahwa DSN memberikan tugas kepada DPS untuk :


(34)

1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah, 2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada

pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.

3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.

4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.

4.Komite eksekutif

Komite Eksekutif terdiri dari :

a. Komite Manajemen Resiko

Komite Manajemen Kredit adalah memberikan masukan dalam hal kebijakan dan prosedur penerapan manajemen Risiko, penilaian potensi risiko dalam portofolio perseroan dan mengevaluasi efektivitas pelaksanaan Manajemen Resiko di Perseroan.

b. Komite Kebijakan Kredit

Komite Kebijakan Kredit bertanggung jawab memberikan masukan kepada direksi sehubungan dengan penyusunan ketentuan perkreditan bank (KPB) serta mengawasi pelaksanaan KPB dan memberikan saran kepada direksi untuk perubahan atau penambahan KPB.


(35)

Tugas Steering Teknologi Sistem Informasi:

1. Merencanakan kebijakan umum penggunaan teknologi sistem informasi. 2. Menyusun dan merencanakan strategi pengembangan Teknologi Sistem

Informasi jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendukung strategi bisnis bank.

3. Menyusun anggaran untuk keperluan penggunaan teknologi sistem informasi.

4. Menentukan kebijakan penting Teknologi Sistem Informasi seperti kebijakan keamanan teknologi sistem informasi dan manajemen risiko teknologi.

5. Merencanakan kebutuhan dan pengembangan SDM Teknologi Sistem Informasi.

6. Mengawasi tingkat efisiensi dan efektifitas pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Oleh Bank.

7. Menjadi penghubung antara divisi Teknologi Informasi dengan pengguna sistem Informasi.

5.Audit commities remuneration & nomination comite risk monitoring

- Audit Commities ( Komite Audit )

Komite Audit bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi perencanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan.


(36)

Komite Remunerasi bertugas mengevaluasi kebijakan remunerisasi yang berlaku pada bank, Pemantauan sistem remunerasi pihak lain, mempelajari ketentuan dan perundangan yang berlaku dan merekomendasikan kepada dewan komisaris atas kebijakan SDM mengenai syara kepegawaian, remunerasi, dan tunjangan pensiun yang memadai

Komite Nominasi bertugas menyusun, memberikan rekomendasi mengenai sistem dan prosedur pilihan dan atau penggantian anggota dewan komisaris, direksi, dewan pengawas syariah kepada dewan komisaris untuk diputuskan oleh RUPS.

6.Director of Commercial Banking

Kepala Bank Komersial, membawahi :

a. Division of Commercial Banking

b. Division of small scale micro banking and cooperatives

c. Division of Treasury

d. Division of International Banking

e. Division of Subsidary Companies Management

7.Director of Consumer Banking

Kepala divisi consumer banking yang menangani informasi tentang nasabah.mambawahi:


(37)

1. Division of consumer Banking

2. Division of card center and electronic banking

3. Division of network and service development.

8.Director of operations

Kepala operasional bank yang membawahi :

a.Divisi IT

Berkoordinasi dalam aspek teknologi pemrosesan/ pengelolaan

data transaksi, administrasi kredit, treasury settlement dan

pengembangan suatu database informasi nasabah.

b.Divisi Finance & Accounting

Berkoordinasi untuk menyusun Anggaran Program dan Divisi.

c.Division of corporate secretary

Tugas Corporate Secretary adalah:

1. Merencanakan dan mengembangkan pembentukan citra perusahaan serta citra produk jasa perseroan.

2. Mengikuti perkembangan pasar modal, khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal.

3. Merencanakan serta mengembangkan aktivitas hubungan masyarakat. 4. Menindaklanjuti pengaduan nasabah.


(38)

5. Mengkoordinasi penyelesaian RUPS.

d.Division of operation services

1. Bertanggungjawab atas kelancaran operasi dan pelaksanaan lingkungan operasional yang nyaman, dukungan back office yang memadai, serta sistem kerja di Bank ini.

2. Memastikan bahwa sistem kerja yang digunakan selalu terbaru dan ikut berkembang selaras dengan berubahnya produk dan teknologi dalam industri perbankan.

3. Memastikan bahwa sistem kerja cash center untuk kebutuhan likuiditas kantor cabang dapat terpenuhi dengan baik sesuai ketentuan.

4. Bertanggungjawab atas semua aktivitas terkait administrasi Credit.

5. Memastikan operasional bisnis dapat berjalan sesuai kajian hukum yang berlaku.

9.Director of compliance risk and human capital

Kepala divisi yang bertugas membawahi:

a. Divisi Legal & Compliance

b. Divisi Risk Management

c. Divisi of Human Capital


(39)

10.Divisi Internal Audit

Melakukan koordinasi dalam rangka mendapatkan hasil pemeriksaan baik hasil pemeriksaan umum maupun hasil pemeriksaan khusus dari setiap unit kerja untuk bahan perencanaan, pengembangan serta pengelolaan Divisi.

11.Divisi Strategy Planning

Berkoordinasi untuk menyusun Strategi dan Business Plan Divisi ini.

12.ALCO

Melakukan koordinasi dalam rangka menyampaikan data dan kajian untuk bahan pembahasan Rapat ALCO serta mendapatkan hasil keputusan rapat yang berkaitan dengan operation services.

4.1.4 Aspek Kegiatan PT. Bank Syariah Mandiri

Dalam operasionalnya, bank syariah Mandiri menggunakan beberapa skema yang bersesuaian dengan syariah sebagaimana dijelaskan sbb.:

Pendanaan/Penghimpunan dana: Wadiah dan mudharabah.

a. Wadiah (titipan)

Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah. Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya skema wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian jenis tabungan.


(40)

BSM menggunakan skema ini untuk BSM Giro, BSM TabunganKu dan BSM Tabungan Simpatik.

b. Mudharabah (investasi)

Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada bank syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSM berfungsi sebagai manajer investasi bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut untuk keperluan bisnis yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil keuntungan dari bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana dengan BSM sesuai nisbah yang telah disepakai di muka.

BSM menggunakan skema ini untuk BSM Deposito, Tabungan BSM, BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan Investa Cendekia dan BSM Tabungan Kurban.

Pembiayaan/Penyaluran dana: Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah, musyarakah dsb.

A. Murabahah

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena harga jual sudah


(41)

disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu pembiayaan.

Hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM Griya, BSM Oto) menggunakan skema ini. Skema ini juga banyak dipergunakan BSM dalam pembiayaan modal kerja atau investasi yang berbentuk barang. Sekitar 70% pembiayaan bank syariah menggunakan skema murabahah.

B. Ijarah

Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka.

BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Pembiayaan Eduka (pembiayaan untuk kuliah) dan BSM Pembiayaan Umrah. Beberapa pembiayaan investasi juga menggunakan skema ijarah, khususnya skema ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT).

C. Istishna

Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode,


(42)

melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.

D. Mudharabah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi.

E. Musyarakah

Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%). Jasa: Wakalah, rahn, kafalah, dsb.

1. Wakalah

Wakalah berarti perwalian/perwakilan. Artinya BSM bekerja untuk mewakili nasabah dalam melakukan suatu hal. BSM mengaplikasikan skema ini pada beragam layanannya semisal transfer uang, L/C, SKBDN dsb.

2. Rahn

Rahn bermakna gadai. Artinya bank syariah meminjamkan uang (qardh) kepada nasabah dengan jaminan yang dititipkan nasabah ke bank syariah. Bank syariah memungut biaya penitipan jaminan tersebut untuk menutup biaya dan keuntungan bank syariah.

BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Gadai Emas iB.


(43)

Dengan skema kafalah, bank syariah menjamin nasabahnya. Bila terjadi sesuatu dengan nasabah, bank syariah akan bertanggung jawab kepada pihak ke-3 sesuai kesepakatan awal.

BSM mengaplikasikan skema ini pada produk BSM Bank Garansi.

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Sistem Bagi Hasil Dengan Prinsip Mudharabah

Menurut (Muhammad Syafi'i Antonio, 2001 p. 95) ”Mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari mudharib.

Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu:

1. Mudharabah Mutlagoh

Yang dimaksud Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. 2. Mudharabah Muqayyadah


(44)

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah

restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari

Mudharabah Muthlagoh. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

Perhitungan bagi hasil di BSM pada pembiayaan Mudharabah sebagaimana diketahui dalam pembagian keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan (tidak harus dibagi rata). Sedangkan kerugiannya harus dibagi menurut porsi dana masing-masing.

Berikut ini akan diberikan contoh sederhana untuk perhitungan bagi hasil dari pembiayaan mudharabah pada BSM.

A. Plafond Pembiayaan Nasabah = Rp. 100.000.000 B. Jangka waktu = 12 Bulan

C. Expectade Rate = 20%

D. Pendapatan omset/bulan = Rp.20.000.000/bulan

Perhitungan nisbah bagi hasil dengan prinsip Mudharabah :

Target Pendapatan Bank = Limit Plafon pembiayaan X Expected Rate

Rp. 100.000.000 X 20% = Rp.20.000.000/tahun = Rp. 1.666.667 / bulan


(45)

Rp. 20.000.000 X 12 = Rp. Rp. 240.000.000

Nisbah Bagi Hasil = Target pendapatan Bank X 100%

Target Pendapatan Nasabah Setahun

= Rp. 20.000.000 X 100%

Rp.240.000.000

= 8,33% Nisbah bagi hasil bank

=91,67 % Nisbah bagi hasil nasabah

Dari perhitungan bagi hasil diatas maka nasabah pada akhir proyek harus mengembalikan dana sebesar Rp.100.000.000 ( dana dari pinjaman bank), dana tersebut harus tiap bulan membayarnya, bisa saja dalam jangka waktu 12 bulan itu dibayar sebanyak 5x angsuran atau lebih asalkan sesuai dengan kesepakatan waktu akad antara nasabah dan pihak bank. Serta keuntungan tiap bulannya Rp.20.000.000 harus dibagi hasilnya antara nasabah dan pihak bank, nisbah bagi hasilnya yaitu bagi hasil bank sebesar Rp.1.666.000 dan untuk nasabah sebesar Rp. 18.334.000.

Dilihat dari perhitungan diatas nasabah memang mendapatkan keuntungan yang cukup besar karena nisbah bagi hasil nasabah lebih besar dari nisbah bagi hasil bagi Bank namun dilihat dari laporan keuangan terdapat penurunan nisbah bagi hasil mudharabah seperti terlihat pada tabel di bawah ini:


(46)

Tabel 4.1

Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri

( Dalam Ribuan Rupiah )

Tahun Pembiayaan Mudharabah Fluktuasi

Rp %

2008

2,963,646,872.00 - -

2009

3,339,852,592.00 376,205,720.00 0.11

2010

4,713,225,785.00 1,373,373,193.00 0.29

2011

4,240,922,757.00 (472,303,028.00) -0.11

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011

itu dikarenakan resiko pembiayaan kredit mudharabah jika terjadi kerugian karena kelalaian nasabah maka nasabah yang harus menanggungnya maka dari itu banyak nasabah yang tidak menggunakan pembiayaan kredit dengan mudharabah lagi karena kebanyakan masyarakat Indonesia tidak mau mengalami resiko kegagalan.

4.2.2 Resiko Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah.

Bank Syariah Mandiri sebagai pemberi dana dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan kepada nasabah akan memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi keseluruhan calon peminjam. Terkadang


(47)

ada nasabah yang menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur ataupun kesalahan disengaja oleh nasabah yang bersangkutan, oleh karena itu prinsip yang biasa dilakukan BSM dikenal dengan prinsip 5c :

1. Prinsip Watak ( Character )

Bank Syariah Mandiri melakukan penilaian terhadap calon peminjam dari segi kepribadian atau karakternya, diantaranya bersikpa tenang dan terbuka dalam mendiskusikan permohonan pembiayaan, keadaan rumah tangganya yang rukun dan tentram (keluarga sakinah). Mempunyai nama baik di lingkungan kerja/ tempat tinggalnya, menunjukkan perkembangan dalam kehidupan social ekonomi, jujur, disiplin selalu berusaha menepati janji, ramah pada orang lain, santun dalam berbahasa.

2. Prinsip Kemampuan ( Capacity )

Bank Syariah Mandiri melakukan penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu, cara usahanya dan lain sebagainya, diantaranya jumlah hasil usaha lebih besar dari nilai pembayaran barang, tingkat keuntungan usaha layak dibandingkan kewajiban membayar pembiayaan kewajiban angsuran maksimal 50% dari penghasilan perbulan bersih, membayar kembali pinjaman secara disiplin, menabung secara terus menerus.


(48)

Bank Syariah Mandiri melakukan penilaian terhadap calon peminjam dari segi kemampuan modal yang dimiliki atau perusahaan secara keseluruhan dan kelayakan usahanya, diantaranya jumlag modal sendiri tidak kurang 30% terhadap nilai pembiayaan, modal sendiri ditempatkan secara aman dan produktif, tidak memiliki hutang dari sumber lain dalam jumlah yang akan menganggu kemampuan bayar, usahanya merupakan sumber mata pencarian pokok, telah memiliki pengalaman berwirausaha, sumber dagang/bahan baku dan bahan penolong mudah diperoleh, prospek pemasaran bagus dan masih dapat diperluas, telah memiliki langganan yang tetap, jumlah usaha yang sejenis belum terlalu banyak, manajemen usaha secara tekun dan sunggh-sungguh, jumlah omzet penjualan per periode stabil atau meningkat, administrasi usaha dilakukan dengan tertib.

4. Prinsip Jaminan ( Colateral )

Tidak memiliki hutang dari sumber lain dalam jumlah yang akan menganggu kemampuan bayar, usahanya merupakan sumber mata pencarian pokok, telah memiliki pengalaman berwirausaha, sumber dagang/bahan baku dan bahan penolong mudah diperoleh, prospek pemasaran bagus dan masih dapat diperluas, telah memiliki langganan yang tetap, jumlah usaha yang sejenis belum terlalu banyak, manajemen usaha secara tekun dan sunggh-sungguh, jumlah omzet penjualan per periode stabil atau meningkat, administrasi usaha dilakukan dengan tertib, memiliki upaya pencegahan dan penanggulangan resiko yang membahayakan usaha, ada pihak yang menjamin keamanan pembiayaan, nilai harta yang dijaminkan lebih besar dari nilai pembiayaan yang dijaminkan,


(49)

memiliki jumlah tabungan yang cukup sebagai pelengkap jaminan (min.1x angsur) , bersedia memberikan harta milik pribadi sebagai jaminan pembiayaan tambahan (bila perlu), suami istri bersedia ikut menandatangani dokumen perjanjian pembiayaan yang sah secara hukum.

5. Prinsip Lingkungan usaha / Kondisi Ekonomi ( Conditions of economic)

Pihak BSM harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi dimasyarakat dan secara spesifik melihat adanya ketertarikan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalanya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana telah diuraikan diatas dengan mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Islam tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnya, sedangkan bank konvensional menerapkan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnnya bahkan menjadi salah satu sumber pendapatan bank.

2. Perhitungan bagi hasil yang diterapkan BSM pada pembiayaan mudharabah adalah mengacu pada profit sharing. Dalam penetapan pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara pihak BSM dengan nasabah yang bersangkutan. Pada prinsip Mudharabah ini semua dana ditanggung oleh pihak BSM sehingga banyak sekali nasabah yang tertarik untuk melakukan pendanaan kredit dengan prinsip mudharabah.


(51)

3. Resiko dalam pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah ini ada nasabah yang menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur ataupun kesalahan disengaja oleh nasabah yang bersangkutan, oleh karena itu prinsip yang biasa dilakukan BSM dikenal dengan prinsip 5c yaitu character (watak nasabah), capacity (kemampuan nasabah), capital (modal nasabah), collateral (jaminan dari nasabah), Conditions of economic ( Kondisi ekonomi di masyarakat).

5.2 Saran

Dari hasil analisa dan kesimpulan yang ada dapat dianjurkan saran-saran yang dapat berguna dan bermanfaat untuk BSM sebagai berikut :

1. BSM harus lebih mensosialisasikan tentang pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah pada masyarakat agar lebih banyak lagi masyarakat yang tertarik untuk melakukan pembiayaan kredit usaha nya dengan prinsip mudharabah. Dan sebelum memberikan pembiayaan BSM harus memberikan arahan terlebih dahulu mengenai pembiayaan kredit dengan sistem mudharabah ini agar tidak terjadi penyimpangan.

2. BSM harus meningkatkan pengawasan terhadap nasabah yang melakukan pembiayaan agar pihak nasabah tetap konsisten dalam pembayarannya.


(52)

3. Pihak BSM agar lebih meningkatkan kegiatan perbankan syariah sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan perbankan dengan aman baik secara duniawi maupun akhirat sesuai syariat islam.

Saran bagi peneliti berikutnya

1. Karena penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan data sebanyak 4 tahun. Maka disarankan untuk penelitian berikutnya,menggunakan data lebih dari 4 tahun dan mencoba analisis kuantitatif.sehingga diperoleh hasil yang maksimal


(53)

Daftar Pustaka

Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003. Bank Mandiri Syariah. www.syariahmandiri.co.id. [Online]

Husein Umar. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Jonathan Sarwono. 2005. Teori dan Praktek,Riset dan Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta : Andi, 2005.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008.

—. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.

Muhammad Syafi'i Antonio. 2001. Bank Syariah dari teori ke praktik. Jakarta : Gema Insani, 2001.

Sugiyono. 2007. Metoda Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Jakarta : alfabeta, 2007.

—. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010.

Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Salemba Empat, 2001.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta : Agung Media, 2007.


(54)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Zaky Aljosha

NIM : 21508023

Tempat Tgl Lahir : Dumai , 12 Mei 1989 Agama : Islam

Alamat : Jl. Anyelir Blok A/BB 70 Bukit Datuk Dumai Telp/Hp : 081221635077

DATA PENDIDIKAN

 SD 005 Karang Anyer , Dumai tahun 1996-2002

 SMP Ykpp, Dumai tahun 2002-2005

 SMA Ykp, Dumai tahun 2005-2008

 Universitas Komputer Indonesia( Keuangan dan Perbankan/D3 ) tahun 2008 – sekarang.


(1)

memiliki jumlah tabungan yang cukup sebagai pelengkap jaminan (min.1x angsur) , bersedia memberikan harta milik pribadi sebagai jaminan pembiayaan tambahan (bila perlu), suami istri bersedia ikut menandatangani dokumen perjanjian pembiayaan yang sah secara hukum.

5. Prinsip Lingkungan usaha / Kondisi Ekonomi ( Conditions of economic)

Pihak BSM harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi dimasyarakat dan secara spesifik melihat adanya ketertarikan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalanya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.


(2)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana telah diuraikan diatas dengan mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Islam tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnya, sedangkan bank konvensional menerapkan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnnya bahkan menjadi salah satu sumber pendapatan bank.

2. Perhitungan bagi hasil yang diterapkan BSM pada pembiayaan mudharabah adalah mengacu pada profit sharing. Dalam penetapan pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara pihak BSM dengan nasabah yang bersangkutan. Pada prinsip Mudharabah ini semua dana ditanggung oleh pihak BSM sehingga banyak sekali nasabah yang tertarik untuk melakukan pendanaan kredit dengan prinsip mudharabah.


(3)

3. Resiko dalam pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah ini ada nasabah yang menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur ataupun kesalahan disengaja oleh nasabah yang bersangkutan, oleh karena itu prinsip yang biasa dilakukan BSM dikenal dengan prinsip 5c yaitu character (watak nasabah), capacity (kemampuan nasabah), capital (modal nasabah), collateral (jaminan dari nasabah), Conditions of economic ( Kondisi ekonomi di masyarakat).

5.2 Saran

Dari hasil analisa dan kesimpulan yang ada dapat dianjurkan saran-saran yang dapat berguna dan bermanfaat untuk BSM sebagai berikut :

1. BSM harus lebih mensosialisasikan tentang pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah pada masyarakat agar lebih banyak lagi masyarakat yang tertarik untuk melakukan pembiayaan kredit usaha nya dengan prinsip mudharabah. Dan sebelum memberikan pembiayaan BSM harus memberikan arahan terlebih dahulu mengenai pembiayaan kredit dengan sistem mudharabah ini agar tidak terjadi penyimpangan.

2. BSM harus meningkatkan pengawasan terhadap nasabah yang melakukan pembiayaan agar pihak nasabah tetap konsisten dalam pembayarannya.


(4)

54

3. Pihak BSM agar lebih meningkatkan kegiatan perbankan syariah sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan perbankan dengan aman baik secara duniawi maupun akhirat sesuai syariat islam.

Saran bagi peneliti berikutnya

1. Karena penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan data sebanyak 4 tahun. Maka disarankan untuk penelitian berikutnya,menggunakan data lebih dari 4 tahun dan mencoba analisis kuantitatif.sehingga diperoleh hasil yang maksimal


(5)

Daftar Pustaka

Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.

Bank Mandiri Syariah. www.syariahmandiri.co.id. [Online]

Husein Umar. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Jonathan Sarwono. 2005. Teori dan Praktek,Riset dan Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta : Andi, 2005.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008.

—. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.

Muhammad Syafi'i Antonio. 2001. Bank Syariah dari teori ke praktik. Jakarta : Gema Insani, 2001.

Sugiyono. 2007. Metoda Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Jakarta : alfabeta, 2007.

—. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010.

Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Salemba Empat, 2001.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta : Agung Media, 2007.


(6)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Zaky Aljosha

NIM : 21508023

Tempat Tgl Lahir : Dumai , 12 Mei 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Anyelir Blok A/BB 70 Bukit Datuk Dumai Telp/Hp : 081221635077

DATA PENDIDIKAN

 SD 005 Karang Anyer , Dumai tahun 1996-2002

 SMP Ykpp, Dumai tahun 2002-2005

 SMA Ykp, Dumai tahun 2005-2008

 Universitas Komputer Indonesia( Keuangan dan Perbankan/D3 ) tahun 2008 – sekarang.