Kerangka Pemikiran Analisis Pembiayaan Kredit Dengan Prinsip Mudharabah Dan Risiko - Risikonya Pada PT. Bank Mandiri Syariah Bandung Periode 2008-2011
18
Secara umum bank merupakan lembaga perantara intermediatery yaitu lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Pengertian Bank menurut undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998 yang dikutip oleh Kasmir, 2008 p. 25 adalah sebagai berikut :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariah hukum islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun
meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram misal: usaha yang berkaitan dengan
produksi makananminuman haram, usaha media yang tidak islami dll, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh system perbankan konvensional.
Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip
syariah sebagai dasar penentukan imbalan yang diterima atas jasa pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian atas dana masyarakat yang disimpan pada
bank syariah. Dari nisbah atau bagi hasil pembiayaan yang telah disepakati oleh pihak
bank shahibul maal dan mudharib, maka bagi pihak bank nisbah atau bagi hasil
19
yang diperoleh merupakan pendapatan bagi bank dan menjadi tolak ukur keberhasilan pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat
pembiayaan yang disalurkan maka tingkat pendapatan operasional yang akan diperoleh pihak bank juga semakin besar, dan akan mempengaruhi laba
operasional bank. Salah satu pembiayaan syariah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil, yaitu pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. Adapun pengertian mudharabah yaitu ”Mudharabah adalah kerjasama
usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal shahibul maal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola mudharib dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100 modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari
mudharib. Sumber : Bank Mandiri Syariah
Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu: 1.
Mudharabah Mutlagoh Yang dimaksud Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama antara
shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih
ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta lakukanlah sesukamu dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan
sangat besar. 2.
Mudharabah Muqayyadah
20
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabahspecified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlagoh.
Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. Pihak bank untuk mengambil alih dalam risiko dari setiap kerugian tidak
begitu saja terjadi. Ia melewati bermacam-macam cara untuk menghilangkan ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam kongsi mudharabah murni. Risiko
aktuarial dalam kongsi mudharabah seperti yang digunakan dalam perbankan Islam dapat diukur dan dapat dipastikan. Untuk alasan inilah, dapat dikatakan
bahwa mudharabah bank Islam sedikit berbeda dengan penyelenggaraan investasi berisiko rendah maupun investasi bebas risiko manapun.
Untuk lebih jelasnya proses analisis dengan sistem mudharabah dan risiko nya akan dijelaskan oleh gambar di bawah ini :
21
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BANK
BANK SYARIAH BANK
KONVENSIONAL
A.MURABAHAH
PEMBIAYAAN
B.IJARAH C.ISTHISNA
D.MUSYARAKAH RISIKO
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
E.MUDHARABAH
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis
luar biasa.
Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan
dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti BSB yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai YKP PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
31
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan merger empat bank Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri Persero pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT
Bank Mandiri Persero Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah dual banking system. Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124 KEP.BI1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior